Anda di halaman 1dari 2

Topik 2.

PERBANYAKAN CEPAT TANAMAN DENGAN TEKNIK KULTUR


JARINGAN

Pendahuluan
Metode kultur jaringan digunakan untuk menumbuhkan dan memperbanyak protoplas,
sel, jaringan dan organ dalam media tumbuh sintetik dan aseptik sehingga tumbuh menjadi
tanamann sempurna. Metode ini berkembang sejak tahun 1900an dengan didasari oleh teori
Totipotensi sel`oleh Scleiden dan Schwan yang menyatakan bahwa setiap sel memiliki potensi
genetik yang sama untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman sempurna. Teori
totipotensi menyatakan bahwa setiap sel punya kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
menjadi individu baru. Jadi jika kita menanam satu sel maka sel itu akan tumbuh menjadi
tanaman baru. Organ, jaringan, sel dan protoplas yang ditanam dapat berasal dari organ
vegetatif maupun organ generatif dari suatu spesies.
Perbanyakan dengan metode kultur jaringan atau disebut juga dengan in vitro culture
sudah menjadi teknik perbanyakan vegetatif dan banyak digunakan untuk penyediaan benih
dalam jumlah banyak, seragam secara genetik, bebas patogen terutama bakteri dan cendawan,
dan dalam waktu singkat. Bibit yang dihasilkan dengan perlakuan khusus juga dapat dibuat
bebas virus. Selain dapat diterapakan untuk tanaman hortikultura semusim, saat ini juga
digunakan untuk perbanyakan tanaman tahunan seperti tanaman kehutanan yaitu jati, Akasia,
Eucalyptus, Gaharu, Kelapa sawit, Cendana, Meranti, dan lain-lain. Tanaman-tanaman ini
relatif sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional. Karena pelaksanaannya di
laboratorium, maka perbanyakan dengan metode kultur jaringan dapat dilakukan kapan saja
tanpa bergantung musim, dan bahan tanaman yang digunakan sebagai bahan perbanyakan
sedikit sehingga tidak merusak tanaman induk.
Perbanyakan tanaman memerlukan media dengan komposisi berbeda-beda terutama
pada komposisi zat pengatur tumbuh (hormon). Komposisi hormon tumbuh yang tepat akan
memberikan hasil perbanyakan yang maksimal dengan kualitas bibit yang tinggi. Hormon
tumbuh yang banyak dipergunakan adalah dari kelompok sitokinin seperti : Kinetin, Benzil
Amino Purin (BAP), Benzil Adenin (BA), Zeatin, 2-iP, CPPU, Thidiazuron. Kelompok
auksin : IAA (3-indolacetic acid), IBA (indole 3-butyric acid), NAA (1 Napthalene acetic acid),
2.4D, 2.3.5.T.

Bahan
Jenis tanaman yang akan diperbanyak adalah
• Tanaman pangan : Kentang
• Tanaman hias : Krisantimum
• Tanaman obat dan penyegar: stevia, nilam, mentha
• Tanaman kehutanan : Albizia sp
Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman in vitro yang aseptik. Media perbanyakan yang
digunakan:
• MS0 (MS tanpa zat pengatur tumbuh) + 4 mg/l CaP (Calsium Pantotenat)

Bahan yang digunakan : alkohol 96% dan 70 %., spiritus. Alkohol 70% digunakan untuk
mensterilisasi Laminar Air Flow cabinet, alkohol 96% digunakan untuk mensterilkan alat-alat
tanam dan digunakan sebagai bahan bakar untuk bunsen

Alat
Petridish / cawan Petri, scalpel, pinset, gunting, lampu Bunsen, handsprayer, tissue,
masker. Alat-alat tanam (pinset, scalpel, petridish/cawan Petri, gunting) tersebut disterilkan
dalam autoclave selama 30 menit, pada suhu 1210C, dan tekanan 0.175 bar.

Prosedur kerja
Perbanyakan menggunakan eksplan buku tunggal (single node) yang mengandung mata
tunas aksilar, dan mata tunas apical seperti pada tanaman krisantimum, Albizia dan kentang,
mentha, stevia, nilam.

Langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:


1. Nyalakan blower dari kotak pindah (Laminar Air Flow Cabinet) terlebih dahulu kemudian
ruangan laminar disemprotkan dengan alkohol 70% pada bagian dalamnya lalu dikeringkan
dengan tissue.
2. Masukkan alat-alat, botol berisi media, dan bahan tanaman ke dalam kotak pindah dengan
cara menyemprotkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
3. Nyalakan bunsen dan bakar diatas api bunsen alat-alat tanam (gunting, pinset, scalpel) pada
bagian ujungnya sekitar 1 menit kemudian didinginkan dengan meletakkan pada cawan
petri. Alat-alat tanam ini selalu dipanaskan setiap kali akan dipakai untuk menghindari
kontaminasi.
4. Bahan planlet dikeluarkan dari botol dan dipotong pada bagian batang 2 buku dari pangkal
batang dekat akar.
5. Tunas ini selanjutnya dipotong-potong dengan gunting menjadi stek buku tunggal dengan
satu mata tunas aksilar atau mata tunas apikal. Bagian tunas apikal juga dipakai sebagai
eksplan.
6. Tanaman krisantimum, kentang, nilam, mentha, stevia dan Albizia ditanam 5 stek per
botol. Eksplan tersebut ditanam dalam posisi tidur kecuali pucuk.
7. Botol yang telah ditanami dengan eksplan selanjutnya ditutup dengan plastik serta diikat
dengan karet. Pada setiap tutup botol diberi tanggal tanam, jenis tanaman, dan kelompok
praktikum, selanjutnya diberi plastik wrap.
8. Simpan kultur pada rak kultur dengan penyinaran ± 1000 lux, dan suhu ruangan sekitar 20
± 2oC.

Catatan :
• Sub kultur yaitu penanaman ke dalam media baru dengan pemotongan bagian tanaman
menjadi stek buku tunggal atau tunas. Subkultur seperti ini dapat dilakukan setiap 4 minggu
untuk kentang dan krisantimum; setiap 6-8 minggu untuk tanaman stevia, nilam ,
mentha.dan Albizia.

Pengamatan
1. Jumlah eksplan yang terkontaminasi
2. Saat terbentuk tunas baru
3. Jumlah buku tunas baru yang dihasilkan untuk tanaman krisantimum, kentang dan Albizia
4. Jumlah akar yang terbentuk untuk tanaman kentang, krisantimum, dan Albizia
5. Hitung jumlah bibit yang mungkin dihasilkan dalam satu tahun bila dilakukan subkultur
setiap 4 minggu untuk kentang, krisantimum dan Albizia.

Anda mungkin juga menyukai