Anda di halaman 1dari 11

I.

Tujuan Praktikum
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi
volume besar) yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis,
3.

sterilisasi dan penyerahan sediaan infus.


Agar dapat menyalurkan ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan dalam bentuk
pengamatan dan penyusunan makalah berdasarkan dasar-dasar teori dalam mata kuliah
teknologi sediaan steril.

II. Dasar Teori


Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui
intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat
terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama.
Rasionya dalam tubuh adalah air 57 %; lemak 20,8 %; protein 17,0 %; serta mineral dan glikon 6
%. Ketika terjadi gangguan homeostasis ( keseimbangan cairan tubuh ), maka tubuh harus segera
mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Syarat-syarat obat suntik :


Aman, tidak boleh memyebabkan iritasi jaringan atau efek tosis
Harus jernih, tidak terdapat partikel padat kecuali berbentuk suspensi
Tidak berwarna kecuali bila obatnya berwarna
Sedapat mungkin isohidri
Sedapat mungkin isotonis
Harus steril
Bebas pirogen

Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran
adalah air untuk obat suntik (water for injection, USP). Air ini dimurnikan dengan cara
penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi standar yang sama dengan
Purified Water, USP dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidal lebih dari 1 mg per 100 mL
Water for Injection, USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk obat
suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut dimaksudkan untuk
pembuatan produk yang disuntikkan yang akan disterilkan sesudah dibuat.air untuk obat suntik
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran
temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik dimaksudkan untuk digunakan
dalam waktu 24 jam sesudah penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas
pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.

Steril Water for Injection,USP adalah air untuk obat suntik yang telah disterilkan dan
dikemas dalam wadah-wadah dosis tunggal yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter.seperti air
untuk obat suntik,harus bebas pirogen dan tidak boleh mengandung zat antimikroba atau zat
tambahan lain. Air ini boleh mengandung sedikit lebih banyak zat pada total daripada air untuk
obat suntik karena terjadinya pengikisan zat padat dari lapisan gelas tangki selama proses
sterilisasi. Air ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pelarut, pembawa atau pengencer obat
suntik yang telah disteril dan dikemas.dalam penggunaannya, air ditambahkan secara aseptis ke
dalam vial obat untuk membentuk obat suntik yang diinginkan.
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral
dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang
cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain. Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis
tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain.
Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus
intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat. Persyaratan infus intravena menurut FI III antara lain :
1. Sediaan steril berupa larutan
2. Bebas pirogen
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
4. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m
5. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar
6. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel

7. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan
pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan
8. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nominal
9. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
10. Memenuhi syarat injeksi
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.
Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya
dengan cara dimuntahkan.
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,
sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan
batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis
dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina
karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus).

Hubungan Antara Osmolaritas dan Tonisitas


Etiket pada larutan yang diberikan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan

bergizi atau injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan
kadar osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
Kadar osmolar ideal didapat dengan:
m.osmole/liter= g/L larutan x 1000 x jumlah ion/BM zat terlarut
Osmolaritas

Tonisitas

(Mosmole/ltr)
> 350

Hipertonis

329 - 350

Sedikit hipertonis

270 - 328

Isotonis

250 - 269

Sedikit hipotonis

0 - 249

Hipotonis

Penggolongan Sediaan Infus Berdasarkan Komposisi dan Kegunaannya


Tubuh manusia mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intreaseluler 40% yang

mengandung ion-ion K, Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat.
A. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan
jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang
menyimpang, yaitu:
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah
berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
B. Infus Karbohidrat
Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk
donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot
kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain. Kegunaan: 5% isotonis, 20% diuretik, dan 3050% untuk udem otak.

Evaluasi Sediaan Infus


Yang perlu dievaluasi dalam sediaan infus ini antara lain:
1. Evaluasi fisika: pH, volume injeksi dalam wadah, bahan artikulat, uji kebocoran, uji
kejernihan dan warna.
2. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi.
3. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri, penetapan kadar
antibiotic.
4. Pengemasan dan penyimpanan.
5. Penandaan.

III.Praformulasi
1. NaCl ( FI edisi III hal 403 )

Sifat Kimia
Nama Lain : NaCl
Rumus Molekul :
Berat Molekul : 58,44
Sifat Fisika
a. Organoleptis
Bentuk : Kristal atau serbuk kristal putih
Bau : tidak berbau
Warna : tidak berwarna
Rasa : asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10bagian gliserol P,sukar larut dalam etanol (95%).
b. Kestabilan : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
c. pH : 5 7,5
d. Titik lebur : 800,4 0 C
Sifat Farmakologi dan Farmakokinetik
a. Khasiat
Bahan aktif sebagai Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
b. Efek Samping
Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan
hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang
sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi,
berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang,
koma dan kematian.
c. OTT
logam Ag, Hg, Fe
d. Kontra indikasi
Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
e. Farmakologi
berfungsi untuk mengatur distribusi air,cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan
osmotik cairan tubuh.
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah infus
Dosis
lebih dari 0,9%(excipient hal 440).injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003
hal 1415) injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml.Na+ dalam plasma=135-145 mEq/L
(steril dosage form hal 251)
Cara penggunaan : IV
Cara sterilisasi : Sterilisasi A ( autoklaf ) dan C ( Filtrasi )

2. Aqua Pro Injeksi ( FI edisi III hal 97 )


Nama Resmi : AQUA PRO INJEKSI
Sinonim
: Air untuk injeksi
Pemerian
: Keasaman, Kebasahan, Amonium, Besi, Tembaga, Timbal, Kalsium,
Klorida, Nitrat, Sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang tertera pada
aqua destilata.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika dalam wadah tertutup kapas berlemak
harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan.
: Sebagai pelarut untuk injeksi.

K/P

IV. Spesifikasi Wadah


a) Kemasan wadah infus 500 ml
Botol tidak berwarna
Botol infus
Botol kaca
Botol tidak berwarna kuning
Botol tutup karet
Tutup karet ditutup aluminium
V. Formulasi
Tiap 500 ml mengandung:
Natrii Chloridum
4,5 g
Aqua Pro Injection hingga
500 ml
Dalam wadah dosis tunggal di tempat sejuk.
1. pH 4,5 sampai 7,0.
2. Tidak boleh mengandung bakterisida.
3. Mengandung ion klorida dan ion natrium masing-masing 154 mEq per liter.
4. Isotonis
5. Disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C, segera setelah dibuat.
6. Bebas pirogen.
7. Pada etiket harus juga tertera:
Banyaknya ion klorida dan ion natrium dalam mEq per liter.
8. Diinjeksikan secara infusi.
Larutan natrium klorida bersifat korosif dengan besi; membentuk endapan bila
bereaksi dengan perak; garam merkuri; agen oksidasi kuat pembebas klorine dari larutan
asam sodium klorida; kelarutan pengawet nipagin menurun dalam larutan sodium
klorida.
CaCl2 akan bereaksi dengan gas CO2 akan menghasilkan endapan CaCO2

Usul Penyempurnaan Sediaan


API yang digunakan harus bebas CO2
Ditambah karbon aktiif 0,1 % untuk menghilangkan pirogen

VI. Perhitungan dan Penimbangan


Dibuat larutan infus 250 ml, pada pembuatan larutan infus ini dilebihkan 10%.
= 250 ml + (10% x 250 ml)
= 250 ml + 25 ml = 275 ml
Bahan yang ditimbang antara lain:
a. NaCl = 275/500 x 4,5 g = 2,475 g
b. Aqua Pro Injection sampai 275 ml

Perhitungan tonisitas dengan rumus White Vincent:


V = W x E x 111,1
Keterangan :
V = Volume larutan obat
W = massa bahan obat (gram)
E = Ekivalensi NaCl
111,1 = Volume larutan isotonis

Maka :
V NaCl = 2,475 x 1 x 111,1 = 274,972 mL
Untuk larutan 250 mL = 274,972 mL 250mL = 24,972 mL
gram NaCl berlebih
W = 24,9725/(1x111,1) = 0,224 g
NaCl yang ditimbang = 2,475 g - 0,224 g = 2,251 g

Perhitungan osmolarita
M osmolarita NaCl :
BM NaCl = 58,5
Jumlah ion = 2
gr
zat terlarut X 1000 X jmlh Ion
L
Rumus :
BM zat terlarut

2,25 g
X 1000 X 2
0,25 L
58,5

= 279,720
Berdasarkan tabel hubungan osmolarita dan tonisitas. Maka, larutan infuse sudah bersifat
isotonis.

Injeksi dosis tunggal volume lebih dari 10 ml, harus dibebaskan pirogen. Untuk
menghilangkan pirogen, digunakan norit 0,1% = 0,1 x 275 mL = 0,275 g

VII.

Alat dan Bahan


A. Alat
Beker glass
Gelas ukur
Botol semprot
Batang pengaduk
Spatel
Bunsen
Kaki tiga

Kertas perkamen
Erlenmeyer
Corong
Kertas saring
B. Bahan
NaCl
Aqua Pro Injection
Karbon aktif

C. VIII. Prosedur Kerja


D. 1. Alat dan bahan disiapkan.
E. 2. Dibuat air pro injeksi setelah mendidih,,untuk membuat API bebas CO2
ditambahkan waktu selama 30 menit .
F. 3. Semua bahan yang diperlukan ditimbang menggunakan kaca arloji.
G. 4. Zat aktif dilarutkan menggunakan API didalam beaker glass kemudian kaca
arloji di bilas dengan API sampai tanda kalibasi tercapai.
H. 5. Ditimbang 0,1% karbon aktif , masukkan ke dalam larutan ,gelas piala ditutup
kaca arloji dan disisipkan batang pengaduk,
I. 6. Dihangatkan larutan pada suhu 50-70 selama sekitar 15 menit sambil sesekali
diaduk.
J. 7. Kertas saring ganda dan terlipat,dibasahi dahulu dengan API.
K. 8. Dipindahkan corong dan kertas saring ke erlemeyer steril bebas pirogen.
L. 9. Larutan disaring hangat hangat kedalam erlenmeyer.
M. 10. Ukur volume larutan dalam gelas ukur tepat 500 ml dan isikan langsung
kedalam botol infuse 500ml.
N. 11. Pasang tutup karet botol infuse steril,ikat dengan simpul champagne.

O.
IX.

Cara Sterilisasi
P. Na

Q. Cara dan Waktu

ma
Alat
S. Bot
ol

Sterilisasi
T. Oven 170

n
c

selama 1 jam

er

perkamen
W. Oven 170

selama 1 jam

mey
er
AB. C
oro
ng
AE. B
atan

X. Dibungku
s

glas
s
Y. Erle

U. Dibungku
s

Infu
s
V. Bek

R. keteranga

perkamen
Z. Oven 170

selama 1 jam
AC.

Oven 170

Dibun

gkus
0

c selama 1 jam
AF.Oven 170

AA.

perkamen
AD. Dibun
gkus

selama 1 jam

perkamen
AG. Dibun
gkus

perkamen

Pen
gad
uk
AH. G
elas

AI. Oven 170

selama 1 jam

Arl
oji
AK. T
utu
p
Alu

AJ. Dibungku
perkamen

AL.

Oven 170

c selama 1 jam

AM.

Dibun

gkus
perkamen

min
ium
AN. K

AO.

Autoclave
0

erta

121

c selama

15 menit

AP.Dibungku
s
perkamen

sari
ng
AQ. T

AR.

Autoclave
0

utu

121

c selama

15 menit

AS.

Dibun

gkus
perkamen

Kar
et
AT.Oba

AU.

Autoclave
0

121

Jadi

15 menit

AW.
AX.

c selama

AV.Dibungku
s
perkamen

AY.DAFTAR PUSTAKA
AZ.

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients,


second edition. London: The Pharmaceutical Press.

BA.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta:
UI Press.

BB.

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.

BC.

Depkes RI. Formularium Nasional, Ed II. 1978.Jakarta.

BD.

Sulistiawati, Farida M.Si, Apt. dan Suryani, Nelly M.Si, Apt. 2007. Penuntun
Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta.

BE.

The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra


Pharmacopoeia twenty-eight edition. London: The Pharmaceutical Press.

BF.

Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.
BG.

Anda mungkin juga menyukai