Anda di halaman 1dari 4

Salah satu tanaman berkhasiat yang banyak digunakan untuk pengobatan

adalah jahe merah (Zingiber officinale Roxb). Jahe merah digunakan sebagai
pelega tenggorokan, pencegah mual, dan anti mabuk (Anonim, 2002). Biasanya
jahe merah dikonsumsi sebagai minuman penghangat atau jamu dengan cara
diseduh air panas. Hal tersebut selain kurang praktis cara penggunaannya juga
karena bau dan rasa pedas dari jahe merah yang yang tidak semua konsumen bisa
menerimanya, terutama dikalangan anak-anak dan orang-orang yang tidak suka
minum jamu. Oleh karena itu jahe merah dibuat dalam bentuk sediaan tablet hisap
yang diharapkan dapat menutupi rasa dan bau tidak enak dari jahe merah
Produk olahan jahe lainnya yang dapat dikembangkan adalah oleoresin jahe. Oleoresin jahe
merupakan campuran resin dan minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi serbuk jahe
dengan menggunakan pelarut organik.Resin tersebut terdiri dari komponen-komponen aktif
berupa fenol yang terkandung dalam oleoresin seperti gingerol, shogaol, dan zingerone; yang
memberikan rasa pedas. Komponen minyak atsiri jahe adalah apinene, camphene,
phellendrene, mycene, cineol, methythe-ptenone, borneol, linalool, citral, C10 dan Caaldehid, a dan b-zingiberone, a-curcumene, farnesene, sesquiterpene alcohol yang
memberikan karakteristik aroma jahe Komponen volatile minyak atsiri memberikan aroma
yang khas untuk setiap jenis rempahrempah, sedangkan komponen non volatile terdiri dari
gum dan resin untuk tiap rempah-rempah. Komponen-komponen berupa asam amida
misalnya kapsaisin pada lada merah atau piperin pada lada hitam, karbonil misalnya gingerol
pada jahe, dan tioester misalnya dialilsulfida pada bawang putih dan bawang merah akan
memberikan karakteristik (panas atau pedas) secara berbeda-beda (Fakhrudin, 1978).
Kandungan Kimia
Dalam jahe terdapat dua macam minyak yaitu minyak atsiri dan oleoresin. Jahe kering
mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah zingiberene
dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya mudah menguap
dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung oleoresin sebanyak 3-4
persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan resin. Senyawa-senyawa
tersebut yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mudah menguap, cara
memperolehnya dengan proses ekstraksi (Fakhrudin, 1978
Pemanenan jahe sebaiknya dilakukan setelah tanaman mengalami periode senessen
(menggugurkan daun) pada umur 9 - 10 bulan. Cara menggali rimpang dengan menggunakan
garpu untuk menghindari terjadinya pelukaan kulit rimpang, yang selanjutnya rimpang
dibersihkan dari tanah yang masih melekat tanpa dicuci (dengan cara dikering anginkan).
Sortasi Basah

Rimpang jahe dari hasil panen secepatnya dilakukan penyortiran supaya mutunya tetap
terjaga. Tanah/kotoran, gulma yang menempel pada rimpang langsung dibersihkan; demikian
juga bahan yang busuk dengan yang sehat harus segera dipisahkan. Tujuan sortasi adalah
untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, mencegah lecetnya
permukaan kulit serta mempermudah pencucian.
Pencucian
Pencucian terhadap rimpang segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta
pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang
diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak
dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Cara
pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan bertekanan tinggi dan dibantu dengan sikat
yang terbuat dari plastik. Rimpang jahe dapat dicuci/dibersihkan dengan menggunakan alat
pembersih rimpang jahe, atau di cuci secara manual dengan menggunakan air mengalir.
Setelah dicuci, jahe kemudian dianginkan-anginkan hingga kering.
Perajangan
Perajangan dilakukan dengan mengiris sampel jahe secara membujur agar tidak merusak
serat yang terdaoat di dalamnya. Menurut farmakope herbal simplisia diiris berbentuk pipih,
dalam bentuk potongan dengan panjang 3-4 cm dan tebal 1-6,5 mm. Tujuannya untuk
menjaga kandungan senyawa volatile di dalamnya, yaitu minyak atsiri. Jika kurang dari yang
diersyaratkan (terlalu tipis), ditakutkan senyawa kandungannya akan menguap ketika
pemanasan/sata pengeringan; dan tidak boleh terlalu tebal untuk mengindari susahnya
penguapan air agar tidak tumbuh mikroorganisme yang dapat mmempengaruhi metabolit
sekunder
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan yaitu dengan alat pemanas/oven pada suhu 40-50oC.
Pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%..
Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan.
Sortasi Kering
Setelah pengeringan dilakukan, tahapan selanjutnya ialah sortasi kering. Tujuannya ialah
untuk memisahkan kotoran-kotoran yangmemungkinkan bercampur dengan simplisia dan
untuk memisahkan simplisia yang baik dengan seimplisia yang sudah rusak, misalnya akibat
ditumbuhi bakteri ataupun jamur.
Pengepakaan dan penyimpanan
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong kertas). Berikan
label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman
bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode

penyimpanannya. Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi
30oC dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki
penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari
hama gudang.

Pemerian Bau aromatik; rasa pedas Kadar Abu Tidak lebih dari 5%
Kadar Abu yang tidak terlarut dalam asam Tidak lebih dari 3,9%
Kadar sari yang larut dalam air Tidak kurang dari 15,6%
Kadar sari yang larut dalam etanol Tidak kurang dari 4,3%
Bahan organik asing Tidak lebih 2%
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada Penetapan Kadar
Minyak Atsiri
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Isi simplisia Minyak atsiri 2%-3% mengandung zingiberen, felanderen, kamfen, limonene,
sineol, sitral dan zingiberol, minyak dammar yang mengandung zingeron Penggunaan
simplisia Karminatif Menurut Badan Standarisasi Nasional, 2005 :

Pemeriksaan Organoleptik
Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas. Warna kuning muda. Fragmen pengenal adalah sel
parenkimatik, serabut, pembuluh kayu, kadang-kadang didampingi sel zat warna, sel damar
minyak, damar minyak berbentuk gumpalan atau tetesan kecil yang dengan iodium LP
memberi warna, banyak sekali butir pati, fragmen periderm (Materia medika, 1978).
Pemeriksaan Makroskopik
Rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang, cabang pendek, pipih, bentuk bulat telur
terbalik, pada setiap ujung cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk potongan,
panjang 5 cm sampai 15 cm, umumnya 3 cm sampai 4 cm, tebal 1 cm sampai 6,5 cm,
umumnya 1 cm sampai 1,5 cm. Bagian luar berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang,
kadang-kadang ada serat yang bebas. Bekas patahan pendek dan bersifat menonjol. Pada
irisan melintang terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga
jari-jari, endodermis, stele yang yang lebar, banyak tersebar berkas pembuluh berupa titik
keabu-abuan dan sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan

Pemeriksaan Mikroskopik

Di bawah epidermis terdapat hipodemis. Periderm terdiri dari beberapa lapis sel
gabus. Korteks terdiri dari parenkim isodiametrik, dinding sel tipis, berkas pembuluh
tersebar, banyak idioblas, sel idioblas hamper bulat, dinding bertikula, garis tengah 40

sampai 80

, berisi damar minyak, warna kuning kehijauan sampai jingga atau

berwarna coklat kekuningan sampai coklat kemerahan. Endodermis terdiri dari sel
dengan dinding radial agak menebal, tidak berisi pati. Berkas pembuluh kolateral dan
fibrovasal, berkas pembuluh yang terdapat langsung di sebelah dalam endodermis
tersusun teratur dalam satu deretan, berkas-berkas hampir bersentuhan satu sama lain,
umumnya tanpa serabut. Stele terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berkas
pembuluh kolateral banyak dan tersebar, idioblas minyak seperti pada korteks. Xilem
terdiri dari sedikit pembuluh spiral dan pembuluh jala, tidak berlignin, garis tengah
lebih kurang 70

. Floem berklompok. Serabut berkelompok, dinding tipis, panjang

sampai lebih kurang 600

, lebar sampai lebih kurang 30

, bernoktah berbentuk

celah miring. Idioblas bentuk prisma, panjang sampai lebih kurang 130 , lebar 8

sampai 20

, tunggal atau dalam deretan sejajar dengan sumbu berkas

pembuluh, berisi zat berwarna coklat kemerahan tua. Butir pati memnuhi parenkim
korteks dan parenkim stele, butir tunggal, bentuk bulat putih telur pipih sampai
hampir segi empat, hilus terdapat pada tonjolan di ujung butir, panjang 5
60 , umumnya 15
sampai 30
sampai 7 , lamella melintang.

Tablet hisap jahe TABHIHE

sampai

, lebar sampai lebih kurang 25

, tebal

Anda mungkin juga menyukai