Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P1
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIUM
I.
TUJUAN
Membuat medium
II.
ALAT DAN BAHAN
ALAT
- Penangas air
- Gelas ukur
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Pengaduk gelas
- kapas
- autoklaf
BAHAN
- Na 1.2 gr, 2.4 gr, 3.6 gr
- TSA 3.6 gr
- NB 1.56 gr, 3.9 gr
- Aquadest
III.
CARA KERJA
Saat mencuci tutupnya jaga agar alat pengukur tidak terkena air
b. Pembuatan Na Agar Miring
Larutkan 1,2 gram Na ke dalam 60 ml aquadest
e. Pembuatan Medium NB
Larutkan 1.56 gram NB dilarutkan ke dalam 120 ml aquadest
Tiap tabung 50 ml
IV. HASIL
a. Medium
b. Autoklaf
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul Sterilisasi dan Pembuatan Medium
dengan tujuan setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tujuan dan cara- cara sterilisasi, menggunakan sterilisasi dengan
menggunakan autoklaf, mengetahui penggunaan dan macam medium dan membuat
medium.
dinamakan rich media atau broth. Media padat menggunakan bahan pembeku
(solidifying agent), misalnya Agar, suatu kompleks polisakarida yang diperoleh
dari alga merah (red algae). Agar memiliki komposisi kimia berupa D-galaktosa,
3,6-anhidro-L-galaktosa, D-glucuronic acid. Agar sebagai bahan pembeku akan
mencair saat dididihkan, kemudian di dinginkan pada suhu 40-42 oC sebelum
dibekukan. Medium Agar ini tidak akan mencair lagi kecuali pada suhu 80-90oC.
Agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena tidak dapat terdegradasi
oleh mikrorganisme.
Alat yang digunakan penangas air, gelas ukur untuk mengukur suatu larutan,
gelas beker untuk tempat suatu larutan, tabung reaksi untuk tempat sampel,
pengaduk gelas untuk mengaduk biar homogeny, kapas untuk munutup bagian
mulut tabung, kertas untuk menutup bagian mulut Erlenmeyer, karet untuk
mengikat kertas, autoklaf untuk sterilisasi, bahan yang digunakan Na 1.2 gr, 2.4 gr,
3.6 gr, TSA 3.6 gr ,NB 1.56 gr, 3.9 gr, aquadest untuk pelarut.
Langkah pertama yaitu dengan membersihkan meja tempat praktikum
dengan alcohol, ini merupakan teknik aseptis agar tempat tersebut dalam keadaan
steril dan terbebas dari zat yang kontaminan yang tidak diperlukan.Pertama yang
saya lakukan adalah membuat medium Nutrien Agar Miring, yang saya lakukan
terlebih dahulu yaitu memasukkan Na sebanyak 1,2 gram ke dalam gelas beker dan
kemudian dtambahkan dengan 60 ml aquadest dengan hati hati, dan diaduk
sampai larutan tersebut benar benar homogen. Lalu siapkan tabung reaksi
sebanyak 12 tabung , kemudian larutan tadi yang sudah homogen sebanyak 60 ml
tadi, di masukkan pada tiap tabung masing masing 5 ml. Sesudah itu kemudian di
tutupi kapas, tutup kapas tersebut harus benar-benar rapat sehingga tidak ada
udara yang masuk ke dalam tabung reaksi, hal ini dilakukan untuk mencegah
adanya mikroorganisme dan kontaminan yang masuk ke dalam medium yang dapat
mempengaruhi kemurnian dari medium dan dapat merusak dan mengganggu
medium yang akan digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada
praktikum selanjutnya. Sesudah ditutupi kapas kemudian dimasukkan ke 12 tabung
itu kedalam plastik, tujuannya agar tidak ada udara yang masuk ke dalam. Setelah
ke 12 tabung dimasukkan ke dalam plastic kemudia diikat dengan menggunakan
karet agar terikat rapi.
Selanjutnya pembuatan Natrium Agar Tegak, yaitu dengan melarutkan 2,4
gram Na dalam 120 ml aquadest dalam gelas beker, kemudian diaduk sampai benar
benar homogen , lalu siapkan tabung reaksi sebanyak 12 tabung, kemudian isi
barang yang perlu di sterilkan. Setelah pintu autoklaf ditutup rapat, barulah kran
pada pipa uap dibuka, dan temperatur akan terus-menerus naik sampai 121 0C.
Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf
mencapai 121 C. Tekanan sebesar 15 lbs (pounds) per inch persegi yang berarti 1
atmosfer per 1 cm2. Karena jika lebih dari 1 atm atau 15 lbs (pounds) per inch akan
menyeP-kan alat yang digunakan dapat membuat medium pecah . Perhitungan
waktu 15 atau 20 menit itu dimulai semenjak termometer pada autoklaf menunjuk
1210C. suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang di
sterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding
dengan udara panas. Setelah cukup waktu, maka kran uap ditutup, lalu
kita
perhatikan bahwa suhu sedikit demi sedikit akan mulai turun, begitu pula pada
manometer.tutupnya jangan di letakkan sembarangan dan di buka buka karena isi
botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manometer
menunjukkan angka 0 . Buka pengatur klep lalu buang air yg tersisa dan keringkan
semua bagiannya dan saat mencuci tutupnya jaga agar alat pengukur tidak terkena
air. Melalui sterilisasi seluruh mikroba pathogen dapat mati, sehingga tidak sempat
berkembang biak. Sterilisasi pada percobaan ini merupakan sterilisasi secara fisik
yang menggunakan panas dari autoklaf , dimana panas yang digunakan berasal dari
uap air sehingga disebut sterilisasi basah. Dengan kondensasi akan terbentuk
embun yang dapat menyeP-kan keadaan lemP- yang cukup untuk membunuh
kuman, sehingga bahan menjadi steril.
Pada saat medium sudah selesai di sterilkan dengan menggunakan autoklaf,
untuk medium nutrien agar miring di letakkan miring 30 0 terhadap bidang datar.
Untuk medium nutrien agar tegak, medium TSA, medium NB, medium Nutrien
Beef diletakkan tegak dan medium Na cawan di letakkan datar .
Medium tegak ini dibuat untuk melihat pergerakan dari mikroba, sedangkan
medium cair dibuat untuk melihat pergerakan dan pertumbuhan mikroba,
sedangkan medium miring dibuat untuk melihat pertumbuhan mikroba.
PH merupakan factor yang sangat mempengaruhi suatu keberhasilan dalam
pembuatan medium sehingga kondisi pH yang terlalu basa atau terlalu asam tidak
cocok untuk dijadikan untuk medium mikroba karena mikroba tidak dapat hidup
pada kondisi tersebut. Medium didiamkan atau disimpan selama 2 x 24 jam untuk
meyakinkan bahwa medium masih steril , karena selain pH sebagai penentu
tumbuhnya mikroba, alat dan medium yang steril juga menentukan.
VI.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi kelima, Jakarta:
Erlangga.
Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-2
Penanaman, Isolasi dan Pengamatan Pertumbuhan
Mikroba
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P-2
Penanaman, Isolasi dan Pengamatan Pertumbuhan Mikroba
I.
TUJUAN
Setelah melakukan
praktikum
ini
diharapkan
mahasiswa
dapat
II.
ALAT
Ose runcing
Ose tumpul
Lampu spiritus
Cawan petri steril
Incubator 37oC dg shaker
Pipet steril
Spektrofotometer
Kuvet plastik
Media tanpa bakteri sbg blanko
BAHAN
- Biakan murni bacillus subtilis dalam medium nutrien cair umur 24
-
jam.
Biakan murni Escherichia coli dalam medium cair umur 24 jam.
Suspensi mikroba/campuran mikroba
nutrien agar tegak
Kultur bakteri E.coli dalam media NA
100ml medium pertumbuhan NB dlm 250ml labu erlenmeyer
Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus
Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus
3. Biakan Cair
Jarum ose tumpul disterilkan di atas nyala api lampu spiritus
Biakan murni diambil dengan benar dan dalam keadaan aseptis di atas
nyala lampu spiritus
cawan petri yang telah ditempel etiket dibungkus dengan koran dan
dibalik, diinkubasi pada suhu 37C
Satu koloni yang mewakili satu jenis mikroba diambil secara aseptic
kemudian disuspensikan dalam air steril
IV. HASIL
a. Biakan Agar Tegak
E.coli
B.subtilis
d. Isolasi Mikroba
Pukul
09.16
Absorbansi
0.7
16.15
1.207
19.25
1.516
07.00
1.917
17.15
1.319
Absorbansi
1,917
1,516
1,319
1,207
0,7
09.16
16.15
19.25
07.00
17.15
V. PEMBAHASAN
Bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia coli di tanam pada medium agar
tegak, medium agar miring dan medium nutrient cair.
Tujuan-tujuan dalam melakukan biakan murni dengan:
a. Biakan agar tegak untuk menunjukkan pertumbuhan mikroba.
b. Biakan agar miring untuk menunjukkan pergerakkan mikroba.
c. Biakan cair untuk menunjukan sifat atau jenis mikroba anaerob atau
aerob.
d. Biakan cawan untuk menghitung jumlah koloni / mikroba.
Pada praktikum kali ini alat-alat yang digunakan adalah ose runcing yang
digunakan untuk mengambil mikroba biakan murni yang akan ditanam pada
medium agar tegak, ose tumpul yang digunakan untuk mengambil mikroba biakan
murni yang akan ditanam pada medium agar miring, lampu spiritus untuk teknik
aseptis agar tidak terjadi kontaminasi pada saat pengambilan mikroba, cawan petri
yang digunakan sebagai tempat untuk menanam, mengisolasi, dan mengamati
mikroba, inkubator yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroba,
pipet ukur yang digunakan untuk mengambil suspensi bakteri (Bacillus subtilis)
yang akan diamati absorbansinya, kuvet plastik digunakan sebagai tempat suspensi
bakteri uji, spektrofotometer digunakan sebagai pengukur asorbansi suspensi
bakteri uji menggunakan panjang gelombng 600 nm.
Yang pertama yaitu penanaman pada medium agar tegak , yaitu dengan
mengambil ose runcing
ose tumpul akan merusak medium. Biakan pada agar tegak yaitu untuk melihat
pertumbuhan bakteri.
Kedua yaitu penanaman biakan pada agar miring yaitu dengan mengambil
ose tumpul
terlihat bahwa bakteri berkumpul di bagian permukaan atas tabung yang artinya
membutuhkan oksigen, sehingga untuk mendapatkan oksigen secara maksimal
berkumpul di atas permukaan.
Pada isolasi dengan menggunakan Metode Cawan Gores (Streak Plate)
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni
yang lain. Pertama memanaskan medium Nutrien Agar sampai cair di atas
penangas air , setelah cair masukkan medium ke dalam cawan petri dengan hati
hati kemudian tunggu sampai medium memadat terlebih dahulu di tutup. Lalu
ambil ose runcing, masukkan kedalam alcohol 96 % lalu panaskan di atas lampu
spiritus sampai membara tunggu agak dingin karena apabila terlalu panas di
khawatirkan mikroba nya mati dan tidak dapat tumbuh, kemudian ambil biakan
mikroba dengan ose runcing , perlakuan ini di lakukan di atas lampu spiritus
sebagai teknik aseptis agar tidak terjadi kontaminan, lalu di goreskan di atas
permukaan agar yang sudah padat. Setelah dilakukan penggoresan lalu sisi cawan
petri di pijarkan di atas lampu spiritus. Setlah itu di bungkus dengan menggunakan
kertas, lalu di inkubasikan pada suhu 37oC , karena pada suhu itu merupakan suhu
optimal untuk bakteri dapat tumbuh.
Medium Nutrien Agar merupakan suatu medium untuk pertumbuhan bakteri
dengan nutrisi dari ekstrak daging, agar dan pepton sebagai nutrisi pertumbuhan
bakteri. Ekstrak daging mengandung asam amino, peptida, nukleotida, asam
organik, vitamin, mineral. Sedangkan Pepton merupakan hidrolisat protein yang
didapat dari digesti parsial daging, kasein bubuk kedelai dan sumber protein
lainnya yang digunakan sebagai salah satu sumber nutrisi dan sumber nitrogen bagi
pertumbuhan bakteri dan agar merupakan agen pengeras yang bagus sekali karena
tidak dapat terdegradasi oleh mikroorgansime. NA berfungsi sebagai medium
umum atau medium yang dapat ditumbuhi oleh sebagian besar bakteri tanpa
spesifikasi tertentu. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari
mikroorgansime yang tidak selektif dalam artian mikroorganisme heterotroph.
Kemudian pengamatan pertumbuhan mikroba, lalu ambil ose masukkan
kedalam alcohol 96 % lalu panaskan di atas lampu spiritus sampai membara
tunggu agak dingin karena apabila terlalu panas di khawatirkan mikroba nya mati
dan tidak dapat tumbuh, ambil inokulum di atas lampu spiritus dengan hati hati ,
buka kertas aluminium foil pada tabung Erlenmeyer , masukkan biakan ke dalam
nutrient beef pada Erlenmeyer dengan hati hati diatas lampu spiritus juga setelah
itu bibir tabung di panaskan sebagai teknik aseptis. Kemudian di tutup kembali
dengan menggunakan aluminium foil, ose yang sudah digunakan di bakar
spektrofotometer
dengan
panjang
gelombang
600
nm.
VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu melakukan penanaman, isolasi dan pengamatan
pertumbuhan bakteri yang bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan
penanaman dan isolasi mikroba serta mampu mengamati pertumbuhan
bakteri
2. Isolasi mikroba merupakan pemisahan mikroba yang dikehendaki dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni
dalam medium buatan.
3. Fase pertumbuhan mikroba :
Fase Lag
Fase log
Fase Stasioner
Fase kematian
4. Tujuan-tujuan dalam melakukan biakan murni dengan:
Biakan agar tegak untuk menunjukkan pertumbuhan mikroba.
Biakan agar miring untuk menunjukkan pergerakkan mikroba.
Biakan cair untuk menunjukan sifat atau jenis mikroba anaerob atau
aerob.
Biakan cawan untuk menghitung jumlah koloni / mikroba.
5. S.aureus merupakan bakteri anaerob
E.coli merupakan bakteri aerob
6. Data absorbansi :
Pukul
09.16
Absorbansi
0.7
16.15
1.207
19.25
1.516
07.00
1.917
17.15
1.319
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 2010. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Volk, W. A, dkk. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1 edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.
LAPORAN RESMI
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P3 Perhitungan Mikroba
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 3
PERHITUNGAN JUMLAH MIKROBA
I.
TUJUAN
mahasiswa dapat mengetahui cara cara perhitungan jumlah
mikroba, baik secara langsung maupun tidak langsung
1. Tabung reaksi
2. Spektrofotometer UV
3. Kuvet Plastik
4. Pipet steril
BAHAN
1. Cawan petri
2. Gelas ukur
3. Tabung reaksi
4. Pipet tetes
III.
BAHAN
1. Sampel bahan
2. Aquadest
3. Medium agar tegak
CARA KERJA
Ambil 1 ml suspense bakteri diambil dari medium cair yang ditempatkan pada tabung
1 ml suspense tabung 1 ditambah 9 ml aquadest (tabung 2)
Didinginkan dan dihitung koloni yang tumbuh pada masing-masing cawan petri
IV.
HASIL
a. plate count
Replikasi 1 tabung 4
Replikasi 2 tabung 4
Replikasi 1 tabung 5
Replikasi 2 tabung 4
Data Simulasi
Jumlah koloni pada tiap cawan
Pengenceran
Air sumur
Replikasi 1
Replikasi 2
10-4
236
271
10-5
165
140
A = 236 + 271
10-4
10-4
2
= 253,5 x 104
= 165 x 105 + 140 x 105
2
5
= 305 x 10
B = 165 + 140
10-5
10-5
2
= 152,5 x 105
B
= 152,5 x 105
253,5 x 10-4
= 1525 x 104
Ket :
B >2 = A
A
253,5 x 10
= 2535000 sel/ml
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul Perhitungan Jumlah Mikroba yang
yang berisi SDB tadi ditutup kembali dengan menggunakan aluminium foil. Lalu
ose yang tadi sudah digunakan kemudian di bakar kembali dengan mengguankan
lampu spiritus agar bakteri yang menempel pakai ose tersebut mati dalam suhu
yang tinggi, susudah dibakar kemudian di masukkan ke dalam alcohol agar bakteri
tersebut benar benar mati dan tidak mengontaminasi.Kemudian absorbansikan
bakteri tersebut dengan menggunakan spektrofotometer yang dilakukan dengan
memipetkan 1 ml suspense bakteri kemudian dipindahkan dalam kuvet plastic
kemudian ditempatkan dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 660
nm untuk yeast. Kuvet yang dindingnya keruh diletakkan disebelah luar,
sedangkan bagian yang dindingnya transparan diletakkan menghadap sinar UV,
penempatan ini tidak boleh terbalik, karena pada dinding yang transparan akan
lebih mudah menangkap sinar UV tersebut. kemudian diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca . Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Kemudian didapatkan hasil data absorbansi 0.545.
Kemudian yang kedua yaitu perhitungan jumlah mikroba berdasarkan
jumlah koloni (plate count), cara ini paling umum diguankan untuk menentukan
jumlah mikroba. Dasarnya adalah dengan membuat suatu seri pengenceran bahan
dengan keliapatan 10, dari masing masing pengenceran diambil 1 ml dan dibuat
taburan dalam cawan petri dengan medium agar yang sesuai dengan mikrobanya.
Setelah inkubasi dilakukan perhitungan jumalah koloni pada tiap cawan petri dari
tiap tiap pengenceran. Dari jumlah koloni tiap cawan petri dapat ditentukan
jumalh mikroba tiap ml atau gram bahan, yaitu dengan mengalikan jumlah koloni
dengan kebalikan pengencerannya. Misalnya untuk pengenceran 1:10.000 terdapat
45 koloni bakteri maka tiap ml atau gram bahan mengandung 450.000 mikroba.
Untuk membantu menghitung jumlah koloni dalam cawan petri bisa digunakan
colony counter yang dilengkapi dengan electronic register. Pada perhitungan
dengan cara ini diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
a. Jumlah koloni dalam tiap cawan petri antara 30-300 koloni, jika memang tidak
ada yang memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
b. Tidak ada spreader (koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan
petri).
c. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata,
tetapi bila lebih besar dari 2 yang dipakai adalah jumlah mikroba dari hasil
pengenceran sebelumnya.
d. Jika dengan ulangan, setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata.
Alat yang bahan yang digunakan dalam perhitungan jumlah bakteri
berdasarkan jumlah koloni (plate count) yaitu, cawan petri yang digunakan
untuk tempat bahan yang akan di hitung jumlah bakterinya, tabung reaksi
digunakan untuk menyimpan sampel bahan pada saat pengenceran, kemudian
bahan yang digunakan yaitu air sumur sebagai sampelnya dan aquadest yang
digunakan pada saat pengencerannya.
Terlebih dahulu mengambil 1 ml sampel (air sumur) dilarutkan ke dalam
tabung yang berisi 9 ml aquadest (tabung 1), kemudian suspense dari tabung 1
diambil sebanyak 1 ml kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest (tabung 2
sebagai pegenceran 10-1), lalu suspense tabung ke 2 diambil sebanyak 1 ml,
kemudian dilarutkan dalam 9 ml aquadest (tabung ke 3 sebagai pengenceran 10 2
Kuadran 1
Kuadran 3
Kuadran 4
Dan hasil yang di peroleh ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh, di dalam
cawan petri tidak terbentuk adanya koloni, yang tampak hanya bening. Hal ini
terjadi karena pada saat menuangkan medium pada cawan yang berisi suspensi
biakan terlalu panas sehingga memungkinkan bakterinya mati. Sehingga
kelompok kami di beri data simulasi pada replikasi 1 pengenceran 10-4
koloninya sebanyak 236, pada replikasi 1 pengenceran 10 -5 koloninya sebanyak
165, pada replikasi 2 pengenceran 10-4 koloninya sebanyak 271 dan pada
replikasi 2 pengenceran 10-5 koloninya sebanyak 140. Sehingga dapat di hitung
jumlah bakterinya sebanyak 2535000 sel/ml.
VI.
KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara cara perhitungan jumlah
mikroba, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mampu
2.
3.
4.
5.
Pengenceran
Jumlah bakteri
tiap ml (gram)
bahan
-4
10
10-5
236
165
271
140
2535000 sel/ml
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. 1990. Fisiologi Fermentasi. Bogor: IPB.
Pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Y. Stainer, Roger. 1984. Dunia Mikkroba II. Jakarta: Bhatara Aksara.
Laporan Resmi
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 4
PENGECATAN DAN MORFOLOGI MIKROBA
I.
TUJUAN
II.
1. Obyek gelas
2. Lampu spiritus
3. Gelas penutup
4. Ose
5. Mikroskop
B. BAHAN
Pengecatan Sederhana
1. Biakan murni Bacillus subtilis
dalam
medium
nutrien
cair
berumur 24 jam.
2. Larutan cat safranin atau Kristal
violet.
Pengecatan Gram
1. Biakan murni Bacillus subtilis
dalam
medium
nutrien
cair
berumur 24 jam.
2. Biakan murni Escherichia coli
dalam
medium
nutrien
cair
berumur 24 jam.
3. Larutan cat Kristal violet (gram
A).
4. Larutan lugol iodine (gram B).
5. Larutan alcohol atau aseton
(gram C).
6. Larutan cat safranin (gram D).
Setelah dingin, ditetesi dengan cat gram A sebanyak 2-3 tetes dan
didiamkan selama 1 menit
Ditetesi cat gram A, dibiarkan selama 1 menit, dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringanginkan
Diberi larutan cat penutup (gram D) selama 2 menit, dicuci dengan air
mengalir, dan dikeringanginkan
IV.
HASIL
A. Pengecatan Sederhana
Escherichia coli
Bacillus subtilis
B. Pengecatan Gram
Escherichia coli
V.
PEMBAHASAN
Bacillus subtilis
1.
atau monolayer.
2. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%).
3. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
5. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
8. Tidak peka terhadap streptomisin
9. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin
Pewarnaan khusus (special staining) yaitu mewarnai dan mengisolasi bagian
spesifik dari mikroorganisme misalnya endospora, kapsul dan flagela.
Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini gelas objek yang digunakan
untuk tempat sampel yang akan di amati di bawah mikroskop, gelas penutup yaitu
untuk menutup sampel yang ada pada gelas objek, ose digunakan untuk mengambil
biakan mikroba, lampu spiritus untuk melakukan fiksasi , mikroskop digunakan
untuk mengamati bakteri yang akan di uji, bagian bagian dari mikroskop yaitu
lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata pengamat lensa ini berfungsi
untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa objektif, lensa
objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk
bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver untuk
menentukan perbesaran lensa objektif, tabung mikroskop (tubus), tabung ini
berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa objektif dengan lensa
okuler, makrometer (pemutar kasar), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat, mikrometer (pemutar halus), pengatur
ini berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan
bentuknya lebih kecil daripada makrometer, revolver berfungsi untuk mengatur
perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya, reflektor, terdiri dari dua jenis
cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi untuk
memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek melalui lubang yang terdapat di
meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya
yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan
cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya, diafragma,
berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk,
kondensor
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di
naik turunkan, meja mikroskop, berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang
akan di amati, penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang
melapisi objek agar tidak mudah bergeser, lengan mikroskop, berfungsi sebagai
pegangang pada mikroskop, kaki mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau
menopang mikroskop, sendi inklinasi (pengatur sudut), untuk mengatur sudut
atau tegaknya mikroskop.
Bahan bahan yang digunakan dalam pengecatan sederhana yaitu biakan
murni B. subtilis dalam medium nutrient cair beurmur 24 jam, larutan cat safranin
atau crystal violet.
Langkah kerja yang pertama yaitu pewarnaan sederhana, pengecatan
sederhana ini dilakukan untuk mewarnai seluruh mikroorganisme sehingga bentuk
seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Pewarnaan gram sederhana
menggunakan satu pewarna saja. Sebagai cat utama yang digunakan adalah kristal
violet untuk E. coli dan safranin untuk B. subtilis yaitu pertama bersihkan gelas
objek dengan menggunakan alcohol sampai bebas lemak, kemudian dipanggang
sebentar di atas
spiritus) 1 ose suspense biakan Bacillus subtilis dan E.coli dan ratakan di atas
permukaan gelas ojek kira-kira 1 cm, kemudian keringanginkan preparat tersebut
dan fiksasi dengan fiksasi panas dengan cara melewatkannya beberapa kali di atas
lampu spiritus,dilakukan fiksasi yaitu untuk melekatkan bakteri ke gelas objek.
Kemudian didinginkan lalu diteteskan cat safranin atau kristal violet secukupnya
diatas apusan preparat dan biarkan 1-2 menit. Cuci dengan air mengalir sampai sisa
cat habis, kemudian keringanginkan. Setelah itu diamati dengan menggunakan
mikroskop dengan perbesaran kuat.
Langkah kerja yang kedua yaitu pewarnaan Gram yaitu dengan
menggunakan warna lebih dari satu warna , yaitu dengan menggunakan crystal
violet dan safranin . Pengecatan gram ini dilakukan untuk mengetahui bakteri gram
positif atau gram negatif, yaitu dengan melihat pada hasil pewarnaan akhirnya, jika
bakteri berwarna ungu maka bakteri tersebut termasuk bakteri gram positif, jika
bakteri berwarna merah maka bakteri yang diamati termasuk bakteri gram
negative. Pertama kita ambil gelas objek, kemudian bersihkan dengan alkohol
sampai bebas lemak, kemudian dipanggang di atas lampu spiritus, ambil secara
aseptic 1 ose suspense biakan Bacillus subtilis dan E.coli dan ratakan di atas
diare
dan
sindrom
diare
lanjutan.
Sedangkan
peranan
yang
menguntungakan pada bakteri E. coli ini adalah dapat membusukkan sisa makanan
didalam usus besar manusia. Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi
fermentasi yang memanfaatkan E. coli. Misalnya dalam produk obat-obatan
(insulin,antibiotic).
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis.
Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil.
Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis
merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran
suhu 45 C 55 C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 C
80 . Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora
yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang
ekstrim. Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian
sekarang tidak benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun
kontaminasi makanan tetapi jarang menyeP-kan keracunan makanan. Sporanya
dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan
bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mengetahui tujuan dari pengecatan
2. Mahasiswa melakukan pengecatan terhadap mikroba
3. Pengecetan adalah prosedur mewarnai mikroorganisme untuk menonjolkan
struktur tertentu dari mikroorganisme.
4. Fiksasi merupakan proses dimana struktur internal dan eksternal dari
mikroorganisme disimpan dan diikatkan pada suatu benda.
5. Prosedur mewarnai adalah:
a. Pewarnaan sederhana (simple staining)
Digunakan satu macam pewarna untuk mewarnai seluruh mikroorganisme
sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Contoh: carbol
fuchsin, safranin.
b. Pewarnaan differensial (differential staining)
Menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda
untuk setiap bakteri.
a. Pewarnaan khusus (special staining)
Mewarnai dan mengisolasi bagian spesifik dari mikroorganisme misalnya
endospora, kapsul dan flagela.
6. Bakteri gram positive berwarna ungu karena mempunyai lapisan
peptidoglikan yang tidak mudah larut dalam alcohol.
7. Bakteri gram negative berwarna merah karena mempunyai lapisan
lipoposakarida yang mudah larut dalam alcohol menjadi transparan lalu
berwarna merah ketikaditambahkan safranin.
8. E.coli merupan bakteri gram negative
9. B.subtilis merupakan bakteri gram positive
DAFTAR PUSTAKA
Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Universitas Indonesia.
Dwijoseputro, D. 2010. Dasar-Dasar mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Gapta, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.
Murniati, dkk. 2008. Farmakologi untuk SMF/SMKF Kelas X. Jakarta: Bakti
Husada.
Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P5 Morfologi Fungi
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 5
MORFOLOGI FUNGI
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengenali
berbagai jenis jamur berdasarkan morfologinya.
II.
BAHAN
1. Jarum preparat
2. Gelas objek
3. Gelas penutup
1. Biakan
murni
dari
Aspergillus sp.
2. Biakan
murni
dari
Rhizophus sp.
3. Biakan
murni
dari
Penicillium sp.
4. Biakan murni dari Monillia
sp.
5. Larutan
mounting
laktofenol.
B. Pengamatan Morfologi Yeast (Khamir)
ALAT
1. Gelas benda
2. Gelas penutup
BAHAN
1. Biakan murni Saccharomyces
sp. pada medium taoge agar.
2. Larutan
mounting
medium
metilen blue.
III.
CARA KERJA
IV.
HASIL
Sacharomyces sp.
V.
PEMBAHASAN
mencapai bagian atas permukaan media tempat fungi ditumbuhkan. Kapang adalah
jamur multiseluler (berinti banyak), kapang merupakan organisme aerob sejati.
2. Khamir, yaitu fungi yang bersel satu
Jamur dalam kelompok khamir bersifat uniseluler (berinti satu), bentuknya
bulat atau oval,tidak berflagela, berukuran lebih besar dibandingkan dengan
bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5 30 mm. Khamir
adalah fungi yang tidak membentuk miselium, namun beberapa spesies
diantaranya dapat membentuk miselium semu (pseudomiselium). Morfologi
khamir lebih sederhana dari kapang. Pembelahan sel khamir (yeast) melalui
pertunasan dan khamir bersifat fakultatifm artinya khamir dapat hidup dlaam
keadaan aerob ataupun anaerob. Pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah
sekali dilihat, yakni sperti kapas.
3.
yaitu jamur pada tempe, Penicillium sp pada oncom dan biakan murni
Saccharomyces sp pada medium tape cair, larutan mounting laktofenol yang dapat
memperjelas struktur jamur karena laktofenol mempunyai gugus benzen dan OH
pada struktur kimianya.
Pertama, bersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bebas lemak dan
debu kemudian teteskan 1 tetes laktofenol pada bagian tengahnya, ambil biakan
jamur pada Rhizopus sp, Aspergillus sp dengan jarum preparat dan kemudian
diletakkan pada gelas objek yang sudah diberi laktofenol. Jika masa misellium
mengumpul pisahkan dengan menggunakan dua buah jarum preparat, kemudian
tutup dengan gelas penutup dan hindari pembentukan gelombang udara di dalam
preparat karena dapat mengganggu pengamatan terhadap morfologi jamur.
Selanjutnya amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah. Untuk jamur
berukuran kecil seperti Penicillium sp. menggunakan perbesaran sedang.
Hasil pengamatan kami dapat dilihat morfologi jamur yaitu Rhizopus sp
yang terdapat spongiospora, sporangium, stolon, hifa (sporangiosfor). Pada
Aspergillus sp yaitu terdapat spora dan rhizoid.
Bahan yang digunakan pada pengamatan morfologi yeast (khamir) yaitu
biakan murni Saccharomyces sp pada medium Yeast extract Pepton Dextrose
(YPD) agar, Yeast extract Pepton Dextrose itu sendiri sebagai tempat pertumbuham
mikroba khusus untuk yeast. Larutan mounting medium metilen blue sebagai
penajam warna.
Pertama, bersihkan gelas benda dengan alcohol sampai bebas lemak dan
debu kemudian teteskan 1 tetes laktofenol pada bagian tengahnya, ambil biakan
murni Saccharomyces sp dengan ose tumpul dilakukan diatas lampu spiritus dan
kemudian diletakkan pada gelas objek yang sudah diberi metilen blue mengapa
digunakan metilen blue hal ini dikarenakan khamir bisa menyerap metilen blue dan
menstabilkan kondisi dari sel khamir. Tutup dengan gelas penutup dan hindari
pembentukan gelombang udara di dalam preparat karena dapat mengganggu
pengamatan terhadap morfologi yeast (khamir). Kemudian amati di bawah
mikroskop dengan pembesaran lemah kemudian dengan perbesaran sedang. Pada
Saccharomyces sp terdapat konidiospora dan hifa.
Fungi memerlukan kondisi kelembapan yang tinggi, persediaan bahan
organic, dan oksigen untuk pertumbuhannya. Lingkungan yang hangat dan lembap
mempercepat pertumbuhan fungi. Fungi tumbuh dengan baik pada kondisi
lingkungan yang emngandung banyak gula dengan tekanan osmotic tinggi dan
kondisi asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini
memungkinkan fungi dapat tumbuh pada selai atau acar. Sifat dimorfisme fungi :
fase yeast yaitu pada suhu 37C dan fase kapang pada suhu 24-28.
VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa dapat mengenali berbagai jenis jamur berdasarkan morfologinya.
2. Ada tiga golongan jamur , yaitu :
Kapang (jamur benang) fungi yang berfilamen dan multiseluler,
contohnya : Rhizopus sp
Khamir (yeast) fungi tidak berfialmen, uniseluler dan pembelahan sel
melalui pertunasan. contohnya : Sacchoromycetes sp
Cendawan (mushroom) fungi yang menguntungkan untuk sebagai
bahan makanan. Contohnya : jamur merang, tiram,dll
3. Dapat mengetahui struktur dan bagian bagian jamur seperti : hifa, spora,
sporangim, sporangiofora rhizoid, stolon.
4. Cairan laktofenol berfungsi untuk memperjelas pengamatan bagian-bagian
dari jamur dan melekatkan jamur pada preparat. Laktofenol dapat
memperjelasstruktur jamur karena laktofenol mempunyai gugus benzen dan
OH pada struktur kimianya.
5. Reproduksi fungi bias aseksual lewat pembelahan atau pertunasan, dan
aseksual lewat peleburan dua inti.
6. Morfologi hifa ada tiga:
a. Aseptat.
b. Septat hifa (hifa bersekat) dengan sel-sel uninukleat.
c. Septat hifa dengan sel-sel multinukleat.
7. Jenis-jenis hifa berdasarkan fungsinya:
a. Hifa vegetatif atau somatik
b. Hifa reproduktif
8. Hasil pengamatan kami dapat dilihat morfologi jamur yaitu Rhizopus sp
yang terdapat spongiospora, sporangium, stolon, hifa (sporangiosfor). Pada
Aspergillus sp yaitu terdapat spora dan rhizoid
9. Pada Saccharomyces sp terdapat konidiospora dan hifa.
10. Sifat dimorfisme fungi : fase yeast yaitu pada suhu 37C dan fase kapang
pada suhu 24-28.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.2005.
Gandjar. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2009.
Syamsuri, Istamar. Biologi. Erlangga :Jakarta.2004.
Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-6
Skrining Primer Untuk Mendapatkan Mikroba
Resisten Antibiotik
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P- 6
Skrining Primer Untuk Mendapatkan Mikroba Resisten Antibiotik
I.
TUJUAN
1. Melakukan berbagai tehnik mikrobiologi dalam skrining (menananm,
mengisolasi, dan memurnikan biakan, melakukan tes terhadap
kemampuan biakan terhadap antibiotik).
2. Mendapatkan mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik.
II.
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Mikropipet dan yellow tip
4. Glass spreader
BAHAN
B. Tahap II
ALAT
BAHAN
1. Cawan petri
1. Media
pertumbuhan
2. Ose bulat
(Czapec dox).
3. Labu erlenmeyer 50 cc
untuk wadah mesterilkan
media.
C.Tahap III
ALAT
BAHAN
1. Cawan petri
1. Media nutrien agar
2. Jangka sorong
2. Kultur Escherichia coli dan
3. Erlenmeyer 50 cc untuk
Bacillus subtilis dalam
wadah sterilisasi media
media nutrien cair berumur
4. Paper disk
24 jam.
3. Antibiotik
III.
CARA KERJA
A.Tahap I
1 gram sampel tanah disuspensikan dengan 10 ml larutan salin dalam
tabung steril
Dituangkan 0,5 ml suspense tersebut dalam cawan petri steril yang telah
dituangi media, diratakan dengan spreader glass
Lalu dipilih salah satu koloni yang dominan (pada hasil tahap I) dan
diambil dengan menggunakan ose, ditanam dalam media pertumbuhan
(medium agar darah)
IV.
HASIL
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
V.
PEMBAHASAN
Pada prktikum ini berjudul skrining primer untuk mendapatkan
Pada praktikum ini terdapat 3 tahap, alat dan bahan yang digunakan di
tahap 1 yaitu cawan petri yang digunakan untuk tempat medium pertumbuhan
bakteri, tabung reaksi sebagai tempat untuk pengenceran sampel, mikropipet untuk
mengambil antibiotik dalam jumlah mikromili dan yelow tip, media selektif
(czapecdox), larutan salin untuk membiakan bakteri yang ada di dalam tanah dan
sampel tanah.
Tujuan dilakukan skrining tahap 1 yaitu untuk mendapat koloni bakteri.
Langkah pertama dalam tahap 1 yaitu timbang sampel tanah (sampel tanah yang
diambil dengan kedalaman 30cm dari permukaan tanah agar tanah benar-benar
tidak terdapat pasir ) sebanyak 1 gr dan kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer
yang berisi larutan salin, fungsinya larutan salin untuk membiakan bakteri yang
ada di dalam tanah, setelah itu lalu di goyangkan sampai homogen. Encerkan
hingga konsentrasi 10-5 , harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar
konsentrasi dari suspense menurun sehingga akan mempermudah untuk melakukan
perhitungan sel bakterinya, yaitu dengan mengambil 0,5 suspensi tanah dalam
Erlenmeyer kemudian masukkan ke tabung 1 yang berisi 9,5 ml aquabidest lalu
kocok sampai homogen, lalu ambil 1 ml suspense tanah dari tabung 1 kemudian
dimasukkan ke tabung 2 yang sudah berisi 9 ml aquabidest, kosok sampai
homogen, lalu ambil 1 ml dari tabung 2 kemudian dimasukkan ke tabung 3 yang
sudah berisi 9 ml aquadest, kocok sampai homogen. Lalu ambil 1 ml dari tabung 3
kemudian dimasukkan ke tabung 4 yang berisi 9 ml aquabidest lalu dikocok
sampai homogeny, setelah itu ambil 1 ml dari tabung 4 lagi kemudian dimasukkan
ke tabung 5 yang berisi aquabidest. Setelah itu ambil 0,5 ml suspense tanah tadi
kemudian dimasukkan ke dalam media Czapex dox dan kemudian ambil 0,5 ml
antibiotic, menggunakan antibiotik bertujuan agar nantinya hanya bakteri yang
resisten saja yang bisa tumbuh dalam medium tersebut. Kemudian mencairkan
medium agar diatas penangas air, setelah mencair tunggu sampai agak dingin tapi
jangan kelamaan di khawatirkan agar memadat kembali. Yang pertama dimasukkan
ke dalam cawan yaitu medium agar terlebih dahulu, setelah agar tidak terlalu panas
lalu masukkan suspensi tadi, karena apabila agar kepanasan di khawatirkan bakteri
mati. Setelah dimasukkan di bungkus dengan kertas, lalu di inkubasikan pada suhu
kamar.
Pada tahap 2 alat dan bahan yang digunakan yaitu cawan petri untuk
tempat pertumbuhan bakteri, medium agar darah untuk identifikasi atau media
penyubur , lampu spiritus untuk teknik aseptis, ose untuk mengambil koloni
bakteri.
memiliki
2.
HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar udara
VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mampu melakukan berbagai tehnik mikrobiologi dalam
skrining (menananm, mengisolasi, dan memurnikan biakan, melakukan
tes terhadap kemampuan biakan terhadap antibiotik) dan mendapatkan
mikroorganisme yang resisten terhadap antibiotik.
2. Tujuan dilakukannya skrining yaitu untik menyeleksi mikroba resisten
antibiotic dan tidak resisten antibiotic.
3. Tujuan dari skrining tahap 1 untuk mendapatkan koloni bakteri.
4. Tujuan dari skrining tahap 2 untuk mengetahui bakteri tersebut
menghemolisis darah atau tidak,
5. Tujuan dari skrining tahap 3 yaitu untuk mengetahui bakteri resisten atau
tidak resisten terhadap antibiotic.
6. Penicillin merupakan antibiotic spectrum luas yang mampu menghambat
dan mematikan bakteri Gram (+) dan Gram (-), sedangkan Vancomycin
merupakan antibiotic spectrum sempit yang mampu menghambat dan
mematikan Gram (+) atau Gram (-) saja.
7. Radiasi sinar ultraviolet menyeP-kan terbentuknya dimer timin dalam
DNA, dimana dua timin yang berdekatan saling berdekatan saling
berikatan secara kovalen sehingga menghambat replikasi DNA
8. Bakteri pada sampel tanah tidak menghemolisis darah karena tidak di
temukan zona bening / jernih pada sekitar koloni bakteri, dan bakteri
tersebut resisten terhadap antibiotic Penicillin dan Vancomycin.
DAFTAR PUSTAKA
Drs, hoan Tjay Tan. 2002. Obat obat penting. Jakarta : PTELEX Media
komputindo.
Sopurto, prof Dr. Dwijo . 1998. Dasar dasar Mikrobiologi. Jakarta :
Djambatan.
Stainery, Roger akk .1987. Dunia Mikroba I. Jakarta : Bharaka Karya Askara.
Laporan Resmi
Praktikum Mikrobiologi dan Virologi
P-7
Uji Sensitifitas Mikroba Terhadap Antibiotik
(Metode Kirby Bauer)
Disusun Oleh:
Nama
NIM
: 1308010127
Golongan
: II
Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2014
P7
P-7
Uji Sensitifitas Mikroba Terhadap Antibiotik
(Metode Kirby Bauer)
I.
TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan uji sensitifitas terhadap antibiotic dengan metode Kirby
Bauer.
2. Menentukan mikroba uji termasuk sensitive atau resisten terhadap
III.
CARA KERJA
cairkan medium nutrient agar dalam erlenmeyer
Setelah agak dingin, campurkan dengan suspense bakteri uji,
homogenkan.
Tuangkan dalam cawan petri, tunggu sampai membeku
Pasang paper disk di atas permukaan agar
Tetesi dengan 10 l larutan antibiotik
Ukur diameter hambatan untuk masing masing antibiotik dengan
mikroba uji
Interpretasikan hasil dengan antibiogram
IV.
HASIL
S. Aureus
E. coli
V.
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul UJI SENSITIFITAS
tabung reaksi yang digunakan untuk tempat biakan bakteri dalam medium cair,
jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter zona hambat, lampu
spiritus yang digunakan untuk proses aseptis, erlenmeyer yang digunakan sebagai
tempat medium nutrien agar yang akan dicairkan, piper disk yang terbuat dari
kertas saring yang digunakan untuk menampung antibiotik, yang digunakan untuk
mencairkan medium nutrien agar, inkubator yang digunakan untuk menginkubasi
atau menyimpan sampel pada temperatur tertentu, pipet dan pro pipet yang
digunakan untuk mengambil cairan sesuai dengan volume yang diinginkan, pinset
yang digunakan untuk menjepit piper disk yang akan disimpan diatas permukaan
agar, gelas ukur yang digunakan untuk mengukur volume suatu bahan yang akan
digunakan, , LAF (Laminar Air Flow) yaitu digunakan sebagai ruangan untuk
pengerjaan secara eseptis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu media nutrient agar
yang sudah dicairkan dengan menggunakan waterbath, kultur E.coli dan B.Subtilis
dalam media nutrient cair berumur 24 jam, dan antibiotic.
Pertama yang harus dilakukan dalam praktikum ini yaitu terlebih dahulu
mencairkan medium nutrein agar dengan menggunakan penangas sampai benar
benar mencair. Tunggu sampai agak dingin, yaitu ketika kita memengang
tabungnya sudah tidak terlalu panas berarti sudah siap dimasukkan ke dalam
cawan petri, dan apabila terlalu panas dikhawatirkan biakkan bakteri nya akan
mati. Yang pertama dimasukkan ke dalam cawan petri yaitu suspense bakteri uji
terlebih dahulu, karena apabila medium agar terlebih dahulu di khawatirkan akan
memadat kembali sehingga ketika dicampur dengan suspense biakan bakteri tidak
akan tercampur rata. Mengambil 1 ml suspense biakan bakteri dengan
menggunakan pipet dan propipet dengan hati hati diatas lampu spiritus, untuk
menjaga agar tidak terjadinya kontaminasi. Kemudian memasukkan ke dalam
cawan petri lalu disusul dengan memasukkan medium nutrient agar ke dalam
cawan petri, lalu di goyangkan arah angka 8 beberapa kali sampai benar benar
tercampur. Setelah itu diamkan dan tunggu sampai memadat. Sesudah itu yaitu
menaruh paper disk diatas permukaan agar, kegiatan ini di lakukan di dalam LAF
(Larming Air Flow) karena dalam LAF bakteri sudah mati oleh sinar UV sehingga
steril. Pada Laminar Air Flow, terdapat 2 macam filter:
1.
2.
HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar udara
Lalu diukur lagi zona hambat vancomycin pada bakteri E.coli , hasil pada
pengukuran Vancomycin pada pengukuran atas bawah 25 mm, kanan kiri 26.1
mm, samping kanan 25.55 mm, samping kiri 25.2 mm. Rata rata diameter yaitu
25.46. Lalu 25.46 di kurangi dengan 6 mm (diameter paper disk) jadi zona
hambatnya 19.46. Jika dilihat pada tabel antibiogram yang ada. Jika terbentuk
diameter lebih dari 12 mm pada antibiotik Vancomycin itu berarti bakteri yang
diujikan tidak resisten (susceptible) terhadap antibiotic. Dapat disimpulkan bakteri
E.coli tidak resisten terhadap Vancomycin karena zona hambat lebih dari 12 mm.
Kelebihan dari metode ini yaitu metode ini mudah dilakukan karena tidak
rumit dalam pengerjaannya dan efisien karena dalam satu perbenihan agar dapat
menguji maksimal 12 macam antimikroba dan tidak membutuhkan alat dan bahan
yang banyak.
Kekurangan dari metode ini yaitu tidak dapat diketahui secra tepat tingkat
resistensi atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba.
VI.
KESIMPULAN
1. mahasiswa dapat melakukan uji sensitifitas terhadap antibiotic dengan
metode Kirby Bauer dan dapat menentukan mikroba uji termasuk
sensitive atau resisten terhadap antibiotic yang diujikan.
2. antibiotic adalah substansi yang berasal dari mikroorganisme,
melainkan semua substansi yang diketahui memiliki kemampuan
untuk
menghalangi
pertumbuhan
mikroorganisme
3. Antibiotic berspektrum
sempit
organisme
hanya
lain
mampu
khususnya
menghambat
DAFTAR PUSTAKA
Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan,
Jakarta, EGC.
Pratiwi, Sylvia ,2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.