Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CAMPAK

(DEWASA)

DisusunOleh :
1. Nur Afandi
2. Masrifah
3. Tutuk Nurwahyuni
4. Harmaniati
5. Citra Dwi Yuliana
6. Mochamad Cholid Hanafi
7. Nur Heppy Fauzia
8. Elisabect Simarmata

131511123043
131511123045
131511123047
131511123049
131511123051
131511123053
131511123055
131511123057

PROGRAM STUDY S1 PENDIDIKAN NERS ALIH JENIS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Morbili (campak) adalah penyakit menular yang ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi ke orang lain yang rentan (Brunner & Suddart, vol 3, 2001).
Selama ini penyakit campak apabila tidak ditindaklanjutkan dalam keperawatannya maka

akan mengakibatkankomplikasi dalam tubuh, sehingga peranan keperawatan dalam


penanggulangan morbili di RS penting untuk mengurangi resiko penderita penyakit.
Peran perawat adalah mengatasi penyakit morbili dengan promotif, preventif,
kreatif dan rehabilitative. Promotif adalah member penyuluhan kesehatan di masyarakat
tentang penyakit morbili dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah
terjadinya morbili adalah merubah kebiasaan sehari-hari yaitu menjaga kebersihan
lingkungan, pola hidup sehat.
Masa tunas atau inkubasi penyakit morbili berlangsung kurang lebih dri 10-20
hari da kemudian timbul gejala-gejala. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik
untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden
campak cenderung turun pada semua umur. Saat ini programpemberantasan penyakit
campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak,
menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah
tahap eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya
adalah manusia.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah Apakah yang
dimaksud dengan dan Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Morbili?

C.Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan malah ini adalah:
1. Mengetahui Pengertian dari Morbili
2. Mengetahui Etiologi dari Morbili
3. Mengetahui Patofisiologi dari Morbili
4. Mengetahui Tanda dan gejala dari Morbili
5. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik pada Morbili
6. Mengetahui Komplikasi pada Morbili

7. Mengetahui Pencegahan dari Morbili


8. Mengetahui Penatalaksanaan pada Morbili
9. Mengetahui Askep pada pasien anak dengan Morbili

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Campak disebut juga Morbili. Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular
yang disebabkan oleh infeksi virus. (Nanda 2015). Campak merupakan penyakit yang
sangat menular terutama menyerang anak-anak, walaupun pada beberapa kasus juga
dapat menyerang orang dewasa.
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 C atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Penyakit Campak adalah penyakit menular akut yang disebabkan virus Campak/
Rubella. Campak adalah penyakit infeksi menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara
droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus ini terdapat dalam darah, air seni, dan

cairan pada tenggorokan. Itulah yang membuat campak ditularkan melalui pernapasan,
percikan cairan hidung ataupun ludah.
B. Etiologi
Virus campak termasuk dalam golongan paramyxovirus, penyebabnya ialah virus
morbili yang penularan secara droplet melalui udara sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala
klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan
infeksi. Virus campak tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila diluar tubuh manusia
keberadaannya tidak kekal, pada temperatur kamar akan kehilangan 60% sifat
efektivitasnya setelah 3-5 hari. Pada suhu 37 C waktu paruh usianya 2 jam. Sebaliknya
virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin dan pada -70 C dengan media protein
dapat hidup selama 5,5 tahun. Virus tidak aktif dalam pH rendah. (Sumarmo, 2002)
C. Patosiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan
virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah,
yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus
secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang
terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu
( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus
dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid.
Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin
menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan
ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16
hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa
hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah deteksi antibody
campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke
dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa
pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh
bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis,
otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.

Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis


dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalogra di puncak serangan penyakit.
Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa
hari setelah serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody
berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik
autoimun. Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa
tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih
lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis.
SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya.
Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh
karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang
menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur
hidupnya.
D. Manifestasi Klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat
jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadangkadang terdapat macula halus yang
kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis
dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai inuenza dan sering
didiagnosis sebagai inuenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2
minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya

eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula
terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas
lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah
pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula
terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari
campak yang biasa ini adalah black measles yaitu campak yang disertai perdarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang

meninggalkan

bekas

yang

berwarna

lebih

tua

( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada
anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan
gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal
kecuali bila ada komplikasi.
E. Komplikasi
Otitis media akut Pneumonia / bronkopneumoni Encefalitis Bronkiolitis Laringitis
obstruksi dan laringotrakkhetis.
F. Penatalaksanaan
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan
humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik
mempertahanakan suhu ruangan yang hangat. Penatalaksanaan Teraupetik
Pemberian vitamin A Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik
Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi Pemberian obat batuk dan
sedativum.
G. Pemeriksaan Penunjang
Serologi pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah ksasi complement,
inhibisi hemaglutinasi, metode antibody uoresensi tidaklangsung.

Patologi anatomi Pada organ limfoid dijumpai : hyperplasia folikuler yang nyata,
senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinolik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrol, neovaskularisasi. Darah tepi Jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibody IgM anti
campak. Pemeriksaan untuk komplikasi
- Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
-

elektrolit darah dan analisis gas darah )


Gastron enteritis ( feces lengkap)
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Anamnesea
a. Identitas penderita
Meliputi nama pasien, umur dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami
penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis
b. Keluhan utama
Pasien masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang
telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan tentang kapan
timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan
pasien campak.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah pasien belum mendapatkan vaksinasi campak.
f. Riwayat imunisasi
Riwayat pemberian imunisasi campak.
g. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg /hari. Untuk pertambahan berat badan
ideal menggunakan rumus 8 + 2n. Status Gizi, Klasikasinya sebagai berikut : Gizi
buruk kurang dari 60% Gizi kurang 60 % - <80 % Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
Pemeriksaan sik ( had to toe )

a. Status kesehatan umum


Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda
vital.
b. Kepala dan leher
Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia,
adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di
sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
c. Mulut
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah,
enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus
digestivus.
d. Toraks
Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada
hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai
inuenza. Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit. Auskultasi Bising usus. Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan
f. Kulit
Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik. Palpasi : Turgor kulit
menurun.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya peningkatan sekret.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash/ruam.
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
C. Perencanaan
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya peningkatan sekret.

Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan


jalan nafas efektif.
NOC

: Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan.
dyspnen.
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mencegah dan mengidentikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Selalu menunjukkan
NIC

: Air way management

Intervensi :
a.

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b.

Identikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan

c.

Lakukan sioterapi dada jika perlu

d.

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e.

Monitor status respirasi dan O2.

2.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ruam

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan


kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
NOC

: Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi.
b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
Indikator
NIC : Pressure Management
Intervensi :
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b.

Hindari kerutan pada tempat tidur

c.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d.

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

e.

Monitor kulit adanya kemerahan

f.

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

g.

Monitor status nutrisi pasien

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan
( diare)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dapat


terpenuhi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :
1.
2.
3.
4.

Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan


Tekan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.

NIC : Fluid Mmanagement


1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
3.
4.
5.
6.

ortoststik).
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan atau cairan
Kolaborasikan cairan IV
Berikan cairan IV pada suhu ruangan

4.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
nyeri dapat teratasi/hilang.
NOC

Pain Level

Kriteria Hasil

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

NIC

: Management pain

Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi
d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyer
f. Tingkatkan istirahat

BAB IV
STUDI KASUS
A. Studi Kasus
Ny.C usia 30 tahun datang ke RS dr.Soetomo dengan keluhan timbul kemerahan
di belakang telinga sepanjang rambut dan punggung belakang dan terasa nyeri , disertai
timbul merah di dalam mulut. Ny.C mengatakan keluhan itu timbul sejak 1 minggu yang
lalu sampai sekarang. Selain itu Ny.C juga mengeluh batuk pilek yang tidak sembuh
disertai diare. Pasien mengatakan selama ini belum pernah mendapatkan imunisasi
campak. Keadaan umum pasien saat datang ke rumah sakit TD: 110/60 mmHg,
N:100x/mnt, RR: 32 x/mnt, T: 39 C, turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, dan
pasien mengatakan sering merasa haus. Pada hasil pemeriksaan Laboratorium didapatkan
leukosit : 16.000 mmm/3 dan trombosit : 95.000 mmm/3
B. Pengkajian
1.Identitas penderita
Nama

:Ny.C

Umur
Suku bangsa
No register
Tanggal MRS
Diagnosa medis

:30 Tahun
:Jawa
:60001
: 10 September 2015
:Campak

2.Keluhan utama
Pasien mengeluh timbul kemerahan di telinga sepanjang rambut dan punggung
belakang dan terasa nyeri , disertai timbul merah di dalam mulut belakang telinga.
3.Riwayat kesehatan sekarang
Ny.C mengatakan keluhan itu timbul sejak 1 minggu yang lalu sampai sekarangdi
sertai dengan batuk pilek dan diare.
4.Riwayat kesehatan dahulu
Pasien belum pernah mendapatkan vaksinasi campak

5. Riwayat kesehatan keluarga


Menurut pasien dari keluarga belum pernah ada yang menderita sakit campak
7. Riwayat imunisasi
Pasien belum pernah mendapatkan imunisasi
8. Riwayat nutrisi
Untuk riwayat nutrisi pasien tidak mengalami masalah, makan 3x sehari dengan porsi
cukup, nafsu makan tdk menurun
Pemeriksaan sik ( had to toe )
a.Status kesehatan umum
TD: 110/60 mmHg,
N:100x/mnt,
RR: 32 x/mnt,
T: 39 C
b.Kepala dan leher
Timbul kemerahan di belakang telinga sepanjang rambut dan punggung belakang
c. Mulut
Inspeksi ada bercak (enamtema) di palatumdurum dan palatum mole, mukosa
bibir kering
d. Toraks
Inspeksi : Adanya batuk disertai sekret
Palpasi:Tdk ada massa
Perkusi:Pekak
Auskultsi: Ronchi (+)
e.Abdomen
Inspeksi : tidak distanded
Palpasi :tdk ada pembengkakan

Perkusi:Kembung (+)
Auskultasi: Bising usus meningkat
f.Kulit
Inspeksi : Eritema pada kulit terutama punggung belakang
Palpasi : Turgor tidak elastis
C. Analisa Data
No
1.

Data
DS:

Etilogi

Masalah

Inflamasi

Nyeri akut

Peningkatan
sekret

Ketidakefektifa
n bersihan
Jalan nafas

- Klien mengatakan
nyeri
DO:
- Skala nyeri 5-6
- TTV:
o N : 100x/i
-Laborat:
Leokosit = 16.000/mm3
Trombosit :
95.000/mm3

2..

DS:
- Klien mengatakan
batuk pilek
DO:
- Klien tampak kesulitan

bernapas
- TTV:
o N : 118 x/mnt
o RR : 32x /mnt
- Takipnea (+)
- Pernafasan dangkal
- Perkusi paru pekak
- Bunyi nafas Ronchi
(+)

3.

DS: Pasien mengatakan


sering haus

Out put yang


berlebihan

Ketidak
seimbangan
cairan dan
elektrolit

Rash/Ruam

Kerusakan
intregitas kulit

DO:
- mukosa mulut kering
- S:39 C
- Turgor kulit tdk elastis

DS:Pasien mengatakan
gatal
DO:
- Eritema pada kulit

terutama punggung belakan

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adana peningkatan sekret
3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash/ ruam

E. Perencanaan
1.Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan


nyeri dapat teratasi/hilang.
NOC

Pain Level

Kriteria Hasil

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC

: Management pain

Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Ajarkan teatang teknik nonfamakologi
d. Kaji tipe dan untuk menentukan intervensi
e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyer
f. Tingkatkan istirahat

2.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekret.

Tujuan : Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan


jalan nafas efektif.
NOC

: Respiratory status : Ventilation

Kriteria Hasil

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara, nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan.
dyspnen.
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten
c. Mampu mencegah dan mengidentikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas.
Selalu menunjukkan
NIC

: Air way management

Intervensi :
a.

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b.

Identikasi pasien perlunya pemasangan alai jalan nafas buatan

c.

Lakukan sioterapi dada jika perlu

d.

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e.

Monitor status respirasi dan O2.

3. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan
( diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dapat
terpenuhi
NOC : Fluid Balance
Kriteria Hasil :

a.
b.
c.
d.

Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan


Tekan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.

NIC : Fluid Mmanagement


1.Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2.Monitor status hidrasi (Kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortoststik).
3.Monitor vital sign
4.Monitor masukan makanan atau cairan
5.Kolaborasikan cairan IV
6.Berikan cairan IV pada suhu ruangan

4.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash/ ruam


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
NOC

: Tissue integrity : Skin and mucous membranes

Kriteria Hasil

a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,


hidrasi, pigmentasi.
b. Tidak ada luka, atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami. Indikator
NIC : Pressure Management

Intervensi :
a. Anjurkan pasien untak menggunakan pakaian yang longgar.
b.

Hindari kerutan pada tempat tidur

c.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

d.

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

e.

Monitor kulit adanya kemerahan

f.

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

g.

Monitor status nutrisi pasien

F.Implementasi dan Evaluasi


Waktu
10
september

Diagnosa keperawatan

Tindakan

Evaluasi

2015
09.00

1.Nyeri akut b/d


inflamasi

09.30

-Melakukan pengkajian nyeri


secara berkala

S:Pasien mengatakan
nyeri berkurang

-Memberikan analgesik untuk


memberikan nyeri

O:

-Memberikan posisi nyaman


sesuai pasien
-Mengajarkan teknik relaksasi
dan distraksi

12.00

-Menganjurkan untuk istirahat

skala nyeri 3-4


N:88x/mnt
TD:100/60 mmHg
A:Masalah nyeri
teratasi sebagian
P: Lanjutkan
Intervensi 1,2,4

09.00
2.Bersihan Jalan Nafas
tdk efektif b/d
peningkatan sekret

Memberikan posisi pasien


Semi fowler
Melakukan fisioterapi dada
Mengajarka batuk efektif
Memonitor status respirasi dan
O2

S: pasien mengatakan
batuk berkurang
O:
RR:28 x/mnt
Ronchi berkurang
A:Masalah bersihan
jalan nafas teratasi
sebagian

10.00
-Memonitor status hidrasi
3.Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit b/d
output yang berlebihan

-Memonitor masukan makanan


dan cairan
-Memonitor vital sign
-Berkolaborasi dg tim medis
dalam pemberian cairan IV

P:Lanjutkan
Intervensi:3 ,4 dan 5
S:Pasien mengatakan
masih diare
O:
-mukosa bibir masih
kering
-diare 3-4 x/hari
-turgor kulit tdk elastis

P:Lanjutkan semua
intervensi
10.15

4.Kerusakan Intregitas
kulit b/d rash/ruam

Menganjurkan pasien untuk


memakai baju yang longgar
Menganjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan kulit.
Monitor kulit adanya
kemerahan

S:pasien mengatakan
gatal berkurang
O:
Kemerahan dikulit
berkurang
A:Kerusakan
integritas kulit teratasi
sebagian
P:Lanjutkan Intervensi
5 dan 6

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 C atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah. Keluhan yang umum muncul
adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh
tubuh. Selainitu, timbul gejala seperti u disetai mata berair dan kemerahan
( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit
akan tampak seperti bersisik. Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit
campak ( pada kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi
yang berbahaya. Namun, bila pasien dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat
menyebebkan kematian. Pengobatan pada pasien dengan campak dapat dilakukan secara
simtomatik yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang
timbul.
D. Saran Perawat
Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua
perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit sehingga
pasien secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik.

WEB OF CAUTION CAMPAK (MORBILI)

Paramyxovirida
e morbili virus

Masuk
saluran

Mengendap
pada organ

kulit

Saluran cerna
limfoid

Epitel saluran
nafas

hiperflasi
jaringan

Ditangkap
oleh
makrofrag
Menyebar ke
kelenjar limfa

Mengalami
replikasi

Virus dilepas
kedalam aliran
darah ( viremia
primer)
Nyer
i

Poliferasi sel
endotel kapiler
dalam korium

Eksudasi
serum atau
eritrosit dalam

Penurunan
fungsi silia

Iritasi
mukosa usus

Peningkatan
sekret

Sekret
meningkatkan

Reflek

Ruam

Gangguan
integritas kulit

Ketidakefektifa
n bersihan

Peristaltik
meningkat

Diare

Dehidras
i
Kekurangan
volume

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilyin. 2013. Rencana Asuhan keperawatan. Jakarta : EGC


Nurarif, Amin Huda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA.
Jogjakarta. Mediaction.
Suddart & Brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC
Sumarmo, Heri, 2002. Buku Ajar Infeksi dan Pediatric Tropis. Edisi ke-2. IDAI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai