Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

ACARA VI:
KULTUR ORGAN (ORGANOGENESIS)
OLEH:
MUHAMMAD AQSHAL
202241026
AGROTEKNOLOGI A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kultur jaringan atau bisa disebut juga dengan perbanyakan tanaman secara in
vitro, yaitu suatu budidaya tanaman yang dilakukan dalam botol-botol dengan
menggunakan media khusus dan alat-alat yang steril. Sistem perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang singkat. Tanaman baru yang dihasilkan akan mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan indukannya (Yusnita, 2013).
Media kultur jaringan biasanya ditambahkan bahan organik sebagai sumber gula,
ZPT, vitamin, dan asam amino. Senyawa organik alami banyak digunakan seperti halnya
ekstrak ragi, air kelapa, kentang, pepaya, dan pisang. Penggunaan senyawa organik alami
tersebut sebagai bahan tambahan pada media yang digunakan dalam kultur jaringan yang
dapat memberikan pertumbuhan dan morfogenesis yang lebih baik bagi planlet (Sudipta,
2013).
Teknik kultur jaringan memerlukan zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti sitokinin
dan auksin. Zat pengatur tumbuh yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman maupun
pembentukan anakan serta perpanjangan akar tergolong kedalam kelompok auksin,
diantaranya Indole Acetic Acid (IAA). Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan
dan tahap pengkulturan (Ali, 2017).
Tanaman artemisia (Artemisia annua L.) adalah salah satu tanaman bunga dari
suku kenikir-kenikiran (Asteraceae). Tanaman ini biasanya hidup di daerah subtropis
yang memiliki banyak spesies yaitu berkisar 200-400 spesies. Namun, tanaman artemisia
ini juga mampu tumbuh dengan baik dan dapat dibudidayakan di daerah beriklim tropis
yaitu dengan cara tanam pemuliaan (Gusmaini dan Nurhayati, 2017).
Artemisia tumbuh baik pada tanah berpasir atau berlempung yang memiliki
drainase baik dengan pH 5.5-8.5 (pH optimum 6- 8), dan curah hujan 700- 1000
mm/tahun (Woerdenbag, 1994 dalam Gusmaini dan Nurhayati, 2017). Artemisia berasal
dari Asia dan telah tersebar ke beberapa negara antara lain seperti Argentina, Bulgaria,
Francis, Hungaria, Rumania, Italia, Spanyol, USA dan Yugoslavia. Tanaman artemisia
telah diintroduksi dan telah dibudidayakan di India, Vietnam, Thailand, Myanmar,
Madagaskar, Malaysia, USA, Brazil, Australia dan negara- negara Eropa (Laughlin,
2018).
Tanaman artemisia sejak lama telah digunakan di China sebagai obat tradisional
untuk mengatasi penyakit. Artemisia merupakan satu-satunya jenis tanaman kenikir-
kenikiran yang mengadung artemisinin dengan kadar yang cukup tinggi di alam.
Kandungan artemisininnya bervariasi antara 0,1–1,8%. WHO telah merekomendasikan
artemisin untuk pengobatan malaria yang dikombinasikan obat lain yang disebut dengan
pengobatan Artemisinin based Combination Therapy (ACT), karena berdasarkan
penelitian sebelumnya terjadi resistensi pada Plasmodium terhadap beberapa jenis obat
malaria (Peter, 2006 dalam Nurdiani, 2017). Serta sebagai antimalaria pada Plasmodium
falciparum, meningkatkan kekebalan tubuh, dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
(Veronica, 2020).
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu dan memahami cara melakukan
kultur organ tanaman.
3. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud kultur organ?
b) Bagaimana cara dan Teknik penanaman eksplan daun artemisia kultur organ?
4. Hipotesis
Diduga mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan penanaman kultur organ.
BAB II
METODE
1. Waktu dan Tempat:
Dilaksanakan Senin, 01 April 2024 pukul 12:30, Bertempat di laboratorium
Kultur jaringan Fakultas Pertanian Universitas Muria kudus.
2. Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan pada praktikum ini yakni Laminar air flow (LAF). Bahan
yang digunakan adalah bahan-bahan kimia untuk membuat larutan stok A, B, C, dan D,
ZPT, aquades, bahan organic, agar-agar, gula, Naoh, HCL, tissue.
3. Tahap Pelaksanaan:
1. Tahap persiapan alat dan Laminar air flow (LAF)
• Sebelum digunakan LAF terlebih dahulu di bersihkan menggunakan alkohol 70 %.
• Alat-alat untuk strelisasi dan tanam eksplan seperti gagang scapel, pisau scapel, pinset
gunting, cawan petri, alumunium foil, plastik, botol selai panjang, botol selai besar
kosong dilap dengan alkohol dan dimasukkan kedalam LAF dan di UV selama 30 menit.
• Untuk alat yang ada cairannya seperti aquades steril, spirtus, alkohol tidak boleh di UV.
Fungsi UV untuk membunuh mikroorganisme dan memperkecil resiko terjadinya
kontaminasi.
• Setelah UV selesai nyalakn lampu dan kipasnya. Kemudian nyalakan Bunsen dan
masukkan semua bahan untuk proses sterilisasi eksplan.
• Setiap alat yang akan masuk ke LAF di lap menggunakan alkohol 70 %.

2. Tahapan sterilisasi eksplan :


• Bahan eksplan yang sudah di pilih dicuci dengan air bersih mengalir dengan hati-hati,
kemudian masukkan kedalam botol steril, masukkan aquades steril kemudian kocok
botol pelan-pelan sampai eksplan didalam botol terkena aquades semua, buang aquades,
kemudian botol ditutup rapat.
• Eksplan yang sudah siap di sterilisasi dimasukkan kedalam LAF, sebelum masuk LAF
botol di lap dengan alkohol.
• Buka tutup botol, panaskan mulut botol dan tutup botol pada api Bunsen, tuangkan
alkohol 75 % pada botol dengan hati-hati sampai eksplan terendam alkohol semua, kocok
botol dengan hati-hati sampai 1 menit, setelah 1 menit alkohol di buang pada tempat
yang sudah disediakan, botol ditutup kembali. Botol tidak boleh dipanaskan.
• Buka tutup botol, tuangkan klorok 50 % sampai semua eksplan terendam, botol ditutup.
Kocok botol dengan hati-hati selama 5 menit. Setelah 5 menit, buang klorok pada tempat
yang sudah disediakan.
• Buka tutup botol, tuangkan alkohol 75% kedalam botol sampai eksplan terendam. Kocok
dengan hati-hati selama 30 detik. Setelah 30 detik, alkohol di buang. Tutup kembali
botol.
• Terakhir pembilasan dengan aquadest steril selama 5 menit sebanyak 3 kali. Buka tutup
botol, tuangkan aquadest steril sampai eksplan terendam.
• Kocok selama 5 menit. Setelah 5 menit buang aquades, panaskan mulut botol dengan api
Bunsen secara merata. Tutup kembali botol. Ulangi langkah tersebut sebanyak 3 kali.
Setiap botol dibuka, mulut botol dan tutup botol dipanaskan dengan api Bunsen. Kecuali,
botol tersebut bekas terkena alkohol.

3. Tahap penanaman eksplan :


• Botol media tanam sebelum masuk LAF di lap dengan alkohol 70%. Di letak berada
pada sisi kanan maupun kiri LAF
• Pinset panjang dan pisau scapel dipanaskan dengan api bunsen. Kemudian setelah
dipanaskan masukkan kedalam botol selai panjang yang berisi alkohol 70 %. Sebelum
dimasukkan kedalam alkohol dipastikan pinset dan pisau scapel tidak ada apinya.
• Buka cawan petri dekat dengan api Bunsen. Tuangkan sedikit aquades steril. Ambil
eksplan dengan pinset yang ada pada botol. Kemudian letakkan eksplan pada cawan
petri. Potong eksplan secara seragam dengan bantuan pisau scapel dan pinset. Setelah
selesai pemotongan tutup kembali cawan petri. Pinset dan pisau scapel dipanaskan
dengan api Bunsen. Kemudian masukkan kedalam botol panjang yang berisi alkohol.
• Buka alumunium foil pada botol media dengan hati-hati. Panaskan mulut botol dan
alumunium foil. Alumunium foil diletak kan pada sisi kanan atau kiri api Bunsen. Mulut
botol media tanam dekatkan pada api Bunsen. Ambil pinset dan panaskan dengan hati-
hati. Buka cawan petri. Sentuhkan pinset dengan aquades yang berada dalam pinset agar
eksplan tidak gosong terkena pinset yang panas. Ambil eksplan dengan pinset masukkan
eksplan kedalam botol media dengan hati-hati. Letakkan eksplan hingga menempel pada
media. Eksplan tidak boleh terkena mulut botol agar tetap steril. Pada saat memasukkan
eksplan kedalam botol jangan terlalu dekat dengan api, dikarenakan dapat
mengakibatkan eksplan gosong dan mati.
• Mulut botol dan pinset dipanaskan. Pinset diletakkan pada botol panjang yang berisi
alkohol. Alumunium foil dipanaskan. Tutup kembali botol dengan alumunium foil. Jika
terdapat alumuium foil sobek, alumunium foil yang sobek tetep dipakai kemudian di
double dengan alumunium foil steril yang baru.
• Botol yang sudah ditutup kembali ditutup lagi dengan plastik steril dan diikat dengan
karet steril. Hal ini berguna pada saat pemeliharaan terkadang alumunium terdapat
lobang kecil yang dapat mengakibatkan terkontaminasinya media.

4. Pemeliharaan
• Botol media yang sudah ditanami eksplan kemudian di letakkan pada rak kultur. Yang
sebelumnya sudah dibersihkan dan dilap dengan alkohol 70%.
• Kemudian di beri penyinaran lampu TL 20 watt. Penyinaran di setting secara otomatis
oleh timer selama 12 jam dari jam 07.00-19.00 WIB.
• Pemeliharaan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan menyemprot botol dan rak dengan
alkohol 70%.
• pemeliharaan mingguan ruangan disemprot dengan formalin. Apabila terdapat botol
yang terkontaminasi segara di pisahkan dan dikeluarkan dari ruangan untuk menghindari
penyebaran kontaminasi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dokumentasi

Proses penanaman kultur organ eksplan daun artemisia.


2. Pembahasan
Kultur organ adalah istilah umum yang digunakan untuk jenis kultur di mana bentuk
pertumbuhan yang terorganisasi dapat terus dipertahankan. Kultur ini timbul dari
pertumbuhan organ tumbuhan kecil yang tidak terkoordinasi serta tidak teratur, potongan
jaringan tumbuhan, atau sel yang dikultur sebelumnya. Kultur ini diambil dari populasi
sel tumbuhan dan rumput sel kecil, kemudian disebar dalam media aerasi serta media
cair. Merupakan kultur sel tumbuhan yang telah diisolasi tanpa dinding sel.
Botol media tanam sebelum masuk LAF di lap dengan alkohol 70%. Di letak berada
pada sisi kanan maupun kiri LAF. Pinset panjang dan pisau scapel dipanaskan dengan
api bunsen. Kemudian setelah dipanaskan masukkan kedalam botol selai panjang yang
berisi alkohol 70 %. Sebelum dimasukkan kedalam alkohol dipastikan pinset dan pisau
scapel tidak ada apinya. Buka cawan petri dekat dengan api Bunsen. Tuangkan sedikit
aquades steril. Ambil eksplan dengan pinset yang ada pada botol. Kemudian letakkan
eksplan pada cawan petri.
Potong eksplan secara seragam dengan bantuan pisau scapel dan pinset. Setelah
selesai pemotongan tutup kembali cawan petri. Pinset dan pisau scapel dipanaskan
dengan api Bunsen. Kemudian masukkan kedalam botol panjang yang berisi alkohol.
Buka alumunium foil pada botol media dengan hati-hati. Panaskan mulut botol dan
alumunium foil. Alumunium foil diletak kan pada sisi kanan atau kiri api Bunsen. Mulut
botol media tanam dekatkan pada api Bunsen. Ambil pinset dan panaskan dengan hati-
hati. Buka cawan petri. Sentuhkan pinset dengan aquades yang berada dalam pinset agar
eksplan tidak gosong terkena pinset yang panas.
Ambil eksplan dengan pinset masukkan eksplan kedalam botol media dengan hati-
hati. Letakkan eksplan hingga menempel pada media. Eksplan tidak boleh terkena mulut
botol agar tetap steril. Pada saat memasukkan eksplan kedalam botol jangan terlalu dekat
dengan api, dikarenakan dapat mengakibatkan eksplan gosong dan mati. Mulut botol dan
pinset dipanaskan. Pinset diletakkan pada botol panjang yang berisi alkohol. Alumunium
foil dipanaskan. Tutup kembali botol dengan alumunium foil. Jika terdapat alumuium
foil sobek, alumunium foil yang sobek diganti dengan alumunium foil steril yang baru.
Botol yang sudah ditutup kembali ditutup lagi dengan plastik steril dan diikat dengan
karet steril. Hal ini berguna pada saat pemeliharaan terkadang alumunium terdapat
lobang kecil yang dapat mengakibatkan terkontaminasinya media.
Sterilisasi eksplan pada umumnya menggunakan senyawa kimiawi. Ada banyak
jenis senyawa disinfektan yang dapat digunakan sebagai bahan sterilisasi. Senyawa-
senyawa dasar umum yang sering digunakan antara lain NaOCl, CaOCl2, dan etanol
(Hapsoro & Yusnita, 2018).
NaOCl dapat digunakan dari senyawa pencuci lantai yang telah dilarutkan. Beberapa
antibiotik bahkan digunakan untuk membantu membasmi kontaminan bakteri. Beberapa
diantaranya yaitu bavistin dan streptomisin (Dangash, 2015) serta cetrimide (Pandey,
2016). Untuk tujuan penghematan, biasanya penggunaan antibiotik juga dapat digantikan
dengan larutan sabun. hal ini pernah dicobakan dalam prosedur yang disarankan oleh
(Gopinath, 2014).
KESIMPULAN
Cara mengolah eksplan daun Artemisia untuk kegunaan melalui kultur in vitro dapat
dilakukan dengan berbagai metode, seperti induksi kalus, pembentukan akar rambut, dan
pengolahan kalus. Metode ini dapat digunakan untuk perbaikan sifat agronomis Artemisia
dan memperbaiki kadar artemisinin dalam tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, B., Al-Wabel, N.A., Shams, S., Ahamad, A., Khan, S.A. and Anwar, F. ( 2017) Essential
oils used in aromatherapy: a systemic review. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine, 5, 601–611.
Dangash A, Ram M, Niranjan R, Bharillya A, Misra H, Pandya N, & Jain DC. 2015. In vitro
selection and hormonal regulation in cell culture of Artemisia annua L. Plant. JSM
Cell & Developmental Biology 3(1):1013.
Gopinath B, Gandhi K, & Saravanan S. 2014. In vitro propagation of an important medicinal
plant Artemisia annua L. from axillary bud explants. Advances in Applied Science
Research 5(1):254-258.
Gusmaini, G. dan H. Nurhayati. 2017. Potensi Pengembangan Budidaya Artemisia annua L.
Di Indonesia. Perspektif. 6 (2) : 57-67.
Hapsoro D & Yusnita. 2018. Kultur Jaringan – Teori dan Praktik. Yogyakarta. Penerbit
Andi.
K. M. Sudipta, M. Swamy Kumara, and M. Anuradha, “Influence of various carbon sources
and organic additives on in vitro growth and morphogenesis of Leptadenia reticulata
(Wight & Arn), a valuable medicinal plant of india,” Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.,
vol. 21, no. 2, pp. 174–179, 2013.
Laughlin, J.C. 2018. The Effect of Band Placed Nitrogen and Phosphorus Fertilizer on The
Yield of Poppies (Papaver somniferum L.) Grown on Krasnozem Soil. Acta
Horticulturae. 73: 165–172.
Nurdiani, R., Vasiljevic, T., Yeager, T., Singh, T. K., & Donkor, O. N. (2017). Bioactive
peptides with radical scavenging and cancer cell cytotoxic activities derived from
Flathead (Platycephalus fuscus) by-products. European Food Research and
Technology, 243, 627-637.
Pandey N, Meena RP, Rai SK, Pandey-Rai S. 2016. In vitro generation of high artemisinin
yielding salt tolerant somaclonal variant and development of SCAR marker in
Artemisia annua L. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 127:301-314.
Veronica, E., I. Amelia, K.A. Yunatan, N.K.S.D. Chrismayanti dan A.N. Mahendra .2020.
Potensi Kombinasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oliefera) dan Artemisia (Artemisia
annua) sebagai Antimalaria Plasmodium falciparum. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada. 9(2).
Yusnita, “Kultur Jaringan: Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien, 5, 56-62,” in PT
Agromedia Pustaka: Jakarta, 2013.

Anda mungkin juga menyukai