Disusun Oleh :
Atika Widya Syariati, S.Ked J5101550
Dewi Tuti Alafiah, S.Ked J5101550
Lita Lufita, S.Ked J510155072
Manggala Aditya Pratama, S.Ked J510155034
Taufik Budiman, S.Ked J510155014
Pembimbing :
dr. Hj. Mutia Sinta, Sp.S
dr. Dwi Kusumaningsih, Sp. S
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD DR HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
MIGRAIN DENGAN HEMIPLEGIA
Yang diajukan Oleh :
Atika Widya Syariati, S.Ked J5101550
Dewi Tuti, S.Ked J5101550
Lita Lufita, S.Ked J510155072
Manggala Aditya Pratama, S.Ked J510155034
Taufik Budiman, S.Ked J510155014
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan dewan penguji RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
Pada hari Senin, tanggal 12 Oktober 2015
Penguji
Nama
NIP/NIK
Nama
NIP/NIK
(...............................)
(...............................)
Pembimbing Utama
Nama
NIP/NIK
Nama
NIP/NIK
(................................)
(...............................)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A Migrain 3
Definisi 3
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi 6
Gejala dan tanda
Pemeriksaan Penunjang9
Diagnosis
10
Penatalaksanaan
B Hemiplegia
10
14
Definisi 14
Etiologi 15
Manifestasi klinis
16
17
18
19
Saran
15
BAB IV PENUTUP
A Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri kepala merupakan keluhan yang paling sering ditemukan. Salah satu
keluhan tersebut adalah nyeri kepala sebelah atau yang dikenal sebagai migren.
Tiga puluh sampai empat puluh persen penduduk USA pernah mengalami nyeri
kepala hebat pada masa hidupnya, dimana nyeri tegang otot dan migrain
menduduki peringkat nomor satu1.
Migrain merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat baik mulai
dari anak-anak sampai dewasa, akan tetapi jarang setelah umur 50 tahun.
Diperkirakan 9% dari laki-laki, 16% dari wanita, dan 3-4% dari anak-anak
menderita migren. Dua perseratus dari kunjungan baru di unit rawat jalan penyakit
saraf menderita nyeri kepala migrain2.
Migrain merupakan nyeri kepala primer. Nyeri kepala biasanya terasa
berdenyut di satu sisi kepala (unilateral) dengan intensitas sedang sampai berat
dan bertambah dengan aktivitas. Dapat disertai mual dan atau muntah atau
fonofobia dan fotofobia Banyaknya dan frekuensi serangan sangat beranekaragam, dari tiap hari sampai satu serangan per minggu atau bulan1.
Meski belum diketahui pasti penyebabnya, migrain diperkirakan terjadi
akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di
otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses
inflamasi (peradangan). Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri
dan gejala lain, seperti mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat
pula migrain yang diderita. Faktor genetik umumnya sangat berperan pada
timbulnya migrain3.
Nyeri kepala ini merupakan penyakit yang sering menyebabkan
disabilitas, di lain pihak sampai saat ini tampaknya belum ada pengobatan yang
dapat menyembuhkan migren kecuali hanya usaha mengendalikan serangan nyeri
kepala ini. Diagnosis yang akurat, memberi penerangan mengenai penyakitnya,
berusaha menenangkan pasien serta memberi perhatian dan mengajak pasien
bekerja sama dalam mengenal gejala dini dan gejala migrain pada umumnya serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Migrain adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi
unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang
beraneka ragam. Blau mengusulkan definisi migrain sebagai berikut nyeri
kepala yang berulang-ulang dan berlangsung 2-72 jam dan bebas nyeri antara
serangan nyeri kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual atau
gastrointestinal/keduanya.2
B. EPIDEMIOLOGI
Migrain dapat terjadi pada anak-anak sampai orang dewasa, biasanya
jarang terjadi setelah berumur lebih dari 50 tahun. Angka kejadian migrain
dalam kepustakaan berbeda-beda pada setiap negara, umumnya berkisar
antara 56 % dari populasi. Di Indonesia belum ada data secara kongkret.
Pada wanita migrain lebih banyak ditemukan dibanding pria dengan skala.
Wanita hamil tidak luput dari serangan migren.4
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi migren menurut International Headache Society (IHS) :5
1. Migrain tanpa aura (common migraine)
Nyeri kepala selama 4-72 jam tanpa terapi. Sekurang-kurangnya 10 kali
serangan. Pada anak-anak kurang dari 15 tahun, nyeri kepala dapat
berlangsung 2-48 jam. Nyeri kepala minimal mempunyai dua karakteristik
berikut ini :5
Lokasi unilateral
Kuafitas berdenyut
Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.
Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
serangan
berulang-ulang
yang
pecah.
Migren merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 20
c
d
h
i
diplopia)
Kuandriparesis
Aktivitas bekerja memperberat terjadinya migrain.
Migrain mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya
dan tidur.
Migrain merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala.
Secara umum terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migrain
mengalami keempat fase ini. Keempat fase tersebut yaitu :7
1. FASE PRODROMAL
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat
mendahului serangan migrain. Fase ini dapat berlangsung selama
beberapa jam, bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya
antara lain :
Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang
berlebihan), banyak bicara (talkativeness), sensitif / iritabel,
fonofobia)
Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migrain klasik), yang
berkembang secara bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri
kepala dapat terjadi sebelum gejala aura atau pada saat yang
bersamaan.
3. FASE POSTDROMAL
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana
pasien dapat merasa kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti
berkabut.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Banyak dokter yang meminta suatu serial pemeriksaan darah untuk
pemeriksaan penyakit kelenjar gondok, anemia atau infeksi yang dapat
menyebabkan sakit kepala. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan sken otak
seperti computed tomographic scan (CT-scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) untuk menepis gangguan otak yang serius. Jika dicurigai
adanya aneurisma pembuluh darah otak, perlu dilakukan pemeriksaan
angiogram.7
Untuk mendiagnosis migren tidak selalu mudah, terutama pada pasienpasien yang memiliki gejala yang tidak jelas. Elektroensefalogram (EEG)
dilakukan
untuk
mengukur
aktivitas
kerja
otak.
EEG
ini
dapat
migrain
berdasarkan
ICHD-II
(International
hipertensi
tidak
terkendali,
penyakit
(zolmitriptan,
BAB III
SARAN
1. Makanan yang banyak mengandung Thyramine (keju,red wine)
2. Makanan yang mengandung Monosodium Glutamate (MSG) seperti
makanan China dan Meksiko
3. Makanan yang mengandung Nitrat (bologna, salami, smoked meat)
4. Makanan yang difermentasi
5. Alkohol (red wine)
6. Caffeinated (softdrink, teh, kopi)
BAB IV
PENUTUPAN
Migren merupakan nyeri kepala primer dengan serangan nyeri kepala
berulang, dengan karakteristik lokasi unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama
serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka ragam dan diperberat dengan aktifitas.
Klasifikasi migrain menurut International Headache Society (HIS):6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadeli H. A. 2006. Penatalaksanaan Terkini Nyeri Kepala Migrain. Dalam
Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya.
2. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajahmada University
Press. Yogyakarta.
3. Bartleson JD. Treatment of migraine headaches. Mayo Clin Proc 1999;74:702-8.
4. Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri Kepala Migren
dan Tension Type Headeche Di Kotamadya Medan, Neurona, Vol 22 No. 2
5. Wibowo S., Gofir A. 2001. Farmakologi dalam Neurologi. Salemba Medika.
Jakarta
6. Moore KL, Noble SL. Drug treatment of migraine: part I. Acute therapy and
drug-rebound headache. Am Fam Physician 1997;56: 2039-48.
7. Silberstein SD. Practice parameter: evidence-based guidelines for migraine
headache (an evidence-based review): report of the Quality Standards
Subcommittee of the American Academy of
Neurology. Neurology
2000;55:754-62.
8. Dooley M, Faulds D. Rizatriptan: a review of its efficacy in the management of
migraine. Drugs 1999;58:699-723.
9. Mathew NT, Kailasam J, Gentry P, Chernyshev O. Treatment of nonresponders
to oral sumatriptan with zolmitriptan and rizatriptan: a comparative open trial.
Headache 2000;40:464-5.
10. Matchar DB, McCrory DC, Gray RN. Toward evidence-based management of
migraine. JAMA 2000;284:2640-1.
11. Lipton RB, Stewart WF, Stone AM, Lainez MJ, Sawyer JP. Stratified care vs
step care strategies for migraine: the Disability in Strategies of Care (DISC)
Study: a randomized trial. JAMA 2000;284:2599-605.