Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN RESMI

Praktikum Mikrobiologi dan Virologi


P1 STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIUM

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014

P1
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIUM

I.

TUJUAN

Mengetahui tujuan dan cara-cara sterilisasi

Melakukan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf

Mengetahui penggunaan dan macam medium

Membuat medium

II.
ALAT DAN BAHAN
ALAT
- Penangas air
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Pengaduk gelas
- kapas
- autoklaf
BAHAN
- Na 1.2 gr, 2.4 gr, 3.6 gr
- TSA 3.6 gr
- NB 1.56 gr, 3.9 gr
- Aquadest

III.

CARA KERJA

a. Sterilisasi dengan Autoklaf


Tuangkan air secukupnya ke sterilisator

Tata alat-alat yang akan disterilkan

Letakkan tutup sterilisator pada tubuh sterilisator

Buka klep pengaman

Tutup klep apabila uap air mulai keluar dg deras

Pertahankan tekanan 1 atm selama 15-20menit

Matikan pemanasan dan tunggu sampai tekanan nol

Buka pengatur klep

Buang air yg tersisa dan keringkan semua bagiannya

Saat mencuci tutupnya jaga agar alat pengukur tidak terkena air
b. Pembuatan Na Agar Miring
Larutkan 1,2 gram Na ke dalam 60 ml aquadest

Kemudian aduk sampai homogeny

Siapkan 12 tabung reaksi

Masukkan 5 ml ke tiap tabung yang sudah di sediakan

Kemudian tutupi dengan kapas

Masukkan ke dalam plastic kemudian diikat

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf


c. Pembuatan Natrium Agar Tegak
Larutkan 2,4 gram Na dilarutkan ke dalam 120 ml aquadest

Kemudian aduk sampai homogen

Siapkan 12 tabung reaksi

Masukkan 10 ml ke tiap tabung yang sudah di sediakan

Kemudian tutupi dengan kapas

Masukkan ke dalam plastic kemudian diikat

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf


d. Pembuatan medium TSA

Larutkan 3,6 gram TSA ke dalam 90 ml aquadest

Masukkan ke dalam erlenmeyer

Kemudian aduk sampai homogeny

Kemudian tutupi dengan kertas

kemudian diikat dengan karet

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf

e. Pembuatan Medium NB
Larutkan 1.56 gram NB dilarutkan ke dalam 120 ml aquadest

Kemudian aduk sampai homogen

Siapkan 12 tabung reaksi

Masukkan 10 ml ke tiap tabung yang sudah di sediakan

Kemudian tutupi dengan kapas

Masukkan ke dalam plastic kemudian diikat

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf


f. Pembuatan Medium Na cawan
Larutkan 3.6 gram Na dilarutkan ke dalam 180 ml aquadest

Kemudian aduk sampai homogen

Siapkan 12 tabung reaksi

Masukkan 15 ml ke tiap tabung yang sudah di sediakan

Kemudian tutupi dengan kapas

Masukkan ke dalam plastic kemudian diikat

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf

g. Medium Nutrien Broth


Larutkan 3,9 gram NB ke dalam 300 ml aquadest dalam gelas beker

Masukkan ke dalam 6 erlenmeyer

Tiap tabung 50 ml

Kemudian tutupi dengan kertas

kemudian diikat dengan karet

Kemudian sterilisasi dengan autoklaf

IV. HASIL
a. Medium

b. Autoklaf

V.

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yang berjudul Sterilisasi dan Pembuatan Medium
dengan tujuan setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tujuan dan cara- cara sterilisasi, menggunakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf, mengetahui penggunaan dan macam medium dan membuat
medium.

Sterilisasi itu sendiri mempunyai pengertian yaitu suatu proses untuk


mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Alat
alat yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam keadaan steril, artinya
pada bahan atau peralatan tersebut tidak terdapat mikroba yang kehadirannya tidak
diharapkan, karena dapat mengganggu atau merusak medium atau proses yang
sedang dikerjakan oleh karena itu alat alat tersebut harus steril.
Sterilisasi juga dapat di dilakukan dengan berbagai cara misalnya sterilisasi
secara fisik yaitu dengan menggunakan pemanasan , sinar X, sinar ultraviolet dan
sebagainya, sterilisasi secara kimia yaitu dengan menggunakan desinfektan, larutan
alkohol, formalin dan sebagainya, dan sterilisasi secara mekanik yaitu dengan cara
filtrasi atau penyaringan.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan
bermacam macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat
sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Kegunaan media (perbenihan)
dalam labolatorium adalah, untuk membiakkan dengan maksud memperbanyak
bakteri yang dicari, untuk tujuan isolasi bakteri agar didapat biakan murni, untuk
menyimpan bakteri yang telah murni tersebut baikuntuk keperluan sehari hari
(determinasi) maupun untuk menyimpan dalam waktu yang lama dan untuk
mempelajari sifat sifat pertumbuhannya supaya mikroba dapat tumbuh baik
dalam suatu media.
Medium tersebut harus memenuhi syarat syarat antara lain, yaituharus
mengandung semua zat hara yang mudah di gunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan
kebutuhan mikroba yang akan di tumbuhkan, tidak mengandung zat zat yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba , dan harus beara dalam kaadaan steril
sebelum digunakan agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
Bahan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme di
labolatorium disebut media kultur. Pengetahuan tentang habitat normal
mikroorganisme sangat membantu dalam pemilihan media yang cocok untuk
pertumbuhan mikroorganisme di labolatorium.
Berdasarkan konsistensinya, media dikelompokkan menjadi dua macam
yaitu media cair (liquid media) dan media padat (solid media). Apabila media
cair merupakan ekstrask kompleks material biologis, maka media tersebut

dinamakan rich media atau broth. Media padat menggunakan bahan pembeku
(solidifying agent), misalnya Agar, suatu kompleks polisakarida yang diperoleh
dari alga merah (red algae). Agar memiliki komposisi kimia berupa D-galaktosa,
3,6-anhidro-L-galaktosa, D-glucuronic acid. Agar sebagai bahan pembeku akan
mencair saat dididihkan, kemudian di dinginkan pada suhu 40-42 oC sebelum
dibekukan. Medium Agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90oC.
Agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena tidak dapat terdegradasi
oleh mikrorganisme.
Alat yang digunakan penangas air, gelas ukur untuk mengukur suatu larutan,
gelas beker untuk tempat suatu larutan, tabung reaksi untuk tempat sampel,
pengaduk gelas untuk mengaduk biar homogeny, kapas untuk munutup bagian
mulut tabung, kertas untuk menutup bagian mulut Erlenmeyer, karet untuk
mengikat kertas, autoklaf untuk sterilisasi, bahan yang digunakan Na 1.2 gr, 2.4 gr,
3.6 gr, TSA 3.6 gr ,NB 1.56 gr, 3.9 gr, aquadest untuk pelarut.
Langkah pertama yaitu dengan membersihkan meja tempat praktikum
dengan alcohol, ini merupakan teknik aseptis agar tempat tersebut dalam keadaan
steril dan terbebas dari zat yang kontaminan yang tidak diperlukan.Pertama yang
saya lakukan adalah membuat medium Nutrien Agar Miring, yang saya lakukan
terlebih dahulu yaitu memasukkan Na sebanyak 1,2 gram ke dalam gelas beker dan
kemudian dtambahkan dengan 60 ml aquadest dengan hati hati, dan diaduk
sampai larutan tersebut benar benar homogen. Lalu siapkan tabung reaksi
sebanyak 12 tabung , kemudian larutan tadi yang sudah homogen sebanyak 60 ml
tadi, di masukkan pada tiap tabung masing masing 5 ml. Sesudah itu kemudian di
tutupi kapas, tutup kapas tersebut harus benar-benar rapat sehingga tidak ada
udara yang masuk ke dalam tabung reaksi, hal ini dilakukan untuk mencegah
adanya mikroorganisme dan kontaminan yang masuk ke dalam medium yang dapat
mempengaruhi kemurnian dari medium dan dapat merusak dan mengganggu
medium yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
praktikum selanjutnya. Sesudah ditutupi kapas kemudian dimasukkan ke 12 tabung
itu kedalam plastik, tujuannya agar tidak ada udara yang masuk ke dalam. Setelah
ke 12 tabung dimasukkan ke dalam plastic kemudia diikat dengan menggunakan
karet agar terikat rapi.
Selanjutnya pembuatan Natrium Agar Tegak, yaitu dengan melarutkan 2,4
gram Na dalam 120 ml aquadest dalam gelas beker, kemudian diaduk sampai benar
benar homogen , lalu siapkan tabung reaksi sebanyak 12 tabung, kemudian isi

masing masing tabung tadi sebnayak 10 ml tiap tabung, sesudah dimasukkan ke


dalam masing- masing tabung, lalu ditutup dengan menggunakan kapas sampai
benar benar rapat, tujuannya sudah dijelaskan di atas. Lalu ke 12 tabung tadi
yang sudah diisi dengan larutan agar di masukkan ke dalam plastic kemudian
diikat dengan karet.
Medium Nutrien Agar merupakan suatu medium untuk pertumbuhan bakteri
dengan nutrisi dari ekstrak daging, agar dan pepton sebagai nutrisi pertumbuhan
bakteri. Ekstrak daging mengandung asam amino, peptida, nukleotida, asam
organik, vitamin, mineral. Sedangkan Pepton merupakan hidrolisat protein yang
didapat dari digesti parsial daging, kasein bubuk kedelai dan sumber protein
lainnya yang digunakan sebagai salah satu sumber nutrisi dan sumber nitrogen bagi
pertumbuhan bakteri dan agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena
tidak dapat terdegradasi oleh mikroorgansime. NA berfungsi sebagai medium
umum atau medium yang dapat ditumbuhi oleh sebagian besar bakteri tanpa
spesifikasi tertentu. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorgansime yang tidak selektif dalam artian mikroorganisme heterotroph.
Selanjutnya yaitu pembuatan Medium TSA (Triptic Soya Agar), komposisi
TSA terdiri dari dari glukosa sebagai sumber gula, kasein sebagai sumber protein,
kedelai sebagai sumber nutisi seperti ekstrak daging, agar untuk memadatkan,
NaCl sebagai sumber mineral dan fosfat untuk penyangga.. Sebanyak 3,6 gram
TSA dilarutkan dalam 90 ml aquadest dalam Erlenmeyer , aduk larutan tadi sampai
benar benar homogen, kemudian tutup dengan kertas,lalu diikat dengan karet.
TSA tadi berbentuk serbuk dan berbau seperti pakan ayam. Medium TSA (Triptic
Soya Agar) termasuk dalam media kompleks (complex media) yang merupakan
media yang tersusun dari komponen yang secara kimia tidak di ketahui dan
umumnya diperlukan karena kebutuhan nutrisi mikroorganisme tertentu tidak
diketahui dan TSA juga termasuk media umum ( general media) yang merupakan
media pendukung bagi banyak pertumbuhan mikroorganisme.
Selanjutnya yaitu membuat medium NB (Nutrient Broth), yaitu dengan
melarutkan 1,56 gram NB dalam Erlenmeyer , kemudian dilarutkan dengan 120 ml
aquadest, lalu di aduk dengan menggunakan batang pengaduk sampai larutan
tersebut benar-benar homogen. Siapkan tabung sebanyak 12 tabung, kemudian
masing masing tabung diisi sebanyak 10 ml larutan tadi yang sudah homogen.
Kemudian ditutup dengan menggunakan kapas sampai benar benar rapat di
pastikan bahwa mikroorganisme tidak masuk dan tidak merusak medium.Lalu

dimasukkan ke dalam plastic lalu diikat dengan karet. Medium NB (Nutrient


Broth) termasuk dalam media kompleks (complex media) yang merupakan media
yang tersusun dari komponen yang secara kimia tidak di ketahui dan umumnya
diperlukan karena kebutuhan nutrisi mikroorganisme tertentu tidak diketahui
Selanjutnya membuat Medium Na Cawan, yaitu dengan memasukkan 3,6
gram natrium ke dalam gelas beker , kemudian dilarutkan dengan 180 ml aquadest,
lalu di aduk sampai benar benar homogen. Siapkan 12 tabung, lalu masing
masing tabung tersebut diisi sebanyak 15 ml larutan. Kemudian setelah masing
masing tabung terisi lalu di tutup dengan menggunakan kapas, lalu dimasukkan ke
dalam plastic lalu diikat dnegan menggunakan karet.
Selanjutnya yang terakhir yaitu membuat Medium Nutrien Broth, yaitu
dengan melarutkan 3,9 gram NB dalam 300 ml aquadest dalam gelas beker, lalu
diaduk sampai benar benar homogen, lalu siapkan 6 buah Erlenmeyer, kemudian
masukkan 50 ml larutan pada masing masing tabung dengan menggunakan kertas
tujuannya agar tidak ada mikroorganisme yang masuk yang nantinya akan
mengganggu atau merusak medium. Lalu diikat dengan menggunakan karet.
Nutrien Broth adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan dasar
adalah ekstrak beef dan pepton. Medium Nutrient Nroth merupakan medium yang
berwarna coklat yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal
dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium utnuk menumbuhkan bakteri
sama seperti medium NA.
Setelah semua medium terbungkus rapi dalam plastic, langkah selanjutnya
yaitu mensterilkan semua medium dengan menggunakan autoklaf.
Setelah semua medium selesai di buat dan di bungkus dalam sebuah plastik,
maka langkah selanjutnya yaitu kita sterilkan dengan menggunakan autoklaf. Cara
penggunaan autoklaf, langkah yang pertama : tuangkan air suling secukupnya
kedalam tubuh sterilisator hingga batas. Tatalah tabung reaksi yang telah
dibungkus didalam wadah aluminium bagian dalam sehingga tersedia ruangan
untuk bergeraknya uap air secara bebas diantara alat alat tersebut selama
sterilisasi. Untuk penataan tabung reaksi jangan sampai terbalik di lakukan
denganhati hti, dan penataannya tidak boleh terlalu penuh karena akan
menghambat aliran uapnya.
Prinsip kerja autoklaf ini sama dengan tangki minyak yang dapat diisi
dengan uap. Medium yang akan di sterilkan ditempatkan di dalam autoklaf ini
selama 15 sampai 20 menit, tetapi hal ini tergantung pada banyak atau sedikitnya

barang yang perlu di sterilkan. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran
pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus-menerus naik sampai 121 0C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf
mencapai 121 C. Tekanan sebesar 15 lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 1
atmosfer per 1 cm2. Karena jika lebih dari 1 atm atau 15 lbs (pounds) per inch akan
menyeP-kan alat yang digunakan dapat membuat medium pecah . Perhitungan
waktu 15 atau 20 menit itu dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk
1210C. suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang di
sterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding
dengan udara panas. Setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup, lalu

kita

perhatikan bahwa suhu sedikit demi sedikit akan mulai turun, begitu pula pada
manometer.tutupnya jangan di letakkan sembarangan dan di buka buka karena isi
botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer
menunjukkan angka 0 . Buka pengatur klep lalu buang air yg tersisa dan keringkan
semua bagiannya dan saat mencuci tutupnya jaga agar alat pengukur tidak terkena
air. Melalui sterilisasi seluruh mikroba pathogen dapat mati, sehingga tidak sempat
berkembang biak. Sterilisasi pada percobaan ini merupakan sterilisasi secara fisik
yang menggunakan panas dari autoklaf , dimana panas yang digunakan berasal dari
uap air sehingga disebut sterilisasi basah. Dengan kondensasi akan terbentuk
embun yang dapat menyeP-kan keadaan lemP- yang cukup untuk membunuh
kuman, sehingga bahan menjadi steril.
Pada saat medium sudah selesai di sterilkan dengan menggunakan autoklaf,
untuk medium nutrien agar miring di letakkan miring 30 0 terhadap bidang datar.
Untuk medium nutrien agar tegak, medium TSA, medium NB, medium Nutrien
Beef diletakkan tegak dan medium Na cawan di letakkan datar .
Medium tegak ini dibuat untuk melihat pergerakan dari mikroba, sedangkan
medium cair dibuat untuk melihat pergerakan dan pertumbuhan mikroba,
sedangkan medium miring dibuat untuk melihat pertumbuhan mikroba.
PH merupakan factor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam
pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak
cocok untuk dijadikan untuk medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup
pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk
meyakinkan bahwa medium masih steril , karena selain pH sebagai penentu
tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan.

Factor factor yang mempengaruhi sterilisasi pemanasan yaitu jenis


pemanasan kering atau basah, suhu dan waktu, jumlah organisme yang ada, apakah
organisme tersebut memiliki kemampuan untuk membuat spora dan jenis bahan
yang mengandung mikroorganisme yang harus dibunuh.

VI.

KESIMPULAN

1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat


mengetahui tujuan dan cara- cara sterilisasi, menggunakan sterilisasi
dengan menggunakan autoklaf, mengetahui penggunaan dan macam
medium dan membuat medium.
2. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba

3. Sterilisasi itu sendiri mempunyai pengertian yaitu suatu proses untuk


mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu
benda.
4. Medium yang di buat yaitu, medium agar miring, medium nutrient agar
tegak, medium TSA, medium NB, medium Na cawan
5. Sterilisai dengan menggunakan autoklaf.
6. Komposisi Nutrient agar yaitu ekstrak daging, pepton, dan agar.
7. Medium TSA (Triptic Soya Agar) termasuk dalam media kompleks
(complex media)
8. Nutrient broth dari ekstrak beef dan peptone.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro, 1998 . Dasar dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.


Gupte,S.1990.Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara.
Pelczar, Michael J dan ESC Chan. 1986. Dasar dasar mikrobiologi
Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia ( UI press)
Roger, d stainer dkk. 1982. Dunia Mikroba I. Jakarta: Ghratana Karya Aksara.
Hadioetomo,R.,1993, Teknik
dan
Prosedur
Dasar
Laboratorium
Mikrobiologi, Jakarta: Gramedia.

Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima, Jakarta:
Erlangga.

Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-2
Penanaman, Isolasi dan Pengamatan Pertumbuhan
Mikroba

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P-2
Penanaman, Isolasi dan Pengamatan Pertumbuhan Mikroba
I.

TUJUAN
Setelah melakukan

praktikum

ini

diharapkan

mahasiswa

dapat

melakukan isolasi terhadap mikroba serta mampu memahami kurva


pertumbuhan mikroba.

II.

ALAT DAN BAHAN

ALAT

Ose runcing
Ose tumpul
Lampu spiritus
Cawan petri steril
Incubator 37oC dg shaker
Pipet steril
Spektrofotometer
Kuvet plastik
Media tanpa bakteri sbg blanko

BAHAN
- Biakan murni bacillus subtilis dalam medium nutrien cair umur 24
-

jam.
Biakan murni Escherichia coli dalam medium cair umur 24 jam.
Suspensi mikroba/campuran mikroba
nutrien agar tegak
Kultur bakteri E.coli dalam media NA
100ml medium pertumbuhan NB dlm 250ml labu erlenmeyer

III. CARA KERJA


A.Menanam Mikroba Aerob
1. Biakan Agar Tegak
Jarum ose runcing disterilkan di atas nyala api lampu spiritus

Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus

Inokulum diambil dengan menggunakan jarum ose runcing, bibir


tabung dipanaskan, dan ditutup kembali

medium agar tegak diambil, dilepaskan tutup kapasnya, kemudian agar


ditusuk dengan jarum ose secara hati-hati, bibir tabung dipanaskan lalu
ditutup

Jarum ose dipijarkan sebelum diletakkan kembali

Diberi etiket bertuliskan nama bakteri, diinkubasi pada suhu 37C


2. Biakan Agar Miring

Jarum ose tumpul disterilkan di atas nyala api lampu spiritus

Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus

Inokulum diambil dengan menggunakan jarum ose tumpul, bibir tabung


dipanaskan, dan ditutup kembali

Medium agar miring diambil, tutup kapasnya dilepaskan kemudian


ditutup kembali

Medium agar miring diambil, tutup kapasnya dilepas, kemudian ose


tumpul digoreskan pada permukan medium miring, bibir tabung
dipanaskan lalu ditutup kembali

Jarum ose dipijarkan sebelum diletakkan kembali

Diberi etiket bertuliskan nama bakteri, inkubasi pada suhu 37C

3. Biakan Cair
Jarum ose tumpul disterilkan di atas nyala api lampu spiritus

Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus

Inokulum diambil dengan menggunakan jarum ose tumpul, bibir tabung


dipanaskan dan ditutup kembali

Medium agar cair diambil, tutup kapasnya dilepaskan kemudian


permukaan media cair disinggung dengan ujung ose tumpul yang
mengandung inokulum, bibir tabung dipanaskan lalu ditutup

Jarum ose dipijarkan sebelum diletakkan kembali

Diberi etiket bertuliskan nama bakteri, inkubasi pada suhu 37C


B. Isolasi Mikroba
Nutrien agar dicarikan dalam penangas air, didinginkan pada suhu 50C

Medium yang telah mencair dituangkan pada cawan petri dalam


keadaan aseptis, dibiarkan hingga padat

Inokulum diambil dengan ose tumpul secara aseptis, dibuat goresan di


permukaan agar


cawan petri yang telah ditempel etiket dibungkus dengan koran dan
dibalik, diinkubasi pada suhu 37C

Setelah diinkubasi akan tampak koloni yang terpisah-pisah

Satu koloni kemungkinan berasal dari satu sel mikroba yang


berkembangbiak

Satu koloni yang mewakili satu jenis mikroba diambil secara aseptic
kemudian disuspensikan dalam air steril

Dilakukan pengecatan gram dan diamati di bawah mikroskop

Masing-masing jenis hasil isolasi dipindahkan ke dalam medium


nutrien miring

Diinkubasi pada suhu yang sesuai selama 24-48 jam

Diuji kembali kemurniannya dengan pengecatan gram

Isolasi berhasil jika terdapat satu jenis mikroba saja


C.Pengamatan Pertumbuhan Mikroba
Satu ose Escherichia coli diambil dari media nutrien agar

Diinokulasi ke dalam media NB pada labu erlenmeyer (jam ke-0)

Diambil 1 ml suspensi bakteri dan dipindahkan dalam kuvet plastik


(media tanpa suspensi bakteri sebagai blangko diukur pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, kemudian dibaca
absorbansi kuvet yang berisi suspensi bakteri)

Pembacaan absorbansi diulangi tiap 3 jam selama 27 jam

Dibuat grafik hubungan antara absorbansi versus waktu pengukuran, baik


grafik standar linear maupun skala logaritmik

IV. HASIL
a. Biakan Agar Tegak

b. Biakan Agar Miring

c. Biakan Agar Cair

E.coli

B.subtilis

d. Isolasi Mikroba

e. Pengamatan Pertumbuhan Mikroba

Pukul
09.16

Absorbansi
0.7

16.15

1.207

19.25

1.516

07.00

1.917

17.15

1.319

Absorbansi

1,917
1,516
1,319
1,207
0,7

09.16

16.15

19.25

07.00

17.15

V. PEMBAHASAN

Praktikum mivi kali ini berjudul penanaman, isolasi dan pengamatan


pertumbuhan bakteri yang bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan

penanaman dan isolasi mikroba serta mampu mengamati pertumbuhan bakteri.


Prinsip yang mendasari percobaan ini adalah inokulasi bakteri dengan konsepsi
biakan murni yaitu dengan memisahkan campuran mokroorganisme sehingga
membentuk koloni yang terpisah antara satu strain atau jenis mikroba dengan
mikroba lainnya dengan menumbuhkan mikroorganisme pada media agar sehingga
masing-masing mikroba bisa tumbuh secara berjauhan dan setiap selnya
berhimpun membentuk koloni.
Isolasi mikroba merupakan pemisahan mikroba yang dikehendaki dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam
medium buatan. Ada beberapa cara penanaman mikroba, tergantung pada tujuan
penanaman tersebut. Yang berdasarkan bentuk dan cara penanamannya dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu biakan agar tegak, biakan agar miring, dan
biakan cair.
Dalam melakukan isolasi mikroba ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu sifat-sifat spesies mikroba yang akan ditanam, tempat hidup atau asal
mikroba tersebut, cara menanam dan cara mengisolasikannya, cara menguji bahwa
miroba yang diisolasi telah berupa biakan murni dan sesuai dengan yang
dimaksud, serta cara memelihara biakan murni.
Yang harus diperhatikan dalam isolasi mikroorgansime yaitu sifat-sifat
mikroba yang akan di tanam, tempat hidup itu atau asal mikroba tersebut, cara
menanam dan cara mengisolasikannya, cara menguji bahwa mikroba yang di
isolasi telah berupabiakan murni dan sesuaidengan yang di maksud, cara
memelihara biakan murni.
Adapun fase pertumbuhan mikroorganisme meliputi:
1. Fase Lag, merupakan Fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme
pada suatu lingkungan baru.
2. Fase log (eksponensial), Fase dimana mikroorganisme tumbuh dan
membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroba,
sifat media dan kondisi pertumbuhan.
3. Fase Stasioner, dimana Pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi
keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang
mati.
4. Fase kematian, dikarenakan Jumlah sel yang mati meningkat. Faktor
penyeP-nya adalah ketidaktersediaan nutrisi dan akumulasi produk buangan
yang toksik.

Bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli di tanam pada medium agar
tegak, medium agar miring dan medium nutrient cair.
Tujuan-tujuan dalam melakukan biakan murni dengan:
a. Biakan agar tegak untuk menunjukkan pertumbuhan mikroba.
b. Biakan agar miring untuk menunjukkan pergerakkan mikroba.
c. Biakan cair untuk menunjukan sifat atau jenis mikroba anaerob atau
aerob.
d. Biakan cawan untuk menghitung jumlah koloni / mikroba.
Pada praktikum kali ini alat-alat yang digunakan adalah ose runcing yang
digunakan untuk mengambil mikroba biakan murni yang akan ditanam pada
medium agar tegak, ose tumpul yang digunakan untuk mengambil mikroba biakan
murni yang akan ditanam pada medium agar miring, lampu spiritus untuk teknik
aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada saat pengambilan mikroba, cawan petri
yang digunakan sebagai tempat untuk menanam, mengisolasi, dan mengamati
mikroba, inkubator yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroba,
pipet ukur yang digunakan untuk mengambil suspensi bakteri (Bacillus subtilis)
yang akan diamati absorbansinya, kuvet plastik digunakan sebagai tempat suspensi
bakteri uji, spektrofotometer digunakan sebagai pengukur asorbansi suspensi
bakteri uji menggunakan panjang gelombng 600 nm.
Yang pertama yaitu penanaman pada medium agar tegak , yaitu dengan
mengambil ose runcing

sebelum di gunakan disterilkan terlebih dahulu yaitu

dengan mencelupkan kedalam alcohol 96 % dan kemudian di bakar sampai


membara dia atas lampu spiritus teknik ini sebagai teknik aseptis agar tidak terjadi
kontaminan, setelah itu masukkan ose ke dalam biakan E.coli dan S.aureus dengan
hati hati diatas nyala lampu spiritus, dan kemudian buka kapas pada tabung yang
berisi medium agar tegak dengan hati hati ,l lalu tusukkan biakan yang sudah
terdapat di ose runcing, jangan sampai dasar karena bakteri akan berkembang
kemana mana dan untuk mempermudah melihat pertumbuhan dengan baik, di
tusukkan dengan hati hati diatas lampu spiritus juga sebagai teknik aseptis agar
tidak terjadi kontaminan. Setelah itu tutup lagi mediumnya dengan menggunakan
kapas. Ose yang sudah di gunakan jangan dulu di simpan, tapi di bakar terlebih
dahulu diatas lampu spiritus lalu di masukkan ke dalam alcohol agar bakteri yang
tersisa dalam ose benar benar mati. Kemudian di inkubasikan pada suhu 37 oC,
karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal untuk bakteri dapat tumbuh
Disini menggunakan ose runcing agar tidak merusak medium, jika menggunakan

ose tumpul akan merusak medium. Biakan pada agar tegak yaitu untuk melihat
pertumbuhan bakteri.
Kedua yaitu penanaman biakan pada agar miring yaitu dengan mengambil
ose tumpul

sebelum di gunakan disterilkan terlebih dahulu yaitu dengan

mencelupkan kedalam alcohol 96 % dan kemudian di bakar sampai membara dia


atas lampu spiritus teknik ini sebagai teknik aseptis agar tidak terjadi kontaminan,
setelah itu masukkan ose tumpul ke dalam biakan E.coli dan S.aureus dengan hati
hati diatas nyala lampu spiritus, dan kemudian buka kapas pada tabung yang
berisi medium agar miring dengan hari hati ,lalu goreskan biakan pada medium
agar miring dengan hati hati diatas lampu spiritus juga sebagai teknik aseptis
agar tidak terjadi kontaminan. Menggunakan ose tumpul agar tidak merusak
medium agar miring jika menggunakan ose runcing akan merusak medium .
Setelah itu tutup lagi mediumnya dengan menggunakan kapas. Ose yang sudah di
gunakan jangan dulu di simpan, tapi di bakar terlebih dahulu diatas lampu spiritus
lalu di masukkan ke dalam alcohol agar bakteri yang tersisa dalam ose benar
benar mati. Kemudian di inkubasikan pada suhu 37oC, karena pada suhu tersebut
merupakan suhu optimal untuk bakteri dapat tumbuh. Tujuan biakan pada agar
miring yaitu untuk melihat pergerakan mikroba.
Ketiga yaitu penanaman pada biakan agar cair yaitu dengan mengambil ose
tumpul sebelum di gunakan disterilkan terlebih dahulu yaitu dengan mencelupkan
kedalam alcohol 96 % dan kemudian di bakar sampai membara dia atas lampu
spiritus teknik ini sebagai teknik aseptis agar tidak terjadi kontaminan, setelah itu
masukkan ose ke dalam biakan E.coli dan S.aureus dengan hati hati diatas nyala
lampu spiritus, dan kemudian buka kapas pada tabung yang berisi medium agar
cair dengan hati hati ,lalu singgungkan biakan pada ose tumpul pada medium
dengan hati hati diatas lampu spiritus juga sebagai teknik aseptis agar tidak
terjadi kontaminan. Menggunakan ose tumpul agar bakteri yang terbawa pada saat
pengambilan banyak daripada menggunakan ose runcing. Setelah itu tutup lagi
mediumnya dengan menggunakan kapas. Ose yang sudah di gunakan jangan dulu
di simpan, tapi di bakar terlebih dahulu diatas lampu spiritus lalu di masukkan ke
dalam alcohol agarbakteri yang tersisa dalam ose benar benar mati. Kemudian
masukkan ke incubator shaker agar bakteri yang terdapat dalam medium cair dapat
bergerak bebas. Tujuan biakan pada agar cair yaitu untuk mengatahui bakteri
tersebut termasuk jenis anaerob atau aerob. Lalu di ketahui bahwa S.aureus
merupakan bakteri anaerob yaitu tidak membutuhkan oksigen malah menghindari
oksigen. Jadi bakteri tersebut berkumpul di dasar tabung. Pada bakteri E.coli

terlihat bahwa bakteri berkumpul di bagian permukaan atas tabung yang artinya
membutuhkan oksigen, sehingga untuk mendapatkan oksigen secara maksimal
berkumpul di atas permukaan.
Pada isolasi dengan menggunakan Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni
yang lain. Pertama memanaskan medium Nutrien Agar sampai cair di atas
penangas air , setelah cair masukkan medium ke dalam cawan petri dengan hati
hati kemudian tunggu sampai medium memadat terlebih dahulu di tutup. Lalu
ambil ose runcing, masukkan kedalam alcohol 96 % lalu panaskan di atas lampu
spiritus sampai membara tunggu agak dingin karena apabila terlalu panas di
khawatirkan mikroba nya mati dan tidak dapat tumbuh, kemudian ambil biakan
mikroba dengan ose runcing , perlakuan ini di lakukan di atas lampu spiritus
sebagai teknik aseptis agar tidak terjadi kontaminan, lalu di goreskan di atas
permukaan agar yang sudah padat. Setelah dilakukan penggoresan lalu sisi cawan
petri di pijarkan di atas lampu spiritus. Setlah itu di bungkus dengan menggunakan
kertas, lalu di inkubasikan pada suhu 37oC , karena pada suhu itu merupakan suhu
optimal untuk bakteri dapat tumbuh.
Medium Nutrien Agar merupakan suatu medium untuk pertumbuhan bakteri
dengan nutrisi dari ekstrak daging, agar dan pepton sebagai nutrisi pertumbuhan
bakteri. Ekstrak daging mengandung asam amino, peptida, nukleotida, asam
organik, vitamin, mineral. Sedangkan Pepton merupakan hidrolisat protein yang
didapat dari digesti parsial daging, kasein bubuk kedelai dan sumber protein
lainnya yang digunakan sebagai salah satu sumber nutrisi dan sumber nitrogen bagi
pertumbuhan bakteri dan agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena
tidak dapat terdegradasi oleh mikroorgansime. NA berfungsi sebagai medium
umum atau medium yang dapat ditumbuhi oleh sebagian besar bakteri tanpa
spesifikasi tertentu. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorgansime yang tidak selektif dalam artian mikroorganisme heterotroph.
Kemudian pengamatan pertumbuhan mikroba, lalu ambil ose masukkan
kedalam alcohol 96 % lalu panaskan di atas lampu spiritus sampai membara
tunggu agak dingin karena apabila terlalu panas di khawatirkan mikroba nya mati
dan tidak dapat tumbuh, ambil inokulum di atas lampu spiritus dengan hati hati ,
buka kertas aluminium foil pada tabung Erlenmeyer , masukkan biakan ke dalam
nutrient beef pada Erlenmeyer dengan hati hati diatas lampu spiritus juga setelah
itu bibir tabung di panaskan sebagai teknik aseptis. Kemudian di tutup kembali
dengan menggunakan aluminium foil, ose yang sudah digunakan di bakar

kemudian di masukkan ke dalam alcohol agar tidak terjadi kontaminan. Kemudian


ambil 1 ml suspensi dengan menggunakan pipet ukur dengan bantuan mikropipet,
lalu pindahkan ke dalam kuvet plastic, kemudian diukur absorbansinya dengan
menggunakan

spektrofotometer

dengan

panjang

gelombang

600

nm.

Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi


dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca . Kuvet yang dindingnya keruh diletakkan disebelah luar, sedangkan
bagian yang dindingnya transparan diletakkan menghadap sinar UV, penempatan
ini tidak boleh terbalik, karena pada dinding yang transparan akan lebih mudah
menangkap sinar UV tersebut. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian
dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan
sisanya diteruskan.
Kemudian di ukur pada jam ke -0 dengan panjang gelombang 600 nm.
Pembacaan absorbansi diulangi tiap 3 jam selama 27 jam, yaitu untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri. Kemudian hasilnya pada jam 09.16 absorbansinya 0.7, jam
16.15 absorbansinya 1.207, jam 19.25 absorbansinya 1.516, jam 07.00
absorbansinya 1.917 dan jam 17.15 absorbansinya 1.319, disini menunjukan
pertumbuhan bakteri dari fase lag sampai fase kematian.
Faktor factor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dapat di
bedakan menjadi factor fisik dan factor kimia. Factor fisik meliputi temperature,
pH, tekanan osmosik, oksigen dan cahaya atau radiasi. Factor kimia meliputi
nutrisi dan media kultur mikroorganisme.

VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu melakukan penanaman, isolasi dan pengamatan
pertumbuhan bakteri yang bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan
penanaman dan isolasi mikroba serta mampu mengamati pertumbuhan
bakteri
2. Isolasi mikroba merupakan pemisahan mikroba yang dikehendaki dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni
dalam medium buatan.
3. Fase pertumbuhan mikroba :
Fase Lag
Fase log

Fase Stasioner
Fase kematian
4. Tujuan-tujuan dalam melakukan biakan murni dengan:
Biakan agar tegak untuk menunjukkan pertumbuhan mikroba.
Biakan agar miring untuk menunjukkan pergerakkan mikroba.
Biakan cair untuk menunjukan sifat atau jenis mikroba anaerob atau
aerob.
Biakan cawan untuk menghitung jumlah koloni / mikroba.
5. S.aureus merupakan bakteri anaerob
E.coli merupakan bakteri aerob
6. Data absorbansi :
Pukul
09.16

Absorbansi
0.7

16.15

1.207

19.25

1.516

07.00

1.917

17.15

1.319

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 2010. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Volk, W. A, dkk. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1 edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

LAPORAN RESMI
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P3 Perhitungan Mikroba

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014

P- 3
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA
I.

TUJUAN
mahasiswa dapat mengetahui cara cara perhitungan jumlah
mikroba, baik secara langsung maupun tidak langsung

mampu melakukan perhitungan jumlah mikroba yang ada pada


suatu bahan.
II.

ALAT DAN BAHAN

A. Menggunakan Spektrofotometer atau Optical Density 600 (OD 600)


ALAT

1. Tabung reaksi
2. Spektrofotometer UV
3. Kuvet Plastik
4. Pipet steril

BAHAN

1. Suspensi bakteri E.coli


2. Media NB

B. Berdasarkan Total Plate Count


ALAT

1. Cawan petri
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Pipet tetes

III.

BAHAN

1. Sampel bahan
2. Aquadest
3. Medium agar tegak

CARA KERJA

A. Menggunakan Spektrofotometer atau Optical Density 600


Ambil biakan bakteri Saccharomyces sp

Masukkan ke dalam SDBroth

Kemudian kocok dengan menggunakan ose tumpul

Setelah itu tutup dengan aluminium foil

Ambil 1 ml suspense bakteri diambil dari medium cair yang ditempatkan pada tabung

Sampel dimasukkan kedalam kuvet

Kemudian diukur absorbansinya dengan mengguankan Spektrofotometer dengan panjang


gelombang 660 nm

Dihitung densitas dari sel dengan menggunakan table


B. Berdasarkan Total Plate Count
Diambil 1 ml sampel

1 ml sampel ditambah dengan 9 ml aquadest (tabung 1)


1 ml suspense tabung 1 ditambah 9 ml aquadest (tabung 2)

1 ml suspense tabung 2 ditambah 9 ml aquadest (tabung 3) dan seterusnya sampai


pengenceran 105

Medium agar dipanaskan (diambil 10 ml)

Campuran medium ditambahkan dengan suspense pengenceran dalam cawan petri

Digoyangkan dengan arah angka 8 secara hati-hati

Dibungkus dengan kertas lalu diinkubasi selama 24 jam

Didinginkan dan dihitung koloni yang tumbuh pada masing-masing cawan petri

IV.

HASIL
a. plate count

Replikasi 1 tabung 4
Replikasi 2 tabung 4

Replikasi 1 tabung 5

Replikasi 2 tabung 4

Data Simulasi
Jumlah koloni pada tiap cawan
Pengenceran

Air sumur

Replikasi 1

Replikasi 2

10-4

236

271

10-5

165

140

= 236 x 104 + 271 x 104


2
= 507 x 104

A = 236 + 271
10-4
10-4

2
= 253,5 x 104
= 165 x 105 + 140 x 105
2
5
= 305 x 10

B = 165 + 140
10-5
10-5

2
= 152,5 x 105
B

= 152,5 x 105

253,5 x 10-4
= 1525 x 104

Ket :

B >2 = A
A

253,5 x 10

= 6,01 CFU (coloning forming unit)

B < atau 2 = rata - rata


A

Jumlah bakteri = 253,5x 104

= 2535000 sel/ml

V.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul Perhitungan Jumlah Mikroba yang

memiliki tujuan mahasiswa dapat mengetahui cara cara perhitungan jumlah


mikroba, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mampu melakukan
perhitungan jumlah mikroba yang ada pada suatu bahan.
Jumlah mikroba pada suatu bahan juga dapat ditentukan dengan bermacam
macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang akan ditentukan. Jenis
populasi mikroba di dalam tanah, air, bahan makanan dan sebagainya berbeda
beda tergantung susunan bahan tersebut. Pertumbuhan mikroorganisme yang
membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari
satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Terdapat dua cara perhitungan jumlah mikroba , yaitu
perhitungan secara langsung maupun tidak langsung. Tapi dalam praktikum kali ini
menggunakan cara perhitungan jumalah mikroba yang tidak langsung yaitu cara
untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang hidup maupun
yang sudah mati, atau hanya menentukan jumlah mikroba yang hidup saja. Pada
perhitungan jumlah mikroba tidak langsung yaitu menggunakan prinsip
berdasarkan kekeruhan dan berdasarkan jumlah koloni (plate count).
Yang pertama yaitu berdasarkan kekeruhan, dengan menggunakan alat
spektofotometer dengan menggunakan sinar monokromatik dengan panjang
gelombang tertentu, untuk panjang gelombang bakteri yaitu 600 nm dan untuk
panjang gelombang yeast adalah 660 nm. Kita menggunakan yang 600 nm karena

untuk bakteri. Populasi bakteri pada kultur dihitung dengan mengukur


kekeruhannya dengan menggunakan spektrofotometer. Pada umumnya kekeruhan
ditentukan sebagai absorbansi dari kultur pada panjang gelombang 600 nm,ditulis
dengan istilah OD600 (Optical Density padan 600 nm). Nilai tersebut dapat diubah
menjadi nilai konsentrasi menggunakan factor konversi standar dimana OD600 = 1
setara dengan 109 sel/ml.
Alat dan bahan yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroba
berdasarkan kekeruhan dengan menggunakan spektrofometer atau optical density
600. Yaitu alatnya ose tumpul yang digunakan untuk mengambil biakan suspensi
bakteri Saccharomyces sp, tabung reaksi yaitu untuk tempat sampel atau bahan,
kuvet yaitu untuk tempat suspensi bakteri yang akan di absorbansi, rak tabung
yaitu untuk tempat menyimpang tabung reaksi pada saar melakukan uji coba,
spektrofotometer digunakan untuk mengukur absorbansi pada panjang gelombang
660 nm untuk yeast. Bahan yang digunakan yaitu aquadest, SDB (Sabaraud
Dextrose Broth) yang merupakan medium khusus untuk yeast, dan kemudian
biakan suspensi bakteri Saccharomyces sp yang akan dihitung absorbansinya.
Pertama siapkan alat yang akan digunakan pada perhitungan jumlah mikroba
yang menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 untuk yeast.
Agar aseptis dilakuakn penanaman kultur mikroba di LAF (Larming Flow Air )
karena pada LAF bakteri sudah dibunuh oleh sinar UV seingga bisa dikatakan pada
LAF sudah aseptis. Tujuan LAF yaitu merusak DNA bakteri dengan membentuk
dimer timin yang akan menyeP-kan mutasi gen, sehingga bakteri mati. Yaitu
terlebih dahulu dengan mengambil ose tumpul yang akan digunakan untuk
mengambil suspense bakteri, di sterilkan dulu dengan alcohol kemudian di bakar
sampai api membara tunggu sampai agak dingin, jangan terlalu panas karena
apabila terlalu panas pada saat mengambil biakan suspense bakterinya akan mati
karena terlalu panas. Karena bakteri akan bertahan pada suhu rendah daripada pada
suhu tinggi. Sesudah itu kemudian buka tutup Erlenmeyer yang berisi suspense
bakteri Saccharomyces sp dengan hati hati, kemudian masukkan ose tadi ke
dalam suspense bakteri, semua pekerjaan dilakukan secara aseptis di atas nyala
lampu spiritus hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kontaminasi. Sesudah dimasukkankannya ose ke dalam suspense bakteri,
kemudian buka tutup aluminium foil medium SDB (Sabauraud Dextrose Broth)
dengan hati- hati, kemudian ose tadi dimasukkan ke dalam medium diatas lampu
spiritus juga agar tidak terjadi kontaminasi, sesudah dimasukkan kemusian tabung

yang berisi SDB tadi ditutup kembali dengan menggunakan aluminium foil. Lalu
ose yang tadi sudah digunakan kemudian di bakar kembali dengan mengguankan
lampu spiritus agar bakteri yang menempel pakai ose tersebut mati dalam suhu
yang tinggi, susudah dibakar kemudian di masukkan ke dalam alcohol agar bakteri
tersebut benar benar mati dan tidak mengontaminasi.Kemudian absorbansikan
bakteri tersebut dengan menggunakan spektrofotometer yang dilakukan dengan
memipetkan 1 ml suspense bakteri kemudian dipindahkan dalam kuvet plastic
kemudian ditempatkan dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 660
nm untuk yeast. Kuvet yang dindingnya keruh diletakkan disebelah luar,
sedangkan bagian yang dindingnya transparan diletakkan menghadap sinar UV,
penempatan ini tidak boleh terbalik, karena pada dinding yang transparan akan
lebih mudah menangkap sinar UV tersebut. kemudian diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca . Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Kemudian didapatkan hasil data absorbansi 0.545.
Kemudian yang kedua yaitu perhitungan jumlah mikroba berdasarkan
jumlah koloni (plate count), cara ini paling umum diguankan untuk menentukan
jumlah mikroba. Dasarnya adalah dengan membuat suatu seri pengenceran bahan
dengan keliapatan 10, dari masing masing pengenceran diambil 1 ml dan dibuat
taburan dalam cawan petri dengan medium agar yang sesuai dengan mikrobanya.
Setelah inkubasi dilakukan perhitungan jumalah koloni pada tiap cawan petri dari
tiap tiap pengenceran. Dari jumlah koloni tiap cawan petri dapat ditentukan
jumalh mikroba tiap ml atau gram bahan, yaitu dengan mengalikan jumlah koloni
dengan kebalikan pengencerannya. Misalnya untuk pengenceran 1:10.000 terdapat
45 koloni bakteri maka tiap ml atau gram bahan mengandung 450.000 mikroba.
Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam cawan petri bisa digunakan
colony counter yang dilengkapi dengan electronic register. Pada perhitungan
dengan cara ini diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
a. Jumlah koloni dalam tiap cawan petri antara 30-300 koloni, jika memang tidak
ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
b. Tidak ada spreader (koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan
petri).

c. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata,
tetapi bila lebih besar dari 2 yang dipakai adalah jumlah mikroba dari hasil
pengenceran sebelumnya.
d. Jika dengan ulangan, setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.
Alat yang bahan yang digunakan dalam perhitungan jumlah bakteri
berdasarkan jumlah koloni (plate count) yaitu, cawan petri yang digunakan
untuk tempat bahan yang akan di hitung jumlah bakterinya, tabung reaksi
digunakan untuk menyimpan sampel bahan pada saat pengenceran, kemudian
bahan yang digunakan yaitu air sumur sebagai sampelnya dan aquadest yang
digunakan pada saat pengencerannya.
Terlebih dahulu mengambil 1 ml sampel (air sumur) dilarutkan ke dalam
tabung yang berisi 9 ml aquadest (tabung 1), kemudian suspense dari tabung 1
diambil sebanyak 1 ml kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest (tabung 2
sebagai pegenceran 10-1), lalu suspense tabung ke 2 diambil sebanyak 1 ml,
kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest (tabung ke 3 sebagai pengenceran 10 2

), lalu suspense dari tabung ke 3 diambil 1 ml, kemudian dilarutkan dalam 9 ml

aquadest (tabung 4 sebagai pengenceran 10-3), lalu suspense dari tabung ke 4


diambil sebanyak 1 ml kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest (tabung 5
sebagai pengenceran 10-4), tabung 4 dan 5 di replikasi dengan mengambil 1 ml
dari tabung 3, kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest ( replikasi tabung 4)
dan dengan mengambil 1 ml suspense pada tabung ke 4 kemudian dilarutkan
dalam 9 ml aquadest (replikasi tabung 5). Harus dilakukan pengenceran terlebih
dahulu agar konsentrasi dari suspense menurun sehingga akan mempermudah
untuk melakukan perhitungan sel bakterinya.
Setelah itu cairkan 4 medium agar diatas penangas air sampai encer, sesudah
itu tunggu sampai agar dingin jangan terlalu panas. Siapkan 4 cawan petri,
kemudian ambil tabung 4 sebagai pengenceran 10-3 replikasi 1 dan 2 dan
medium agar yang sudah agak dingin lalu dimasukkan ke dalam cawan petri 1
untuk replikasi 1 dan cawan petri 2 untuk replikasi 2 dengan hati hati,
kemudian di goyangkan ke arah angka 8 agar medium sampai sampel dan agar
tersebut campur rata. Selanjutnya tabung 5 pengenceran 10 -4 replikasi 1 dan 2
dimasukan juga ke dalam cawan petri 1 untuk replikasi 1 dan cawan petri 2
untuk replikasi 2 bersamaan dengan medium agar tadi yang sudah agak dingin.
Semua teknik ini dilakukan di atas lampu spiritus sebagai teknik aseptis. Setelah

semuanya dimasukkan ke dalam cawan kemudian di tutup cawannya, diamkan


hingga memadat, setelah padat bungkus masing masing cawan dengan
menggunakan kertas kemudian ditulis etiket pada masing masing cawan yang
bertuliskan pengenceran 10-4 replikasi 1, pengenceran 10-4 replikasi 2,
pengenceran 10-5 replikasi 1 dan pengenceran 10-5 replikasi 2. Kemudian di
inkubasikan selama 24 jam . Di inkubasikan pada suhu 37 0C karena pada suhu
itu merupakan suhu yang optimal untuk bakteri tersebut dapat tumbuh.
Kemudian di hitung jumlah koloninya. Apabila medium rusak tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan mikroba tapi akan mempengaruhi perhitungan
jumlah koloni, apabila koloni tersebut terdapat pada medium yang rusak.
Agar untuk mempermudah dalam menghitung jumlah oloni, pada cawan
petri di bagi dalam 4 kuadran terlebih dahulu :
Kuadran 2

Kuadran 1

Kuadran 3

Kuadran 4

Dan hasil yang di peroleh ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh, di dalam
cawan petri tidak terbentuk adanya koloni, yang tampak hanya bening. Hal ini
terjadi karena pada saat menuangkan medium pada cawan yang berisi suspensi
biakan terlalu panas sehingga memungkinkan bakterinya mati. Sehingga
kelompok kami di beri data simulasi pada replikasi 1 pengenceran 10-4
koloninya sebanyak 236, pada replikasi 1 pengenceran 10 -5 koloninya sebanyak
165, pada replikasi 2 pengenceran 10-4 koloninya sebanyak 271 dan pada
replikasi 2 pengenceran 10-5 koloninya sebanyak 140. Sehingga dapat di hitung
jumlah bakterinya sebanyak 2535000 sel/ml.

VI.

KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara cara perhitungan jumlah
mikroba, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mampu
2.

3.

4.

5.

melakukan perhitungan jumlah mikroba yang ada pada suatu bahan.


Ada dua metode perhitungan jumlah mikroba yaitu:
a. Perhitungan secra langsung
b. Perhitungan secara tidak langsung
Perhitungan secra tidak langsung
a. Menggunakan cara pengenceran
b. Berdasarkan berat kering
c. Berdasarkan kekeruhan
d. Berdasarkan jumlah koloni (plate count)
e. Berdasarkan analisa kimia
f. Menggunakan Most ProP-ly number
Perhitungan secara langsung meliputi :
a. Menggunakan counting chamber
b. Menggunakan filter membrane
Dari percobaan tersebut didapatkan data sebagai berikut:
No

Pengenceran

Jumlah koloni tiap cawan petri


Replikasi 1
Replikasi 2

Jumlah bakteri
tiap ml (gram)
bahan

-4

10
10-5

236
165

271
140

2535000 sel/ml

DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. 1990. Fisiologi Fermentasi. Bogor: IPB.
Pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Y. Stainer, Roger. 1984. Dunia Mikkroba II. Jakarta: Bhatara Aksara.

Laporan Resmi

Praktikum Mikrobiologi dan Virologi


P4 Pengecatan dan Morfologi Mikroba

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 4
PENGECATAN DAN MORFOLOGI MIKROBA

I.

TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :


1. Mengetahui tujuan dari pengecatan
2. Melakukan pengecatan terhadap mikroba

II.

ALAT DAN BAHAN


A. ALAT

1. Obyek gelas
2. Lampu spiritus
3. Gelas penutup
4. Ose
5. Mikroskop
B. BAHAN
Pengecatan Sederhana
1. Biakan murni Bacillus subtilis
dalam

medium

nutrien

cair

berumur 24 jam.
2. Larutan cat safranin atau Kristal
violet.

Pengecatan Gram
1. Biakan murni Bacillus subtilis
dalam

medium

nutrien

cair

berumur 24 jam.
2. Biakan murni Escherichia coli
dalam

medium

nutrien

cair

berumur 24 jam.
3. Larutan cat Kristal violet (gram
A).
4. Larutan lugol iodine (gram B).
5. Larutan alcohol atau aseton
(gram C).
6. Larutan cat safranin (gram D).

III. CARA KERJA


A.Pengecatan Sederhana
Gelas objek dibersihkan dengan alcohol sampai bebas lemak, kemudian
dipanggang sebentar dalam lampu spiritus

Diambil secara aseptic 1 ose suspensi biakan Bacillus subtilis dan


diratakan di atas permukaan gelas objek kira-kira 1 cm

Preparat dikeringkan kemudian difiksasi

Didinginkan kemudian diteteskan cat safranin atau kristal violet


secukupnya dan dibiarkan 1-2 menit

Dicuci dengan air mengalir sampai sisa cat habis kemudian


dikeringanginkan

Diamati dengan mikroskop dan digambar morfologi selnya


B. Pengecatan Gram
Gelas objek dibersihkan dengan alcohol sampai bebas lemak, kemudian
dipanggang di atas nyala api lampu spiritus

Diambil secara aseptik 1 ose suspensi biakan Bacillus subtilis dan


diratakan kira-kira 1 cm

Preparat dikeringanginkan kemudian difiksasi

Setelah dingin, ditetesi dengan cat gram A sebanyak 2-3 tetes dan
didiamkan selama 1 menit

Dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringanginkan

Ditetesi cat gram A, dibiarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringanginkan

Dicuci dengan larutan peluntur (gram C) selama 30 detik kemudian dicuci


dengan air mengalir dan dikeringanginkan

Diberi larutan cat penutup (gram D) selama 2 menit, dicuci dengan air
mengalir, dan dikeringanginkan

Diamati dengan mikroskop dengan minyak emersi kemudian preparat


digambar

IV.

HASIL

A. Pengecatan Sederhana

Escherichia coli
Bacillus subtilis
B. Pengecatan Gram

Escherichia coli

V.

PEMBAHASAN

Bacillus subtilis

Pada praktikum ini yang berjudul Pengecatan dan Morfologi Mikroba


yang bertujuan mahasiswa mampu mengetahui tujuan dari pengecatan dan mampu
melakukan pengecatan terhadap mikroba.
Tujuan dari pengecatan yaitu mempermudah melihat mikroba, baik bakteri,
yeast maupun kapang, memperjelas ukuran dan bentuk mikroba, melihat struktur
luar, apabila memungkinkan struktur dalam dari mikroba, melihat reaksi mikroba
terhadap cat yang diberikan, sehingga sifat sifat fisik dan kimia yang ada bisa di
deteksi.
Pewarnaan yaitu prosedur mewarnai mikroorganisme untuk menonjolkan
struktur tertentu dari mikroorganime. Pewarna merupakan garam-garam yang
tersusun atas ion positif dan negatif yang salah satunya berwarna dan disebut
kromofor. Bila kromofor berada pada ion positif yaitu pewarna basa, ion negatif
yaitu pewarna asam. Pada pH 7 bakteri akan bermuatan negatif, sehingga pewarna
basa akan terikat pada muatan negatif sel bakteri. Contoh pewarna basa: kristal
violet, metilen blue, malasit hijau dan safranin. Pewarna asam tidak terikat pada sel
bakteri, hanya mewarnai bagian latar belakang specimen. Prosedur pewarnaan
negatif: sel bakteri yang tidak berwarna diamati dengan latar belakang pewarna
negative. Contoh pewarna asam: eosin dan fuchsin acid.
Sebelum melakukan pengecatan dilakukan fiksasi dahulu yaitu untuk
melekatkan bakteri pada kata objek atau suatu proses dimana struktur eksternal dan
internal dari mikroorganisme disimpan dan diikatkan pada suatu benda. Fiksasi ada
2 macam yaitu fiksasi panas dan fiksasi kimiawi. Fiksasi panas yaitu apusan
mikroorganisme dipanaskan perlahan dan dihilangkan gelembung udaranya, dan
fiksasi kimiawi yaitu melibatkan penggunaan senyawa kimia seperti etanol dan
formal dehida.
Prosedur pewarnaan itu ada 3 yaitu perwarnaan sederhana digunakan satu
macam pewarna untuk mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk
seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat, biasanya suatu bahan kimia
ditambahkan ke larutan pewarna untuk mengintensifkan warna dengan menaikkan
afinitas pewarna pada spesimen biologi, contohnya safranin, carbol fuchsin dan
crystal violet. Pewarnaan Differensial menggunakan lebih dari satu pewarna dan
memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap yaitu bakteri untuk membedakan bakteri,
yang sering digunakan adalah Pewarnaan Gram (Hans Christian Gram, 1884)
yaitu membedakan bakteri Gram positif dan Gram negative.

Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :


Zat warna utama (violet kristal)
Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk
mengintensifkan warna utama.
Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven
organic yang digunakan uantuk melunturkan zat warna utama.
Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk
mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan cat utama setelah
perlakuan denga alcohol.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat
warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol, sementara
bakteri gram negative tidak.
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu:
1. Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
2. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam
3. Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
4. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
5. Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya
kristal violet.
6. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
7. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
8. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat
9. Peka terhadap streptomisin
10. Toksin yang dibentuk Endotoksin
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna
biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan
berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini
terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010)
Ciri-ciri bakteri gram positif yaitu:

1.

Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal

atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%).
3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
8. Tidak peka terhadap streptomisin
9. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Pewarnaan khusus (special staining) yaitu mewarnai dan mengisolasi bagian
spesifik dari mikroorganisme misalnya endospora, kapsul dan flagela.

Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini gelas objek yang digunakan
untuk tempat sampel yang akan di amati di bawah mikroskop, gelas penutup yaitu
untuk menutup sampel yang ada pada gelas objek, ose digunakan untuk mengambil
biakan mikroba, lampu spiritus untuk melakukan fiksasi , mikroskop digunakan
untuk mengamati bakteri yang akan di uji, bagian bagian dari mikroskop yaitu
lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi
untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif, lensa
objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk
bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver untuk
menentukan perbesaran lensa objektif, tabung mikroskop (tubus), tabung ini
berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa
okuler, makrometer (pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat, mikrometer (pemutar halus), pengatur
ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan
bentuknya lebih kecil daripada makrometer, revolver berfungsi untuk mengatur
perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya, reflektor, terdiri dari dua jenis
cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk
memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di
meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya
yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan
cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, diafragma,
berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk,

kondensor

berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di
naik turunkan, meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang
akan di amati, penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang
melapisi objek agar tidak mudah bergeser, lengan mikroskop, berfungsi sebagai
pegangang pada mikroskop, kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau
menopang mikroskop, sendi inklinasi (pengatur sudut), untuk mengatur sudut
atau tegaknya mikroskop.
Bahan bahan yang digunakan dalam pengecatan sederhana yaitu biakan
murni B. subtilis dalam medium nutrient cair beurmur 24 jam, larutan cat safranin
atau crystal violet.
Langkah kerja yang pertama yaitu pewarnaan sederhana, pengecatan
sederhana ini dilakukan untuk mewarnai seluruh mikroorganisme sehingga bentuk
seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Pewarnaan gram sederhana
menggunakan satu pewarna saja. Sebagai cat utama yang digunakan adalah kristal
violet untuk E. coli dan safranin untuk B. subtilis yaitu pertama bersihkan gelas
objek dengan menggunakan alcohol sampai bebas lemak, kemudian dipanggang
sebentar di atas

lampu spiritus, ambil secara aseptic (dilakukan diatas lampu

spiritus) 1 ose suspense biakan Bacillus subtilis dan E.coli dan ratakan di atas
permukaan gelas ojek kira-kira 1 cm, kemudian keringanginkan preparat tersebut
dan fiksasi dengan fiksasi panas dengan cara melewatkannya beberapa kali di atas
lampu spiritus,dilakukan fiksasi yaitu untuk melekatkan bakteri ke gelas objek.
Kemudian didinginkan lalu diteteskan cat safranin atau kristal violet secukupnya
diatas apusan preparat dan biarkan 1-2 menit. Cuci dengan air mengalir sampai sisa
cat habis, kemudian keringanginkan. Setelah itu diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran kuat.
Langkah kerja yang kedua yaitu pewarnaan Gram yaitu dengan
menggunakan warna lebih dari satu warna , yaitu dengan menggunakan crystal
violet dan safranin . Pengecatan gram ini dilakukan untuk mengetahui bakteri gram
positif atau gram negatif, yaitu dengan melihat pada hasil pewarnaan akhirnya, jika
bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif, jika
bakteri berwarna merah maka bakteri yang diamati termasuk bakteri gram
negative. Pertama kita ambil gelas objek, kemudian bersihkan dengan alkohol
sampai bebas lemak, kemudian dipanggang di atas lampu spiritus, ambil secara
aseptic 1 ose suspense biakan Bacillus subtilis dan E.coli dan ratakan di atas

permukaan gelas ojek kira-kira 1 cm. kemudian keringanginkan preparat tersebut


dan lakuan fiksasi panas dengan cara melewatkannya beberapa kali di atas lampu
spiritus. Fiksasi ini digunakan untuk melekatkan biakan Bacillus subtilis dan E.coli
pada gelas objek. Keringanginkan preparat tersebut kemudian fiksasi. Setelah
dingin, tetesi dengan cat gram A (larutan cat kristal violet) sebanyak 2- 3 tetes
sebagai larutan cat utama, kemudian diamkan selama 1 menit, cuci dengan air
mengalir, kemudian keringanginkan lalu teteskan cat gram B (lugol iodine)
sebanyak 1 tetes sebagai larutan yang digunakan untuk menajamkan warna bakteri,
biarkan selama 1 menit, cuci dengan air mengalir kemudian keringanginkan, cuci
dengan larutan peluntur gram C (alkohol) selama 30 detik kemudian dicuci dengan
air mengalir dan keringanginkan, beri larutan cat penutup (gram D) safranin
selama 2 menit lalu dicuci dengan air mengalir dan keringanginkan. Lalu amati
dengan mikroskop, E.coli ketika diamati di bawah mikroskop berwarna merah,
yaitu ketika penambahan Kristal violet-iodine lalu di tambahkan alcohol warnanya
menjadi transparan dan berwarna merah ketika ditambahkan dengan safranin,
bakteri gram negative memiliki lapisan lipoposakarida yang mudah larut dalam
alcohol sehingga dapat di simpulkan E.coli merupakan bakteri gram negative.
Bakteri B. Subtilis ketika diamati di bawah mikroskop yaitu berwarna ungu
karena larutan kristal violet-iodine yang masuk kedalam bakteri gram positif tidak
dapat tercuci oleh alkohol karena adanya peptidoglikan yang kokoh pada dinding
selnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa bakteri Bacillus subtilis ini merupakan
bakteri gram positif.
E.coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2
mikrometer dan diameter 0,5 mikrometer. Volume sel E.coli berkisar 0.6-0,7
mikrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40
derajat C, optimum pada 37 derajat. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika
diusus besar manusia terkandung sejumlah E.coli yang berfungsi membusukkan
sisa makanan. Bakteri ini juga bersifat patogen berbahaya yang menyeP-kan
penyakit

diare

dan

sindrom

diare

lanjutan.

Sedangkan

peranan

yang

menguntungakan pada bakteri E. coli ini adalah dapat membusukkan sisa makanan
didalam usus besar manusia. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi
fermentasi yang memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produk obat-obatan
(insulin,antibiotic).
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil.
Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis

merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran
suhu 45 C 55 C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 C
80 . Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora
yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang
ekstrim. Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian
sekarang tidak benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun
kontaminasi makanan tetapi jarang menyeP-kan keracunan makanan. Sporanya
dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan
bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.

VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mengetahui tujuan dari pengecatan
2. Mahasiswa melakukan pengecatan terhadap mikroba
3. Pengecetan adalah prosedur mewarnai mikroorganisme untuk menonjolkan
struktur tertentu dari mikroorganisme.
4. Fiksasi merupakan proses dimana struktur internal dan eksternal dari
mikroorganisme disimpan dan diikatkan pada suatu benda.
5. Prosedur mewarnai adalah:
a. Pewarnaan sederhana (simple staining)
Digunakan satu macam pewarna untuk mewarnai seluruh mikroorganisme
sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Contoh: carbol
fuchsin, safranin.
b. Pewarnaan differensial (differential staining)

Menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda
untuk setiap bakteri.
a. Pewarnaan khusus (special staining)
Mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari mikroorganisme misalnya
endospora, kapsul dan flagela.
6. Bakteri gram positive berwarna ungu karena mempunyai lapisan
peptidoglikan yang tidak mudah larut dalam alcohol.
7. Bakteri gram negative berwarna merah karena mempunyai lapisan
lipoposakarida yang mudah larut dalam alcohol menjadi transparan lalu
berwarna merah ketikaditambahkan safranin.
8. E.coli merupan bakteri gram negative
9. B.subtilis merupakan bakteri gram positive

DAFTAR PUSTAKA
Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dwijoseputro, D. 2010. Dasar-Dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Gapta, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.
Murniati, dkk. 2008. Farmakologi untuk SMF/SMKF Kelas X. Jakarta: Bakti
Husada.

Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P5 Morfologi Fungi

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 5
MORFOLOGI FUNGI
I.

TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengenali
berbagai jenis jamur berdasarkan morfologinya.

II.

ALAT DAN BAHAN


A. Pengamatan Mikroskopik Kapang
ALAT

BAHAN

1. Jarum preparat
2. Gelas objek
3. Gelas penutup

1. Biakan

murni

dari

Aspergillus sp.
2. Biakan
murni

dari

Rhizophus sp.
3. Biakan
murni

dari

Penicillium sp.
4. Biakan murni dari Monillia
sp.
5. Larutan

mounting

laktofenol.
B. Pengamatan Morfologi Yeast (Khamir)
ALAT
1. Gelas benda
2. Gelas penutup

BAHAN
1. Biakan murni Saccharomyces
sp. pada medium taoge agar.
2. Larutan
mounting
medium
metilen blue.

III.

CARA KERJA

A.Pengamatan Mikroskopik Kapang


Gelas benda dibersihkan dengan alcohol sampai bebas lemak dan debu
kemudian ditetesi 1 tetes laktofenol pada bagian tengahnya

Diambil biakan jamur dengan jarum preparat dan kemudian diletakkan


pada gelas objek yang sudah diberi laktofenol

Jika masa miselium mengumpul dipisahkan dengan menggunakan dua


buah jarum preparat

Ditutup dengan gelas penutup, dihindari pembentukan gelombang udara


di dalam preparat

Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (untuk jamur


berukuran kecil seperti Penicillium sp. digunakan perbesaran sedang)

Digambar dan diberi keterangan yang lengkap


B. Pengamatan Morfologi Yeast (Khamir)
Gelas benda dibersihkan dengan alcohol sampai bebas lemak dan debu,
kemudian ditetesi 1 tetes metilen blue pada bagian tengahnya

Biakan jamur diambil dengan jarum preparat dan kemudian diletakkan


pada gelas objek yang sudah diberi metilen blue

Ditutup dengan gelas penutup, dihindari pembetukan gelombang udara di


dalam preparat

Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah kemudian dengan


perbesaran sedang

Digambar dan diberi keterangan yang lengkap

IV.

HASIL

Sacharomyces sp.

Gambar fungi yang berada didalam


oncom

Rhizopus sp. Yang berada didalam tempe

Gambar suatu fungi yang berada


didalam roti yang sudah jamuran

V.

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini yang berjudul MORFOLOGI FUNGI yang memiliki


tujuan bahwa setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengenali berbagai jenis jamur berdasarkan morfologinya.
Ilmu yang mempelajari fungi disebut mikologi. Ilmu ini mempelajari struktur
sebagai dasar identifikasi fungi, mengeksplorasi daur hidup fungi karena fungi
diidentifikasi dari tahap seksual daur hidupnya, serta mempelajari kebutuhan
nutrisi fungi.
Jamur merupakan kelompok mikroorganisme yang memiliki inti, tidak
berklorofil, memiliki spora, umumnya berkembang biak secara seksual dan
aseksual, berbentuk filament, struktur somatiknya bercabang cabang, dinding
selnya terdiri dari selulosa, kitin atau kombinasi dari keduanya. Ada 3 golongan
jamur, yaitu :
1. Kapang, yaitu fungi yang berfilamen dan multiseluler
Pada kapang, tubuh kapang (thallus) dibedakan menjadi dua bagian yaitu
miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang
disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk mendapatkan nutrisi disebut
hifa vegetative. Sedangkan bagian hifa yang berfungsi sebagai alat reproduksi
disebut hifa reproduktif atau hifa udara (aerial hypha), karena pemanjangannya

mencapai bagian atas permukaan media tempat fungi ditumbuhkan. Kapang adalah
jamur multiseluler (berinti banyak), kapang merupakan organisme aerob sejati.
2. Khamir, yaitu fungi yang bersel satu
Jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya
bulat atau oval,tidak berflagela, berukuran lebih besar dibandingkan dengan
bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5 30 mm. Khamir
adalah fungi yang tidak membentuk miselium, namun beberapa spesies
diantaranya dapat membentuk miselium semu (pseudomiselium). Morfologi
khamir lebih sederhana dari kapang. Pembelahan sel khamir (yeast) melalui
pertunasan dan khamir bersifat fakultatifm artinya khamir dapat hidup dlaam
keadaan aerob ataupun anaerob. Pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah
sekali dilihat, yakni sperti kapas.

3.

Cendawan, yaitu fungi yang bersifat menguntungkan (bisa dibuat


makanan)

Sistem reproduksi khamir dan kapang berbeda. Sistem reproduksi kapang


berkembang biak dengan berbagai cara, baik aseksual dengan pembelahan,
penguncupan, atau pembentukan spora, dapat pula dengan cara seksual peleburan
nukleous dari kedua induknya. Pada pembelahan suatu sel membagi diri untuk
membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan, suatu sel anak yang
tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inang. Sedangkan system reproduksi yaitu
dengan beberapa cara , pertunasan, pembelahan, pembelahan tunas Dengan
kombinasi anatara pertunasan dengan pembelahan, spurulasi atau pembentukan
spora, dengan spora aseksual dan spora seksual. Reproduksi pembentukan dengan
cara pertunasan, dan pembelahan. Pembelahan tunas yaitu spora aseksual
dinamakan reproduksi vegetatife, sedangkan pembentukan spora seksual disebut
reproduksi seksual.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat seperti, jarum preparat
untuk mengambil biakan jamur, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah
yang sedikit, gelas obyek untuk tempat sampel yang akan diamati, gelas penutup
yaitu untuk menutup diatas gelas obyek.
Bahan yang digunakan pada pengamatan mikroskopik yaitu seperti biakan
murni dari Aspergillus sp yaitu jamur pada roti, biakan murni dari Rhizopus sp

yaitu jamur pada tempe, Penicillium sp pada oncom dan biakan murni
Saccharomyces sp pada medium tape cair, larutan mounting laktofenol yang dapat
memperjelas struktur jamur karena laktofenol mempunyai gugus benzen dan OH
pada struktur kimianya.
Pertama, bersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bebas lemak dan
debu kemudian teteskan 1 tetes laktofenol pada bagian tengahnya, ambil biakan
jamur pada Rhizopus sp, Aspergillus sp dengan jarum preparat dan kemudian
diletakkan pada gelas objek yang sudah diberi laktofenol. Jika masa misellium
mengumpul pisahkan dengan menggunakan dua buah jarum preparat, kemudian
tutup dengan gelas penutup dan hindari pembentukan gelombang udara di dalam
preparat karena dapat mengganggu pengamatan terhadap morfologi jamur.
Selanjutnya amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah. Untuk jamur
berukuran kecil seperti Penicillium sp. menggunakan perbesaran sedang.
Hasil pengamatan kami dapat dilihat morfologi jamur yaitu Rhizopus sp
yang terdapat spongiospora, sporangium, stolon, hifa (sporangiosfor). Pada
Aspergillus sp yaitu terdapat spora dan rhizoid.
Bahan yang digunakan pada pengamatan morfologi yeast (khamir) yaitu
biakan murni Saccharomyces sp pada medium Yeast extract Pepton Dextrose
(YPD) agar, Yeast extract Pepton Dextrose itu sendiri sebagai tempat pertumbuham
mikroba khusus untuk yeast. Larutan mounting medium metilen blue sebagai
penajam warna.
Pertama, bersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bebas lemak dan
debu kemudian teteskan 1 tetes laktofenol pada bagian tengahnya, ambil biakan
murni Saccharomyces sp dengan ose tumpul dilakukan diatas lampu spiritus dan
kemudian diletakkan pada gelas objek yang sudah diberi metilen blue mengapa
digunakan metilen blue hal ini dikarenakan khamir bisa menyerap metilen blue dan
menstabilkan kondisi dari sel khamir. Tutup dengan gelas penutup dan hindari
pembentukan gelombang udara di dalam preparat karena dapat mengganggu
pengamatan terhadap morfologi yeast (khamir). Kemudian amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran lemah kemudian dengan perbesaran sedang. Pada
Saccharomyces sp terdapat konidiospora dan hifa.
Fungi memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persediaan bahan
organic, dan oksigen untuk pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan lembap
mempercepat pertumbuhan fungi. Fungi tumbuh dengan baik pada kondisi

lingkungan yang emngandung banyak gula dengan tekanan osmotic tinggi dan
kondisi asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini
memungkinkan fungi dapat tumbuh pada selai atau acar. Sifat dimorfisme fungi :
fase yeast yaitu pada suhu 37C dan fase kapang pada suhu 24-28.

VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat mengenali berbagai jenis jamur berdasarkan morfologinya.
2. Ada tiga golongan jamur , yaitu :
Kapang (jamur benang) fungi yang berfilamen dan multiseluler,
contohnya : Rhizopus sp
Khamir (yeast) fungi tidak berfialmen, uniseluler dan pembelahan sel
melalui pertunasan. contohnya : Sacchoromycetes sp
Cendawan (mushroom) fungi yang menguntungkan untuk sebagai
bahan makanan. Contohnya : jamur merang, tiram,dll
3. Dapat mengetahui struktur dan bagian bagian jamur seperti : hifa, spora,
sporangim, sporangiofora rhizoid, stolon.
4. Cairan laktofenol berfungsi untuk memperjelas pengamatan bagian-bagian
dari jamur dan melekatkan jamur pada preparat. Laktofenol dapat
memperjelasstruktur jamur karena laktofenol mempunyai gugus benzen dan
OH pada struktur kimianya.
5. Reproduksi fungi bias aseksual lewat pembelahan atau pertunasan, dan
aseksual lewat peleburan dua inti.
6. Morfologi hifa ada tiga:
a. Aseptat.
b. Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat.
c. Septat hifa dengan sel-sel multinukleat.
7. Jenis-jenis hifa berdasarkan fungsinya:
a. Hifa vegetatif atau somatik
b. Hifa reproduktif
8. Hasil pengamatan kami dapat dilihat morfologi jamur yaitu Rhizopus sp
yang terdapat spongiospora, sporangium, stolon, hifa (sporangiosfor). Pada
Aspergillus sp yaitu terdapat spora dan rhizoid
9. Pada Saccharomyces sp terdapat konidiospora dan hifa.

10. Sifat dimorfisme fungi : fase yeast yaitu pada suhu 37C dan fase kapang
pada suhu 24-28.

DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.2005.
Gandjar. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2009.
Syamsuri, Istamar. Biologi. Erlangga :Jakarta.2004.

Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-6
Skrining Primer Untuk Mendapatkan Mikroba
Resisten Antibiotik

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 6
Skrining Primer Untuk Mendapatkan Mikroba Resisten Antibiotik
I.

TUJUAN
1. Melakukan berbagai tehnik mikrobiologi dalam skrining (menananm,
mengisolasi, dan memurnikan biakan, melakukan tes terhadap
kemampuan biakan terhadap antibiotik).
2. Mendapatkan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik.

II.

ALAT DAN BAHAN


A. Tahap I
ALAT

1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Mikropipet dan yellow tip
4. Glass spreader

BAHAN

1. Media selektif (Czapec dox


dan antibiotik)
2. Larutan salin (NaCL 0,9%)
3. Sampel tanah

B. Tahap II
ALAT
BAHAN
1. Cawan petri
1. Media
pertumbuhan
2. Ose bulat
(Czapec dox).
3. Labu erlenmeyer 50 cc
untuk wadah mesterilkan
media.
C.Tahap III
ALAT
BAHAN
1. Cawan petri
1. Media nutrien agar
2. Jangka sorong
2. Kultur Escherichia coli dan
3. Erlenmeyer 50 cc untuk
Bacillus subtilis dalam
wadah sterilisasi media
media nutrien cair berumur
4. Paper disk
24 jam.

3. Antibiotik

III.

CARA KERJA

A.Tahap I
1 gram sampel tanah disuspensikan dengan 10 ml larutan salin dalam
tabung steril

Diencerkan hingga konsentrasi 105

Dituangkan 0,5 ml suspense tersebut dalam cawan petri steril yang telah
dituangi media, diratakan dengan spreader glass

Diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam


B. Tahap II
TSA dipanaskan sampai cair, setelah cair ditambahkan dengan darah

Kemudian masukkan ke dalam cawan petri, tunggu samai padat

Lalu dipilih salah satu koloni yang dominan (pada hasil tahap I) dan
diambil dengan menggunakan ose, ditanam dalam media pertumbuhan
(medium agar darah)

Diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam


C.Tahap III
Disiapkan dan disterilisasi 10 ml media dalam erlenmeyer

Setelah agak dingin, dicampurkan dengan suspense isolate bakteri,


dihomogenkan

Dituangkan dalam cawan petri, ditunggu sampai membeku

Paper disk dipasang di atas permukaan agar

Ditetesi dengan 10 l antibiotik

Diinkubasi pada suhu 37C selama 18-24 jam

Diukur diameter hambatan untuk masing-masing antibiotik dengan


mikroba uji

Hasil diinterpretasikandengan antibiogram

IV.

HASIL
Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

V.

PEMBAHASAN
Pada prktikum ini berjudul skrining primer untuk mendapatkan

mikroba resisten antibiotik yang bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan


berbagai teknik mikrobiologi dalam skrining (menanam, mengisolasi dan
memurnikan biakan, melakukan tes tehadap kemampuan biakan terhadap
antibiotik) dan mendapatkan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik.
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan
berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini
disebut sebagai antibiotic dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang
berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui memiliki
kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya
mikroorganisme. Resisten antibiotic yaitu dimana bakteri ketika berada di dalam
tubuh, bekter tersebut kebal terhadap antibiotic.
Mekanisme antibiotic yaitu menghambar replikasi DNA, menghambat
sintesis RNA, menghambat sintesis protein, merusak permeabilitas membrane sel.
Resisten antibiotic yaitu suatu kondisi dimana bakteri di dalam tubuh kebal
terhadap antibiotic.
Tujuan dilakukannya skrining yaitu untuk menyeleksi mikroba resisten
antibiotic dan tidak resisten antibiotic.

Pada praktikum ini terdapat 3 tahap, alat dan bahan yang digunakan di
tahap 1 yaitu cawan petri yang digunakan untuk tempat medium pertumbuhan
bakteri, tabung reaksi sebagai tempat untuk pengenceran sampel, mikropipet untuk
mengambil antibiotik dalam jumlah mikromili dan yelow tip, media selektif
(czapecdox), larutan salin untuk membiakan bakteri yang ada di dalam tanah dan
sampel tanah.
Tujuan dilakukan skrining tahap 1 yaitu untuk mendapat koloni bakteri.
Langkah pertama dalam tahap 1 yaitu timbang sampel tanah (sampel tanah yang
diambil dengan kedalaman 30cm dari permukaan tanah agar tanah benar-benar
tidak terdapat pasir ) sebanyak 1 gr dan kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer
yang berisi larutan salin, fungsinya larutan salin untuk membiakan bakteri yang
ada di dalam tanah, setelah itu lalu di goyangkan sampai homogen. Encerkan
hingga konsentrasi 10-5 , harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar
konsentrasi dari suspense menurun sehingga akan mempermudah untuk melakukan
perhitungan sel bakterinya, yaitu dengan mengambil 0,5 suspensi tanah dalam
Erlenmeyer kemudian masukkan ke tabung 1 yang berisi 9,5 ml aquabidest lalu
kocok sampai homogen, lalu ambil 1 ml suspense tanah dari tabung 1 kemudian
dimasukkan ke tabung 2 yang sudah berisi 9 ml aquabidest, kosok sampai
homogen, lalu ambil 1 ml dari tabung 2 kemudian dimasukkan ke tabung 3 yang
sudah berisi 9 ml aquadest, kocok sampai homogen. Lalu ambil 1 ml dari tabung 3
kemudian dimasukkan ke tabung 4 yang berisi 9 ml aquabidest lalu dikocok
sampai homogeny, setelah itu ambil 1 ml dari tabung 4 lagi kemudian dimasukkan
ke tabung 5 yang berisi aquabidest. Setelah itu ambil 0,5 ml suspense tanah tadi
kemudian dimasukkan ke dalam media Czapex dox dan kemudian ambil 0,5 ml
antibiotic, menggunakan antibiotik bertujuan agar nantinya hanya bakteri yang
resisten saja yang bisa tumbuh dalam medium tersebut. Kemudian mencairkan
medium agar diatas penangas air, setelah mencair tunggu sampai agak dingin tapi
jangan kelamaan di khawatirkan agar memadat kembali. Yang pertama dimasukkan
ke dalam cawan yaitu medium agar terlebih dahulu, setelah agar tidak terlalu panas
lalu masukkan suspensi tadi, karena apabila agar kepanasan di khawatirkan bakteri
mati. Setelah dimasukkan di bungkus dengan kertas, lalu di inkubasikan pada suhu
kamar.
Pada tahap 2 alat dan bahan yang digunakan yaitu cawan petri untuk
tempat pertumbuhan bakteri, medium agar darah untuk identifikasi atau media
penyubur , lampu spiritus untuk teknik aseptis, ose untuk mengambil koloni
bakteri.

Tujuan dilakukan skrining tahap 2 yaitu untuk mengetahui bakteri yang


menghemolisis darah dan tidak menghemolisis. Langkah pertama pada tahap 2
yaitu pembuatan Medium Agar darah dengan memanaskan medium TSA diatas
penangas air sampai mencair, kenapa menggunakan TSA karena dapat
memudahkan pertumbuhan mikroba karena TSA terdiri dari glukosa sebagai
sumber gula, kasein sebagai sumber protein, kedelai sebagai sumber nutisi seperti
ekstrak daging, agar untuk memadatkan, NaCl sebagai sumber mineral dan fosfat
untuk penyangga. Setelah TSA cair lalu ditambahkan dengan darah lalu
homogenkan, setelah homogen lalu dimasukkan kedalam cawan petri, tunggu
sampai memadat. Setelah memadat ambil koloni yang paling dominan dari hasil
skrining tahap 1 dengan menggunakan ose, sebelum itu ose dimasukkan ke dalam
alcohol lalu di bakar di atas lampu spiritus sebagai teknik aseptis, setelah koloni
diambil dengan ose lalu digoreskan di atas permukaan agar . metode ini merupakan
Metode Cawan Gores (Streak Plate). Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni
yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain. Setelah itu ose yang tadi sudah
digunakan di bakar di atas lampu spiritus lalu dimasukkan ke dalam alcohol agar
tidak terjadi kontaminasi. kemudian Setalah itu di inkubasikan pada suhu kamar.
Setelah di inkubasikan pada medium TSA agar, bakteri yang di goreskan tidak
dapat menghemolisis darah karena tidak terdapat zona bening di sekitar goresan
bakteri. Jadi dapat disimpulkan bakteri yang digoreskan itu termasuk bakteri yang
tidak dapat menghemolisis darah.
Medium agar darah termasuk media differensial (differential media) yaitu
media yang digunakan untuk membedakan kelompok mikroorganisme dan bahkan
dapat digunakan untuk identifikasi, dapat juga di katakana sebagai media
penyubur, mampu membedakan antara bakteri hemolitik (Streptococcus dan
Staphylococcus saluran napas) dan bakteri non hemolitik dengan mengetahui lisis
eritrosit dengan ciri terdapat daerah jernih di sekitar koloni akibat perusakan sel
darah merah.
Ada 3 kategori bakteri hemolitik yaitu :
a. Alphahemolitik
Bakteri yang tergolong hemolitik adalah bakteri yang

memiliki

kemampuan parsial menghemolisis media agar darah dan mengekspresikan zona


kehijauan disekitar koloni. Alpha hemolisis diseP-kan oleh oksidasi besi dalam
hemoglobin, memberikan warna kehijauan pada agar darah. Alfa hemolisis juga
mengacu pada lisis parsial/ lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin.

Hal ini menghasilkan perubahan warna di sekitar koloni menjadi abu-abu


kehijauan.
Contoh-contoh bakteri alphahemolitik :
1. S. salivarius , kebanyakan ditemukan di sisi dorsal lidah
2. S. salivarius ssp. thermophilus , digunakan dalam pembuatan
beberapa keju dan yogurt.
3. S. constellatus patogen manusia sesekali, terkenal sebagai koloni yang
tumbuh pada darah agar- agar bau kuat dari karamel
b. Betahemolitik
Bakteri hemolitik adalah bakteri yang mengekspresikan zona bening disekitar koloni.
Beta hemolisis juga merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin.
Darah secara lengkap digunakan oleh mikroba. Media yang ada koloninya menjadi
tidak berwarna.
Contoh bakteri betahemolitik :
1. Streptokokus -hemolitik
2. S. agalactiae
3. Streptococcus parauberis

c. Gammahemolitik ( non hemolitik)


Bakteri gammahemolitik atau non hemolitik adalah bakteri yang tidak mampu
melisis

darah pada media agar. Bakteri non-hemolitik

lebih bersifat virulen

dibandingkan tipe -hemolitik. Gamma hemolisis, yaitu tidak terjadi hemolisis,


dimana tidak ada perubahan warna dalam medium.
Contoh bakteri gamma hemolitik atau non hemolitik :
1. Enterococcus
2. E. faecalls
3. E. faecium
Alat dan bahan yang digunakan dalam tahap 3 yaitu alatnya cawan petri tempat
untuk pertumbuhan bakteri, tabung reaksi tempat biakan mikroba, ose tumpul
untuk mengambil biakan koloni, incubator shaker , LAF (Laminar Air Flow) untuk
mensterilisasi, pipet dan propipet untuk mengambil biakan cair, penangas untuk
mencairkan NA (Nutrient Agar) ,paper disk digunakan untuk tempat antibiotic,
jangka sorong untuk mengukur zona hambat, NA (Nutrient Agar) untuk
memadatkan.

Tujuan dilakukan skrining tahap 3 untuk mengetahui bakteri resisten atau


tidak resisten terhadap antibiotic. Pada tahap 3 pertama yang dilakukan adalah
penanam kultur yang dilakukan sehari sebelum pelaksanaan dengan mengambil
koloni dari tahap 2 pada medium agar darah kemudian di masukkan ke dalam
medium cair, pengambilan koloni pada agar darah yaitu koloni yang dominan
diambil dengan menggunakan ose tumpul agar mudah untuk mengambilnya,
sebelum menggunakan ose terlebih dahulu masukkan ose ke dalam alcohol lalu
dipanaskan sampai panas membara di atas lampu spiritus, tunggu sampai agak
dingin lalu ambil biakan di permukaan agar darah dengan hati hati menggunakan
ose tumpul, lalu buka kapas pada medium cair setelah itu masukkan biakan ke
dalam medium cair, kegiatan ini di lakukan di atas lampu spiritus agar tidak
terjadinya kontaminan teknik ini yaitu teknis aseptis, lalu sesudah itu ose yang
sudah digunakan di bakar dan di celupkan ke dalam alcohol agar bakterinya benarbenar mati. Kemudian masukkan ke incubator shaker agar bakteri yang terdapat
dalam medium cair dapat bergerak bebas
Pada hari pelaksanaan pada tahap 3, diawali dengan memanaskan medium
agar padat sampai mencair di atas penangas setelah mencair masukkan kedalam
cawan petri dengan hati-hati setelah tidak terlalu panas lalu ambil biakan mikroba
karena apabila terlalu panas dikhawatirkan ketika bakteri di masukkan akan mati,
ambil biakan yang terdapat pada tabung yang di tanam sehari sebelum
pelaksanaan, diambil dengan menggunakan pipet ukur dengan bantuan propipet
sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah terdapat medium
agar yang sudah dicairkan. Lalu di goyangkan kea rah angka 8 sampai benar
benar homogen. Tunggu hingga memadat, setelah memadat lalu di beri paper disk
diatas permukaan agar, paper disk fungsinya untuk menaruh antibiotic, yang
bertujuan agar terbentuknya zona hambat. Zona hambat yaitu dimana tidak
terdapat pertumbuhan bakteri. Kegiatan ini dilakukan di LAF (Laminar Air Flow)
yaitu digunakan sebagai ruangan untuk pengerjaan secara eseptis. Karena dalam
LAF bakteri sudah mati oleh sinar UV sehingga steril. Radiasi sinar ultraviolet
menyeP-kan terbentuknya dimer timin dalam DNA, dimana dua timin yang
berdekatan saling berdekatan saling berikatan secara kovalen sehingga
menghambat replikasi DNA. Pada Laminar Air Flow, terdapat 2 macam filter:
1.

Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu dan benda-

benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5 mm sehingga efisiensinya dapat


mencapai 95 mm untuk objek-objek yang 5 mm.

2.

HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar udara

kearah permukaan tempat kerja.


Sebelumnya tangan kita juga di semprot alcohol agar steril juga. Pertama
yaitu menghidupkan sinar UV selama 15 menit dahulu, fungsi sinar UV yaitu
untuk membunuh mikroba, pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi
terendah. Setelah itu matikan sinar UV sebelum menyalakan lampu neon dan
blower, karena apabila tidak dimatikan dulu sinar UV nya dikhawatirkan terkena
sinar UV yang akan mengakibatkan terjadi gangguan pada mata ataupun kanker
kulit. Lampu neon diguanakan untuk memperjelas / membantu penerangan dalam
pengamatan, blower untuk menjaga udara dalam meja LAF tidak ada partikel yang
masuk. Biarkan selama 5 menit. Setelah itu lakukan pekerjaan di dalam LAF yaitu
buka cawan dan letakkan paper disk di atas permukaan agar. Paper disk yang
berisikan antibiotic Penicillin dan Vancomycin di simpan diatas permukaan agar
dengan bantuan pinset. Penicillin merupakan antibiotic spectrum luas yang mampu
menghambat dan mematikan bakteri Gram (+) dan Gram (-), sedangkan
Vancomycin merupakan antibiotic spectrum sempit yang mampu menghambat dan
mematikan Gram (+) atau Gram (-) saja. Setelah paper disk disimpan diatas
permukaan agar lalu di inkubasi pada suhu 37 oC, karena suhu 37oC merupakan
suhu optimal untuk bakteri itu tumbuh.
Kemudian setelah di inkubasi 1 hari lalu dilihat hasilnya dan di ukur zona
hambat yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong. Pada antibiotic
Vancomycin didapat hasil pada pengukuran Vancomycin pada pengukuran atas
bawah 6.5 mm, kanan kiri 6.6 mm, samping kanan 6.5 mm, samping kiri 6.6 mm.
Rata rata diameter yaitu 6.5. Lalu 6.5 di kurangi dengan 6 mm (diameter paper
disk) jadi zona hambatnya 0.5. Jika dilihat pada tabel antibiogram yang ada. Jika
terbentuk diameter kurang dari 9 mm pada antibiotik Vancomycin itu berarti
bakteri yang diujikan resisten terhadap antibiotic.
Pada antibiotic Penicillin didapat hasil pada pengukuran atas bawah 7.9
mm, kanan kiri 8 mm, samping kanan 7.9 mm, samping kiri 7.9 mm. Rata rata
diameter yaitu 7.9. Lalu 7.9 di kurangi dengan 6 mm (diameter paper disk) jadi
zona hambatnya 1.9. Jika dilihat pada tabel antibiogram yang ada. Jika terbentuk
diameter kurang dari 20 mm pada antibiotic Penicillin itu berarti bakteri yang
diujikan resisten terhadap antibiotic. Dapat di simpulkan bahwa bakteri yang
terdapat dalam sampel tanah tersebut resisten terhadap kedua antibiotic yaitu
antibiotic Vancomycin dan Penicillin.

VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu melakukan berbagai tehnik mikrobiologi dalam
skrining (menananm, mengisolasi, dan memurnikan biakan, melakukan
tes terhadap kemampuan biakan terhadap antibiotik) dan mendapatkan
mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik.
2. Tujuan dilakukannya skrining yaitu untik menyeleksi mikroba resisten
antibiotic dan tidak resisten antibiotic.
3. Tujuan dari skrining tahap 1 untuk mendapatkan koloni bakteri.
4. Tujuan dari skrining tahap 2 untuk mengetahui bakteri tersebut
menghemolisis darah atau tidak,
5. Tujuan dari skrining tahap 3 yaitu untuk mengetahui bakteri resisten atau
tidak resisten terhadap antibiotic.
6. Penicillin merupakan antibiotic spectrum luas yang mampu menghambat
dan mematikan bakteri Gram (+) dan Gram (-), sedangkan Vancomycin
merupakan antibiotic spectrum sempit yang mampu menghambat dan
mematikan Gram (+) atau Gram (-) saja.
7. Radiasi sinar ultraviolet menyeP-kan terbentuknya dimer timin dalam
DNA, dimana dua timin yang berdekatan saling berdekatan saling
berikatan secara kovalen sehingga menghambat replikasi DNA
8. Bakteri pada sampel tanah tidak menghemolisis darah karena tidak di
temukan zona bening / jernih pada sekitar koloni bakteri, dan bakteri
tersebut resisten terhadap antibiotic Penicillin dan Vancomycin.

DAFTAR PUSTAKA
Drs, hoan Tjay Tan. 2002. Obat obat penting. Jakarta : PTELEX Media
komputindo.
Sopurto, prof Dr. Dwijo . 1998. Dasar dasar Mikrobiologi. Jakarta :
Djambatan.
Stainery, Roger akk .1987. Dunia Mikroba I. Jakarta : Bharaka Karya Askara.

Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-7
Uji Sensitifitas Mikroba Terhadap Antibiotik
(Metode Kirby Bauer)

Disusun Oleh:
Nama

: Anisa Mirrah Hafizhat

NIM

: 1308010127

Golongan

: II

Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P7
P-7
Uji Sensitifitas Mikroba Terhadap Antibiotik
(Metode Kirby Bauer)

I.

TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan uji sensitifitas terhadap antibiotic dengan metode Kirby
Bauer.
2. Menentukan mikroba uji termasuk sensitive atau resisten terhadap

antibiotic yang diujikan,


II.
ALAT DAN BAHAN
A.Alat
1. Cawan petri
2. Jangka sorong
3. Paper disk
4. Erlenmeyer
B. Bahan
1. Media nutrien agar
2. Kultur Escherichia coli dan Bacillus subtilis
3. Penicillin dan Vancomycin

III.

CARA KERJA
cairkan medium nutrient agar dalam erlenmeyer
Setelah agak dingin, campurkan dengan suspense bakteri uji,
homogenkan.
Tuangkan dalam cawan petri, tunggu sampai membeku
Pasang paper disk di atas permukaan agar
Tetesi dengan 10 l larutan antibiotik
Ukur diameter hambatan untuk masing masing antibiotik dengan
mikroba uji
Interpretasikan hasil dengan antibiogram

IV.

HASIL
S. Aureus

E. coli

V.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul UJI SENSITIFITAS

TERHADAP ANTIBIOTIK (METODE KIRBY BAUER) yang bertujuan


mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas terhadap antibiotic dengan metode
Kirby Bauer dan dapat menentukan mikroba uji termasuk sensitive atau resisten
terhadap antibiotic yang diujikan.

Saat ini banyak digunakan antibiotic untuk mengobati penyakit yang


ditimbulkan oleh mikroba pathogen. Antibiotic yang digunakan dalam medis
bertujuan untuk menghilangkan infeksi oleh mikroba atau mencegah penyebaran
infeksi. Infeksi itu sendiri yaitu suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit
penyakit (kuman) sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai
suatu reaksi tubuh menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau
mematikan kuman tersebut.
Antibiotik harus mampu menghambat atau membunuh mikroba penyePinfeksi tetapi tidak toksis terhadap inangnya. Penentuan antibiotic yang cocok
untukmengobati infeksi tertentu sangat penting dlaam klinik. Penggunaan
antibiotic yang tidak efektif melawan mikroba pathogen merupakan tindakan tidak
baik.
Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain, dan
berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis ini
disebut sebagai antibiotic dan istilah ini tidak hanya terbatas untuk substansi yang
berasal dari mikroorganisme, melainkan semua substansi yang diketahui memiliki
kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya
mikroorganisme.
Berdasarkan spectrum atau kisaran kerjanya antibiotic dapat dibedakan
menjadi antibiotic berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotic
berspectrum luas (broad spectrum). Antibiotic berspektrum sempit hanya mampu
menghambat segolongan bakteri saja, yaitu hanya mampu menghambat atau
membunuh bakteri Gram (+) atau bakteri Gram (-). Contoh antibiotiknya adalah
streptomisin, eritromisin, kanamisin, klindamisin dll. Sedangkan antibiotic
berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh bakteri Gram (+) dan Gram
(-), contohnya yaitu rifampisin, golongan sulfonamide, kloramfenikol,tetrasiklin,
ampisilin,dll.
Mekanisme antibiotic yaitu menghambar replikasi DNA, menghambat
sintesis RNA, menghambat sintesis protein, merusak permeabilitas membrane sel.
Resisten antibiotic yaitu suatu kondisi dimana bakteri di dalam tubuh kebal
terhadap antibiotic.
Metode Kirby Bauer yaitu metode yang digunakan untuk mengetaui uji
sensitifitas suatu mikroba terhadap antibiotic tertentu.
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri steril
yang digunakan sebagai tempat media nutrien agar dan biakkan mikroba untuk
mengetaui uji sensitifitas suatu mikroba terhadap antibiotic yang diberikan,

tabung reaksi yang digunakan untuk tempat biakan bakteri dalam medium cair,
jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter zona hambat, lampu
spiritus yang digunakan untuk proses aseptis, erlenmeyer yang digunakan sebagai
tempat medium nutrien agar yang akan dicairkan, piper disk yang terbuat dari
kertas saring yang digunakan untuk menampung antibiotik, yang digunakan untuk
mencairkan medium nutrien agar, inkubator yang digunakan untuk menginkubasi
atau menyimpan sampel pada temperatur tertentu, pipet dan pro pipet yang
digunakan untuk mengambil cairan sesuai dengan volume yang diinginkan, pinset
yang digunakan untuk menjepit piper disk yang akan disimpan diatas permukaan
agar, gelas ukur yang digunakan untuk mengukur volume suatu bahan yang akan
digunakan, , LAF (Laminar Air Flow) yaitu digunakan sebagai ruangan untuk
pengerjaan secara eseptis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu media nutrient agar
yang sudah dicairkan dengan menggunakan waterbath, kultur E.coli dan B.Subtilis
dalam media nutrient cair berumur 24 jam, dan antibiotic.
Pertama yang harus dilakukan dalam praktikum ini yaitu terlebih dahulu
mencairkan medium nutrein agar dengan menggunakan penangas sampai benar
benar mencair. Tunggu sampai agak dingin, yaitu ketika kita memengang
tabungnya sudah tidak terlalu panas berarti sudah siap dimasukkan ke dalam
cawan petri, dan apabila terlalu panas dikhawatirkan biakkan bakteri nya akan
mati. Yang pertama dimasukkan ke dalam cawan petri yaitu suspense bakteri uji
terlebih dahulu, karena apabila medium agar terlebih dahulu di khawatirkan akan
memadat kembali sehingga ketika dicampur dengan suspense biakan bakteri tidak
akan tercampur rata. Mengambil 1 ml suspense biakan bakteri dengan
menggunakan pipet dan propipet dengan hati hati diatas lampu spiritus, untuk
menjaga agar tidak terjadinya kontaminasi. Kemudian memasukkan ke dalam
cawan petri lalu disusul dengan memasukkan medium nutrient agar ke dalam
cawan petri, lalu di goyangkan arah angka 8 beberapa kali sampai benar benar
tercampur. Setelah itu diamkan dan tunggu sampai memadat. Sesudah itu yaitu
menaruh paper disk diatas permukaan agar, kegiatan ini di lakukan di dalam LAF
(Larming Air Flow) karena dalam LAF bakteri sudah mati oleh sinar UV sehingga
steril. Pada Laminar Air Flow, terdapat 2 macam filter:
1.

Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu dan benda-

benda yang kasar. Pori-porinya kira-kira 5 mm sehingga efisiensinya dapat


mencapai 95 mm untuk objek-objek yang 5 mm.

2.

HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar udara

kearah permukaan tempat kerja.


Radiasi sinar ultraviolet menyeP-kan terbentuknya dimer timin dalam DNA,
dimana dua timin yang berdekatan saling berdekatan saling berikatan secara
kovalen sehingga menghambat replikasi DNA.
Sebelumnya tangan kita juga di semprot alcohol agar steril juga. Pertama yaitu
menghidupkan sinar UV selama 15 menit dahulu, fungsi sinar UV yaitu untuk
membunuh mikroba, pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah .
Setelah itu matikan sinar UV sebelum menyalakan lampu neon dan blower, karena
apabila tidak dimatikan dulu sinar UV nya dikhawatirkan terkena sinar UV yang
akan mengakibatkan terjadi gangguan pada mata ataupun kanker kulit. Lampu
neon diguanakan untuk memperjelas / membantu penerangan dalam pengamatan,
blower untuk menjaga udara dalam meja LAF tidak ada partikel yang masuk.
Biarkan selama 5 menit. Setelah itu lakukan pekerjaan di dalam LAF yaitu buka
cawan dan letakkan paper disk di atas permukaan agar , paper disk fungsinya untuk
menaruh antibiotic, yang bertujuan agar terbentuknya zona hambat. Menyimpan
paper disk yang sudah berisikan antibiotic nya dibantu dengan menggunakan
pinset, antibiotiknya yaitu penicillin dan vancomycin, penicillin merupakan
antibiotic spectrum luas yang mampu menghambat dan mematikan bakteri Gram
(+) dan Gram (-), sedangkan Vancomycin merupakan antibiotic spectrum sempit
yang mampu menghambat dan mematikan Gram (+) atau Gram (-) saja.
Selanjutnya di inkubasikan dengan suhu 37C selama 24 jam. Suhu 37C
meruapakan suhu optimal untuk bakteri tumbuh. Setelah diinkubasi 24 jam.
Kemudian ukur diameter zona hambatnya, untuk masing masing antibiotic
dengan mikroba yang kita uji. Yang dimaksud zona hambat adalah zona dimana
tidak ada pertumbuhan bakteri.
Setelah diinkubasi selama 24 jam, terbentuk zona hambat disekitar paper
disk yang mengandung antibiotik. Kemudian ukur zona hambatnya dan didapatkan
hasil pada pengukuran Vancomycin pada pengukuran atas bawah 10.4 mm, kanan
kiri 9.65 mm, samping kanan 9.2 mm, samping kiri 10.1 mm. Rata rata diameter
yaitu 9.83. Lalu 9.83 di kurangi dengan 6 mm (diameter paper disk) jadi zona
hambatnya 3.83. Jika dilihat pada tabel antibiogram yang ada. Jika terbentuk
diameter kurang dari 9 mm pada antibiotik Vancomycin itu berarti bakteri yang
diujikan resisten terhadap antibiotic. Dapat disimpulkan bakteri S.Aureus resisten
terhadap Vancomycin karena zona hambat kurang dari 9.

Lalu diukur lagi zona hambat vancomycin pada bakteri E.coli , hasil pada
pengukuran Vancomycin pada pengukuran atas bawah 25 mm, kanan kiri 26.1
mm, samping kanan 25.55 mm, samping kiri 25.2 mm. Rata rata diameter yaitu
25.46. Lalu 25.46 di kurangi dengan 6 mm (diameter paper disk) jadi zona
hambatnya 19.46. Jika dilihat pada tabel antibiogram yang ada. Jika terbentuk
diameter lebih dari 12 mm pada antibiotik Vancomycin itu berarti bakteri yang
diujikan tidak resisten (susceptible) terhadap antibiotic. Dapat disimpulkan bakteri
E.coli tidak resisten terhadap Vancomycin karena zona hambat lebih dari 12 mm.
Kelebihan dari metode ini yaitu metode ini mudah dilakukan karena tidak
rumit dalam pengerjaannya dan efisien karena dalam satu perbenihan agar dapat
menguji maksimal 12 macam antimikroba dan tidak membutuhkan alat dan bahan
yang banyak.
Kekurangan dari metode ini yaitu tidak dapat diketahui secra tepat tingkat
resistensi atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba.

VI.

KESIMPULAN
1. mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas terhadap antibiotic dengan
metode Kirby Bauer dan dapat menentukan mikroba uji termasuk
sensitive atau resisten terhadap antibiotic yang diujikan.
2. antibiotic adalah substansi yang berasal dari mikroorganisme,
melainkan semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan
untuk

menghalangi

pertumbuhan

mikroorganisme
3. Antibiotic berspektrum

sempit

organisme
hanya

lain

mampu

khususnya
menghambat

segolongan bakteri saja, yaitu hanya mampu menghambat atau


membunuh bakteri Gram (+) atau bakteri Gram (-). Contoh
antibiotiknya adalah streptomisin, eritromisin, kanamisin, klindamisin
dll.
4. antibiotic berspektrum luas dapat menghambat atau membunuh
bakteri Gram (+) dan Gram (-), contohnya yaitu rifampisin, golongan
sulfonamide, kloramfenikol,tetrasiklin, ampisilin,dll.

5. Metode Kirby Bauer yaitu metode yang digunakan untuk mengetaui


uji sensitifitas suatu mikroba terhadap antibiotic tertentu.
6. Mekanisme antibiotic yaitu menghambar replikasi DNA, menghambat
sintesis RNA, menghambat sintesis protein, merusak permeabilitas
membrane sel. Resisten antibiotic yaitu suatu kondisi dimana bakteri
di dalam tubuh kebal terhadap antibiotic.
7. Dapat disimpulkan bakteri E.coli tidak resisten terhadap Vancomycin
karena zona hambat lebih dari 12 mm. Dapat disimpulkan bakteri
E.coli tidak resisten terhadap Vancomycin karena zona hambat lebih
dari 12 mm.

DAFTAR PUSTAKA
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan,
Jakarta, EGC.
Pratiwi, Sylvia ,2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai