Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN VII
ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN
TEMBELEKAN
Oleh:
Nama
Stambuk
Kelompok
Asisten

: Nur Apriliana Lenohingide


: FIC1 14 017
: IX (Sembilan)
: Risnawati

LABORATURIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

`I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan Tembelekan (L. camara Linn)

merupakan tumbuhan yang

banyak ditemukan di indonesia sebagai rumput, secara morfologi merupakan


herba menahun, batang semak, berkayu, tegak, bercabang, batang berduri. Tinggi
batang mencapai 4 m, daun berhadapan, warna hijau, bundar telur, permukaan

atas daun berambut banyak dan permukaan bawah berambut jarang. Pinggir daun
bergerigi dan berbulu kasar dengan panjang 5-8 cm dan lebar 3-5 cm. Perbungaan
mengelompok, tersusun dalam bulir yang padat pada ketiak daun. Warna bunga
beragam, seperti putih, kuning, merah, merah muda, dan jingga. Buah
bergerombol di ujung tangkai, kecil, bulat, warna hijau ketika mentah, hitam
kebiruan dan mengkilap ketika matang. Di dalam satu buah terdapat satu biji.
Tumbuhan ini berkembang biak dengan biji. Tumbuhan ini ditemukan di daerah
tropis pada lahan terbuka sebagai tanaman liar atau tanaman untuk pagar.
Tumbuhan dari dataran rendah sampai ketinggian 1700 m di atas permukaan laut.
Pemanfaatan tembelekan untuk pengobatan berbagai penyakit digunakan
dengan dua cara yaitu pengobatan dari dalam dan pengobatan dari luar.
Pengobatan dari dalam dengan cara merebus bagian yang diperlukan dengan
ukuran secukupnya.

memisahkan senyawa yang terkandung sehingga dapat

menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung ribuan


senyawa sebagai metabolit primer dan metabolit sekunder.
Pemisahan ekstrak daun tembelekan pada umunya digunakan Biasanya
proses isolasi senyawa dari bahan alami mengisolasi bahan sekunder, karena dapat
memberikan manfaat bagai kehidupan manusia, kandungan senyawa dari
tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu senyawa yang lebih dominan
dan salah satu usaha isolasi senyawa tertentu maka data dimanfaatkan pemilihan
pelarut organik yang akan di gunakan dalam mengisolasi suatu sampel dimana
pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya
senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa non polar. percobaan ini
dilakukan untuk mengetahui kandunga-kandunga yang terdapat dalam daun

tembelekan. Berdasarkan latar belakang diatas maka dilaukukan percobaan isolasi


senyawa metabolit sekunder tumbuhan tembelekan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah isolasi senyawa metabolit
sekunder tumbuhan tembelekan yaitu:
1. Bagaimana mengetahui tehnik isolasi senyawa metabolit sekunder tumbuhan
isolasi tembelekan (L. camara linn) ?
2. Bagaimana mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder
tumbuhan tembelekan (L. camara linn) ?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk

mengetahiu

isolasi

senyawa metabolit sekunder tumbuhan tembelekan yaitu:


1. Untuk mengetahui tehnik isolasi tumbuhan senyawa metabolit sekunder
tumbuhan tembelekan (L. camara linn).
2. Untuk Bagaimana mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder
tumbuhan tembelekan (L. camara linn).
D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai pada percobaan adalah isolasi senyawa
metabolit sekunder tumbuhan tembelekan yaitu:
1. Dapat mengetahui tehnik isolasi senyawa metabolit sekunder tumbuhan isolasi
tembelekan (L. camara linn).
2. Dapat mengetahui proses pemurnian senyawa metabolit sekunder tumbuhan
tembelekan (L. camara linn).

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Marfologi Tumbuhan Tembelekan

Lantana camara linn merupakan tanaman perdu dengan tinggi 05 1,5 m.


Tanaman ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh baik di daerah tropis.
Tanaman ini tumbuh tersebar di daerah tropis hampir seluruh benua. Dan dapat
tumbuh hingga ketinggian 1700 m dpl.

Gambar Tanaman. Tembelekan (Lantana camara Linn.)

Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Lamiales

Famili

: Verbenaceae

Genus

: Lantana

Spesies

: Lantana camara L.
Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L) merupakan tumbuhan yang

tumbuh liar di berbagai tempat. Tumbuhan Tembelekan digunakan masyarakat


secara empiris untuk mengobati beberapa macam penyakit seperti batuk, luka,
peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh haid, penurun panas, obat bengkak,
encok dan bisul.

Daun Tembelekan mengandung lantadene A, lantadene B,

lantanolic acid, lantic acid, humule (mengandung minyak asiri), caryophyllene,


terpidene, pinene dan cymene (Suwertayasa dkk, 2013).

B. Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Tembelekan

Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa


pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress
tertentu. Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus
untuk mempertahankan diri dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam
proses metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder
memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga
penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan
hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat
pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati) (Fassenden,
dkk., 1986).

Tanaman menghasilkan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang


bersifat toksik dan dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada
manusia. Golongan senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tanaman dapat dianalisis kemampuan sitotoksiknya melalui
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Baud dkk, 2014).
Tabel 1.Senyawa metabolit sekunder yang telah diisolasi dari tumbuhan
tembelekan (Lantana camara Linn.)
Nama

Struktur

Asam3,24dioxours-12-en-28-oic

Referensi

CO2H

(Yadav&Tripat
hi, 2003)

Bagian
Tanaman

Daun

O
OHC

Asamursoxi

CO2H

Begum et al.,
2003

Bunga

CO2Me

Begum et al.,
2003

Bunga

O
MeO

Metilursoxylat
O
MeO

Asamursangilik

Begum et al.,
2003

CO2H

Bunga

O
HO

Stigmastrol

Laiet al., 1998

Bunga

Lai etal., 1998

Batang

Begum et al.,
2002

Batang

Singh et al.,
(1996)

Akar

O
HO

Asambetulonik

CO2H

CO2H

AsamUrsethoxi

O
HO

H
H

AsamLantanolik
22-hidroksioleanonik

OH
CO2H
O
HO

HO
H3C

AsamLantaiursoli
k

H
CO2H
O

Singh et al.,
(1996)

Akar

(Nagao et al.,
2002)

Daun

(Nagao et al.,
2002)

Daun

(Nagao et al.,
2002)

Daun

(Nagao et al.,
2002)

Daun

(H3C)H2CH2COC

OH
HO

Apigenin
OH

O
OMe

MeO

Eupatorin

OH

MeO
OH

OH
OMe

Kirsiliol

MeO

MeO
OH

OMe
HO

Eupafolin

MeO
OH

OH

C. Ekstraksi

Ekstraksi bisa dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai dengan


sifat dan tujuan ekstraksi. Ada tiga jenis ekstraksi yang dapat digunakan yaitu
maserasi, sokletasi dan perkolasi. Ektraksi maserasi merupakan metode ekstraksi

yang sederhana, namun membutuhkan waktu yang cukup lama karena


perendaman pada suhu ruang. Untuk mempercepat proses ekstraksi, dilakukan
modifikasi menggunakan pemanasan dan pengadukan. Perubahan suhu sangat
efektif dalam mempercepat proses ektraksi karena suhu menyebabkan solubilitas
pelarut dan pori-pori padatan semakin besar (Nur dan Novy, 2015).
Ekstraksi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen solut dari
campurannya dengan menggunakan sejumlah massa pelarut. Berdasarkan fase
solut dan pelarut, ekstraksi dibedakan atas ekstraksi caircair, ekstraksi padat-cair,
dan ekstraksi gas cair. Ekstraksi padat cair sering disebut dengan pelindian atau
leaching. Proses ekstraksi padat cair banyak digunakan pada industri bahan
makanan, obat-obatan dan ekstraksi minyak nabati. Pelarut organik yang banyak
digunakan dalam ekstraksi padat-cair adalah heksan, alkohol, kloroform dan
aseton (Ibarz, dkk., 2011).
C. Kromatografi Kolom Gravitasi
Kromatografi Kolom gravitasi dapat digunakan pemisahan dan pemurnian
senyawa yang telah difraksinasi menggunakan kromatogravi vakum cair Teknik
ini dapat dilakukan dengan kolom diameter ukuran 1-3 cm dan panjang kolom 50
cm. Sebagai adsorben digunakan silika gel GF 60 (200-400 mesh). Tinggi
adsorben yang biasa digunakan berkisar 15-20 cm. Eluen yang digunakan
menggunakan campuran pelarut polar dan non polar dengan perbandingan yang
sesuai. Pernadingan dengan kromatografi gravitasi biasanya akan diperoleh hasil
yang baik apabila digunakan campuran pelarut yang dapat memisahkan komponen
pada Rf kurang dari 0,3 pada uji coba dengan KLT (Atun, S.,2014).

D. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis pada prinsipnya hampir
sama. apabila suatu cuplikan yang merupakan campuran dari beberapa komponen
dimasukkan bagian atas kolom, maka komponen yang diserap lemah oleh
absorben akan keluar lebih cepat bersama eluan sedangkan komponen yang
diserap kuat akan keluar lebih lama (Harjadi S., 1985).
Kromatografi lapis tipis adalah suatu tehnik pemisahan componenkomponen campuran suatu senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa
diantara padatan penyerap (adsorben, fase diam) yang dilapiskan pada plat kaca
dengan aluminium dengan suatu pelarut (fase gerak) yang melewati absorben
padatan penyerap. Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh
pelarut. KLT mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa organik
maupun senyawa anorganik, dan relatif sederhana dan kecepan analisisnya (Atun,
2014).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 7 Mei 2016, Pukul 13.0015.30 bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo, Kendari.
B. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum percobaan isolasi senyawa
metabolit sekunder tumbuhan tembelekan yaitu corong, gelas ukur 5 mL dan 25
mL, chamber, statif dan klem, kolom, penggaris, pensil, pinset, dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum percobaan isolasi senyawa
metabolit sekunder tumbuhan tembelekan ini antara lain adalah ekstrak
tembelekan, silika gel, plat KLT, kapas, dan n-heksan

C. Prosedur kerja
1. Prosedur kerja pertama
Pembuatan kromatografi kolom
Silika -ditimbang
gel
sebanyak 3 gram
-dilarutkan kedalam beberapa mL nheksan
-dimasukkan kedalam kolom kromatografi
-ditambahkan larutan n-heksan secara
terus menerus sehingga gel silica
memadat
Gel silica -yang telah
memadat dalam kolom
-dimasukkan potongan kecil kertas saring
kromatografi
-dimasukkan ekstrak daun tembelekan
yang
sebelumnya
telah
diperoleh
ovaporasi
-ditimbang fraksi yabg keluar dari kolom
Sampel
Pemeriksaan kromatografi lapis tipis
Plat KLT
-dipotong menggunakan catter dengan
ukuran 5 cm x1 cm
-ditotolkan
sampel
pada
plat
menggunakan pipet kapiler
-dimasukkan kedalam chamber yang
berisi larutan eluen ypppaitu n-heksana
dan etil asetat dengan system bergradien
-disinari dengan warna yang dihasilkan
plat menggunakan lampu UV
Sampel

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Data pengamatan

N
o

Fraksi

Spot
Fraksi

Pembanding
7:3

Rf =

Rf =
0,85

Gambar

II

Rf =
0,86

Spot

III

Rf =
0,36

IV

Rf =
0,33

Rf =
0,30

VI

Rf =
0,33

VII

Rf =
0,30

VII

Rf =
0,30

2. Analisis data

Penentuan nilai Rf pembanding


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = cm

Jarak pelarut dari batas bawah = cm


Ditanyakan : nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah
Rf =

Penentuan nilai Rf fraksi I


Diketahui : Jarak noda dari batas bawah = 2,5 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

2,5
=
3

0,83 cm

Penentuan nilai Rf fraksi II


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 2,6 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

2,6
3

= 0,86 cm

Penentuan nilai Rf fraksi III


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 1,1 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

1,1
3

= 0,36 cm

Penentuan nilai Rf fraksi IV


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 1 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

1
3

= 0,33 cm

Penentuan nilai Rf fraksi V


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 0,9 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

0,9
3

= 0,30 cm

Penentuan nilai Rf fraksi VI


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 1 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

1
3

= 0,33 cm

Penentuan nilai Rf fraksi VII


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 0,9 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

0,9
3

= 0,30 cm

Penentuan nilai Rf fraksi VIII


Diketahui :Jarak noda dari batas bawah = 0,9 cm
Jarak pelarut dari batas bawah = 3 cm
Ditanyakan :nilai Rf
jarak noda daribatas bawah
Rf = jarak pelarut dari batasbawah

Rf =

0,9
3

= 0,30 cm

B. Pembahasan
A. Preparasi sampel
Preparasi sampel daun tembelekan dapat menggunakan dua proses yaitu
pengeringan dan proses penghalusan. Tujuan pengeringan guna menghilangkan
molekul air pada tumbuhan tembelekan dan untuk

memudahkan dalam

mengekstrksi, kemudian penghalusan sampel pada percobaan ini untuk


memudahkan dalam proses ekstraksi dan untuk memperkecil permukaan sampel
agar dapat terisi padat, karena semakin kecil permukaan sampel maka akan
semakin mudah kandungan-kandungan senyawa yang terdapat dalam sampel
untuk larut dalam pelarut yang digunakan.

B. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campuranya dengan pembagian
suatu zat terlarut dan dua pelarut yang tidak dapat bercampur untuk mengambil
zat teralarut tersebut dari satu pelarut dari pelarut yang lain. Metode ekstaksi yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu metode refluks dan evaporasi, ekstraksi
sendiri bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun
sampel daun tembelekan kedalam pelarut untuk proses ekstraksi tersebut.
Metode refluks dan evaporasi digunakan dalam percobaan ini karena
menggunakan pelarut volatil, suhu yang digunakan dalam percobaan ini harus
dipertahankan sehingga pelarut tidak berubah, suhu yang digunakan yaitu 61C
karena pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu klorofom dengan titik
didih 61,5 C pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan maka pelarut akan
menguap sampai reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip refluks sendiri yaitu
pelarut volatil akan menguap pada suhu tinggi tetapi tidak mengurangi volume
larutan tersebut, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada pada kondensor dan turun
kembali kedalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung.
Tujuan dari metode refluks yang digunakan selama dua kali siklus dalam
percobaan ini untuk menarik semua senyawa yang masih terdapat di dalam
sampel, senyawa-senyawa yang memiliki sifat mirip dengan pelarut akan lebih
tertarik kedalam pelarut, senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun tembelekan
yang tidak tahan panas, dimana senyawa-senyawa tersebut dapat berupa senyawasenyawa pengotor atau penganggu. Pada percobaan ini sampel tembelekan
direfluks selama 1 jam bertujuan agar pelarut yang digunakan tidak habis. Setelah

metode refluks selesai selanjutnya dievaporasi. Tujuan dari evaporasi adalah


untuk menghasilkan ekstrat yang pekat dengan cara menguapkan pelarutnya
sehingga diperoleh larutan pekat ekstrat yang dihasilkan,

selain itu proses

evaporasi bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut klorofom, setelah


ekstrak daun tembelekan didapatkan maka dilanjutkan dengan proses pemisahan.
C. Pemisahan dan pemurnian
A. Pencarian Eluen yang Sesuai
Pemilihan eluen yang sesuai untuk mendapatkan fraksi-fraksi yang sesuai
dengan menggunakan plat KLT guna mendapatkan fraksi-fraksi

pada saat

nantinya melakukan kolom kromatografi gravitasi dengan senyawa yang


diinginkan dengan memisahkan pelarut antara polar dan nonpolar, pada saat
memisahkan harus menggunakan pelarut non polar terlebih dahulu supaya pelarut
polar tidak ikut bereaksi dengan senyawa non polar, seperti silika gel yang bersifat
polar mengingat hukum like Dissolves Like dengan mengatakan pelarut polar
akan melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawa nonpolar akan
melarutkan senyawa non polar, dimana silika gel bersifat semi polar sehingga
dapat menyerap senyawa yang sejenis. Pertama dengan menggunakan pelarut
polar dan non polar sebagai menggunakan pembanding yaitu 7:3 petroleum
benzen dan etil asetat, jika senyawa petroleum benzen lebih banyak maka dalam
senyawa daun tembelekan lebih banyak terkandung senyawa polar begitu pun
sebaliknya. Rumus untuk mencari eluen adalah :
pembanding
volume yang diinginkan
10
Selanjutnya dengan mentotol guna menentukan nilai Rf dengan
mengamati warna pada plat yang sesuai dengan senyawa yang dominan ada fase

diam pada silika gel dengan perbandingan 7:3 dengan eluen yang bersifat
nonpolar.
B. Kromatografi Kolom grafitasi
Kromatografi Kolom grafitasi merupakan metode yang digunakan untuk
memurnikan bahan kimia tunggal dari campuran, pada percobaan ini digunakan
silika gel, dengan perbandingan 7:3 dimana silika gel lebih banyak dari pada
pelarut karena silika gel merupakan senyawa nonpolar, pada pencampuran ekstrak
dengan silika gel senyawa nonpolar akan mudah tertarik dan terintegrasi, akan
membentuk fraksi-fraksi dengan mendapatkan nilai Rf dengan jarak noda sebesar
0,85 pada fraksi I. Tujuan dari perlakuan ini untuk membuktikan secara fisik
senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun tembelekan. Dalam kromatografi
kolom gravitasi ini dilakukan dengan cara impreknasi yang bertujuan untuk
menjenuhkan fase diam.
C. Kromatografi lapis Tipis
Kromatografi lapis Tipis yaitu proses pentotolan dengan menggunakan
plat KLT dan membuat garis pada tepi ujung sebagai batas pemisah. Bertujuan
untuk pada saat penyinaran menampakkan noda dan warna noda. Pada percobaan
ini didapatkan warna yang berbeda-beda tiap fraksi yang disebabkan perbedaan
senyawa yang terkandung dalam senyawa tembelekan dan nilai Rf yang
didapatkan berbeda pula dengan pembanding fraksi satu dan fraksi dua. Adapun
pembanding jarak noda batas bawah yaitu sedangkan jarak pelarut dari batas

bawah yaitu cm. Untuk mencari nilai Rf itu sendiri adalah jarak noda diper jarak
pelarut.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ekstraksi adalah salah satu tehnik untuk memisahkan dua komponen atau lebih
dengan menambahkan zat pelarut untuk mengikat komponen berdasarkan
kelarutannya. Metode isolasi daun tembelekan dapat menggunakan beberapa
tehnik yaitu tehnik refluks bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang
terdapat dalam sampel daun

tembelekan, tehnik evaorasi bertujuan untuk

menghasilkan ekstrak yang pekat dengan cara menguapkan pelarutnya, tehnik


kromatografi kolom gravitasi bertujuan memurnikan bahan kimia tunggal
dengan perbandingan 7:3 antar silika gel dengan pelarutnya karena silika gel
merupakan senyawa nonpolar akan mudah tertarik dan terintegrasi akan
membentuk fraksi satu dan fraksi dua selanjutnya dengan metode kromatografi
lapis tipis bertujuan untuk mengetahui nilai Rf dengan jarak noda dan jarak
pelarut.
2. Proses pemurnian senyawa metabolit sekunder tumbuhan tembelekan dengan
menggunakan beberapa proses yaitu dengan pertama dengan ekstraksi dengan
metode refluks dengan evaporasi dengan menggunakan pelarut volatil dengan
suhu 61C karena pelarut yang digunakan memiliki titik didih sebesar 61,5 C

pada kondisi ini dilakukan pemanasan sampai pelarut menguap pada suhu
tinggi tetapi tidak mengurangi volume larutan tersebut dengan didinginkan
dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan
mengembun pada kondensor dan turun kembali kewadah reaksi sehingga
pelarut akan tetap ada pada selama berlangsung, dalam percobaan ini dilakukan
dua kali tahap merefluks agar senyawa-senyawa atau pengotor benar-benar
habis, selanjutnya dengan evaporasi memisahkan ekstrak dengan klorofom,
selanjutnya pada proses kromatografi yaitu dengan menggunakan silika gel
dengan perbandingan 7:3 dengan pelarut untuk mendapatkan fraksi-fraksi
dengan nilai Rf dengan jarak noda sebesar selanjutnya dengan kromatografi
lapis tipis dengan dengan menggunakan plat KLT dan membuat garis pada tepi
ujung sebagai batas pemisah selanjutnya dihasilkan warna-warna yang
berbeda-beda tiap fraksi.
B. Saran
Saran saya bagi praktikan agar serius dalam melakukan peraktikum jagan
hanya banyak bermain dan bercanda karena dalam melakukan praktikum
dibutuhkan keseriusan untuk mendapatkan hasil yang benar-benar yang
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Atun S., 2014, Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa
Organik Bahan Alami, Jurnal Konservasi Cakar Budaya
Borobudur , 8 (2).
Baud G.S, Meiski S.S, dan Harry S.J.K, 2014, Analisis Senyawa Metabolit
Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang Tanaman Patah
Tulang (Euphorbia tirucalli L.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT), Jurnal Ilmiah Sains, 14(2).
Fessenden and Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid I, Jakarta : Erlangga.
Harjadi, S., 1987, Ilmu Kimia Organik Dasar, PT, Gramedia, Jakarta.
Ibarz, A dan Canovas, G., 2011, Unit Operation In Food Enginering, CRC Press.
Nur F.A., dan Novy P.P, 2015, Ekstraksi Tannin dari Daun Tanaman Putri Malu
(Mimosa pudica), Prosiding Senimar Nasional Teknik Kimia, ISSN : 16934393.
Suwertayasa I.M.P, Widdhi B, dan Hosea J.E, 2013, Uji Efek Antipiretik Ekstrak
Etanol Daun Tembelekan (Lantana camara L.), pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar, Jurnal Ilmiah Farmasi, ISSN : 2302-2439.

Anda mungkin juga menyukai