Anda di halaman 1dari 35

A.

ASKES (Asuransi Kesehatan)


1. Pengertian Askes
Askes (Asuransi Kesehatan) adalah salah satu jenis produk
asuransi yang secara khusus menjamin

biaya kesehatan atau

perawatan para anggota asuransi tersebut jika mereka jatuh


sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua
perawatan yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi,
yaitu: rawat inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (outpatient

treatment). Asuransi adalah sebuah sistem untuk

merendahkan kehilangan finansial dengan menyalurkan resiko


kehilangan dari seseorang ke badan lainnya. Seseorang yang
menyalurkan resiko disebut tertanggung, sedangkan badan yang
menerima resiko disebut penanggung. Perjanjian antara kedua
badan ini disebut kebijakan, ini adalah sebuah kontrak legal yang
menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya
yang dibayar tertanggung kepada penanggung untuk resiko
yang

ditanggung

oleh

penanggung.

merupakan
khusus

disebut

Badan

PT.

premi,

Askes

Usaha

oleh pemerintah

Indonesia

Milik

untuk

yang biasanya ditentukan


Negara

(Persero)
yang

adalah

ditugaskan

menyelenggarakan

jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima


Pensiun

PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan

beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya.


2. Tujuan Askes
Tujuan pemerintah menyelenggarakan semua pertanggungan
sosial pada dasarnya adalah sama yaitu untuk memberikan
jaminan sosial bagi masyarakat. Demikian juga hal asuransi
kesehatan,

tujuannya

adalah membayar biaya rumah sakit,

biaya pengobatan dan mengganti kerugian tertanggung atas


hilangnya pendapatan karena cedera akibat kecelakaan atau
penyakit.

Sedangkan

tujuan

asuransi

kesehatan

adalah

meningkatkan pelayanan pemeliharaan kesehatan bagi peserta

dan anggota keluarganya. Askes juga bertujuan memberikan


bantuan

kepada

peserta

dalam membiayai pemeliharaan

kesehatannya. PT. Askes (Persero)

Indonesia

sebagai badan

pengelola Asuransi Kesehatan di Indonesia bertujuan untuk


menjaga,
Pegawai

memelihara
Negeri

dan

Sipil,

meningkatkan

Penerima

Pensiun,

derajat

kesehatan

beserta

anggota

keluarganya, dalam rangka upaya menciptakan aparatur negara


yang sehat, kuat dan dinamis serta memiliki jiwa pengabdian
terhadap nusa dan bangsa.
3.

Regulasi Program Askes.


Landasan Yuridis Asuransi Kesehatan.
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan
Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya sekaligus
memberikan izin dan peluang untuk menyelenggarakan program
sukarela bagi BUMN/BUMD dan badan usaha lainnya.

4.

Program.
Program Askes Sosial.
a. PP No. 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Kesehatan
Pegawai

Negeri

Sipil

dan

Penerima Pensiun,

Veteran,

Perintis Kemerdekaan, beserta Keluarganya.


b. PP No.28 Tahun 2003 tentang Subsidi Iuran Pemerintah
dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan

Pegawai

Negeri Sipil dan Penerima Pensiun.


c. Surat

Keputusan

Menteri

1540/MENKES/SK/XII/2002

tentang

Kesehatan

Nomor

Penempatan

Tenaga

Medis Melalui Masa Bakti Dan Cara Lain.


d. Keputusan Direksi No. 21/Kep/0109 tentang

Pedoman

Administrasi Pelayanan Kesehatan Askes Sosial.


Program

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat

(Jamkesmas)
a. Perjanjian Kerja Sama dengan Kementerian Kesehatan RI No.

HK/SKB/MENKES/018/I/2010 dan No.05/KTR/0110 tentang


Manajemen Kepesertaan

dalam

Penyelenggaraan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS)

Tahun 2010.
b. Surat Menteri Kesehatan RI No.JP/Menkes/036/201 tentang
penyelenggara

manajemen

kepesertaan

program

Jamkesmas tahun 2011.


Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU)
a. Keputusan

Direksi

Penyelenggaraan

No.

494/Kep/1207

Program

tentang

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat Umum (PJKMU) Kabupaten/Kota.


b. Keputusan Direksi No. 182/Kep/0310 tentang Petunjuk
Pelaksanaan

Program

Jaminan

Kesehatan

Masyarakat

Umum (PJKMU) penyelenggara manajemen kepesertaan


program Jamkesmas tahun 2011.
Program

Jaminan

Kesehatan

Menteri

dan pejabat

tertentu (Jamkesmen)
a. Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2009 tentang Jaminan
Kesehatan Menteri dan Pejabat Tertentu.
b. Peraturan

Menkeu

Perubahan

Peraturan

149/PMK.02/2009
Pemeliharaan
Tertentu

tentang
Kesehatan

tentang

Keuangan

No. 36/PMK.02/2011 tentang


Menteri

Keuangan

Pelaksanaan
Menteri

Perubahan

dan

No.

Jaminan
Pejabat

Peraturan

Menteri

No.115/PMK.02/2009 Pelaksanaan Jaminan

Kesehatan Menteri dan Pejabat Tertentu.


c. Keputusan Direksi No. 348/Kep/0809 tentang Pedoman
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Menteri dan Pejabat
Tertentu.
Program Jaminan Kesehatan Utama (Jamkestama).
a. Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2010 tentang Jaminan
pemeliharaan

kesehatan

Ketua,

Wakil

Ketua,

dan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan


Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial,
Hakim

Mahkamah

Konstitusi,

dan

Hakim

Agung

Mahkamah Agung.
b. Peraturan

Menkeu

Pelaksanaan

Nomor

37/PMK.02/2011tentang

Jaminan pemeliharaan

Wakil Ketua, dan anggota

kesehatanKetua,

Dewan Perwakilan

Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan,


Komisi Yudisial, Hakim Mahkamah Konstitusi, dan Hakim
Agung Mahkamah Agung.
5. Prosedur Pelayanan.
a. SKB Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 138 /
MENKES

/PER/II/2009

dan No.

12

Tahun

2009 tentang

Pedoman tarif pelayanan kesehatan bagi peserta PT Askes


(Persero)

dan

anggota

keluarganya

di

Puskesmas,

Balai

Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah.


b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 518/MENKES/PER/VI/2008
tentang

Tarif pelayanan kesehatan bagi peserta PT Askes

(Persero) dan anggota keluarganya di

Puskesmas,

Balai

Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah.


c. Keputusan

Direksi

No. 581/Kep/1209 tentang Pedoman

pelayanan rawat jalan tingkat pertama oleh Dokter keluarga


bagi peserta Askes.
d. Keputusan Direksi No.43/Kep/0109 tentang

Pedoman

pelayanan kesehatan khusus untuk penyakit katastrofik dan


alat kesehatan canggih.

6. Badan Penyelenggara
a. Asuransi
negeri

sosial

sipil

pemeliharaan kesehatan
penerima

pensiun

bagi pegawai

veteran

/perintis

kemerdekaan dan anggota keluarganya diselenggarakan


oleh PT Askes Indonesia (PERSERO).

b. PT Askes adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


berbadan hukum perseroan.
c. Keputusan

Direktur

Industrial

Jenderal

Pembinaan

dan Jaminan Sosial

Kep.332/PHIJSK-PKKAD/V/2009
peraturan

perusahaan

Keputusan

Tenaga
tentang

PT

Hubungan
Kerja

NO.

Pengesahan

Askes (Persero)

dan

Direksi PT Askes (Persero) No. 220/KEP/0509

tentang Peraturan perusahaan PT Askes (Persero).


7. Peserta Askes Sosial
Peserta Askes Sosial antara lain :
1. Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil (tidak
termasuk
PNS dan Calon PNS di Kementerian Pertahanan, TNI/Polri),
Pejabat
Negara,
PNS

Penerima

Pensiun (Pensiun

PNS,

Pensiun

di Lingkungan Kementerian Pertahanan, TNI/Polri,

Pensiun

Pejabat Negara), Veteran (Tuvet dan Non Tuvet)

dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarga *) yang


ditanggung.
2. Pegawai

Tidak

melalui SK

Tetap

Menkes

(Dokter/Dokter
nomor

Gigi/Bidan-PTT,

1540/MENKES/SK/XII/2002,

tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan


Cara lain.
3. Pegawai dan Penerima Pensiun PT Kereta Api Indonesia
(Persero)

beserta

anggota

keluarganya*).*)

Anggota

Keluarga adalah :
a. Istri/Suami

yang

mendapatkan

sah

dari

tunjangan

peserta

istri/suami

yang
(daftar

istri/suami yang sah yang tercantum dalam daftar


gaji/slip
penerima
Dapem)

gaji,

dan

termasuk

dalam

pensiun/cari

daftar

b. Anak (anak kandung/anak tiri/anak angkat) yang


sah dari peserta yang mendapat tunjangan anak,
yang tercantum dalam daftar gaji/slip gaji, termasuk
dalam daftar penerima pensiun/carik Dapem, belum
berumur 21 tahun atau telah berumur 21 tahun
sampai 25 tahun bagi anak yang masih melanjutkan
pendidikan formal dan tidak atau belum pernah kawin,
tidak mempunyai penghasilan sendiri serta masih
menjadi tanggungan peserta.Jumlah
ditanggung maksimal
dengan

urutan

2 (dua)

tanggal

anak

yang

anak
lahir,

sesuai
termasuk

didalamnya anak angkat maksimal satu orang.

B. JAMKESMAS (Jaminan Kesehatan Masyarakat)


1. Pengertian Jamkesmas
Jamkesmas
Kesehatan

merupakan
Masyarakat

dan

pengentasan kemiskinan
mutu

pelayanan

singkatan

dari

merupakan

yang bertujuan

kesehatan

bagi

Jaminan

bagian

agar

dari

akses

dan

masyarakat miskin dapat

ditingkatkan sehingga tidak ada lagi masyarakat miskin yang


kesulitan memperoleh pelayanan kesehatan karena alasan biaya
(Prapatan, 2008 dalam buku Lubis SC). Jamkesmas
bentuk

bantuan

sosial

untuk

adalah

pelayanan kesehatan bagi

fakir miskin dan tidak mampu serta peserta lainnya yang iuran
nya dibayar oleh Pemerintah. Program ini diselenggarakan
secara

nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka

mewujudkan pelayanan

kesehatan

yang

menyeluruh

masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayanan

bagi

kesehatan

terhadap peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan


bersama

oleh

Pemerintah

Pemerintah
Provinsi/

Pusat

dan

Kabupaten/

Pemerintah
Kota

Daerah.

berkewajiban

memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang


optimal.

2. Tujuan Jamkesmas
1. Meningkatkan

akses

dan

mutu

kesehatan

terhadap

seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar


tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal
secara efektif dan efisien.
2. Meningkatkan

cakupan

masyarakat

miskin

dan

tidak

mampu mendapat pelayanan kesehatan Rumah Sakit.


3. Meningkatnya

kualitas

pelayanan

kesehatan

bagi

masyarakat miskin.
4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan
dan akuntabel.

3. Regulasi Jamkesmas.
Landasan Filosofis.
Program JAMKESMAS sebagai kelanjutan dari Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin atau dikenal Asuransi
Kesehatan

Masyarakat

Miskin (ASKESKIN)

diselenggarakan

sejak Agenda 100 Hari Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu


untuk mengatasi hambatan dan kendala akses penduduk
miskin

terhadap

pelayanan

kesehatan

dan

untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin. Kebijakan


JAMKESMAS/ASKESKIN

dilaksanakan untuk memenuhi hak

dasar setiap individu/semua warga negara termasuk masyarakat


miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Kebijakan
ini merujuk pada Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Tahun 1948 dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Pasal 28 H. Lebih lanjut, Program JAMKESMAS diselenggarakan
untuk:

Memberikan

kemudahan

dan

akses

pelayanan

kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas


kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas.

Mendorong

peningkatan

pelayanan

kesehatan

yang

terstandar dan terkendali mutu dan biayanya.

Terselenggaranya

pengelolaan

keuangan

Negara

yang transparan dan akuntabel.

Kebijakan JAMKESEMAS/ASKESKIN diselenggarakan oleh


Kementerian Kesehatan untuk menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu selama masa transisi pelaksanaan UU No.

40

Tahun

2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

(UU

penyelenggaraan

akan

SJSN).
diserahkannya

Selanjutnya,
kepada

Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU SJSN.


4. Landasan Yuridis.
Keputusan Menteri

Kesehatan No.

No.1241/Menkes/SK/XI/2004
(Persero)

Dalam

tentang

Pengelolaan

SK
Penugasan
Program

PT

Askes

Pemeliharaan

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin

5. Peserta Jamkesmas

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan


tidak mampu selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, yang
terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.

Jumlah sasaran peserta Program Jamkesmas tahun 2008


sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar
76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah
sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI
(Menkes). Berdasarkan Jumlah Sasaran Nasional tersebut
Menkes membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.
Jumlah

sasaran

peserta

(kuota)

Kabupaten/Kota sebagai mana terlampir.

masing-masing

Berdasarkan Kuota Kabupaten/kota sebagaimana butir 2


diatas, Bupati/Walikota menetapkan peserta Jamkesmas
Kabupaten/Kotadalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan
alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota.
Apabila

jumlah

peserta

Jamkesmas yang

ditetapkan

Bupati/Walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah


ditentukan,

maka

menjadi

tanggung

jawab

Pemda

setempat.Bagi Kabupaten/kota yang telah menetapkan


peserta Jamkesmas lengkap dengan nama dan alamat
peserta serta jumlah peserta Jamkesmas yang sesuai dengan
kuota, segera dikirim daftar tersebut dalam bentuk dokumen
elektronik (softcopy) dan dokumen cetak (hardcopy)

Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang telah menetapkan


jumlah dan nama masyarakat miskin (no, nama dan alamat),
selama proses penerbitan distribusi kartu belum selesai, kartu
peserta lama atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)
masih berlaku

sepanjang yang bersangkutan ada dalam

daftar masyarakat

miskin

yang

ditetapkan

oleh

Bupati/Walikota.

Bagi Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum menetapkan


jumlah, nama dan alamat masyarakat miskin secara lengkap
diberikan waktu sampai dengan akhir Juni 2008. Sementara
menunggu

surat

dengan penerbitan
maka

keputusan
dan

tersebut

pendistribusian

sampai

kartu

peserta,

kartu peserta lama atau SKTM masih diberlakukan.

Apabila sampai batas


Kabupaten/Kota

waktu

belum dapat

tersebut

pemerintah

menetapkan

masyarakat miskinnya, maka terhitung

sasaran

1 Juli 2008

pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat miskin di


wilayah

tersebut

menjadi

tanggung jawab pemerintah

daerah setempat.

Pada tahun 2008

dilakukan penerbitan

kartu

peserta

Jamkesmas baru yang pencetakan blanko, entry data,

penerbitan dan distribusi kartu sampai ke peserta menjadi


tanggungjawab PT Askes (Persero).

Setelah peserta menerima kartu baru maka kartu lama yang


diterbitkan sebelum tahun 2008, dinyatakan tidak berlaku lagi
meskipun tidak dilakukan penarikan kartu dari peserta

Bagi masyarakat miskin yang tidak mempunyai kartu


identitas seperti gelandangan, pengemis, anak terlantar, yang
karena sesuatu hal tidak terdaftar dalam Surat Keputusan
Bupati/walikota, akan

dikoordinasikan

oleh

PT

Askes

(Persero) dengan Dinas Sosial setempat untuk diberikan


kartunya.

Bagi bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas


langsung menjadi peserta baru sebaliknya bagi peserta yang
meninggal dunia langsung hilang hak kepesertaannya.

6.

Jenis Pelayanan Jamkesmas.

Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)di Puskesmas dan


jaringannya

Konsultasi

medis,

pemeriksaan

fisik

dan

penyuluhan kesehatan

Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)

Tindakan medis kecil

Pemeriksaan

dan

pengobatan

gigi,

termasuk cabut/

tambal

Pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan balita

Pelayanan KB dan penanganan efek samping (alat


kontrasepsi disediakan BKKBN)

Pemberian obat.

Rawat

Inap

Tingkat

Pertama

(RITP)di

Puskesmas

Perawatan

Akomodasi rawat inap

Konsultasi

medis,

pemeriksaan

fisik

dan

penyuluhan kesehatan

Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses rutin)

Tindakan medis kecil

Pemberian obat

Persalinan normal dan dengan penyulit

Persalinan

normal

perawatan/bidan

dilakukan

di

di

Puskesmas

non-

desa/Polindes/dirumah

pasien/praktek bidan swasta.

Pelayanan gawat darurat (emergency).

Rawat

Jalan

Tingkat

Lanjutan

(RJTL)

di

RS

dan

Balkesmas

Konsultasi

medis,

pemeriksaan

fisik

dan

penyuluhan kesehatan oleh dokter spesialis/umum

Rehabilitasi medik

Penunjang diagnostic(laboratorium klinik, radiologi dan


elektromedik)

Tindakan medis

Pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan

Pelayanan KB, termasuk kontap efektif, kontap pasca


persalinan/

keguguran,

penyembuhan

efek samping &

komplikasinya (kontrasepsi disediakan BKKBN)

Pemberian obat mengacu pada Formularium

Pelayanan darah

C. JAMPERSAL
1. Pengertian
Jaminan

Persalinan

persalinan yang

adalah
meliputi

pertolongan persalinan,
pelayanan

KB

jaminan

pembiayaan

pemeriksaan

pelayanan

nifas

pelayanan
kehamilan,
termasuk

pasca persalinan dan pelayanan bayi baru

lahir

yang

dilakukan

oleh tenaga kesehatan di fasilitas

kesehatan. Pada dasarnya Jaminan Persalinan adalah perluasan


kepesertaan

dari

Jamkesmas

dan

tidak

hanya

mencakup

masyarakat miskin saja. Manfaat yang diterima oleh penerima


manfaat Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan.
2. Tujuan
Meningkatnya

akses

terhadap

pelayanan

kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang


dilakukan oleh tenaga
berwenang

di

kesehatan

yang

kompeten

dan

fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan

AKI dan AKB.


Meningkatnya

cakupan

pemeriksaan

kehamilan,

pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh

tenaga kesehatan yang kompeten.


Meningkatnya cakupan pelayanan:
Keluarga
komplikasi

Berencana
ibu

hamil,

pasca

bayi

persalinan,

bersalin,

nifas,

baru

lahir,

Penanganan

dan

bayi baru

lahir, KB pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten.
Terselenggaranya

pengelolaan

keuangan

efektif, transparan, dan akuntabel


3. Sasaran
Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan

yang

yakni

efisien,

untuk

menurunkan AKI dan AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan


dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut. Sasaran yang
dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah Ibu hamil, ibu bersalin,
Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan, Bayi baru lahir
(sampai dengan usia 28 hari)
4. Kebijakan Operasional
a. Pengelolaan Jaminan Persalinan dilakukan pada setiap
jenjang pemerintahan (pusat,
kabupaten/kota)

provinsi,

dan

yang merupakan bagian integral dari

Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.


b. Jaminan Persalinan adalah perluasan kepesertaan dari
Jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin

saja. Manfaat yang diterima oleh penerima manfaat


Jaminan Persalinan terbatas pada pelayanan
persalinan,

nifas,

bayi

baru

lahir

kehamilan,

dan

KB pasca

persalinan.
c. Penerima manfaat Jaminan Persalinan mencakup seluruh
sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan.
d. Penerima manfaat Jaminan Persalinan didorong untuk
mengikuti program KB pasca persalinan (Dengan membuat
surat pernyataan)
e. Penerima
manfaat

Jaminan

Persalinan

dapat

memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan


tingkat pertama pemerintah (puskesmas dan jaringannya)
dan swasta serta fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
(Rumah Sakit) pemerintah dan

swasta (berdasarkan

rujukan) di rawat inap kelas III


5. Ruang Lingkup
Pelayanan Jaminan Persalinan Terdiri
Dari:
a. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang
diberikan oleh dokter atau bidan yang berkompeten dan
berwenang

memberikan

pelayanan

yang

meliputi

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan


nifas

dan

pelayanan

KB

pasca

salin,

serta

pelayanan

kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan


rujukan

pada

saat

terjadinya

komplikasi

(kehamilan,

persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB paska salin)


tingkat pertama.
b. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan
Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan
kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan atau
dengan komplikasi yang tidak dapat ditangani pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan berdasarkan
rujukan atas indikasi medis. Pada

kondisi

kegawatdaruratan

kebidanan

dan

neonatal

tidak diperlukan surat rujukan.

Pelayanan tingkat lanjutan menyediakan pelayanan terencana


atas indikasi ibu dan janin/bayinya.
6. Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:
Pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dibiayai oleh program ini
mengacu pada buku Pedoman KIA, dimana selama hamil, ibu
hamil diperiksa sebanyak 4 kali disertai konseling KB dengan
frekuensi:
a. 1 kali pada triwulan pertama b. 1 kali pada triwulan kedua
b. 2 kali pada triwulan ketiga
Pemeriksaan kehamilan yang jumlahnya melebihi frekuensi
diatas pada tiap-tiap triwulan tidak dibiayai oleh program ini.
Penyediaan obat-obatan, reagensia dan bahan habis pakai yang
diperuntukkan bagi pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas,
dan KB pasca salin serta komplikasi yang mencakup seluruh
sasaran ibu hamil, bersalin,

nifas

dan

bayi

baru

lahir

menjadi tanggung jawab Pemda/Dinas Kesehatan Kab/ Kota.


D. Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)
1. Defenisi Jamkesda
Jamkesda merupakan program pemerintah yang pada dasarnya
mengacu kepada sistem jaminan sosial yang bertujuan untuk
memberikan akses bagi seluruh rakyat terhadap pelayanan
kesehatan. Penyelenggaraannya berdasarkan prinsip asuransi
sosial dengan kepesertaan yang wajib dan besaran premi
yang ditetapkan oleh pemerintah (Trisnantoro, 2009).
2. Prinsip Jamkesda
Penyelenggaraan

jamkesda

mengacu

kepada

beberapa

prinsip dasar, yaitu (Trisnantoro, 2009)


a. Prinsip solidaritas sosial
Program jamkesda diselenggarakan berdasarkan prinsip
solidaritas sosial dimana tercipta subsidi silang antara yang
kaya kepada yang miskin, antara yang muda kepada yang
tua, antara yang sehat kepada yang sakit dan antar daerah

yang kaya kepada daerah yang miskin.


b. Prinsip efisiensi
Penyelenggaraan jamkesda mengacu pada sistem managed
care dimana pelayanan yang diberikan efisien, terkendali
utilisasi dan biayanya.
c. Prinsip ekuitas
Jamkesda diselenggarakan berdasarkan prinsip keadilan
dimana setiap penduduk tanpa memandang suku, agama
dan

status

ekonominya

harus

memperoleh

pelayanan

kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.


d. Prinsip komprehensif
Manfaat

pelayanan

pada

jamkesda

komprehensif sesuai dengan kebutuhan

harus

bersifat

medis

peserta,

meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


e. Prinsip nirlaba (not for profit)
Pengelolaan jamkesda diselenggarakan atas dasar bukan
mencari atau memupuk keuntungan tetapi memaksimalkan
pelayanan

kesehatan.

membayarkan

dividen

Badan
atas

penyelenggara
sisa

anggaran

tidak
tetapi

menggunakannya untuk peningkatan pelayanan kesehatan


bagi peserta.
f. Prinsip responsif
Penyelenggaraan

jamkesda

harus

responsif

dengan

tuntutan peserta sesuai dengan perubahan standar hidup


para peserta.
g. Prinsip koordinasi manfaat
Dalam pemberian jaminan, tidak boleh terjadi duplikasi
jaminan

antara

program

jamkesda

dengan

jaminan

kesehatan yang lain ataupun jaminan yang lain seperti


jaminan kecelakaan yang diterima oleh peserta.
3. Manfaat Pengembangan Jamkesda
Menurut Mukti yang dikutip oleh Trisnantoro (2009), ada

beberapa manfaat pengembangan jamkesda, diantaranya:


a. Terpenuhinya
sosial

yang

dirasakan
setiap

hak

konstitusional

atas

langsung menyentuh

nyata

manfaatnya

individu

perhatian

dan

terukur

bagi

secara

masyarakat

jaminan

terkait

dengan

pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk pengembangan


diri sesuai dengan martabat kemanusiaan
b. Pengembangan
kecemburuan

jamkesda
sosial

dapat

akibat

menekan

tingkat

kesenjangan

tingkat

ekonomi antar kelompok masyarakat di suatu wilayah


maupun masalah ekonomi antar wilayah.
c. Meningkatkan dan menjamin kesinambungan, efisiensi
dan

efektifitas

dana bantuan sosial dari anggaran

pemerintah.
d. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan
melalui pengendalian biaya secara konsisten dan terus
menerus.
e. Menekan

angka

urbanisasi

dan

menguatkan

perekonomian masyarakat sektor informal.


f. Terjaminnya kebutuhan dasar masyarakat yang layak
dan tanggap terhadap perkembangan.
4. Badan Penyelenggara (Bapel) Jamkesda
Bapel jamkesda adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan di suatu daerah yang
bersifat

sosial.

Entitas

badan

hukum

dibutuhkan

untuk

menyelenggarakan jaminan kesehatan sebagai pelaksana wajib


pemerintah daerah dan pengguna anggaran. Bapel jamkesda
memungut iuran dan mengelola dana tersebut dengan prinsip
dana amanat ( Hendrartini, 2009). Menurut Mukti dan Moertjahjo
yang dikutip oleh Hendrartini (2009), secara umum bapel
jamkesda mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Mengelola

kepesertaan

yang

meliputi

pemberian nomor identitas jaminan

pendaftaran,

kesehatan

sosial,

mutasi, penghentian misalnya meningga l atau pindah


permanen keluar daerah.
b. Melakukan pembayaran manfaat kepada peserta dan atau
pembayaran kepada pihak pemberi pelayanan kesehatan.
c. Menghimpun

iuran

dari

peserta

langsung

dan

tidak

peserta

guna

langsung.
d. Mengelola

dana

yang

dititipkan

oleh

memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada peserta.


e. Membuat laporan kegiatan dan laporan keuangan secara
transparan kepada seluruh stakeholder.
f. Melakukan pengembangan Jamkesda untuk meningkatkan
kinerja Jamkesda.
5. Premi Jamkesda
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan secara
berkala oleh seseorang setelah mendaftarkan diri/keluarganya
sebagai peserta yang jumlah dan waktu pengumpulannya
ditetapkan atas dasar kesepakatan antara peserta dan badan
penyelenggara.

Perhitungan

premi

dilakukan

untuk

menentukan biaya yang akan dibebankan kepada masyarakat


untuk melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi

masyarakat

yang

bersangkutan

(Hendrartini,

2009)

Penentuan premi yang harus dibayarkan masyarakat harus


ditetapkan dengan pertimbangan (Hendrartini, 2009):
1. Asas kecukupan
Untuk

menjaga

posisi

keuangan

yang

aman,

badan

penyelenggara harus menetapkan premi yang cukup untuk


menutupi
termasuk

semua
biaya

biaya

penyelenggaraan

pemeliharaan

kesehatan

program,
dan

biaya

penyelenggaraan. Disamping itu, premi pun harus dapat


memenuhi tujuan badan penyelenggara yaitu surplus yang
nantinya

dikembalikan

kesehatan.
2. Asas kewajaran

untuk

peningkatan

pelayanan

Keseimbangan
kewajaran
senantiasa

antara

tingkat

kualitas

premi

dijaga.

tingkat

pelayanan

merupakan

Premi

yang

hal

terlalu

dan

yang

harus

tinggi

akan

mendorong penolakan masyarakat atas program jaminan


kesehatan. Tingkat pelayanan dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain: fleksibilitas pelayanan kesehatan
dan administrasi, efektifitas dan efisiensi penanganan
pelayanan kesehatan, pengelolaan dan kendali biaya dan
komunikasi

dengan

peserta

dalam

rangka

penerapan

prinsip-prinsip jaminan kesehatan.


3. Asas keadilan.
Badan penyelenggara program jaminan kesehatan harus
membebankan

premi

kepada

peserta

sesuai

dengan

perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan


program bagi peserta yang bersangkutan. Karena peserta
pada dasarnya memiliki karakteristik resiko yang berbedabeda, maka premi dapat berbeda sesuai dengan risiko.
6. Kepesertaan Jamkesda
Kepesertaan
kelompok

ialah

orang

kesehatan

secara

dengan

Kepesertaan

menjadi

pesertanya

sah

dalam

memenuhi

seseorang

atau

seseorang

program

atau

jaminan

syarat

sebagai

peserta.

kelompok

dalam

program

jaminan kesehatan biasanya ada batasan waktu. Setelah habis


masa perjanjian, maka pihak peserta dapat menghentikan atau
melanjutkan

kepesertaannya.

Kepesertaan

lanjutan

dapat

berlangsung tanpa adanya perubahan apapun, dapat pula


mengalami perubahan- perubahan misalnya dalam hal paket,
jenis fasilitas, dan besarnya premi (Hendrartini, 2009)
E. JAMSOSTEK ( Jaminan Sosial Tenaga Kerja )
1. Pengertian
Pengertian Jamsostek secara resmi yang diatur dan ditegaskan
dalam Pasal
kemudian

1 Ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992

dapat

diuraikan

lebih rinci sehingga ditemukan

beberapa aspek dari Jamsostek tersebut, meliputi :


1. Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi
kebutuhan

hidup

minimal

untuk

tenaga

kerja

serta

keluarganya.
2. Jamsostek
kerja

merupakan

yang

penghargaan

kepada

tenaga

telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya

kepada perusahaan tempat mereka bekerja.


3. Dengan adanya upaya perlindungan dasar tersebut maka
Jamsostek akan memberikan kepastian berlangsungnya arus
penerimaan penghasilan, sebagai pengganti atau seluruh
penghasilan yang hilang.
4. Jamsostek menciptakan ketenangan kerja karena adanya
upaya perlindungan terhadap risiko ekonomi maupun sosial.
5. Karena

adanya

upaya

perlindungan

dan

terciptanya

ketenangan tenaga kerja diharapkan akan meningkatkan


produktivitas kerja dari para karyawan.
6. Dengan

terciptanya

ketenangan

kerja

pada

akhirnya

mendukung kemandirian dan harga diri manusia dalam


menerima

dan

menghadapi

resiko

sosial

ekonomi

(www.yahoo.com Jamsostek, Jakarta).


Payaman

Simanjuntak

mengemukakan

bahwa

kehadiran

Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau


serikat buruh. Pada awal abad ke-20, banyak negara di Eropa
mengalami

goncangan

akibat

pemogokan

buruh

industri.

Aktivitas industri lumpuh total. Pemogokan yang dilakukan kaum


buruh disebabkan tidak terpenuhinya hak-hak mereka, seperti
upah yang terlalu rendah, hak berserikat atau berorganisasi
yang sering dikekang, tidak adanya jaminan pemeliharaan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
jaminan hari tua (Simanjuntak, 2002).
2. Pengertian
Karyawan

Secara umum lebih dikenal atau populer istilah tenaga kerja


daripada karyawan. Biasanya istilah karyawan dikaitkan dengan
lembaga tempat dimana karyawan itu bekerja, sehingga dikenal
istilah karyawan sebuah perusahaan. Pada masa orde lama dan
awal Orde Baru lebih dikenal istilah buruh. Namun dengan alasan
untuk menghilangkan kesan derajat kehidupan manusia, maka
istilah

buruh

dalam

peraturan

perundang-undangan

tidak

digunakan dan diganti dengan istilah pekerja atau karyawan.


Karyawan merupakan elemen sangat yang penting dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan. Karyawan ialah para tenaga
kerja yang bekerja pada sebuah perusahaan, dimana mereka
harus biasanya terikat kepada perintah dan peraturan yang
diberlakukan pengusaha atau manajemen perusahaan tempat
mereka bekerja. Mereka terkait dengan berbagai kewajiban dan
tugas yang harus dijalankan. Mereka juga diharuskan tampil
dengan disiplin yang tinggi. Pengertian tenaga kerja ditegaskan
pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan ditegaskan, yakni setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa,
baik

untuk

memenuhi

kebutuhan

sendiri

maupun

untuk

masyarakat (Tim Redaksi Perundang- undangan Fokusmedia,


2003).
Dari pengertian tersebut dapatlah kita pahami lebih rinci,
bahwa tenaga kerja adalah pihak yang melakukan pekerjaan di
dalam hubungan kerja dalam setiap bentuk usaha (perusahaan)
atau perorangan dimana dengan melakukan pekerjaan tersebut
mereka menerima upah, termasuk tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan di luar hubungan kerja. Sedangkan tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja adalah orang yang
bekerja

sendiri

tanpa

ikatan

dengan

perusahaan

atau

perorangan, biasa disebut tenaga kerja bebas, misalnya dokter


yang membuka praktek, pengacara (advokat), petani yang
menggarap sawahnya sendiri dan lain- lain. Suatu hal yang pasti

adalah bahwa jasa karyawan dalam suatu perusahaan adalah


dimungkinkannya

berbagai

rencana

usaha

yang

telah

disusun dapat berjalan.


3. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
1992 pengertian jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu
perlindungan terhadap tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengusaha adalah (a) Orang, persekutuan atau
badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
(b) Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya. (c) Orang,
persekutuan atau badan hokum yang berada di Indonesia,
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b
yang berkedudukan di wilayah Indonesia. Perusahaan adalah
setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta
maupun milik Negara.Ruang lingkup program jaminan sosial
tenaga kerja dalam Undang- Undang ini meliputi : (a) Jaminan
kecelakaan kerja; (b) Jaminan kematian; (c) Jaminan hari tua; (d)
Jaminan

pemeliharaan

kesehatan.

Besarnya

iuran

program

jaminan sosial tenaga kerja adalah sebagai berikut :


(a)

Jaminan kecelakaan

yang perincian besarnya iuran

berdasarkan kelompok jenis usaha (lampiran 1) adalah


sebagai berikut :
Kelompok I
Kelompok II

0,24 % dari upah sebulan;


:

0,54 % dari

upah sebulan; Kelompok III :


0,89

dari

upah

Kelompok IV :

sebulan;

1,27 % dari

upah sebulan; Kelompok V

1,74 % dari upah sebulan;


(b)
dari

Jaminan hari tua, sebesar 5,70 %


upah

sebulan;

(c)

Jaminan

kematian, sebesar 0,30 % dari upah


sebulan;
(d) Jaminan pemeliharaan kesehatan, sebesar 6 % dari upah
sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga, dan 3
% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum
berkeluarga.
Iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan
pemeliharaan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha.
Iuran jaminan hari tua sebesar
3,70 % ditanggung pengusaha dan 2 % ditanggung oleh tenaga
kerja. Dasar perhitungan iuran jaminan pemeliharaan kesehatan
dari upah sebulan, setinggi- tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah).
Jaminan

Kecelakaan

Kerja

( J KK)
skema ini mencakup kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan di
tempat kerja juga sewaktu perjalanan dari atau ke tempat kerja. Hal
ini diwajibkan bagi semua badan hukum yang mempekerjakan
minimal 10 orang pekerja atau dengan upah bulanan minimal Rp 1
juta. Iuran pengusaha sebesar 0,24%-1,74% dari upah kotor,
tergantung

sektor

ekonominya.

Skema

ini

mencakup

biaya

transportasi, pemeriksaan kesehatan, layanan medis dan perawatan,


biaya rehabilitasi, tunjangan atas kecacatan, hilangnya fungsi tubuh
dan kematian. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak
atas (1) penggantian biaya,

dan

(2)

santunan

berupa

uang.

Penggantian biaya Penggantian biaya mehputi biaya transportasi,


biaya

pengobatan

membeli

alat

bersangkutan
maksimum

dan

bantu.
ke

perawatan,
Biaya

rumah

serta

transportasi
sakit

biaya
tenaga

ditetapkan

penggantian
kerja

yang

dengan

tarif

sebesar Rp 100.000,- untuk transportasi darat, Rp

200.000,-untuk

transportasi

laut,

dan

Rp

250.000,-

untuk

transportasi udara. Penggantian biaya pengobatan dan perawatan


mehputi

biaya

obat,

dokter,

operasi,

rontgen,

laboratorium,

perawatan di Puskesmas, RSU pemerintah, tabib tradisional, dan


sinshe yang memiliki izin resmi dari pemerintah. Tarif maksimum
penggantiannya

adalah

Rp

4.000.000,-

berdasarkan

bukti

pengeluaran. Penggantian membeli alat bantu (othose) dan alat


pengganti (prothose) diberikan sekali per kasus dengan ketentuan
maksimum 40% dari harga Santunan berupa uang Santunan
sementara tidak mampu bekerja adalah sebesar 100% upah selama
kuartal pertama, 75% upah selama kuartal kedua, dan 50% selama
kuartal

ketiga

dan

seterusnya.

Santunan

cacat

total

dibayar

sekaligus (lumpsum) 70% x 60 bulan upah ditambah santunan


berkala Rp 25.000,. selama 24 bulan. Santunan cacat sebagian
tubuh atau cacat kekurangan fungsi, dibayar sekaligus (lumpsum)
sebesar persentase tertentu (berdasarkan tabel) dari 60 bulan upah.
Santunan kematian karena kecelakaan kerja dibayar sekaligus
(lumpsum) sebesar 36 bulan upah, ditambah santunan berkala
Rp 25.000,- selama 24 bulan,dan biaya pemakaman Rp 200.000,Jaminan Hari Tua
Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena karyawan
tidak mampu lagi bekerja. Akibatnya dapat menimbulkan kerisauan
bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenangan hati sewaktu
mereka

masih

berpenghasilan
kepastian

bekerja.
rendah,

Terutama sekali bagi mereka


maka

jaminan

penerimaan penghasilan

hari

tua

yang

memberikan

yang dibayarkan sekaligus

dan/atau secara berkala pada saat tenaga kerja mencapai usia 55

tahun. Jaminan Hari Tua adalah jaminan yang memberikan kepastian


penerimaan penghasilan yang diberikan sekaligus atau berkala
pada saat tenaga kerja mencapai hari tua (usia 55 tahun) atau
memenuhi
sekaligus

persyaratan
atau

tertentu.

berkala,

atau

Pembayarannya

sebagian

dan

dilakukan

berkala kepada

tenaga kerja, karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacat total
tetap setelah ditetapkan dokter. Menurut pasal 14 UU No. 3/1992
dalam Prinst (1994) bahwa: Dalam hal tenaga kerja meninggal
dunia, atau anak yatim piatu. Atau jaminan hari tua juga dapat
dibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 tahun,

yakni

setelah mencapai masa kepesertaan (Pasal 32 ayat 1 PP. No.


14/1993). Besarnya Jaminan Hari Tua adalah keseluruhan iuran
yang disetor, beserta hasil pengembangannya. Sesuai pasal 24 (1)
PP RI No. 14/1993 (Prinst 1994) bahwa jumlah Jaminan Hari Tua
bagi tenaga kerja yang telah mencapai usia 55 tahun atau cacat
total selama-lamanya dan dapat dilakukan
1) Secara sekaligus, apabila jumlah seluruh Jaminan Hari Tua yang
harus dibayar kurang dari Rp. 3.000.000,2) Secara berkala, apabila seluruh jumlah Jaminan Hari Tua telah
mencapai Rp. 3.000.000,- atau lebih dan dilakukan paling lama
lima (5) tahun.
Jaminan Kematian
Jaminan

Kematian

adalah

jaminan

yang

diberikan

kepada

keluarga/ahli waris tenaga kerja yang meninggal bukan akibat


kecelakaan kerja, guna meringankan
bentuk

santunan

kematian

dan

beban

keluarga

dalam

biaya pemakaman. Bagi

tenaga kerja yang meninggal dunia, bukan akibat kecelakaan


kerja maka keluarganya berhak atas Jaminan Kematian, yang
meliputi:
1) Biaya pemakaman
2) Santunan kematian berupa uang
Jaminan kematian (JK) dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari

peserta yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja,


sebagai tambahan bagi jaminan hari tua yang jumlahnya belum
optimal. Keluarga dimaksud dalam pasal 12 UU No. 3/1992 adalah
istri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis
lurus ke bawah dan ke atas, dihitung sampai derajat kedua, termasuk
anak yang disahkan. Apabila keturunan dalam garis lurus ke bawah
atau ke atas tidak ada, maka diambil garis ke samping dan mertua.
Dalam tenaga kerja tidak mempunyai ahli waris maka hak atas
Jaminan Kematian dibayarkan kepada pihak yang mendapat surat
wasiat dari tenaga kerja bersangkutan atau perusahaan pemakaman.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Pemeliharaan

kesehatan

dimaksudkan

untuk

meningkatkan

produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas


sebaik-baiknya
penyembuhan
memerlukan

dan

merupakan

(kuratif).
dana

Oleh

yang

upaya

kesehatan

karenanya,

tidak

sedikit

upaya

dan

di

bidang

penyembuhan

memberatkan

jika

dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya diupayakan


penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program jaminan
social tenaga kerja. Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban
mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi
upaya

peningkatan

penyembuhan

(promotif),

(kuratif),

dan

pencegahan

pemulihan

(preventif),

(rehabilitatif).

Dengan

demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja


yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan.
Jaminan pemeliharaan kesehatan selain untuk tenaga kerja yang
bersangkutan
memperoleh

juga

untuk

Jaminan

keluarganya.

Pemeliharaan

Orang

Kesehatan

yang
seperti

berhak
yang

disebutkan dalam pasal 16 UU No. 3/1992 (Prinst) adalah tenaga


kerja atau suami atau istri dan anak, yang meliputi:
1)

Rawat

Jalan

Tingkat

Jalan

Tingkat

Pertama
2)

Rawat

Lanjutan
3)

Rawat

Inap
4) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
persalinan
5)

Penunjang

diagnostik, dan
6)

Pelayanan

gawat

darurat
Untuk itu Badan Penyelenggara wajib memberikan kepada
setiap anggota :
1)

Kartu

pemeliharaan

kesehatan, dan
2)

Keterangan

yang

perlu

diketahui

peserta

mengenai

paket pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan.


F. Transformasi BPJS
Transformasi menjadi kosa kata penting sejak tujuh tahun
terakhir di Indonesia, tepatnya sejak diundangkannya UU SJSN pada
19 Oktober 2004. Transformasi akan menghadirkan identitas baru
dalam

penyelenggaraan

Indonesia (Jamsos

program

Indonesia

dalam

jaminan
Putri

sosial

di

UU

BPJS

2012).

membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), BPJS


Kesehatan

dan

menyelenggarakan
penduduk

BPJS

Ketenagakerjaan.

program

Indonesia

jaminan

termasuk

orang

BPJS

kesehatan
asing

Kesehatan

bagi

yang

seluruh

bekerja

Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia.

di

BPJS

Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan


kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian bagi
seluruh pekerja Indonesia termasuk orang asing yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia (Jamsos
Indonesia dalam Putri, 2012).

Empat BUMN Persero penyelenggara program jaminan sosial PT


ASKES (Persero), PT ASABRI (Persero), PT JAMSOSTEK (Persero), dan
PT TASPEN (Persero) akan bertransformasi menjadi BPJS. UU BPJS
telah menetapkan PT ASKES (Persero) untuk bertransformasi
menjadi BPJS Kesehatan dan PT JAMSOSTEK akan bertransformasi
menjadi

BPJS

Ketenagakerjaan.

UU

BPJS

belum

mengatur

mekanisme transformasi PT ASABRI (Persero) dan PT TASPEN


(Persero)

dan

mendelegasi

kan

pengaturannya

ke

Peraturan

Pemerintah (Jamsos Indonesia dalam Putri, 2012)


G. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum
yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
(UU No 24 Tahun 2011 Tentang BPJS). Mengingat pentingnya
peranan BPJS dalam menyelenggarakan program jaminan sosial
dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS
memberikan batasan fungsi, tugas dan

wewenang

yang jelas

kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batasbatas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana
untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan
(Jamsos Indonesia dalam Martabat, 2013).
a. Fungsi
UU BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan

program

jaminan

kesehatan.

Jaminan

Kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional


berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan
tujuan

menjamin

agar

peserta

memperoleh

manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi


kebutuhan dasar kesehatan.
BPJS

Ketenagakerjaan

menyelenggarakan

menurut

program,

UU

yaitu

BPJS
program

berfungsi
jaminan

kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan


jaminan kematian.

Menurut

UU

SJSN

program

jaminan

kecelakaan

kerja

diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi


sosial, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila
seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.
Selanjutnya program jaminan hari tua diselenggarakan
secara

nasional

berdasarkan

prinsip

asuransi

sosial

atau

tabungan wajib, dengan tujuan untuk menjamin agar peserta


menerima

uang

tunai

apabila

memasuki

masa

pensiun,

mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia.


Kemudian program jaminan pensiun diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan
wajib, untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total
tetap.
Jaminan pensiun ini diselenggarakan berdasarkan manfaat
pasti. Sedangkan program jaminan kematian diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan
tujuan untuk memberikan santuan kematian yang dibayarkan
kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
b. Tugas
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
bertugas untuk:
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2) Memungut dan

mengumpulkan

iuran dari peserta dan

pemberi kerja;
3) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

4) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;


5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial;
6) Membayarkan

manfaat

dan/atau

membiayai

pelayanan

kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial;


dan
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Dengan

kata

lain

tugas

BPJS

meliputi

pendaftaran

kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan,


pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari
Pemerintah, pengelolaan

Dana

jaminan Sosial,

pembayaran

manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas


penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan
sosial dan keterbukaan informasi.
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif
dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti
mendaftarkan peserta.
c. Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana diamksud di
atas BPJS berwenang:
1) Menagih pembayaran Iuran;
2) Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka
pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan
aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana,
dan hasil yang memadai;
3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan
peserta dan pemberi kerja dalam

mematuhi kewajibannya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


jaminan sosial nasional;
4) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai
besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada
standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas
kesehatan;
6) Mengenakan

sanksi

administratif

kepada

peserta

atau

pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;


7) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang
mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau
dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
8) Melakukan

kerjasama

dengan

pihak

lain

dalam

rangka

penyelenggaraan program jaminan sosial.


Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta
pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau
kekurangan

pembayaran,

pengawasan

dan

administratif

yang

kewenangan

kewenangan
diberikan

melakukan

mengenakan

kepada

BPJS

sanksi

memperkuat

kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik (UU N0 24 Tahun


2011 Tentang BPJS).

d. Kepesertaan BPJS
Beberapa pengertian:
1) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar Iuran.
2) Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan


hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja,
atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai
negeri dengan membayar

gaji, upah, atau imbalan dalam

bentuk lainnya.
Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI)
JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a) Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong
fakir mis-kin dan orang tidak mampu.
b) Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu. yang terdiri atas:
4) Pekerja Penerima Upah dan anggota ke luarganya, yaitu :
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) Pegawai Swasta; dan
g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f
yang menerima Upah.
5) Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan
BPJS.
6) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran

Peserta

dilakukan

di

kantor

BPJS

terdekat/setempat.
7) Prosedur pendaftaran Peserta
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada
BPJS Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan peker janya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri
dan keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

8) Hak dan kewajiban Peserta


a. Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
berhak mendapatkan 1) identitas Peserta dan 2) manfaat
pelayanan

kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan.


b. Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
berkewajiban untuk: 1) membayar iuran dan b) melaporkan
data

kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan

menunjukkan identitas Peserta pa da saat pindah domisili


dan atau pindah kerja.
9) Masa berlaku kepesertaan
a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama
yang bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok
peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar
Iuran atau meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan
diatur oleh Peraturan BPJS.
10) Pentahapan kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara
bertahap,

yaitu

kepesertaannya
Kesehatan;

tahap

pertama

paling

sedikit

Anggota

TNI/PNS

di

mulai

Januari

meliputi:

PBI

lingkungan

Pertahanan dan anggota keluarganya;

2014,

Jaminan

Kementerian

Anggota Polri/PNS di

lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi


kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota

keluarganya,

serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan


anggota

keluarganya.

Selanjutnya

tahap

kedua

meliputi

seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS


Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019
H. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
a. Pengertian
Asuransi
Kesehatan
Sosial
Kesehatan Nasional-JKN)

(Jaminan

Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial,


beberapa pengertian yang patut diketahui terkait dengan
asuransi tersebut adalah:
1) Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran
yang

bersifat

wajib

dari

peserta,

guna

memberikan

perlindungan kepada peserta atas risiko sosial ekonomi yang


menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU SJSN
No.40 tahun 2004).
2) Sistem Jaminan Sosial
penyelenggaraan

program

Nasional
Jaminan

adalah
Sosial

tata
oleh

cara
Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS


Ketenagakerjaan.
3) Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial

Nasional

(SJSN).

Sistem

Jaminan

Sosial

Nasional

ini

diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang


bersifat wajib (mandatory). Tujuannya adalah agar semua penduduk
Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak. (Kemenkes RI, 2013)
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan pola pembiayaan praupaya, artinya pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan sebelum
atau tidak dalam kondisi sakit. (Azwar, 1996; Murti, 2000)
a. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional
Menurut Kementerian Kesehatan (2013)

prinsip-prinsip

Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem


Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
1) Prinsip kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu
prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah
satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong
royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang

kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau


yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib
untuk

seluruh

penduduk,

tanpa

pandang

bulu.

Dengan

demikian, melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat


menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) Prinsip nirlaba
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba
(for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang
dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga
hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian,
akuntabilitas,

efisiensi,

dan

efektivitas.

Prinsip

prinsip

manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana


yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
3) Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan

jaminan

yang

berkelanjutan

kepada

peserta

sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal


dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4) Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
menjadi

peserta

sehingga

dapat

terlindungi.

Meskipun

kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya


tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan
pemerintah

serta

kelayakan

penyelenggaraan

program.

Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,


bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta
secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
5) Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana
titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola

sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut


untuk kesejahteraan peserta.
6) Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program
dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Anda mungkin juga menyukai