Anda di halaman 1dari 17

Manusia sebagai makhluk individu, sosial, dan budaya

Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk social dan budaya.
Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, dan budaya harus dikembangkan secara
seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam
kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak
jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat,
seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.

Manusia sebagai makhluk individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu
kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi,
jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling
kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis,
unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur
tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang
tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada
unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama.
Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang
individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang
dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau
seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga
memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas
dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di
mana eorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.

Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa
sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan
serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan
bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seeorang.
. Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok,
manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala
kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara
realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan
dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi
self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal
pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut,
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta,
dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan

segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan
ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang
dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Manusia sebagai makhluk social

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga
diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam
kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan,
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan
untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu
ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di
dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup,
warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu
mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan
pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela
mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan

kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak
mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional
yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa
emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam
arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap
anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup
bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi
kebutuhan rohani.

Manusia sebagai makhluk budaya

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi
dan paling beradab dibandingkan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia berada pada tingkatan
yang lebih tinggi lagi dari makhluk hidup lainnya karena selain mempunyai ciri-ciri seperti
makhluk hidup lainnya, manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan
tindakannya yang kompleks melalui proses belajar yang terus menerus. Manusia dikatakan pula
sebagai makhluk budaya selain dikatakan sebagai makhluk individu dan sosial.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya,
serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan

serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri


atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara
selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan
tindakan-tindakannya.

Budaya diartikan sebagai pikiran atau akal budi, sehingga makhluk budaya dapat
diartikan sebagai makhluk yang memiliki pikiran atau akal budi. Setiap manusia dianugerahi
Tuhan akal yang dapat berkembang terus melalui proses belajar kebudayaan dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perilaku manusia sebagai makhluk budaya merupakan
gabungan dari adanya unsur fisik dan mental. Sehingga yang berkembang dalam diri manusia
adalah raga, emosional, dan intelektual.
Sebagai makhluk budaya, manusia dapat menciptakan suatu kebudayaan melalui akal,
fikiran, kalbu, budi pekerti yang luhur, yang berkembang di lingkungannya. Selanjutnya,
himpunan manusia yang hidup bersama-sama dan memiliki aturan-aturan yang harus ditaati oleh
setiap anggotanya disebut dengan masyarakat. Di dalam masyarakat, manusia saling berinteraksi
dan membentuk nilai-nilai yang disepakati bersama. Nilai-nilai inilah yang kemudian pada tahap
kristalisasinya akan membentuk sebuah kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masyarakat hidup bersama
membentuk kebudayaan, begitu pula sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada tanpa ada
masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Disini jelas terlihat bahwa manusia sebagai
makhluk budaya berperan penting dalam menentukan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang dwi-tunggal. Tidak ada
masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan begitu pula sebaliknya kebudayaan tidak
mungkin ada tanpa ada manusia yang menciptakannya.
Manusia juga pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya.
Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta
mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda
dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia
tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Belajar merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya
sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu dibiasakan
dengan belajar. Dari tersebut tampak jelas benang merah yang menghubungkan antara

pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang merupakan
kegiatan inti dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan adalah bagian integral dari
kebudayaan. Dengan kata lain pendidikan adalah proses pembudayaan manusia. Karena
kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia. Hasil budi daya itu tidak hanya berupa hasil
pembudayaan manusia yang disebut hasil pendidikan dan hasil budi daya manusia itu sendiri
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Kebudayaan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai

makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi


lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.
Suatu kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu
golongan

sosial,

yang

penyebarannya

kepada

anggota-anggotanya

dan

pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan


dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan
maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia).
Dengan demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan
mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak sama dengan anggotaanggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan
karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya sama.

Untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai suatu
kesinambungan yang saling bersinergi. Setiap kebudayaan akan bernilai jika manusia sebagai
masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam lingkungannya.

Akhlak dan Budi Pekerti dalam Kehidupan Manusia

Akhlak
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kata moral, etika, dan akhlak.
Ketiganya ini sama-sama berarti tingkah laku manusia, tetapi mereka sebenarnya
berbeda. Moral bersumber dari adat istiadat. Moral berarti ajaran mengenai baik
atau buruk yang dilihat dari sudut pandang masyarakat di lingkungannya. Etika
bersumber dari filsafat moral dan pikiran. Etika berarti ajaran mengenai baik atau

buruk yang dilihat dari sudut pandang akal pikiran. Akhlak bersumber dari agama
wahyu. Akhlak berarti ajaran mengenai perangai yang baik dan buruk yang dilihat
dari sudut pandang diri sendiri maupun dari luar. Perangai yang dimaksud di sini
adalah tingkah laku yang tidak hanya dilakukan sekali tetapi dilakukan hingga
berulang-ulang sehingga membentuk sifat dan watak yang dimiliki seseorang.
Dengan demikian seseorang dikatakan berakhlak jika mengetahui perbuatan
baik atau buruk, mempunyai kemampuan untuk melakukan perbuatan, kesadaran
akan perbuatan serta kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan
baik atau buruk.

Budi Pekerti
Budi berarti sadar dan pekerti berarti perbuatan. Budi pekerti mengandung
makna berperilaku yang baik, bijaksana, dan manusiawi. Budi pekerti ini didorong
oleh kekuatan rohani manusia yaitu rasio, rasa, karsa yang akhirnya muncul
menjadi perilaku di kehidupan. Rasio berarti mencari tahu dan menerima segala
yang logis serta sebaliknya, menolak segala sesuatu yang analogis.
Rasa mempunyai kecenderungan pada keindahan sedangkan keindahan
sendiri berarti keharmonisan susunan sesuatu. Keharmonisan ini akan menimbulkan
kenyamanan dan ketentraman dalam hati. Rasa dan rasio ini saling berhubungan,
melalui perasaaan hati yang disebut hati nurani. Ia selalu mendorong untuk berbuat
baik dan yang bersifat keutamaan serta memperingatkan perbuatan yang buruk
dan menghindarkan dari perbuatan yang buruk dan menghina.
Walaupun

setiap

orang

mempunyai

suara

hati

yang

berbeda

yang

disebabkan oleh perbedaan keyakinan, pengalaman, lingkungan, dan sebagainya,


suara hati mempunyai satu kesamaan, yaitu keinginan mencapai kebahagiaan dan
keutamaan kebaikan yang tertinggi sebagai tujuan hidup.
Karsa berhubungan dengan rasio dan rasa. Karsa disebut juga kemauan atau
kehendak dan berbeda dengan keinginan. Keinginan adalah cinta atau senang akan
sesuatu dan seringkali dapat berlawanan antara keinginan yang satu dengan yang
lain serta keinginan belum menuju pelaksanaan. Sedangkan kehendak adalah

keinginan yang dipilih dari sekian banyak keinginan yang banyak setelah melewati
kebimbangan. Suatu kehendak dapat muncul melalui proses: ada stimulan ke
pancaindera, kemudian timbul keinginan-keinginan, kemudian kebimbangan dalam
proses memilih, menentukan pilihan kepada salah satu keinginan, lalu keinginan
yang dipilih menjadi kemauan, selanjutnya dilaksanakan. Perbuatan dengan
kesadaran dan kehendak inilah yang disebut perbuatan budi pekerti.

Kemajemukan yang ada di bangsa Indonesia ini seringkali menjadi penyebab


berbagai masalah yang semula hanyalah masalah kesalahpahaman yang pada
akhirnya menjadi masalah serius yang mengancam kesatuan.
Jika masyarakat itu berakhlak baik dalam melakukan perbuatannya, sesuai
dengan artinya, melakukan hal-hal yang baik atau buruk secara terus-menerus
hingga menjadi suatu sifat dan kebiasaan tanpa keterpaksaan, maka alangkah
masyarakat di Indonesia akan mempunyai sifat yang baik dan sosial sehingga halhal seperti perselisihan karena kesalahpahaman dapat dihindari.
Jika masyarakat melakukan perbuatan-perbuatannya dengan budi pekerti,
maka ia akan berusaha memikirkan perbuatan-perbuatan tersebut logis atau tidak
untuk menentukan dapat diterima atau tidaknya perbuatan tersebut untuk
dilakukan (rasio), kemudian hati nurani akan mencoba mendeteksi apakah
perbuatan tersebut harmonis atau tidak (rasa), dan pada tahap terakhir perbuatanperbuatan yang akan dilakukan tersebut dipilih salah satu yang akan benar- benar
dilakukan (karsa), sehingga melalui mekanisme seperti ini masyarakat akan dapat
mengambil keputusan untuk melakukan apa dengan lebih bijak dan dapat
menghindarkan diri dari kesalahpahaman yang dapat berujung pada perselisihan
dan perkelahian.

Agama, tradisi, dan budaya

Agama

Pengertian populer : seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia
dengan dunia ghaib, khususnya Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia
lainnya, dan mengatur manusia dengan lingkungannya.
Pengertian antropologis: sistem keyakinan yang melibatkan emosi dan pemikiran yang
sifatnya pribadi dan diwujudkan dalam tindakan-tindakan keagamaan yang sifatnya
individual, kelompok, sosial yang melibatkan sebagian atau seluruh masyarakat
Menurut Parsudi Suparlan (1988) : sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan
yang diwujudkan oleh suatu kelompok masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi
respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai gaib dan suci.

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam
menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul
keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan
manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual
maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan
kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"),
adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of
Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk
beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap
yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.[1]
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun
Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.
Agama berasal dari kata sansekerta a yang berarti tidak dan gam yang
berarti kacau. Jadi, agama berarti tidak kacau. Agama juga mengandung arti tidak
pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun-temurun. Dalam bahasa arab, agama
disebut dengan Ad-din yang berarti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, atau kebiasaan. Agama merupakan ikatan yang berasal dari dari sesuatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat

ditangkap oleh pancaindra, namun mempunyai pengaruh yang sangat besar


terhadap kehidupan manusia sehari-hari.

Secara terminologi, agama dapat didefinisikan sebagai berikut :


a. Kepercayaan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan mempengaruhi perbuatanperbuatan manusia.
b. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
c. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari sesuatu yang gaib.
d. Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan
gaib.
e. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia.
f.

Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Rasul-Nya.

Agama

sering

diartikan

sebagai

seperangkat

aturan

yang

mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan dan mengatur hubungan manusia dengan


manusia lainnya, serta manusia dengan lingkungannya. Agama sebagai suatu
keyakinan berbeda dengan keyakinan atau isme-isme lain karena landasan
keagamaan adalah pada konsep sakral dan profan atau dapat dibedakan
supranatural dengan yang natural. Bagi para penganutnya, agama berisikan ajaranajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang eksistensi manusia dan
petunjuk-pentunjuk untuk hidup selamat dunia dan akhirat sebagai manusia yang
takwa kepada Tuhan, beradab dan manusiawi, yang berbeda dengan cara hidup
hewan maupun makhluk gaib yang jahat dan berdosa. Agama sebagai sistem
keyakinan dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam
kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong dan
penggerak, serta pengontrol bagi tindakan-tindakan para anggota masyarakat
tersebut agar tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran
agamanya.

Keyakinan agama lebih berorientasi kepada masa depan karena agama


berisikan ajaran dan petunjuk kepada penganutnya supaya selamat dalam
kehidupan dunia serta selamat dalam kehidupan setelah mati. Ajaran moral dalam
agama dianggap penting karena ajaran itu berasal dari Tuhan Yang Maha Agung.
Ajaran tentang akhlak, moral, maupun budi pekerti diterima berdasarkan keimanan
dan keyakinan terhadap agamanya.

Agama dan filsafat memilik sudut pandang yang berbeda akan topik-topik
etis. Agama memberikan informasi dan motivasi agar umatnya mematuhi nilai-nilai
dan norma-norma yang sudah diterimanya berdasarkan iman. Sedangkan filsafat
berusaha memperlihatkan perbuatan tertentu dianggap baik atau buruk dengan
menunjukkan alasan-alasan yang rasional. Agama yang membicarakan masalah etis
sering menggunakan argumentasi yang pada dasarnya bersifat filasafat, terutama
apabila masalah tersebut masih baru dan diakibatkan oleh perkembangan ilmiah
yang modern. Bagi orang beragama, Tuhan merupakan dasar dan jaminan bagi
berlakunya

tatanan

moral

dan

tempat

pertanggungjawaban

manusia

atas

perbuatannya.
Salah satu hal utama di dalam perbedaan antara agama dengan paham
keyakinan lainnya adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhan. Penyerahan
ini tidak terwujud dalam bentuk ucapan, melainkan dalam tindakan keagamaan
sehari-hari. Tidak ada satupun agama yang tidak menuntut adanya penyerahan diri
secara total dari para penganut atau pemeluknya. Hal ini mencirikan agama secara
pribadi melibatkan emosi dan pemikiran-pemikiran yang sifatnya pribadi. Walaupun
begitu, agama mempunyai sifat-sifat yang secara umum dimiliki bersama orang
banyak

atau

kelompok.

Dalam

kelompok

itulah

keteraturan

dimantapkan

berdasarkan atas norma-norma yang berlaku dalam kehidupan kelompok apapun.


Yang dimaksud dengan berdasarkan norma-norma adalah bagaimana para anggota
kelompok diharapkan bertindak dan berkeyakinan, bagaimana mereka diharapkan
menginterpretasi serta menghasilkan benda-benda dan mewujudkan kegiatankegiatan sesuai keyakinan keagamaan dari kelompok tersebut.
Secara struktural fungsional, agama melayani kebutuhan-kebutuhan manusia
untuk mencari kebenaran dan mengatasi serta menetralkan berbagai hal buruk

dalam kehidupan. Kelestarian agama dalam struktur kehidupan manusia juga


disebabkan antara lain oleh hakikat kehidupan dan kegiatan-kegiatan kelompok
keagamaan.

Setiap

kelompok

keagamaan

selalu

menaruh

perhatian

pada

peremajaan atau regenerasi bagi kelangsungan kelompok keagamaan tersebut,


secara langsung atau tidak langsung tertarik melakukan kegiatan-kegiatan untuk
melestarikan sistem keyakinan agama pada anak-anak dan remaja. Melalui kegiatan
keagamaan tersebut, ditanamkan semacam keterikatan dan solidaritas sosial dan
kemasyarakatan yang terpusat pada simbol-simbol utama dan suci dari agama
tersebut.
Agama tidak mengalami perubahan-perubahan, tetapi yang berubah adalah
tradisi-tradisi keagamaan atau sistem keyakinan keagamaan, sedangkan teks suci
atau doktrin agama itu sendiri, sebagaiman tertuang dalam kitab suci, tetap tidak
berubah. Jadi, agama tidak akan hilang dan digantikan dengan sistem kehidupan
sekuler.

Jika agama dikaitkan dengan masyarakat, setidak-tidaknya ada empat tipe tingkat
keagamaan, yaitu :
a. Tingkat rahasia, yakni seseorang yang memegang ajaran agama yang dianut
dan diyakini untuk dirinya sendiri dan tidak didiskusikan atau dinyatakan pada
orang lain.
b. Tingkat privat atau pribadi, yakni dia mendiskusikan atau menambah dan
menyebarkan pengetahuan dan keyakinan keagamaannya dari dan kepada
sejumlah orang terdekatnya.
c. Tingkat denominasi, yakni individu mempunyai keyakinan keagamaan yang
sama dengan yang dimiliki individu lainnya dalam suatu kelompok besar.
d. Tingkat masyarakat, yakni individu memiliki keyakinan keagamaan dari warga
masyarakat tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa perilaku manusia,


baik individu maupun kelompok masyarakat, didasari oleh keyakinan agama yang
kemudian membudaya dalam diri dan lahir menjadi tradisi. Perilaku keagamaan

yang sudah mengakar pada masyarakat tidak mungkin hilang atau lenyap begitu
saja atau paling tidak membutuhkan waktu lama untuk melakukan sebuah
perubahan pada masyarakat.

Tradisi

Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dimulai dari
nenek moyang. Tradisi dapat dikatakan sebagai adat kebiasaan yang dimunculkan
oleh kehendak dan perbuatan sadar yang telah menjadi kebiasaan sekelompok
orang. Dua faktor yang melahirkan kebiasaan adalah :
a. adanya kecenderungan hati karena perbuatan tersebut, merasa senang untuk
melakukannya.
b. diikutinya kecenderungan hati itu dengan praktik yang diulang-ulang hingga
menjadi kebiasaan.
Faktor

kedualah

yang

sangat

menentukan

karena

walaupun

ada

kecenderungan hati, tetapi tidak ada kesempatan untuk melakukannya atau


terhalang oleh suatu hal, maka kecenderungan hati itu tidak terlaksana. Sebaliknya,
jika tidak ada kecenderungan hati, tetapi dilakukan secara terus menerus, maka
akan memberi pengaruh dan mejadikan kegiatan tersebut sebagai kebiasaan.

Terkadang, tradisi yang ada di masyarakat justru berlainan dengan ajaran


agama. Hal ini dilakukan karena menurut kehendak hati perbuatan ini harus terjadi.
Yang menjadi ukuran penilaian baik atau buruknya terhadap perbuatan tersebut
adalah kesepakatan bersama masyarakat setempat. Tradisi yang telah membudaya
menjadi sumber akhlak dan budi pekerti seseorang. Manusia dalam berbuat akan
melihat realitas lingkungan sekitarnya sebagai upaya dari sebuah adaptasi
walaupun sebenarnya dia telah mempunyai motivasi berperilaku yang sesuai
dengan

tradisi

yang

ada

pada

dirinya.

Jika

masing-masing

suku

bangsa

mempertahankan tradisi masing-masing yang begitu ketat sebagai sumber


perilakunya, maka hal ini sangat rentan terhadap timbulnya konflik sosial yang
disebabkan oleh masing-masing etnis.

Budaya
Kebudayaan mengandung ide-ide tradisional, nilai-nilai yang terkait, dan
merupakan produk dari aksi (Kroeber & Kluckholn, 1952). Kebudayaan dipelajari,
dibagikan, dan ditularkan dari generasi ke generasi. Jerry V.Diller dalam buku
Cultural Diversity mengatakan bahwa kebudayaan adalah bentukkan dari
paradigma manusia; kebudayaan seseorang adalah paradigmanya, kebudayaan
yang berbeda memberikan paradigma yang berbeda terhadap kenyataan. Setiap
anggota melindungi kebudayaan dan paradigma kelompoknya.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, budaya dalam arti sempit adalah adat
istiadat, kepercayaan, dan seni. Sedangkan, budaya dalam arti luas melingkupi
segala perbuatan manusia, hasil budi manusia, dan kehidupan manusia sehari-hari.
Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusia belajar berpikir, merasa,
mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.
Budaya

adalah

suatu

konsep

yang

mengembangkan

minat.

Budaya

menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan
perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan penyesuaian diri yang
memungkinkan orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan
geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada
waktu tertentu.
Budaya meliputi peneguhan perilaku yang diterima selama satu periode
kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta
lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Namun, sebagian besar pengaruh
budaya dalam kehidupan tidak kita sadari. Budaya mempengaruhi kita sejak dalam
kandungan hingga kita mati. Bahkan, setelah mati pun kita dikuburkan dengan
cara-cara yang sesuai dengan budaya kita. Budaya merupakan landasan perilaku
dan komunikasi. Apabila budaya yang ada beraneka ragam, maka beraneka ragam
pula

praktik-praktik

perilaku

dan

menentukan perilaku komunikatif.

komunikasi.

Banyak

aspek

budaya

yang

Bangsa Indonesia memiliki banyak budaya etnis yang tercantum dalam


lambang negara Bhinneka Tunggal Ika yang perlu dihormati dan diakui. Kebudayaan
bangsa Indonesia adalah kebudayaan yang timbul sebagai suatu usaha budi daya
rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah seluruh Indonesia terhitung kebudayaan
bangsa. Dengan demikian, fungsi budaya sebagai sumber akhlak dan budi pekerti
dapat dilihat dari model-model perilaku dan komunikasi manusia dalam masyarakat
pada tempat dan kurun waktu tertentu.

Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan
intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu
yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan,
antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu:
o

alat-alat teknologi

sistem ekonomi

keluarga

kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:


o

sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para


anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya

organisasi ekonomi

alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk


pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)

organisasi kekuatan (politik)

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.

Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku
hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem

sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan.

Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa bendabenda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur
dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat,
perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.

Nilai cinta kash, kebersamaan, dan keadilan

Anda mungkin juga menyukai