Tujuan Praktikum
1. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi
volume besar) yang dibuat.
2. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis,
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pelarut yang paling sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-besaran
adalah air untuk obat suntik (water for injection, USP). Air ini dimurnikan dengan cara
penyulingan atau osmosis terbalik (reverse osmosis) dan memenuhi standar yang sama dengan
Purified Water, USP dalam hal jumlah zat padat yang ada yaitu tidal lebih dari 1 mg per 100 mL
Water for Injection, USP dan tidak boleh mengandung zat penambah. Walaupun air untuk obat
suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus bebas pirogen. Air tersebut dimaksudkan untuk
pembuatan produk yang disuntikkan yang akan disterilkan sesudah dibuat.air untuk obat suntik
harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran
temperatur dimana mikroba dapat tumbuh. Air untuk obat suntik dimaksudkan untuk digunakan
dalam waktu 24 jam sesudah penampungan. Tentunya harus ditampung dalam wadah yang bebas
pirogen dan steril. Wadah umumnya dari gelas atau dilapis gelas.
Steril Water for Injection,USP adalah air untuk obat suntik yang telah disterilkan dan
dikemas dalam wadah-wadah dosis tunggal yang tidak lebih besar dari ukuran 1 liter.seperti air
untuk obat suntik,harus bebas pirogen dan tidak boleh mengandung zat antimikroba atau zat
tambahan lain. Air ini boleh mengandung sedikit lebih banyak zat pada total daripada air untuk
obat suntik karena terjadinya pengikisan zat padat dari lapisan gelas tangki selama proses
sterilisasi. Air ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pelarut, pembawa atau pengencer obat
suntik yang telah disteril dan dikemas.dalam penggunaannya, air ditambahkan secara aseptis ke
dalam vial obat untuk membentuk obat suntik yang diinginkan.
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah
cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral
dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena
digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk
mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang
cukup selama masa penyembuhan atau setelah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya
yakni sebagai pembawa obat-obat lain. Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis
tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain.
Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena
untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus
intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin.
Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk
meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat
digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam
kecepatan yang lambat. Persyaratan infus intravena menurut FI III antara lain :
1. Sediaan steril berupa larutan
2. Bebas pirogen
3. Sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah
4. Infus emulsi dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam tidak lebih dari 5 m
5. Infus intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar
6. Larutan untuk infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel
7. Emulsi untuk infus intravena setelah dikocok harus homogen dan tidak menunjukkan
pemisahan fase, diameter globul fase terdispersi untuk infus intravena harus dinyatakan
8. Volume netto/volume terukur tidak kurang dari nominal
9. Penyimpanan dalam wadah dosis tunggal
10. Memenuhi syarat injeksi
Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat.
Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat
dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya
dengan cara dimuntahkan.
Pembuatan infus ini mengacu pada penggunaannya sebagai cairan infus yang dapat
menstabilkan jumlah elektrolit-elektrolit yang sama kadarnya dalam cairan fisiologis normal,
sehingga diharapkan pasien dapat mempertahankan kondisi elektrolitnya agar sesuai dengan
batas-batas atau jumlah elektrolit yang normal pada plasma. Selain itu, digunakan pengisotonis
dekstrosa yang diharapkan mampu menambah kalori bagi pasien serta meningkatkan stamina
karena biasanya kondisi pasien yang kekurangan elektrolit dalam keadaan lemas (sehingga perlu
diinfus).
bergizi atau injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan
kadar osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
Kadar osmolar ideal didapat dengan:
m.osmole/liter= g/L larutan x 1000 x jumlah ion/BM zat terlarut
Osmolaritas
Tonisitas
(Mosmole/ltr)
> 350
Hipertonis
329 - 350
Sedikit hipertonis
270 - 328
Isotonis
250 - 269
Sedikit hipotonis
0 - 249
Hipotonis
mengandung ion-ion K, Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat.
A. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan
jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang
menyimpang, yaitu:
1. Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah
berlebih.
2. Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
B. Infus Karbohidrat
Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk
donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot
kerangka, hipoglikemia, dan lain-lain. Kegunaan: 5% isotonis, 20% diuretik, dan 3050% untuk udem otak.
III.Praformulasi
1. NaCl ( FI edisi III hal 403 )
Sifat Kimia
Nama Lain : NaCl
Rumus Molekul :
Berat Molekul : 58,44
Sifat Fisika
a. Organoleptis
Bentuk : Kristal atau serbuk kristal putih
Bau : tidak berbau
Warna : tidak berwarna
Rasa : asin
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih
kurang 10bagian gliserol P,sukar larut dalam etanol (95%).
b. Kestabilan : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan
pengguratan partikel dari tipe gelas
c. pH : 5 7,5
d. Titik lebur : 800,4 0 C
Sifat Farmakologi dan Farmakokinetik
a. Khasiat
Bahan aktif sebagai Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
b. Efek Samping
Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan
hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang
sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi,
berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang,
koma dan kematian.
c. OTT
logam Ag, Hg, Fe
d. Kontra indikasi
Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
e. Farmakologi
berfungsi untuk mengatur distribusi air,cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan
osmotik cairan tubuh.
Wadah dan Penyimpanan : dalam wadah infus
Dosis
lebih dari 0,9%(excipient hal 440).injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003
hal 1415) injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml.Na+ dalam plasma=135-145 mEq/L
(steril dosage form hal 251)
Cara penggunaan : IV
Cara sterilisasi : Sterilisasi A ( autoklaf ) dan C ( Filtrasi )
K/P
Maka :
V NaCl = 2,475 x 1 x 111,1 = 274,972 mL
Untuk larutan 250 mL = 274,972 mL 250mL = 24,972 mL
gram NaCl berlebih
W = 24,9725/(1x111,1) = 0,224 g
NaCl yang ditimbang = 2,475 g - 0,224 g = 2,251 g
Perhitungan osmolarita
M osmolarita NaCl :
BM NaCl = 58,5
Jumlah ion = 2
gr
zat terlarut X 1000 X jmlh Ion
L
Rumus :
BM zat terlarut
2,25 g
X 1000 X 2
0,25 L
58,5
= 279,720
Berdasarkan tabel hubungan osmolarita dan tonisitas. Maka, larutan infuse sudah bersifat
isotonis.
Injeksi dosis tunggal volume lebih dari 10 ml, harus dibebaskan pirogen. Untuk
menghilangkan pirogen, digunakan norit 0,1% = 0,1 x 275 mL = 0,275 g
VII.
Kertas perkamen
Erlenmeyer
Corong
Kertas saring
B. Bahan
NaCl
Aqua Pro Injection
Karbon aktif
O.
IX.
Cara Sterilisasi
P. Na
ma
Alat
S. Bot
ol
Sterilisasi
T. Oven 170
n
c
selama 1 jam
er
perkamen
W. Oven 170
selama 1 jam
mey
er
AB. C
oro
ng
AE. B
atan
X. Dibungku
s
glas
s
Y. Erle
U. Dibungku
s
Infu
s
V. Bek
R. keteranga
perkamen
Z. Oven 170
selama 1 jam
AC.
Oven 170
Dibun
gkus
0
c selama 1 jam
AF.Oven 170
AA.
perkamen
AD. Dibun
gkus
selama 1 jam
perkamen
AG. Dibun
gkus
perkamen
Pen
gad
uk
AH. G
elas
selama 1 jam
Arl
oji
AK. T
utu
p
Alu
AJ. Dibungku
perkamen
AL.
Oven 170
c selama 1 jam
AM.
Dibun
gkus
perkamen
min
ium
AN. K
AO.
Autoclave
0
erta
121
c selama
15 menit
AP.Dibungku
s
perkamen
sari
ng
AQ. T
AR.
Autoclave
0
utu
121
c selama
15 menit
AS.
Dibun
gkus
perkamen
Kar
et
AT.Oba
AU.
Autoclave
0
121
Jadi
15 menit
AW.
AX.
c selama
AV.Dibungku
s
perkamen
AY.DAFTAR PUSTAKA
AZ.
BA.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta:
UI Press.
BB.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Badan
Pengawasan Obat dan Makanan.
BC.
BD.
Sulistiawati, Farida M.Si, Apt. dan Suryani, Nelly M.Si, Apt. 2007. Penuntun
Praktikum Teknologi Sedian Steril. Jakarta.
BE.
BF.
Tjay, Tan Hoan, Drs, dkk. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.
BG.