Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

MIGRAIN DENGAN HEMIPLEGIA

Disusun Oleh :
Atika Widya Syariati, S.Ked J5101550
Dewi Tuti Alafiah, S.Ked J5101550
Lita Lufita, S.Ked J510155072
Manggala Aditya Pratama, S.Ked J510155034
Taufik Budiman, S.Ked J510155014
Pembimbing :
dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S
dr. Dwi Kusumaningsih, Sp. S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD DR HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

REFERAT
MIGRAIN DENGAN HEMIPLEGIA
Yang diajukan Oleh :
Atika Widya Syariati, S.Ked J5101550
Dewi Tuti, S.Ked J5101550
Lita Lufita, S.Ked J510155072
Manggala Aditya Pratama, S.Ked J510155034
Taufik Budiman, S.Ked J510155014
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan dewan penguji RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
Pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 2015
Penguji
Nama

: Hj. dr. Mutia Sinta, Sp.S

NIP/NIK

Nama

: dr. Dwi Kusumaningsih, Sp,S

NIP/NIK

(...............................)
(...............................)

Pembimbing Utama
Nama

: Hj. dr. Mutia Sinta, Sp.S

NIP/NIK

Nama

: dr. Dwi Kusumaningsih,Sp.S

NIP/NIK

(................................)
(...............................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Migrain 3
Definisi 3
Epidemiologi

Klasifikasi

Etiologi 6
Gejala dan tanda

Pemeriksaan Penunjang9
Diagnosis

10

Penatalaksanaan
B Hemiplegia

10

14

Definisi 14
Etiologi 15
Manifestasi klinis

16

Respon tubuh terhadap stres

17

Reaksi tubuh terhadap stres

18

Pengukuran tingkat stres

19

BAB III SARAN

Saran

15

BAB IV PENUTUP
A Kesimpulan

16

DAFTAR PUSTAKA

17

BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering ditemukan. Salah satu
keluhan tersebut adalah nyeri kepala sebelah atau yang dikenal sebagai migren.
Tiga puluh sampai empat puluh persen penduduk USA pernah mengalami nyeri
kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan migrain
menduduki peringkat nomor satu1.
Migrain merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai
dari anak-anak sampai dewasa, akan tetapi jarang setelah umur 50 tahun.
Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak
menderita migren. Dua perseratus dari kunjungan baru di unit rawat jalan penyakit
saraf menderita nyeri kepala migrain2.
Migrain merupakan nyeri kepala primer. Nyeri kepala biasanya terasa
berdenyut di satu sisi kepala (unilateral) dengan intensitas sedang sampai berat
dan bertambah dengan aktivitas. Dapat disertai mual dan atau muntah atau
fonofobia dan fotofobia Banyaknya dan frekuensi serangan sangat beranekaragam, dari tiap hari sampai satu serangan per minggu atau bulan1.
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi
akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di
otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses
inflamasi (peradangan). Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri
dan gejala lain, seperti mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat
pula migrain yang diderita. Faktor genetik umumnya sangat berperan pada
timbulnya migrain3.
Nyeri kepala ini merupakan penyakit yang sering menyebabkan
disabilitas, di lain pihak sampai saat ini tampaknya belum ada pengobatan yang
dapat menyembuhkan migren kecuali hanya usaha mengendalikan serangan nyeri
kepala ini. Diagnosis yang akurat, memberi penerangan mengenai penyakitnya,
berusaha menenangkan pasien serta memberi perhatian dan mengajak pasien
bekerja sama dalam mengenal gejala dini dan gejala migrain pada umumnya serta

tindakan penanggulangannya merupakan bagian dari penatalaksanaan migrain


yang dapat menurunkan angka morbiditas pasien.
Nyeri kepala biasanya didahului oleh gejala neurologic fokal yang sepintas
yang disebut sebagai aura,. Gejala aura ini biasanya berupa gangguan dalam
lapang pandangan yang gemerlapan / berkilau-kilau (scintillating scotoma).
Gangguan lapang pandang pertama kecil, dan tambah lama tambah besar ,
biasanya berlangsung dalam kurun waktu 20 menit.
Gejala migren aura klasik ini dapat juga dalam bentuk rasa sensoruik ,
berupa rasa seperti ditusuk jarum yang mulai pada jari-jari satu tangan dan
perlahan meluas ke lengan sesisi, dan akhirnya mengenai sesisi muka, terutama
daerah hidung sampai mulut. Nyeri kepala , mual, dan atau takut cahaya biasanya
mengikuti gejala aura, langsung/setelah interval bebas kurang dari 1 jam. Fase
yang terakhir ini biasanya berlangsung 4-72 jam, atau sama sekali tidak ada.
Nyeri kepala biasanya sesisi akan tetapi tak selalu pada sisi yang
berlawanan dengan aura. Sakit kepala berpindah pindah, kadang kadang kanan,
kadang kiri, akan tetapi lebih sering pada satu sisi. Nyeri kepala dapat juga pada
kedua sisi, dan sering berhubungan dengan mual, muntah, takut cahaya, dan pucat
mukanya. Ia dapat berlangsung 1-2 jam sampai 4-5 hari, dan diikuti oleh kencing
yang banyak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

DEFINISI
Migrain adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi
unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang
beraneka ragam. Blau mengusulkan definisi migrain sebagai berikut nyeri
kepala yang berulang-ulang dan berlangsung 2-72 jam dan bebas nyeri antara
serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual atau
gastrointestinal/keduanya.2

B. EPIDEMIOLOGI
Migrain dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya
jarang terjadi setelah berumur lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migrain
dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara, umumnya berkisar
antara 56 % dari populasi. Di Indonesia belum ada data secara kongkret.
Pada wanita migrain lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala.
Wanita hamil tidak luput dari serangan migren.4
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS) :5
1. Migrain tanpa aura (common migraine)
Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-kurangnya 10 kali
serangan. Pada anak-anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat
berlangsung 2-48 jam. Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik
berikut ini :5
Lokasi unilateral
Kuafitas berdenyut
Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.
Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.

Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul:


Mual dan atau muntah
Fotofobia dan fonofobia
Minimal terdapat satu dari berikut :
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah

disingkirkan dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (misal :


MRI atau CT Scan kepala).
2. Migrain dengan aura (classic migraine)
Aura ialah gejala fokal neurologi yang komplek dan dapat timbul
sebelum, pada saat atau setelah serangan nyeri kepala5
Aura dengan minimal 2 kali serangan
Terdapat minimal 3 dari 4 karakteristik sebagai berikut :
Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal
(misal: vertigo, tinitus, penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual
pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia, parestesia, paresis,
penurunan kesadaran).
Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau
lebih gejala aura terjadi bersama-sama Tidak ada gejala aura yang
berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi,
durasinya lebih lama.
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri
kurang dari 60 menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum
aura.
Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :
o Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan
lain.
o Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain,
tapi telah disingkirkan dengan pemeriksaan penunjang yang
memadai (misalnya : MRI atau CT Scan kepala).
3. Migrain dengan prolonged aura
Memenuhi kriteria migrain dengan aura tetapi aura terjadi selama lebih
dari 60 menit dan kurang dari 7 hari.3
4. Basillar Migraine
Memenuhi kriteria migrain dengan aura dengan dua atau lebih gejala aura
sebagai berikut: vertigo, tinnitus, penurunan pendengaran, ataksia, gejala
visual pada hemifield kedua mata, disartria, diplopia, parestesia bilateral,
paresis bilateralda penurunan derajat kesadaran.3
5. Migraine Aura tanpa Headache
Memenuhi kriteria migren dengan aura tetepi tanpa disertai nyeri kepala.3
6. Benign paroxysmal vertigo of childhood
Episode disekuilibrium, cemas, seringkali nystagmus atau muntah yang

timbul secara sporadis dalam waktu singkat.3


Pemeriksaan neurologis normal
Pemeriksaan EEG normal
7. Migrainous infraction (menggantikan complicated migraine)
Telah memenuhi kriteria migren dengan aura.
Serangan yang terjadi sama persis dengan serangan yang sebelumnya,
akan tetapi defisit neurologis tidak sembuh sempurna dalam 7 hari dan
atau pada pemeriksaan neuroimaging didapatkan infark iskemik di
daerah yang sesuai. Penyebab infark yang lain disingkirkan dengan
pemeriksaan yang memadai.
8. Migrain oftalmoplegik
Migren yang dicirikan oleh

serangan

berulang-ulang

yang

berhubungan dengan paresis


Tidak ada kelainan organik.
Paresis pada saraf otak ke III, IV, VI.
9. Migrain hemiplegic familial
Migrain dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang
sama seperti migrain aura dan sekurang-kurangnya seorang keluarga terdekat
memiliki riwayat migren yang sama.
10. Migrain retinal
Terjadi berulang kali dalam bentuk buta tidak lebih dari 1 jam.
Gangguan okuler dan vaskuler tidak dijumpai.
11. Migrain yang berhubungan dengan intrakranial
Gangguan intrakranial berhubungan dengan awitan secara temporal.
Aura dan lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan jenis lesi
intrakranial.
D. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migrain,
diduga sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf
dan avikasi sistem trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam
nyeri kepala primer. Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya
serangan migrain yaitu :6
a Menstruasi
Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan hormonal. Beberapa wanita yang menderita migren
merasakan frekuensi serangan akan meningkat saat masa menstruasi.

Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan serangan migrain pada


saat menstruasi. Istilah menstrual migraine sering digunakan untuk
menyebut migrain yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum
menstruasi dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen dalam
b

darah menjadi penyebab utama terjadinya migrain.


Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman
ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah sedikit akan
meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam
dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah,

cemas dan sakit kepala.


Makanan
Misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan. Cokelat
dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya migrain, namun hal
ini dibantah oleh beberapa studi lainnya yang mengatakan tidak ada
hubungan antara cokelat dan sakit kepala migrain. Anggur merah
dipercaya sebagai pencetus terjadinya migrain, namun belum ada
cukup bukti yang mengatakan bahwa anggur putih juga bisa
menyebabkan migrain. Tiramin (bahan kimia yang terdapat dalam
keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat mencetuskan terjadinya
migrain, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi tiramin dalam
jumlah kecil akan menurunkan frekuensi serangan migrain. Penyedap
masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala,
kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika
dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada saat perut kosong.
Fenomena ini biasa disebut Chinese restaurant syndrome. Aspartam
atau pemanis buatan yang banyak dijumpai pada minuman diet dan
makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam

jumlah besar dan jangka waktu yang lama.


Cahaya kilap atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang
terlalu tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal.
Mekanisme ini juga berlaku untuk penderita migrain yang memiliki

kepekaan cahaya yang lebih tinggi daripada manusia normal. Sinar


matahari, televisi dan lampu disko dilaporkan sebagai sumber cahaya
yang menjadi faktor pencetus migren.
E. GEJALA DAN TANDA7
a Jenis nyeri kepala berdenyut-denyut adalah khas untuk menunjukan
nyeri kepala vaskuler, selain itu terasa tertusuk-tusuk atau kepala mau
b

pecah.
Migren merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 20

c
d

jam tetapi tidak lebih dari 72 jam.


Puncak nyeri 1-2 jam setelah awitan dan berlangsung 6 36 jam.
Waktu terjadinya migrain dapat muncul sewaktu-waktu baik siang

maupun malam, tetapi sering kali mulai pada pagi hari.


Lokasi migrain sering bersifat unilateral (satu sisi) biasanya pada

daerah frontal, temporal, namun suatu saat dapat menyeluruh.


Nyeri berdenyut dari migrain sering ditutupi oleh perasaan nyeri yang

bersifat terus menerus.


Gejala yang menyertai migrain adalah
Mual, muntah, dan anoreksia.
Gejala visual baik yang positif dan negatif.
Gejala hemiferik (hemiparesis, parestesia, gangguan berbahasa,
gangguan batang otak seperti vertigo, disartria, ataksia dan

h
i

diplopia)
Kuandriparesis
Aktivitas bekerja memperberat terjadinya migrain.
Migrain mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya

dan tidur.
Migrain merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala.
Secara umum terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migrain
mengalami keempat fase ini. Keempat fase tersebut yaitu :7
1. FASE PRODROMAL
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat
mendahului serangan migrain. Fase ini dapat berlangsung selama
beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya
antara lain :
Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang
berlebihan), banyak bicara (talkativeness), sensitif / iritabel,

gelisah, rasa mengantuk atau malas.


Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia &
fonofobia), sulit berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif
terhadap bau (hiperosmia)
Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau
nafsu makan meningkat, merasa dingin, haus, merasa lamban,
sering buang air kecil.
2. FASE SERANGAN
Tanpa pengobatan, serangan migrain umumnya berlangsung antara 472 jam. Migrain yang disertai aura disebut sebagai migrain klasik.
Sedangkan migrain tanpa disertai aura merupakan migrain umum
(common migraine). Gejala-gejala yang umum adalah :8

Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau


ditusuk-tusuk. Nyeri kadang-kadang dapat menyebar sampai

terasa di seluruh bagian kepala


Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
Mual, kadang disertai muntah
Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi
Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan
Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan

fonofobia)
Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migrain klasik), yang
berkembang secara bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri
kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang
bersamaan.
3. FASE POSTDROMAL
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana
pasien dapat merasa kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti
berkabut.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk
pemeriksaan penyakit kelenjar gondok, anemia atau infeksi yang dapat
menyebabkan sakit kepala. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan sken otak
seperti computed tomographic scan (CT-scan) atau magnetic resonance

imaging (MRI) untuk menepis gangguan otak yang serius. Jika dicurigai
adanya aneurisma pembuluh darah otak, perlu dilakukan pemeriksaan
angiogram.7
Untuk mendiagnosis migren tidak selalu mudah, terutama pada pasienpasien yang memiliki gejala yang tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG)
dilakukan

untuk

mengukur

aktivitas

kerja

otak.

EEG

ini

dapat

mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak dapat menunjukkan


secara tepat masalah yang menyebabkan suatu sakit kepala.7
Termografi, suatu teknik percobaan yang sedang dikembangkan untuk
mendiagnosis sakit kepala dan menjanjikan untuk menjadi alat klinis yang
berguna dikemudian hari. Pada termografi, sebuah kamera infra merah akan
mengubah temperatur kulit menjadi suatu gambar yang berwarna atau suatu
termogram dengan berbagai warna yang berbeda sebagai akibat tingkat
pemanasan yang berbeda.7
Temperatur kulit ini dipengaruhi oleh aliran darah. Para saintis
menemukan termogram pada pasien-pasien yang menderita sakit kepala
menunjukkan pola panas yang berbeda sangat menyolok dari mereka yang
tidak pernah atau jarang mengalami sakit kepala.7
G. DIAGNOSIS
Kriteria Diagnosis

migrain

berdasarkan

ICHD-II

(International

Classification of Headache Disorder -II) yaitu Serangan nyeri kepala berulang


yang berlangsung 4-72jam dan memiliki komponen berikut :5
1. Pemeriksaan fisik normal
2. Tidak ada penyebab nyeri kepala lain
3. Setidaknya didapatkan 2 dari poin-poin berikut : Nyeri unilateral,
nyeri berdenyut, munculnya nyeri karena dipicu gerakan nyeri dengan
intensitas moderat atau parah
4. Setidaknya didapatkan 1 dari poin-poin berikut : mual atau muntah,
photophobia dan phonophobia.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Perdossi, adalah mengurangi faktor resiko.
Perubahan hormonal seperti haid, obat hormonal serta kadar estrogen
yang berfluktuasi dapat dilakukan dengan menghentikan pil KB atau obat-

obat pengganti estrogen.9


Diet dilakukan dengan menghindari makanan tertentu. Secara umum,
makanan yang harus dihindari adalah: MSG, beberapa minuman beralkohol
(anggur merah, prot, sherry, scotch, bourbon), keju (Colby, Roquefort, Brie,
Gruyere, cheddar, bleu, mozzarella, Parmesan, Boursault, Romano), coklat,
dan aspartame. Diet dilakukan selama 1 bulan. Apabila setelah 1 bulan gejala
tidak membaik, berarti modifikasi diet tidak bermanfaat. Apabila makanan
menjadi pencetus gejala, maka jenis makanan tersebut harus diidentifikasi
dengan cara menambahkan satu jenis makanan sampai gejala muncul.
Sebaiknya dibuat diari makanan selama mengidentifikasi makanan apa yang
menjadi pencetus migrain, karena beberapa jenis makanan dapat langsung
menimbulkan gejala (anggur merah, MSG), sementara makanan lain baru
menimbulkan gejala setelah 1 hari (coklat, keju).2
1. TERAPI FARMAKOLOGI
a Analgesik Nonspesifik
Analgesia yang dapat diberikan pada kasus nyeri lain selain
nyeri kepala. Secara umum dapat dikatakan bahwa terapi
memakai analgesia nonspesifik masih dapat menolong pada
migrain dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang.9
Yang termasuk analgesia nonspesifik adalah asetaminofen
(parasetamol), aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS). Pada umumnya pemberian analgesia opioid
dihindari. Beberapa obat OAINS yang telah diteliti diberikan
pada migrain antara lain adalah Diklofenak, Ketorolak,
Ketoprofen, Indometasin, Ibuprofen, Naproksen, Golongan
fenamat.9
Ketorolak IM membantu pasien dengan mual atau muntah
yang berat. Kombinasi antara asetaminofen dengan aspirin
atau OAINS serta penambahan kafein dikatakan dapat
menambah efek analgetik, dan dengan dosis masing-masing
obat yang lebih rendah diharapkan akan mengurangi efek
samping obat. Mekanisme kerja OAINS pada umumnya

terutama menghambat enzim siklooksigenase sehingga sintesa


prostaglandin dihambat.1
Pasien diminta meminum obatnya begitu serangan
migrain terasa. Dosis obat harus adekuat baik secara obat
tunggal atau kombinasi. Apabila satu OAINS tidak efektif
dapat dicoba OAINS yang lain. Efek samping pemberian
OAINS perlu dipahami untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Pada wanita hamil hindari pemberian OAINS
setelah minggu ke 32 kehamilan. Pada migrain anak dapat
diberikan asetaminofen atau ibuprofen.9
b Analgesik Spesifik
Hanya bekerja sebagai analgesia nyeri kepala. Pada
kasus sedang sampai berat atau berespons buruk dengan
OAINS pemberian analgesia spesifik lebih bermanfaat.10
Yang termasuk analgesik spesifik yang sering digunakan
adalah ergotamin, dihidroergotamin (DHE) dan golongan
triptan yang merupakan agonis selektif reseptor serotonin pada
5-HT1, terutama mengaktivasi reseptor 5HT I B / 1 D. Di
samping itu ergotamin dan DHE juga berikatan dengan
reseptor 5-HT2, 1dan 2- nonadrenergik dan dopamin.1
Ergotamin dan DHE diberikan pada migrain sedang
sampai berat apabila analgesia nonspesifik kurang terlihat
hasilnya atau memberi efek samping. Dosis dan cara
pemberian ergotamin dan DHE harus diperhatikan. Kombinasi
ergotamin dengan kafein bertujuan untuk menambah absorpsi
ergotamin selain sebagai analgesik pula. Hindari pada
kehamilan,

hipertensi

tidak

terkendali,

penyakit

serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit pembuluh perifer


(hati-hati pada pasien > 40 tahun) serta gagal ginjal, gagal hati
dan sepsis. Efek samping yang mungkin timbul antara lain
mual, dizziness, parestesia, kram abdominal. Ergotamin
biasanya diberikan pada episode serangan tunggal. Dosis
dibatasi tidak melebihi 10 mg/minggu.1

Sumatriptan dapat meredakan nyeri, mual, fotofobia


dan fonofobia sehingga memperbaiki disabilitas pasien.
Diberikan pada migrain berat atau pasien yang tidak
memberikan respon dengan analgesia nonspesifik dengan atau
tanpa kombinasi. Dosis awal sumatriptan adalah 50 mg dengan
dosis maksimal dalam 24 jam 200 mg. Kontra indikasi antara
lain adalah pasien, yang berisiko penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler, hipertensi yang tidak terkontrol,
migrain tipe basiler. Efek samping berupa dizziness, heaviness,
mengantuk, nyeri dada non kardial, disforia.10
Golongan triptan generasi kedua

(zolmitriptan,

eletriptan, naratriptan, rizatriptan) yang tidak ada di Indonesia


sebenarnya mempunyai respons yang lebih baik, rekurensi
nyeri kepala yang lebih rendah dan lebih dapat ditoleransi.10
2. TERAPI PREVENTIF (Profilaksis)
Pada terapi preventif atau profilaksis migrain terutama bertujuan
untuk mengurangi frekwensi, durasi dan beratnya nyeri kepala.1,4
Terapi preventif harus selalu diminum tanpa melihat adanya serangan
atau tidak. Pengobatan dapat diberikan dalam jangka waktu episodik,
jangka pendek (subakut) atau jangka panjang (kronis). Terapi
profilaksis lini pertama yaitu calcium channel blocker (verapamil),
antidepresan trisiklik (nortriptyline), dan beta blocker (propanolol)
Terapi profilaksis lini kedua yaitu methysergide, asam valproat,
asetazolamid.10
Terapi preventif kronis akan diberikan dalam beberapa bulan
bahkan tahun tergantung respons pasien. Biasanya diambil patokan
minimal dua sampai tiga bulan. Indikasi :10
Penyakit kambuh beberapa kali dalam sebulan
Penyakit berlangsung terus menerus selama beberapa minggu
atau bulan
Penyakit sangat mengganggu kuafitas/gaya hidup penderita.
Adanya kontra indikasi atau efek samping yang tidak dapat
ditoleransi terhadap terapi abortif.

Kecenderungan pemakaian obat yang berlebih pada terapi


abortif.
3. TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migrain,
terapi nonfarmaka tidak bisa dilupakan. Pada kehamilan terapi
nonfarmaka bahkan diutamakan. Terapi nonfarmaka dimulai dengan
edukasi dan menenangkan pasien (reassurance). Pada saat serangan
pasien dianjurkan untuk menghindari stimulasi sensoris berlebihan.
Bila memungkinkan beristirahat di tempat gelap dan tenang dengan
dikompres dingin. Menghindari faktor pencetus mungkin merupakan
terapi pencegahan yang murah.11
Intervensi terapi perilaku (behaviour) sangat berperan dalam
mengatasi nyeri kepala yang meliputi terapi cognitive-behaviour,
terapi relaksasi serta terapi biofeedback dengan memakai alat
elektromiografi atau memakai suhu kulit atau pulsasi arteri temporalis.
Olahraga terarah yang teratur dan meningkat secara bertahap
umumnya sangat membantu. Beberapa penulis mengusulkan terapi
alternatif lain seperti meditasi, hipnosis, akupunktur dan fitofarmaka.
Pada migrain menstrual dapat dianjurkan mengurangi garam dan
retensi cairan.11

BAB III
SARAN
1. Makanan yang banyak mengandung Thyramine (keju,red wine)
2. Makanan yang mengandung Monosodium Glutamate (MSG) seperti
makanan China dan Meksiko
3. Makanan yang mengandung Nitrat (bologna, salami, smoked meat)
4. Makanan yang difermentasi
5. Alkohol (red wine)
6. Caffeinated (softdrink, teh, kopi)

BAB IV
PENUTUPAN
Migren merupakan nyeri kepala primer dengan serangan nyeri kepala
berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama
serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam dan diperberat dengan aktifitas.
Klasifikasi migrain menurut International Headache Society (HIS):6

Migrain tanpa aura (common migraine)


Migrain dengan aura (classic migraine)
Migraine with prolonged aura
Basilar migraine (menggantikan basilar artery migraine)
Migraine aura without headache (menggantikan migraine

equivalent atau achepalic migraine)


Benign paroxysmal vertigo of childhood
Migrainous infraction (menggantikan complicated migraine)
Migren hemiplegic familial
Migren oftalmoplegik
Migren retinal
Migren yang berhubungan dengan gangguan intrakranial
Penatalaksaan migrain secara garis besar dibagi atas mengurangi faktor
resiko, terapi farmaka dengan memakai obat, terapi nonfarmaka. Terapi farmaka
dibagi atas dua kelompok yaitu terapi abortif (terapi akut) dan terapi preventif
(terapi pencegahan). Walaupun terapi farmaka merupakan terapi utama migren,
terapi nonfarmaka tidak bisa dilupakan. Bahkan pada kehamilan terapi
nonfarmaka diutamakan14.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli H. A. 2006. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala Migrain. Dalam
Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.
2. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajahmada University
Press. Yogyakarta.
3. Bartleson JD. Treatment of migraine headaches. Mayo Clin Proc 1999;74:702-8.
4. Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri Kepala Migren
dan Tension Type Headeche Di Kotamadya Medan, Neurona, Vol 22 No. 2
5. Wibowo S., Gofir A. 2001. Farmakologi dalam Neurologi. Salemba Medika.
Jakarta
6. Moore KL, Noble SL. Drug treatment of migraine: part I. Acute therapy and
drug-rebound headache. Am Fam Physician 1997;56: 2039-48.
7. Silberstein SD. Practice parameter: evidence-based guidelines for migraine
headache (an evidence-based review): report of the Quality Standards
Subcommittee of the American Academy of

Neurology. Neurology

2000;55:754-62.
8. Dooley M, Faulds D. Rizatriptan: a review of its efficacy in the management of
migraine. Drugs 1999;58:699-723.
9. Mathew NT, Kailasam J, Gentry P, Chernyshev O. Treatment of nonresponders
to oral sumatriptan with zolmitriptan and rizatriptan: a comparative open trial.
Headache 2000;40:464-5.
10. Matchar DB, McCrory DC, Gray RN. Toward evidence-based management of
migraine. JAMA 2000;284:2640-1.
11. Lipton RB, Stewart WF, Stone AM, Lainez MJ, Sawyer JP. Stratified care vs
step care strategies for migraine: the Disability in Strategies of Care (DISC)
Study: a randomized trial. JAMA 2000;284:2599-605.

Anda mungkin juga menyukai