Anda di halaman 1dari 10

PENUNTUN PRAKTIKUM

ANALISA ZAT GIZI


SEMESTER GENAP T.A 2015/2016

NAMA
: .............................................
.....
NIM
: .............................................
.....
KELAS/KELOMPOK
: .............................................
.....

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


BRAWIJAYA
MALANG
2016

Analisis Vitamin
Tujuan:
1. Mengenalkan metode penetapan kadar vitamin C
2. Menunjukkan pengaruh pengolahan terhadap kadar vitamin C
Bahan :
1. Amilum
2. Yodium standart 0,01 N
3. Sampel pengujian
Alat :
1. Timbangan analitik
2. Blender
3. Gelas arloji
4. Erlenmeyer 125 mL
5. Beaker glass
6. Buret dan statif
7. Kertas saring
Bahan :
1. Minuman Kemasan Botol Sari Buah
2. Minuman Serbuk Sari Buah

Langkah Kerja
1. Untuk sampel cair : timbang bahan cair pada wadah sebanyak 1-5
gr
Untuk sampel padat :
timbang bahan padat sebanyak 100 gr dan hancurkan dalam

blender sampai diperoleh slurry.


timbang 1-5 gr slurry, masukkan ke dalam labu takar 100 mL
dan tambahkan aquades sampai tanda. Homogenkan. Saring
dengan kertas saring atau sentrifus untuk memisahkan

filtratnya
2. Ambil 10 mL filtrat dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.
Tambahkan 1 % larutan amilum sebanyak 2 mL (soluble starch)
dan aquades sebanyak 20 mL
3. Titrasi campuran dengan 0,01 N standar yodium
4. Hentikan titrasi jika terjadi perubahan warna abu-abu muda
5. Nilai yang terukur merupakan kadar vitamin C total (asam
askorbat dan asam dehidroaskorbat)
6. Perhitungan :
1 mL 0,01 N Yodium = 0,88 mg asam askorbat
Standarisasi I2 0,01 N dengan asam askorbat (10 mg
diencerkan dalam aquades 50 mL) lalu ditambahkan 2 mL
amilum 1 %

Rumus Perhitungan :
% vit C (a) V=titrasi x fk x V filtrat x fp x
100 %
W sampel
(mg)

= a x 103 mg / 100 g
Faktor konversi (fk) = 10 mg / vol titrasi I2

Format Laporan :
Judul Pratikum (disertai namam penyusun, NIM, kelas/gelombang,
kelompok/meja)
Bab 1. Pendahuluan, Tujuan
Bab 2. Latar Belakang
Bab 3. Metode (Alat & Bahan, Metode Praktikum)
Bab 4. Pembahasan (Analisa Prosedur, Analisa Hasil)
Bab 5. Kesimpulan
Bab 6. Daftar Pustaka

Analisis Kadar Air


Tujuan:
1. Mengetahui prinsip dasar analisis kadar air metode oven kering
2. Mampu menghitung kadar air bahan pangan hasil analisis kadar air
metode oven kering
Alat :
1. Oven dengan kisaran suhu 100oC 105C
2. Cawan petri (bisa berbahan kaca, stainless steel, alumunium, nikel atau
porselen). Gunakan cawan lengkap dengan tutupnya. Untuk bahan
memberi efek korosif , sebaiknya tidak menggunakan cawan logam
3. Desikator (yang berisi bahan pengering fosfor pentoksida kering, kalsium
klorida atau butiran halus silica gel).
4. Penjepit cawan
5. Timbangan analitik
Bahan :
1. Bubur bayi
2. Biskuit
3. Sereal

Langkah Kerja
1. Cawan diberi label di bagian bawah (sesuai kelompok)
2. Cawan kemudian dikeringkan dalam oven suhu 105C, selama 30
menit
3. Cawan diambil lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit
4. Cawan ditimbang dan dicatat beratnya.
5. Bahan praktikum yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah
dihaluskan selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, kemudian
diletakkan dalam cawan yang telah diketahui beratnya.
6. Cawan dimasukkkan kembali ke dalam oven 105C selama 1 jam
tergantung bahannya
7. Dikeringkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang
8. Panaskan lagi dalam oven selama 1 jam, lalu didinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan ditimbang, perlakuan ini diulangi
sampai tercapai mencapai berat konstan (selisih penimbangan
berturut turut 0,2 mg)
9. Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan
10.
Perhitungan :
Berat sampel (gram) = W1
Berat sampel setelah dikeringkan (gram) = W2
Kehilangan berat (gram) = W3
Persen kadar air /dry basis (%) = W3/W2 100
Persen kadar air /wet basis (%) = W3/W1 100
Total padatan (%) = W2/W1 100

Format Laporan :
Judul Pratikum (disertai namam penyusun, NIM, kelas/gelombang,
kelompok/meja)
Bab 1. Pendahuluan, Tujuan
Bab 2. Latar Belakang
Bab 3. Metode (Alat & Bahan, Metode Praktikum)
Bab 4. Pembahasan (Analisa Prosedur, Analisa Hasil)
Bab 5. Kesimpulan
Bab 6. Daftar Pustaka

Analisis protein dengan metode biuret


Tujuan
1. Menerapkan metode analisis protein sesuai dengan difat bahannya
Bahan
1. Pereaksi biuret
2. Larutan protein standart
Alat
1.
2.
3.
4.

Spektrofotometer
Sentrifus
Waring blender
Tabung Reaksi

Langkah Kerja
1. Pembuatan kurva standart
a. Buat larutan standart BSA atau kasein dalam aquades
dengan konsentrasi 5 mg/mL
b. Masukkan ke dalam tabung reaksi 0 (blanko), 0,1 ; 0,2 ; 0,4 ;
0,6 ; 0,8 ; dan 1 mL larutan protein standart. Tambahkan
aquades sampai volume total masing masing 4 mL
c. Tambahkan 6 mL pereaksi biuret ke dalam masing- masing
tabung reaksi. Homogenkan
d. Simpan tabung pada inkubator suhu 37C selama 30 menit
sampai terbentuk warna ungu sempurna
e. Ukur
absorbansi
larutan
standart

menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm


f. Catat nilai absorbansi tiap larutan dan buat

kurva

standartnya
2. Penetapan sampel
1. Timbang sampel padat kurang lebih 3 g, lalu tambahkan
sebanyak 20 mL aquades
2. Hancurkan sampel padat dengan menggunakan blender.
Hancuran yang diperoleh disaring lalu disentrifugasi pada
kecepatan 4000 rpm selama 15 menit.
3. Supernatan diambil untuk dipergunakan sebagai sampel
(protein dalam supernatan adalah soluble protein)
4. Untuk sampel cair yang berupa protein konsentrat dan tidak
keruh, maka sampel cukup diencerkan saja. Jika sampel cair
keruh atau mengandung bahan-bahan yang mengganggu
seperti glukosa maka harus dilakukan perlakuan sebagai
berikut:

Ambil ekstrak sebanyak 0,4 mL dan masukkan ke


dalam tabung reaksi seperti pada waktu penetapan
standart,

kemudian

tambahkan

aquades

sampai

volume total masing masing 0,6 mL


Tambahkan 10 % TCA (Tri Chloroacetic Acid) sebanyak
1 mL pada masing-masing tabung reaksi agar protein

terdenaturasi
Sentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
sampai

protein

yang

terdenaturasi

mengendap,

supernatan dibuang dengan cara dekantasi


Kedalam endapan ditambahkan 2 mL etil eter, campur
merata lalu sentrifus kembali untuk menghilangkan

residu TCA. Biarkan mengering pada suhu kamar


Ke dalam endapan kering ditambahkan aquades

sebanyak 4 mL, homogenkan


5. Tambahkan 6 mL pereaksi biuret, alkali dalam pereaksi ini akan
melarutkan endapan yang tersisa.
6. Inkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 30 menit
7. Ukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 540 nm
8. Catat absorbansinya dan hitung kadar proteinnya
Format Laporan :
Judul Pratikum (disertai namam penyusun, NIM, kelas/gelombang,
kelompok/meja)
Bab 1. Pendahuluan, Tujuan
Bab 2. Latar Belakang
Bab 3. Metode (Alat & Bahan, Metode Praktikum)
Bab 4. Pembahasan (Analisa Prosedur, Analisa Hasil)
Bab 5. Kesimpulan
Bab 6. Daftar Pustaka

PENGUKURAN TOTAL AFLATOXIN


Aflatoxin adalah hasil metabolisme yang bersifat toksik yang
diproduksi oleh berbagai golongan jamur seperti Aspergillus flavus and
Aspergillus parasiticus. Aflatoxin bersifat karsinogenik dan banyak
terdapat gandum, acang, biji kapasdan komoditi lain berhubungan
dengan

maanan

bagi

manusia

atau

hewan.

Benih-benih

bisa

terkontaminasi satu atau lebih dari empat sub tipe aflatoxin B1, B2, G1
dan

G2.

Aflatxin

B1

adalah

paling

toksik

dan

sering

dapat

dikenali,sedangkan yang lain berbahaya bila pada adar yang tinggi.


Aflatoxin dapat berakibat fatal pada kesehatan manusia dan dapat
menyebabkan kanker hati, hepatitis kronis maupun aflatoxicosis. Pada
hewan dapat menyebabkan menurunnya produksi susu dan telur,
penurunan fungsi reproduksi dan sistem imun.
Prosedur Ekstraksi
1. Buat alkohol 70 % ( 30 mL aquades dalam 70 mL etanol absolut).
2. Hancurkan bahan sampai halus (ukuran partikel mirip bubuk kopi.
3. Timbang 20 gr sampel, tambahkan 100 mL etanol 70 % (rasio
sampel : pelarut = 1 : 5 w/v).
4. Campur dan aduk/shaker campuran diatas dengan blender dalam
wadah tertutup mimal 2 menit.
5. Saring 5 10 mL ekstrak sampel dengan kertas Whatman #1 atau
sejenis dan koleksi filtrat. Sampel siap di uji.
Prosedur Pemeriksaan
1. Reagen dibiarkan sebentar di suhu ruangan.
2. Letakkan Sumur Penganceran/dilution well pada microwell holder
untuk standar dan sampel yang akan diuji.
1. Letakkan beberapa Antibody Coated Microtiter

Wells

pada

microwell holder lain (sisanya dapat disimpan kembali di suhu


4oC).
2. Masukkan 200 L Conjugate ke dalam tiap dilution well
3. Ganti pipet tip dengan yang baru untuk tiap well, tambahkan 100
L standar dan sampel pada dilution well yang sesuai yang telah
diisi conjugate. Campur dengan cara pipeting pelan sebanyak 3x.
4. (jangan lupa catat nama sampel di tiap well)
5. Ganti pipet tip dengan yang baru untuk tiap well, pindahkan 100
L isi dari tiap dilution well ke Antibody Coated Microtiter Wells.
Inkubasi selama 15 menit pada suhu ruang.

6. Buang isi dari microwell dengan menumpahkan microwell ke


nampan pembuangan.
7. Cuci microwell dengan aquades atau deionized water, lalu buang
kembali. Ulangi pencucian sebanyak 5x.
8. Serap sisa air pada microwell dengan tisu dengan cara membalik
microwell diatas tisu.
9. Siapkan Substrat Reagent sesuai kebutuhan (1 mL/strip atau 120
L/well) pada tabung lain. Tambahkan 100 L substrat reagen
pada tiap microwell, inkubasi 5 menit.
10.
Siapkan Stop Solution sesuai kebutuhan (1 mL/strip atau 120
L/well) pada tabung lain. Tambahkan 100 L substrat reagen
pada tiap microwell pada satu baris/strip secara berurutan sesuai
urutan pemberian subtrat.
11.
Baca pada Optical Density (OD) tiap microwell menggunakan
filter 450 nm. Catat OD tiap microwell.
Interpretasi Hasil
Kadar aflatoxin sampel merupakan hasil interpolasi dari kurva standar
aflatoxin antara kadar standart aflatoxin dengan absorbansi kadar
standart.
Sampel diencerkan dengan metanol 70% dengan perbandingan 5 : 1 ,
maka adar standar yng diperoleh harus dikalian 5.
Jika kandungan aflatoxin lebih besar dari kadar standart tertinggi,
sebaiknya sampel diencerkan dengan metanol 70% dan diuji kembali
dan hasilnya harus masuk dalam range kadar standart yang dibuat.

Menurut Ceres Agrilab Total Aflatoxin Assay :


Limit of detection (LOD) pada jagung < 1 ppb (n=10)
Limit of detection (LOD) pada kacang < 1 ppb (n=10)
Catatan : tiap komoditi dapat berbeda kadar aflatoxinnya.

Anda mungkin juga menyukai