Dosen Pengampu
DISUSUN OLEH :
SOCHI ASSHIDIQ
2021315512
ALIM ASSHIDIQ
2021315513
ILMA NAFIA
2021315514
IHDISYIROTH NUR
2021315515
NURINA RAHMA
2021315516
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM dengan lanca. Dalam
penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Akhmad Zaeni, M.Ag Selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Pendidikan
Islam, dan semua pihak yang telah membantu selesainya penyusunan makalah ini.
Kami sadarbahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh
karena itu kami selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca
yang budiman pada umumnya.
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
B. Profil Madrasah Nizamiyah
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari sejarah pendidikan islam amat penting,terutama bagi pelajarpelajar agama dan pemimm\pin-pemimpin islam.karena di dalam mata pelajaran
sejarah pendidikan islam, pelajar dapat mengetahui sejarah atau peristiwa peristiwa di
masa silam,baik sosial politik ekonomi maupun agama atau budaya pada suatu bangsa
atau negara atau dunia.
Secara umum sejarah pendidikan islam mempunyai kegunaan yang sangat
besar bagi kehidupan manusia khususnya bagi umat muslim sendiri,karena sejarah
menpunyai atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan
melahirkan nilai nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat
manusia.
Sejarah pendidikan islam selain dapat menimbulkan nilai nilai baru bagi
pertumbuhan umat manusia,sejarah pendidikan islam juga mempunyai kegunaan
sebagai faktor faktor keteladanan bagi umat umat sekarang.
2.
3.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
Tujuan
1.
2.
Untuk mengetahui Pusat pusat pendidikan islam dan siapa saja tokoh tokohnya
3.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam
Pada masa Nabi Muhammad SAW pendidikan Islam berarti
memasukan ajaran Islam ke dalam unsur-unsur budaya bangsa Arab pada masa itu.
Dalam masa pembinaan, ada beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Budaya yang telah ada dan tidak bertentangan dengan ajaran islam, pada
umumnya dibiarkan tetap berlaku dan berkembang dengan mendapatkan
pengarahan-pengarahan seperlunya. Pada umumnya kehidupan perekonomian,
sarana pemenuhan kebutuhan hidup dan unsur-unsur kebutuhan manusiawi yang
telah ada dibiarkan berkembang dengan menjaga agar jangan sampai merugikan,
baik kepentingan perorangan, masyarakat maupun perkembangan budaya Islami
pada umumnya.
5.
lengkap dan sempurna dalam ruang lingkupnya yang sepadan, baik dari seggi situasi
dan kondisi maupun waktu dan perkembagan zamannya. Setting tersebutlah yang
Generasi muda (sebagai generasi penerus) dan masyarakat bangsa lain yang
belum menerima ajaran Islam
b.
A. Syalabi, op.cit., hal. 165. Lihat juga : T.M. Hasbi Ash Siddiqy, op.cit., hal. 89/90
Islam kepada penduduk. Mereka menjadi yang bertindak sebagai pendidik atau guruguru agama, sehingga timbul pusat-pusat pendidikan Islam di luar Madinah.
Suatu peristiwa penting dalam Sejarah Pendidikan Islam di masa setelah Nabi
Muhammad SAW wafat adalah peristiwa pemberontakan dari orang-orang murtad
yang enggan membayar zakat, serta timbulnya nabi-nabi palsu pada awal kekhalifahan
Abu Bakar. Para pemberontak tersebut adalah kalangan orang-orang yang baru masuk
Islam dan belum mantap keIslamannya. Untuk mengatasi pemberontakan tersebut Abu
Bakar mengirimkan pasukan yang terdiri dari para sahabat, yang akhirnya terjadi
pertempuran yang cukup hebat, sehingga banyak di antara para sahabat yang mati
syahid 2), yang menyebabkan berkurangnya penghafal-penghafal Al-Quran, guru dan
pendidik Islam.
Untuk menjaga agar Al-Quran tidak sampai hilang, maka penulisan alQuran yang pada masa Nabi Muhammad SAW masih belum tersusun sesuai dengan
hafalan para sahabat, dituliskan kembali dan dijadikan satu mushaf. Para sahabat
dikirim keberbagai daerah yang telah dikuasai kaum muslimin, untuk mengajarkan AlQuran dan memasukkan ajaran Islam ke dalam budaya penduduk daerah-daerah baru
tersebut.
Bebarengan dengan pengembangan daerah kekuasaan islam pada masa-masa
berikutnya, berkembang pula pusat-pusat kegiatan pendidikan Islam, baik bagi mereka
yang baru masuk Islam, bagi para generasi muda (anak-anak), maupun bagi mereka
yang akan memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam Islam.
B. Pusat-pusat Pendidikan Islam
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, menerangkan
bahwa pusat-pusat pendidikan tersebut tersebar di kota-kota besar sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
Madrasah Makkah
Guru pertama yang mengajar di Makkah, ialah Mutad bin Jabal. Ialah yang
Madrasah Madinah
Madrash ini lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya. Di antara sahabat yang
mengajar di madrasah Madinah ini, adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Talib, Zaid
bin Sabit dan Abdullah bin Umar. Zaid bin Sabit adalah seorang ahli Qiraat dan Fiqh,
dan beliaulah yang mendapatkan tugas memimpin penulisan kembali Al-Quran.
Sedangkan Abdullah bin Umar adalah seorang ahli hadis. Beliau dianggap sebagai
pelopor mazhab Ahl al Hadis yang berkembang pada masa-masa berikutnya.
Setelah ulama-ulama sabahat wafat, digantikan oleh murid-muridnya (tabiin)
yang terkenal, yaitu Saad bin Musyayab dan Urwah bin Al-Zubair bin al-Awwan,
yang pada generasi berikutnya kemudian muncul seorang ahli Hadis dan Fiqh: Ibn
Syihab Al-Zuhri. Dan dari madrasah mazhab yang termansyur.
c.
Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ini ialah Abu Musa Al-Asyari yang
terkenal sebagai ahli Fiqh, Hadis, dan ilmu Al-Quran, dan Anas bin Malik yang
termasyhur dalam Ilmu Hadis.
Di antara guru madrasah Basrah yang terkenal adalah: Hasan Al-Basri dan Ibn
Sirin. Hasan Al-Basri, di samping seorang ahli Fiqh, ahli pidato dan kisah, juga
terkenal sebagai seorang ahli pikir dan ahli tasawuf. Ia dianggap sebagai perintis
mazhab Ahl Al-Sunnah dalam lapangan Ilmu Kalam. Sedangkan Ibn Sirin, adalh
seorang ahli Hadis dan Fiqh, yang belajar langsung dari Zaid bin Sabit dan Anas bin
Malik.
d.
Madrasah Kufah
Ulama sahabat yang tinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Talib, pengurus masalah
politik dan urusan pemerintahan, dan Abdullah bin Masud ialah sebagai guru agama.
Ibnu Masud adalah seorang ahli tafsir, ahli fiqh dan banyak meriwayatkan hadis-hadis
Nabi Muhammad SAW. Di antara murid-murid Ibnu Masud yang terkenal yang
kemudian menjadi guru di Kufah adalah: Alqamah, Al-Aswad, Masruq, Al-Haris bin
Qais dan Amr bin Syurahbil. Madrasah Kufah ini kemudian melahirkan Abu Hanifah,
salah seorang imam mazhab yang terkenal, dengan penggunaan rayu dalam berijtihad.
e.
Madrasah Damsyik
Setelah negeri Syam (Syria) menjadi negara Islam dan penduduknya banyak
memeluk agama Islam, maka Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan tiga orang
guru agama ke negeri itu, yaitu: Muaz bin Jabal mengajar di Palestina, Ubadah
mengajar di Hims dan Abu Dardak mengajar di Damsyik. Kemudian mereka
digantikan oleh murid-muridnya (tabiin) seperti Abu Idris Al-Khailany, Makhul al
Dimasyiki, Umar bin Abdul Aziz dan Rajabin Haiwah. Akhirnya madrasah itu
melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auzai yang sederajat
ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanifah.
f.
As. Ia adalah seorang ahli Hadis. Ia tidak hanya menghafal hadis-hadis yang di
dengarnya dari Nabi Muhammad SAW melainkan juga menuliskannya dalam catatan,
sehingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan hadis-hadis itu kepada muridmuridnya. Guru berikutnya yang termasyhur sesudahnya ialah Yazid bin Abu Habib
Al-Nuby dan Abdillah bin Abu Jafar bin Rabiah. Di antara murid Yazid yang
terkenal adalah Abdullah bin Lahiah dan Al-Lais bin Said. Al-Lais bin Said terkenal
sebagai ulama yang mempunyai mazhab tersendiri dalam bidang fiqh, sebagaimana
Al-Auzai 3).
Para ulama sahabat mempunyai keahlian ilmiah yang berbeda-beda dan
kepribadian yang berlainan. Yang sangat termasyhur di antara mereka itu ialah:
1)
2)
3)
4)
3 Ibid., hal.33
4 Ibid., hal. 34
(qiraat) Al-Quran dan saling mempertahankan anggapan bahwa bacaan mereka yang
benar sedangkan yang lainnya salah.
Sahabat yang mula-mula memperhatikan adanya pertikaian umat Islam dalam
hal pembacaan Al-Quran tersebut adalah Huzaifah bin Yaman, sewaktu ia ikut dalam
pertempuran di Armenia dan Azerbeijan. Setelah kembali ke Madinah, Huzaifah
segera menemui Khalifah Usman bin Affan dan mengusulkan agar perselisihan di
antara umat Islam segera di atasi.
Akhirnya Khalifah Usman bin Affan meminjam naskah yang disimpan oleh
Hafsah binti Umar, untuk ditulis kembali oleh panitia yang sengaja ditunjuknya, yang
diketuai oleh Zaid bin sabit dengan anggota: Abdullah bin Zubair bin Ash dan
Abdurrahman bin Haris. Dalam menuliskan kembali Al-Quran tersebut, Usman
menasihatkan untuk:
1)
2)
Apabila ada pertikaian antara mereka tentang bacaan tersebut, maka haruslah
dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab Al-Quran itu diturunkan menurut
dialek mereka.
Al-Quran yang telah dibukukan itu dinamai Al-Mushaf. Kemudian Mushaf
tersebut dibuat lima buah Mushaf, yang masing-masing dikirim ke Makkah, Syiria,
Basrah dan Kufah, sedangkan yang satu dipegang Khalifah Usman di Madinah.
Khalifah Usman memerintahkan agar catatan-catatan yang ada sebelumnya dibakar,
supaya umat Islam berpegang kepada mushaf yang lima itu.
Manfaat pembukuan Al-Quran di masa Usman adalah:
a) Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya.
b) Menyatukan bacaan, dan kendatipun masih ada perbedaannya,
namun harus
tidak berlawanan dengan ejaan Mushaf Usman. Dan bacaan-bacaan yang tidak
sesuai tidak diperbolehkan.
b) Menyatukan tertib susunan surat-surat, menurut tertib urut sebagai yang kelihatan
pada mushaf-mushaf sekarang ini.5
Sejak itulah pengajaran Al-Quran secara berangsur-angsur menjadi satu
sebagaimana yang tertulis dalam mushaf, dan selainnya ditetapkan tidaksah dan
akhirnya ditinggalkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan Islam pada masa nabi Muhammad SAW berarti memasukan ajaran
Islam ke dalam unsur-unsur budaya bangsa Arab pada masa itu.. Pendidikan islam pada
masa pertumbuhan dan perkembangan juga pada masa-masa berikutnya mempunyai dua
sasaran, yaitu:
A. Generasi muda (sebagai generasi penerus) dan masyarakat bangsa lain yang ajaran
Islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru menerimanya
yang di dalam Islam lazim disebut sebagai dakwah I
B. Ajaran Islam dan usaha internalisasinya dalam masyarakat bangsa yang baru
menerimanya yang di dalam Islam lazim disebut sebagai dakwah Islami
Pusat pendidikan islam yang tersebar ada pada masa khalifa-khalifah Rasyidindan
Bani umayah
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmud Yunus,1990, Sejarah Pendidikan islam, Jakarta: PT. HIDA KARYA AGUNG
Zuhairini,1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta ; Bumi Aksara