Anestesi Pada Sectio Caesaria 1
Anestesi Pada Sectio Caesaria 1
STATUS PASIEN
I.
II.
III.
Identitas pasien
Nama
: Dini Suwarno
Umur
: 33 tahun
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
: jl. Simpang tiga no.33, Ramanuju-Purwakarta.
Pekerjaan
: guru
Agama
: islam
Status
: menikah
Tanggal masuk
: 9 Agustus 2012
Jenis pembiayaan : III/umum
Jenis pembedahan : SC
Tehnik anestesi : SAB SP L3-L4 LCS (+) 27
Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis pada tanggal 9 agustus 2012 pukul 11.15 WIB
Keluhan utama
Pasien mengatakan keluar air-air jernih dari kemaluan sejak pukul 06.00 pagi
IV.
WIB
Keluhan tambahan
Pasien merasa mulas frekuensi jarang dan disertai flek berwarna kecoklatan
V.
minum
alkohol,
( -) Cacar
( - ) Malaria
( -) Cacar air
( - ) Disentri
( - ) Burut (Hernia)
( - ) Difteri
( - ) Hepatitis
( - ) Batuk Rejan
( -) Tifus Abdominalis
( - ) Campak
( - ) Skirofula
( - ) Penyakit Prostat
( - ) Wasir
( - ) Diabetes
1
( +) Influenza
( - ) Sifilis
( -) Asthma
( - ) Tonsilitis
( - ) Gonore
( - ) Tumor
( - ) Khorea
( - ) Hipertensi
( - ) Penyakit Pembuluh
( - ) Perdarahan Otak
( - ) Pneumonia
( - ) Ulkus Duodeni
( - ) Psikosis
( - ) Pleuritis
( - ) Gastritis
( - ) Neurosis
( -) Tuberkulosis
( - ) Batu Empedu
Lain-lain : ( - ) Operasi
( + ) Kecelakaan
( - ) Maag
VII.
Riwayat Keluarga:
Keadaan
Penyebab
Laki-laki
Kesehatan
Meninggal
Meninggal
Tidakdiketahui
Tidakdiketahui
Perempuan
Meninggal
Tidakdiketahui
Ayah
Tidakdiketahui
Laki-laki
Meninggal
Tidakdiketahui
Ibu
Suami
Tidakdiketahui
29 tahun
Perempuan
Laki-laki
sehat
Sehat
Hubungan
Umur (tahun)
Jenis Kelamin
Kakek
Tidakdiketahui
Nenek
Anamnesis Sistem:
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Kulit
( - ) Bisul
( - ) Rambut
( - ) Keringat malam
( - ) Kuku
( -) Kuning / ikterus
( - ) Sianosis
( - ) Ptechie
( - ) Lain-lain
Kepala
( - ) Trauma
( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop
Mata
2
( - ) Nyeri
( - ) Radang
( - ) Sekret
( - ) Hipermetropi
( -) Kuning / ikterus
Telinga
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan pendengaran
( +) Serumen
( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma
( - ) Gejala penyumbatan
( - ) Nyeri
( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret
( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( + ) Bibir kering
( - ) Lidah kotor
( - ) Gusi sariawan
( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput
( - ) Stomatitis
Tenggorokan
( -) Nyeri tenggorokan
( - ) Perubahan suara
( +) Terasa kering
Leher
( - ) Benjolan
( - ) Nyeri leher
Dada (Jantung/Paru)
( - ) Nyeri dada
( - ) Sesak napas
( - ) Berdebar
( - ) Batuk darah
( - ) Ortopnoe
( -) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( - ) Rasa kembung
( - ) Mual
( - ) Muntah
( - ) Muntah darah
( - ) Sukar menelan
( - ) Nyeri perut/kolik
( - ) Wasir
( - ) Mencret
( - ) Tinja darah
( - ) Tinja berwarna dempul
( - ) Tinja berwarna hitam
( +) Mulas
( + ) Perut membesar
Saluran Kemih/Alat kelamin
3
( - ) Disuria
( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguria
( - ) Kolik
( - ) Poliuria
( - ) Oliguria
( - ) Polakisuria
( - ) Anuria
( - ) Hematuria
( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu
( - ) Kencing menetes
( - ) Penyakit prostat
( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi
( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah
( - ) Hipo/hiper-esthesi
( - ) Kejang
( - ) Pingsan
( - ) Afasia
( - ) Kedutan (Tick)
( - ) Amnesia
( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain
Ekstremitas
( - ) Bengkak pada kedua tungkai
( - ) Nyeri sendi
( - ) Deformitas
( - ) Sianosis
VIII. Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir
Ditolong oleh
:(
) Di rumah
) Puskesmas
:(
(
) Dokter
( ) Rumah Bersalin(
) RS Bersalin
( ) Bidan
) Dukun
( + ) Campak
( + ) DPT
) Lain-lain
Riwayat Imunisasi
( + ) Hepatitis
( + ) BCG
( +) Polio
( + ) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3-4x/hari
Jumlah/hari
: 3 piring
Variasi/hari
: variasi
Pendidikan
C.
) SD
( - ) SLTP
) SLTA
) Sekolah Kejuruan
) Akademi
( ) Universitas
) Kursus
) Tidak Sekolah
Pemeriksaan
X.
Pemeriksaan umum
a.
Keadaan umum
b.
: baik
Kesadaran
: composmentis
BB sebelum hamil
: 42 kg
BB saat hamil
: 47 kg
LILA
: 24 cm
TB
: 155 cm
Tanda-tanda vital
TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
RR
: 20 x/menit
Temp
: 36,50C
IMT
Sianosis
: Tidak ada
: Tenang
Alam perasaan
Proses pikir
: Biasa
: Wajar
Kulit
Warna
Efloresensi
Jaringan parut
Pigmentasi
Pertumbuhan rambut
Lembab/kering
Suhu raba
Pembuluh darah
Keringat
Turgor
Ikterus
Lapisan lemak
: sawo matang
:(-)
: Tidak ada
: Tidak ada
: Distribusi baik merata
: Kering
: Hangat
: Tidak ada pelebaran pembuluh darah
: Umum
: Baik
: Tidak
: Normal
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Kepala
Ekspresi wajah
Rambut
: Gelisah
: Hitam dan merata
Simetri muka
: Simetris
Mata
Exopthalamus
: Tidak ada
Kelopak
: Udema ( - )
Konjungtiva
: Anemis ( - )
Sklera
: Ikterik ( - )
Lapangan penglihatan : Normal
Gerak bola mata
: Normal
Enopthalamus
Lensa
Visus
Nistagmus
Tekanan bola mata
: Tidak ada
: Jernih
: Tidak dilakukan
: Tidak ada
: Normal
Telinga
Tuli
Lubang
Serumen
Cairan
: -/-
Bibir
Tonsil
Langit-langit
Bau pernpasan
Gigi geligi
Trismus
Faring
Selaput lendir
Lidah
: +/+
: -/-
Mulut
Leher
JVP
: 5+1 cmH2O
Kelenjar tiroid
: Tidak tampak membesar
Kelenjar limfe kanan : Tidak tampak membesar
Dada
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
: Simetris
: Tidak tampak pelebaran, tidak ada spider nevi
: Simetris, normal
Paru-paru
Inspeksi
Kiri
Kanan
Depan
Simetris
dinamis
Simetris
saat
saat
statis
Belakang
dan Simetris saat
statis
dan
statis
dinamis
dan Simetris
statis
dan
saat
Kiri
Palpasi
Kanan
Kiri
Kanan
Perkusi
Kiri
Auskultasi
Kanan
dinamis
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Redup
- Redup
- Suara bronkial
- Tidak ada wheezing
- TidakadaRonkhi
- Suara bronkial
- Tidak ada wheezing
- Ronkhi basah halus
dinamis
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Tidak ada benjolan
- Fremitus simetris
- Redup
- Redup
- Suara bronkial
- Tidak ada wheezing
- TidakadaRonkhi
- Suara bronkial
- Tidak ada wheezing
- Ronkhi basah halus
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Tampakpulsasiiktuscordis
Teraba iktus cordis pada ICS V, 2 jarisebelah lateral dari garis
midklavikula kiri
- Batas kanan : ICSIV linea sternalis kanan
- Batas kiri
: ICS V linea midklavikula kiri
- Batas atas
: ICS II linea parasternal kiri
Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Perut
1)
Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada strie
gravidarum.
2)
Palpasi
leopold I
: TFU pertengahan antara pusat dan Px, pada fundus teraba bagian yang agak
: Sebelah kiri teraba seperti paparan keras memanjang yang berarti punggung
janin. Sedangkan bagian kanan teraba bagian-bagian kecil yang berarti ektremitas
leopold III
3) Auskultasi
BJJ: 13bx/menit teratur
4) Gynekologi
Ano genital:
7
Inspeksi
Inspekulo
: Vagina: tak
Anggota Gerak
Lengan
Kanan
Kiri
baik
baik
Massa
tidak ada
tidak ada
Sendi
Gerakan
aktif
aktif
Kekuatan
+5
+5
Oedem
tidak ada
tidak ada
Lain-lain
tidak ada
tidak ada
Otot
Tonus
Petechie
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
Luka
tidak ada
tidak ada
Varises
tidak ada
tidak ada
Tonus
baik
baik
Massa
tidak ada
tidak ada
Sendi
baik
baik
Gerakan
aktif
aktif
Kekuatan
+5
+5
Oedem
tidak ada
tidak ada
Lain-lain
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
Otot
Petechie
XI.
Hasil laboratorium
Hasil
Nilai normal
8
Hematologi
Hemoglobin
9,9 g/dl
P:14-18 W:12-16
Leukosit
10.270/uL
5000-10000
P:0-10 W:0-15
Hematokrit
28.4%
P:40-48 W:37-43
Eritrosit
P:4.5-5.5 W:4-5
Trombosit
274.000/uL
150-450rb/u
Total eosinofil
50-350
Masa pendarahan
2 menit
1-6
Masa pembekuan
10 menit
5-15
Golongan darah
B rhesus (+)
XII.
Kesimpulan
Kassa steril
Povidon Iodine
Plester
Jarum spinocaine no. 27
Bupivacaine 4 ml
Spuit 5 cc
Sarung tangan steril
Lampu
Monitor tanda vital
Alat-alat resusitasi
Medikasi yang dibutuhkan seperti ephedrin 50 mg/ml, pethidin 50 mg/ml, sedacum
5mg/ml, fentanyl 10 ml/kgbb, ketamin 10 ml/kgbb, roculax 5 ml/kgbb, atropin 0,25
ml/kgbb, recofol 0,25 ml/kgbb, pospargin 10 iU, induxin 0,25 mg/kgbb.
Memeriksa apakah cairan infus berjalan dengan baik karena melalui infus terbeut adalah
media agar obat-obat bisa masuk ke dalam tubuh pasien. Cairan infus yang biasa diberikan
adalah ringer laktat 500 cc diberikan secara loading.
10
Posisi pasien duduk dengan vertebrae lumbal dalam keadaan posisi fleksi, agar lebih
mudah maka kepala pasien ikut difleksikan ke arah dada sehingga menambah fleksi vertebra
dan panggul. Asisten harus mempertahankan posisi pasien tersebut. Tandailah posisi
penyuntikan yaitu titik pertemuan garis 2 SIAS ( Spina Illiaca Anterior Superior), titik
tersebut bertumpu di antara L3-L4 . Setelah menentukan lokasi penyuntikan kemudian
lakukan tindakan asepsis
Dengan menggunakan kassa yang dibasahi povidon iodine gerakan sirkuler dari dalam
ke arah luar. Setelah itu suntik di lokasi penyuntikan dengan menggunakan spit 5 cc yang
telah diisi oleh bupivacaine secara perlahan dan lakukan aspirasi apakah LCS keluar atau
tidak, jika LCS keluar maka obat dapat disuntikkan secara perlahan sampai habis dan tetap
pastikan diakhir penyuntikan LCS tetap keluar saat diaspirasi yang artinya obat telah
dimasukkan ke dalam dengan benar. Penyuntikan selesai kemudian tutup tempat
penyuntikan dengan kapas steril dan posisikan pasien dalam keadaan berbaring. Selama
operasi berlangsung disuntikkan pula obat-obat antara lain: induxin 0,25 mg(drip),
pospargin 10 iu, Tramadol 100 mg im, Ketorolac thormethamin 30 mg (iv/bolus), pronalges
100 g ( via rectal).
Tanda vital yang terdapat pada monitor setiap 5 menit dicatat dalam kertas lembaran
anestesi agar kondisi pasien terpantau.
4. Pasca Operasi
Lama operasi: 55 menit
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke Recovery Room dan observasi tanda vital
seperti tekanan darah, nadi, dan saturasi pernapasan.
Pasien dapat dipindahkan ke ruangan bila alderete score lebih dari 8
Aldrete Score (dewasa)
Penilaian :
Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
11
Pernapasan
Sirkulasi
Kesadaran
Tidak berespons, 0
Aktivitas
Tidak bergerak, 0
12
BAB II
PEMBAHASAN
Anamnesis:
- Identifikasi pasien (nama, umr, alamat, dll).
- Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi
- Riwayat penyakit yang sedang/pernah diderita untuk mengetahui kemungkinan
penyulit anestesi (misalnya alergi, diabetes melitus, penyakit paru kronis, penyakit
jantung, penyakit ginjal, dan penyakit hati.
- Riwayat pemakaian obat-obatan meliputi alergi obat, intoleransi obat, dan obat
yang sedang digunakan dan dapat menimbulkan interaksi dengan obat anestetik
- Riwayat anestetik/operasi sebelumnya, meliputi tanggal, jenis pembedahan, dan
anestesi, komplikasi dan perawatan intensif pasca bedah.
- Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindakan (merokok,
minum alcohol, obat penenang, narkotik). Kebiasaan buruk ini hendaknya
dihentikan 1-2 hari sebelum operasi agar tidak mempengaruhi system
kardiosirkulasi serta organ lain.
- Riwayat berdasarkan system organ
13
2.
Pemeriksaan Fisik
-
Tinggi dan berat badan, untuk memperkirakan dosis obat, terapi cairan yang
diperlukan, serta jumlah urin selama dan sesudah pembedahan.
- Frekuensi nadi, tekanan darah, pola dan frekuensi pernafasan, serta suhu tubuh.
- Jalan nafas (air way),
- Jantung, paru-paru, abdomen, punggung (apakah ada deformitas), neurologis,
Ekstremitas.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Rutin: darah, urin, foto dada (terutama untuk bedah mayor),elektrokardiografi
(untuk pasien diatas umur 40 tahun).
Khusus: dilakukan bila ada riwayat atau indikasi
4. Persiapan Hari Operasi
Jika ada gigi palsu, perhiasan, bulu mata dilepas. Bahan kosmetik (lipstick, cat
kuku) dibersihkan sehingga tidak mengganggu pemeriksaan.
Pemberian obat-obatan premedikasi (jika perlu) dapat diberikan 1-2 jam sebelum
induksi
anesthesia.
Antibiotika
profilaksis,
diberikan
bersama premedikasi
Dalam kondisi ibu dan fetus normal, dapat dilakukan 2 pilihan teknik anestesi yaitu
General Anestesia dan Regional Anestesia. GA dan RA yang dilakukan dengan terampil,
hampir sama pengaruhnya terhadap bayi baru lahir. Namun demikian, karena risiko untuk
ibu dan kaitannya dengan Apgar skor yang lebih rendah dengan GA, maka RA untuk bedah
Cesar lebih disukai. RA akan memberikan hasil neonatal terpapar lebih sedikit obat anestesi
(terutama saat digunakan teknik spinal), memungkinkan ibu dan pasangannya juga dapat
mengikuti proses kelahiran bayi mereka.
Penggolongananestesilokal:
Anestesi Lokal
Cara Pemberian
Topical
Regional iv
infiltrasi
ganglion
Blok nerv
pleksus
spinal
Blok Saraf Sentral
Short Acting
Potensi Obat
Medium Acting
epidural
servikal
torakal
lumbal
Sacral/
kaudal
Long acting
I. ANESTESI SPINAL
15
Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang baik untuk tindakantindakan
bedah, obstetrik, operasi-operasi bagian bawah abdomen dan ekstremitas
bawah.
Teknik
ini
dilakukan
dengan
memasukkanlarutananestesilokalkedalamruangsubarakhnoidparalisistemporersyaraf
Lokasi :
L2 S1
Keuntunganteknikanestesispinal :
biayarelatifmurah
perdarahanlebihberkurang
mengurangiresponterhadap stress (perubahan fisiologis tubuh terhadap kerusakan
jaringan)
kontrolnyeri yang lebihsempurna
menurunkanmortalitaspascaoperasi
Indikasi
16
bedah urologi
Absolut
1
kelainanpembekuandarah (koagulopati)
infeksidaerahinsersi
hipovolemiaberat
penyakitneurologisaktif
pasienmenolak
Relative
2
R. pembedahanutamatulangbelakang
nyeripunggung
aspirin sebelumoperasi
Heparin preoperasi
Komplikasi
Akut
1
hipotensidikarenakandilatasipembuluh darahmax
17
Hipoventilasi berikan O2
Pasca tindakan
1
nyeritempatsuntikan
nyeripunggung
nyerikepala
Prosedur
a. Persiapan
1.
2.
Persiapanpasien
3.
Informed consent
Pasangmonitorukurtanda vital
Alatdanobat
-
Spuit 3 cc/5cc/10cc
Efedrin, SA
-
Obat emergency
18
Posisipasien
Posisipasiendudukataudekubitus
Biasanyadikerjakan
lateral.
Posisidudukmerupakanposisitermudah.
di
atasmejaoperasitanpa
di
pindahlagi,karenaperubahanposisiberlebihandalamwaktu
30
menitpertamaakanmenyebabkanpenyebaranobat.
pasiendisuruhmemelukbantal,
Jikaposisinyaduduk,
agar
posisitulangbelakangstabil,
makaberibantalkepala,
agar
pasienmerasaenakdanmenstabilkantulangbelakang.
-
Tentukantempattususkan.
Perpotonganantaragaris
menghubungkankeduakristailiakadengantulangpunggungialah
Untukoperasi
hernia
ini,
dilakukantusukanpada
L3-4.
yang
L4
atau
Tusukanpada
L4-5.
L1-2
Sterilkantempattusukandenganbetadinatau alcohol
Berianestetiklokalpadatempattusukan.
Padakasusinidiberikanobatanestesilokalbupivakain.
Lakukanpenyuntikanjarum
dengansudut
10-30
spinal
di
tempatpenusukanpadabidang
derajadterhadapbidang
Jarumlumbalakanmenembus
horizontal
kearah
medial
cranial.
kulit-subkutis-lig.supraspinosum-lig.interspinosum-
19
Cabutstiletmakacairanserebrospinalakanmeneteskeluar.
Pasangspuit
yang
berisiobat,
masukkanpelan-pelan
(0,5
ml/detik)
diselingiaspirasisedikit, untukmemastikanposisijarumtetapbaik.
Posisiduduk
Keuntungan
:lebihnyata,
processusspinosumlebihmudahdiraba,
II. BUPIVACAINE
-
Farmakodinamik :
Obat menembus saraf dalam bentuk tidak terionisasi (lipofilik), tetapi saat di dalam akson
terbentuk beberapa molekul terionisasi, dan molekul-molekul ini memblok kanal Na+, serta
mencegah pembentukan potensial aksi. Absorpsi sistemik anestetik ini dapat mengakibatkan
perangsangan dan atau penekanan sistem saraf pusat. Rangsangan pusat biasanya berupa
gelisah, tremor dan menggigil, kejang, diikuti depresi dan koma, akhirnya terjadi henti
napas. Fase depresi dapat terjadi tanpa fase eksitasi sebelumnya.
-
Farmakokinetik :
Kecepatan absorpsi anestetik ini tergantung dari dosis total dan konsentrasi obat yang
diberikan, cara pemberian, dan vaskularisasi tempat pemberian, serta ada tidaknya epinefrin
dalam larutan anestetik. Bupivacaine mempunyai awitan lambat (sampai dengan 30 menit)
tetapi mempunyai durasi kerja yang sangat panjang,sampai dengan 8 jam bila digunakan
untuk blok syaraf. Lama kerja bupivacaine lebih panjang secara nyata daripada anestetik
lokal yang biasa digunakan. Juga terdapat periode analgesia yang tetap setelah kembalinya
sensasi.
-
Efek samping :
20
Penyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan dengan kadar
plasma yang tinggi, yang dapat disebabkan oleh overdosis, injeksi intravaskuler yang tidak
disengaja atau degradasi metabolik yang lambat.
Sistemik : Biasanya berkaitan dengan sistem saraf pusat dan kardiovaskular seperti
hipoventilasi atau apneu, hipotensi dan henti jantung.
SSP : Gelisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat terjadi penglihatan kabur atau tremor,
kemungkinan mengarah pada kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti rasa
mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas. Efek SSP lain yang mungkin timbul
adalah mual, muntah, kedinginan, dan konstriksi pupil.
hipotensi,
bradikardia,
aritmia
ventrikuler,
meliputi
takikardia
blok spinal,
retensi
ONDANCETRON
Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian
yang saat ini sudah diketahui adalah bahwa Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif
dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen
vagal sehingga menekan terjadinya refleks muntah.
21
Farmakokinetik
Konsentrasi akan diserap dengan cepat maksimum (30 ng / ml) dalam plasma dapat dicapai
dalam 10 menit dengan pemberian Ondansetron 4 mg i.v.
Bioavalibilitas oral absolut Ondansetron sekitar 60%. Kondisi sistemik yang setara juga
dapat dicapai melalui pemberian secara i.m atau i.v. Waktu paruhnya sekitar 3 jam.
Volume distribusi dalam keadaan statis sekitar 140 L. Ondansetron yang berikatan dengan
protein plasma sekitar 70 76%. Ondansetron dimetabolisme sanagt baik di sistem
sirkulasi, sehingga hanya kurang dari 5 % saja yang terdeteksi di urine.
Indikasi
-
Efek Samping
Ondansetron pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Konstipasi merupakan efek
samping yang paling sering ditemukan (11%). Kadang dapat dijumpai sakit kepala, wajah
ke merahan (flushing), rasa panas atau hangat di kepala dan epigastrium yang bersifat
sementara. Peningkatan aminotransferase tanpa disertai gejala-gejala, Kadang juga dapat
dijumpai peningkatan serum transaminase (5%) dan ruam kulit (1%), sedasi dan diare,
karena meningkatnya waktu transfer di usus besar.
Pernah dilaporkan terjadinya reaksi hipersensitif sampai kejadian anafilaksis dan gangguan
visual sementara (pandangan kabur). Juga pernah dilaporkan terjadinya gerakan-gerakan
tanpa sadar, setelah pemberian Ondansetron secara cepat, tetapi kasus ini sangat jarang dan
tanpa disertai gejala-gejala sisa
IV.
TRAMADOL
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.Tramadol mengikat secara
stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga mengeblok sensasi nyeri dan
respon terhadap nyeri.Di samping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari
saraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.
Indikasi:
Efektif untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca pembedahan.
Dosis umum:
Dosis tunggal 50 mg. Dosis tersebut biasanya cukup untuk meredakan nyeri, apabila masih
terasa nyeri dapat ditambahkan 50 mg setelah selang waktu 30-60 menit.
Dosis maksimum:
400 mg sehari. Dosis sangat tergantung pada intensitas rasa nyeri yang diderita.
Penderita gangguan hati dan ginjal dengan "creatinine clearances" <30 ml/menit:
50-100 mg setiap 12 jam, maksimum 200 mg sehari.
23
Penggunaan bersama dengan obat-obat penekanan SSP lain atau penggunaan dengan
dosis berlebihan dapat menyebabkan menurunnya fungsi paru.
Depresi pernapasan akibat dosis yang berlebihan dapat dinetralisir dengan nalokson,
sedangkan kejang dapat diatasi dengan pemberian benzodiazepin.
Meskipun
termasuk
antagonis
opiat,
tramadol
tidak
dapat
menekan
Interaksi obat:
Efek analgesik dan sedasi tramadol ditingkatkan pada penggunaan bersama dengan obatobat yang bekerja pada SSP seperti tranquiliser, hipnotik.
V. KETOROLAC TROMETHAMINE
Farmakodinamik
Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat
anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang menunjukkan aktivitas antipiretik dan antiinflamasi yg lemah. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis prostaglandin dan dapat
dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena tidak mempunyai efek terhadap
reseptor opiat.
Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuskular atau intravena. Setelah suntikan
intramuskular atau intravena efek analgesinyadicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2
jam dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan dosis penggunaannya dibatasi untuk 5 hari. Dosis
awal 10-30mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal
dosis sehari dibatasi maksimal 90mg dan untuk berat <50kg , manula atau gangguan faal
ginjal dibatasi maksimal 60mg. Sifat analgesik ketorolak setara dengan opioid yaitu 30 mg
ketorolak=12 mg morfin=100 mg petidin. Ketorolak dapat digunakan bersama opioid.
Indikasi
Kontra indikasi
25
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
kemungkinan sensitivitas silang.
Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal atau
obat anti-inflamasi nonsteroid lain.
Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).
Riwayat asma.
Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.5005.000
unit setiap 12 jam).
Dosis
26
Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus intravena.
Dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul
tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia setelah
pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30 menit, dengan maksimum analgesia tercapai
dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis sebaiknya
disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Lamanya terapi : Pemberian dosis
harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh lebih
dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.
Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 1030 mg tiap
4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah. Dosis harian total
tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg untuk orang lanjut usia, pasien
gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya kurang dari 50 kg. Lamanya terapi tidak
boleh lebih dari 2 hari. Pada seluruh populasi, gunakan dosis efektif terendah dan sesingkat
mungkin. Untuk pasien yang diberi Ketorolac ampul, dosis harian total kombinasi tidak
boleh lebih dari 90 mg (60 mg untuk pasien lanjut usia, gangguan ginjal dan pasien yang
berat badannya kurang dari 50 kg).
Efek Samping :
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5
hari.
VI.
EPHEDRIN HCL
Pemberian vasopresor, seperti efedrin, sering sekali dipakai untukpencegahan maupun terapi
hipotensi pada pasien kebidanan. Obat ini merupakan suatu simpatomimetik non
katekolamin dengan campuran aksi langsung dan tidak langsung. obat ini resisten terhadap
metabolisme MAO dan metiltransferase katekol (COMT), menimbulkan aksi yang
berlangsung lama. Efedrin meningkatkan curah jantung, tekanan darah, dan nadi melalui
stimulasi adrenergik alfa dan beta. meningkatkan aliran darah koroner dan skelet dan
27
1
2
3
4
Bed rest total 24 jam post op dengan bantal tinggi. Boleh miring kanan kiri, tak boleh duduk
Ukur TD dan N tiap 15 menit selama 1 jam pertama. Bila TD < 90 beri efedrin 10 mg, bila
N<60 beri SA 0,5 mg
bila tidak ada mual muntah boleh minum sedikit-sedikit dengan sendok
bila nyeri kepala hebat, konsul anestesi
28
DAFTAR PUSTAKA
1 Latief.
S.
A,
Suryadi
K.
A,
danDachlan
M.
R, PetunjukPraktisAnestesiologi,
Edisi
II,
BagianAnestesiologidanTerapiIntensif FK-UI, Jakarta, Juni,
2001, hal ; 77-83, 161.
2 Dobson MB. Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta: 1988.
3 Muttaqien F. Menguak Misteri Kamar Bius. Available at:
http://www.scribd.com/doc/51439743/Menguak-MisteriKamar-Bius. Accessed: August, 11th 2012.
4 Anestesi
Spinal.
Available
at:
http://www.scribd.com/doc/79664764/Anestesi-Spinal.
Accessed: August, 11th 2012.
29
Analgesik
Opioid.
Available
at:
http://www.scribd.com/doc/57353203/ANALGESIK-OPIOID.
Accessed: August, 11th 2012.
30