NIM
: 4411414001
Golongan
Peptida
Peptida
Fungsi
Pertumbuhan sel dan anabolisme protein
Mengontrol sekresi hormone oleh
Peptida
kelenjar tiroid
Mengontrol sekresi beberapa hormone
Adrenokortikotropik
(ACTH)
Follicle
Stimulating
Hormon (FSH)
folikel
pada
ovarium
dan
sekresi
estrogen
b. Pada testis : menstimulasi testis untuk
Luteinizing
hormone
mengstimulasi sperma
Peptida a. Pada Wanita : bersama dengan estrogen
(LH)
Prolaktin
Sekresi
Peptida
adenohipofisis
dan
pengaruh
mereka pada organ target, dapat pula berfungsi dalam rangkaian umpan
balik negatif yang pendek, mempengaruhi sekresi sel-sel hipotafamus.
terlibatnya lebih dari satu macam regulator biasanya lebih menjamin regulasi
yang tepat dari suatu substansi atau peristiwa.
2. Hipofisis Posterior
Oksitosin
Oxitosin
memiliki
efek
stimulus
terhadap
miometrium.
dilatasi,
tekanan
fetus
pada
dinding
vagina
menstimulasi
b.
C. TIROID
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depanleher, sedikit di bawah laring.
Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon lainnya.
Triodotironin dan Tiroksin mengatur laju metabolisme dengan cara mengalir
bersama darah dan memicu sel untuk mengubah lebih banyak glukosa.
Hormon
Tiroksin
Golongan
Amina
Triiodontironin
Amina
Amina
Kalsitonin
Mengatur
Fungsi
metabolisme,
pertumbuhan,
Hormon adrenalin dihasilkan oleh kelenjar Adrenal (Kelenjar Anak ginjal), lebih
tepatnya pada bagian medula adrenal (Bagian Dalam). Fungsi dari Kelenjar
adrenal adalah : memacu aktivitas jantung dan menyempitkan pembuluh darah
kulit dan kelenjar mukosa sehingga tekanan darah meningkat, mempercepat
metabolisme pemecahan glikogen (glikogenolisis ) dalam hati sehingga
menaikkan kadar gula darah.
Stres dapat meningkatkan produksi kelenjar atau hormon Adrenalin.
Sebenarnya, jika tidak berlebihan, hormon bisa berakibat positif, lebih terpacu
untuk bekerja atau membuat lebih fokus. Tetapi, jika hormon diproduksi
berlebihan akibat stres yang berkepanjangan, akan terjadi kondisi kelelahan
bahkan menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga mudah berdatangan, akibat dari
darah yang terpompa lebih cepat, sehingga menganggu fungsi metabolisme dan
proses oksidasi di dalam tubuh.
E. KORTEKS ADRENALIN
Hormon yang dihasilkan korteks adrenal termasuk ke dalam golongan
hormone steroid.
Glukokortikoid
mengakibatkan
hiperglikemia
dan
diaktogenik.
Glukokortikoid
menaikkan
sintesis
protein
dalam
hati,
tetapi
berakibat
deposisi
lipid.
Hormon
meninggikan
degradasi
kolagen,
dan
menghambat
prolifuasi
fibroblas.
dibebaskan
membantu memelihara
volume
sebagai
cairan
tanggapan
ekstraseluler
terhadap
dan
stres,
mengurangi
mental
karena
Mineralokortikoid
Mineralokortikoid
terutama
merupakan
aktivitas
sel-sel
zona
K+. Mineralokortikoid
kortikosterioid
memiliki
yang
juga
yang
terpenting
lain (kortikosteron,
aktivitas
adalah
kortisol,
mineralokortikoid.
aldosteron,
tetapi
deoksikortikosteron)
Aldosteron
memperbesar
reabsorpsi Na+ oleh sel-sel tubuli ginjal. Aldosteron juga punya efek yang
sama terhadap kelenjar keringat, kelenjar ludah dan intestinum. Banyak efek
sekunder
yang
berhubungan
dengan
mekanisme
konservasi
Na+ oleh
aldosteron ini.
Reabsorpsi Na+ berhubungan dengan sekresi K+ dan H+. Kehilangan K+
dan alkalosis dapat terjadi. Kehilangan K+ dapat berakibat kelemahan otot,
jantung aritmik. Alkalosis biasanya bersifat sementara dan dapat diperbaiki
dengan mekanisme pengaturan asam/basa. Kenaikan retensi Na+ juga
memperbesar retensi air, mengakibatkan naiknya
volume
darah
bersamaan
dengan
polidipsia.
cairan ekstraseluler
Kenaikan
volume
dan
cairan
menaikkan kerja yang harus dilakukan jantung. Poliurea juga terjadi sebagai
kompensasi naiknya volume cairan. Efek sebaliknya terjadi dengan tidak
adanya aldosteron. Hiponatremia, hiperkalemia dan volume cairan yang lebih
rendah dapat diantisipasi tanpa pembebasan aldosteron. Sistem kardioraskuler
tidak
dapat
berfungsi
dengan
baik
karena
rendahnya cairan
tubuh
(hipovolemia),
dan
aktivitas
jantung
berkurang
tanggapan
terhadap
Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi
yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan
payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus
menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan
kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di
ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar
adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di
testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi
wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut :
serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk
pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi
hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
2. Sindrom Cushing
Kumpulan gejala gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi
berlebihan dari glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat
disebabkan oleh pemerian obat obatan kortikosteroid yang berlebihan.
Gejalanya berupa :
a.
b.
c.
d.
dependent) yaitu diabetes yang timbul akibat dari kerusakan sel sel beta
pancreas karena infeksi virus atau kerusakan gen. Gen adalah materi genetic yang
membawa sifat sifat yang diturunkan. Diabetes tipe I biasanya timbul sebelum
penderita berusia 15 tahun. Penderita membutuhkan suplemen insulin yang
diberikan dengan cara penyuntikan.
DM tipe II timbul karena sel sel tubuh tidak mampu bereaksi terhadap
indulin walaupun sel sel beta pancreas memproduksi cukup insulin. Penyakit ini
bersifat mneurun dan merupakan akibat kerusakan gen yang mengkode reseptor
insulin pada sel. Biasanya DM tipe II berasosiasi dengan kegemukan dan baru
timbul setelah penderita berusia 40 tauhn. Penyakit ini dapat dikontrol dengan
pengaturan konsumsi gula dan mengurangi berat badan. Selain itu dianjurkan
untuk mengurangi konsumsi lemak dan garam.
6. Hipotiroidea
Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila terjadi pada masa
bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek
karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran mental
karena sel sel otak kurang berkembang. Anak yang keratin memiliki muka bulat,
perut buncit, leher pendek, dan lidah yang besar. Kretinisme dapat diobati dengna
pemberian hormone tiroid asalkan tidak terlambat. Bila terjadi pada orang dewasa,
hipotiroidea menimbulkan miksedema.
7. Hipertiroidea
Keadaan dimana hormon tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejala
gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan
besar, jantung berdebar dan BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.
Hipertiroidea paling sering terdapat pada penyakit Graves, suatu penyakit
auto imun dimana terbentuk antibody (thyroid stimulating antibody, TSA6)
terhadap reseptor TSH pada sel sel tiroid, mengaktifkan reseptor reseptor. Ini,
maka kadar T4 dan T3 darah meninkat. Penyakit Graves juga disertai dengan
goiter (struma, pembengkakan kelenjar tiroid, dan penonjolan bola mata
(eksoptalmus) yang disebabkan oleh reaksi radang terhadap imun kompleks pada
otot bola mata eksternal dan jaringan sekitar bola mata.
3. MEKANISME SELULER KERJA HORMON
protein membran: (1) reseptor untuk pengikatan ekstraseluler, (2) interaksi dengan
protein G yang mengaktifkan enzim phospholipase C (PLC), dan (3) PLC
mengaktifkan protein tirosin-kinase. Protein tirosin-kinase memfosforilasi tirosin
untuk mengaktifkan enzim PLC yang berperan mengubah phosphatidylinositol
4,5-biphosphate (PIP2)
menjadi
2 second
messenger yaitu:
Mekanisme kerja hormon insulin
a. Insulin berikatan dengan reseptor spesifik (pada membran sel otot atau hepar)
membentuk HR kompleks.
b. HR kompleks merangsang ekspresi gena yang terlibat metabolisme glikogen.
c. Efek seluler yang ditimbulkan adalah menurunkan kadar glukosa darah dan
penyimpanan glukosa menjadi glikogen di otot dan hati.
(PKC).
a. GnRH berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel dan mengaktifkan
protein tirosin-kinase
b. Protein tirosin-kinase memfosforilasi tirosin untuk mengaktifkan enzim
fosfolipase C (phospholipase C, PLC)
c. Enzim PLC berperan mengubah phosphatidylinositol 4,5-biphosphate(PIP2)
menjadi
2 second
triphosphate (IP3)
Mekanisme kerja hormon epinefrin melalui dua jalur yaitu lewat pengaktifan
reseptor -adrenergik dan -adrenergik:
a. Epinefrin berikatan dengan reseptor -adrenergik (pada inti sel otot atau hepar)
membentuk HR kompleks, kemudian mengaktifkan jalur kaskade cAMP.
b. Epinefrin berikatan dengan reseptor -adrenergik (pada inti sel otot atau hepar)
membentuk HR kompleks kemudian mengaktifkan jalur kaskade fosfoinositidase.
c. merangsang ekspresi gena yang terlibat dalam metabolisme glikogen
d. Efek seluler yang ditimbulkan adalah meningkatkan kadar glukosa untuk sumber
energi aktifitas otot.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell N A, JB Reece, & L G Mitchel. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Jakarta : Erlangga.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogykarta : Penerbit Kansius
Kimball, J W. 1992. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Terjemahan Soetarmi T & S
Nawangsari. Jakarta : Erlangga
Rosita, Katrin. 2008. Fisiologi Sistem Endokrin. Bogor : IPB
Ruswana, Anwar. 2005. BIOSINTESIS, SEKRESI DAN MEKANISME KERJA
HORMON. Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD