Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ikan merupakan komoditi utama di suatu pelabuhan perikanan. Produk


perikanan merupakan suatu produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan gizi terutama yang berasal dari protein hewani.Ikan
sebagai komoditas yang mudah dan cepat membusuk (high perishable food),
memerlukan penanganan yang cepat, bersih, cermat dan dingin (quick, clean,
careful and cool) sehingga mutu ikan dapat tetap dipertahankan sejak ikan
diangkat dari laut hingga ikan didistribusikan atau dipasarkan ke konsumen.Salah
satu mekanisme penanganan ikan dilakukan melalui penerapan sistem rantai
dingin (cool chain system) (Wibowo, 2006).
Pentingnya menjaga kualitas ikan di suatu pelabuhan perikanan berkaitan
dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan mutu hasil perikanan.
Apabila kualitas ikan yang ada di suatu pelabuhan perikanan baik, akan
menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dari segi fungsi pembinaan mutu hasil
perikanan sudah berjalan dengan optimal. Semakin bagus kualitas ikan, maka
harganya akan semakin tinggi (Hanafiah dan Saefudin, 1983 diacu dalam
Murdaniel, 2007).
Pelelangan ikan merupakan kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan
perikanan unuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. Menurut
Sumiati (2008:19) dalam pengelolaan tempat pelelangan ikan, seringkali masalah
kebersihan dan pengelolaan limbah terlupakan. Buruknya kebersihan lingkungan
di tempat pelelangan ikan dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Permasalahan kebersihan seperti banyaknya sampah dan limbah sisa atau buangan
dari aktivitas-aktivitas di tempat pelelangan ikan dan pengguna dapat
menimbulkan pencemaran. Kurangnya penanganan pada kebersihan lingkungan
seperti pembuangan limbah ikan di pinggir dagangan akan mengundang banyak
lalat dan vektor pembawa penyakit lainnya.
Sanitasi yang baik dalam industri tidak hanya terletak pada kebersihan
bahan baku, peralatan, ruangan dan pekerja tetapi juga dalam penanganan dan
pembuangan limbah. Meskipun suatu industri menghasilkan produk bermutu
tinggi tetapi jika cara pembuangan limbah di sekitar industri tersebut tidak
ditangani dengan benar, maka akan dapat mengganggu dan merusak lingkungan
hidup di sekitarnya. (Wicaksono, 2009). Kebersihan di pelabuhan perikanan
terutama di tempat pelelangan ikan merupakan salah satu persyaratan mendasar,
bahkan telah menjadi persyaratan internasional dalam menghadapi globalisasi dan
perdagangan bebas, sepertihalnya pelabuhan di negara-negara lain yang telah
mengatur sanitasi danhygienitas (Lubis, 2009b). Mengingat pentingnya
penanganan sanitasi dankebersihan di pelabuhan perikanan terutama di tempat
pelelangan ikan makasudah selayaknya perlu diterapkan standardisasi sanitasi dan
higienitas sesuaidengan peraturan standardisasi yang diterapkan oleh negara lain.
Peraturan tentang tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi telah diatur dalam
keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01/MEN/2007 (DKP, 2007)
I.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui penerapan sanitasi di


TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kota Lama.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
II.1 Hasil

TPI Kota Kendari

Pembongkaran

Ikan

Penyortiran

Pengangkutan

Pedagang

Penambahan Es

Konsumen

Gambar 1. Diagram alir proses penanganan ikan

II.2 Pembahasan

Secara fisik, kondisi fasilitas di TPI Kota Lama umumnya dalam kondisi
kurang baik. Konstruksi bangunan TPI belum memenuhi standar dalam
pembangunannya.Lantai TPI tidak memiliki kemiringan 2 ke arah saluran
pembuangan.sehingga pada saat pembersihan TPI, air tidak dapat langsung
mengalir masuk ke dalam saluran pembuangan. Gedung TPI juga sudah memiliki
atap dan dikelilingi pagar dan tembok untuk mencegah masuknya sinar matahari
langsung ke dalamruangan.
Menurut keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.
01/MEN/2007 (DKP, 2007), tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan
Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi, persyaratan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah Tempat pelelangan ikan harus memenuhi
persyaratan: Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan,
mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi,
dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan
limbah cair yang higiene, dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci
tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi, dilengkapi dengan tanda
peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di
tempat yang mudah dilihat dengan jelas, pelaku usaha perikanan yang
bertanggungjawab pada pelelangan dan pasar induk atau pasar lainnya yang
memaparkan produk dan harus mempunyai ruang pendingin yang dapat dikunci
untuk menyimpan produk perikanan dan mempunyai fasilitas wadah untuk produk
yang tidak layak konsumsi pada tempat yang diberi tanda.
Menurut Menai (2007), kebersihan dan sanitasi yang mengacu pada SSOP
adalah: lantai, wadah peralatan dibersihkan dan dicuci sebelum dan sesudah
dipakai dengan menggunakan air yang mengandung chlorine; peralatan
kebersihan (sikat, sapu, alat semprot dan lain-lain) tersedia setiap saat bila
diperlukan, dan jumlahnya mencukupi; tempat pendaratan dan penyimpanan ikan
terpelihara kebersihannya; tempat sampah terbuat dari bahan yang mudah
dibersihkan, tahan karat, tidak bocor, jumlahnya cukup, mempunyai tutup dan
ditempatkan di tempat yang sesuai; tidak semua orang kecuali yang
berkepentingan masuk ke TPI dan sebelum masuk TPI harus mencuci tangan dan
kaki di dalam bak berisi air yang mengandung chlorine.
Berdasarkan pengamatan selama praktikum berlangsung, terdapat beberapa
kekurangan dalam pelaksanaan sanitasi dan kebersihan di kolam pelabuhan,
dermaga bongkar dan TPI.Sampah-sampah dan limbah yang berada di kolam
pelabuhan berasal dari aktivitas tambat labuh kapal-kapal perikanan. Dengan
adanya aktivitas tambat labuh ini, banyak ceceran oli dan minyak kapal yang
menggenangi dan mencemari perairan kolam pelabuhan. Dampaknya Secara
langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena kekurangan oksigen,
keracunan karbon dioksida, dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
Di lingkungan TPI terutama di dalam ruangan pelelangan ikan, sanitasi dan
kebersihannya juga masih kurang baik. Ruang pelelangan ini terlihat masih kotor
pada saat proses pelelangan akan berlangsung. Banyak ceceran darah dan lendir
yang menggenangi lantai TPI, potongan-potongan ikan yang berceceran, asap
rokok yang mengepul dalam ruangan dan orang-orang yang meludah
sembarangan di dalam ruangan.
Dalam proses pendaratan hasil tangkapan, keranjang (trays) yang digunakan
tidak dicuci bersih sehingga sisa-sisa darah dan lendir masih menempel dan
mengering. Di dermaga bongkar masih sering terlihat banyak potongan-potongan
ikan, sisik ikan, ceceran darah dan lendir ikan, bongkahan-bongkahan es serta
genangan air. Gerobak dorong dan lori yang digunakan juga tidak dicuci bersih.
Masih banyak sisik-sisik ikan yang menempel dan bekas ceceran darah dan lendir
ikan yang mengering.
Ketersediaan air bersih untuk membersihkan dermaga bongkar dan TPI
dinilai tidak cukup. Air yang digunakan untuk membersihkan dermaga bongkar,
kapal, dan ikan menggunakan air laut yang berada di sekitar dermaga. Saluran
pembuangan yang berada di sekitar TPI tidak lancer dan terjadi penyumbatan dan
banyak sampah seperti bungkus dan puntung rokok, plastik dan potongan-
potongan ikan yang menggenang di dalamnya. Bercampurnya sampah organik
dan non organik yang dibuang sembarangan menyebabkan merebaknya aroma
sampah tidak sedap. Kondisi lingkungan di tempat pelelangan ikan yang kotor
tidak terlepas dari aktivitas orang-orang yang membuang sampah sembarangan
Kondisi sanitasi dan kebersihan yang kurang terjaga ini disebabkan oleh
kurangnya kesadaran masyarakat nelayan, para pelaku di TPI dan sekitarnya
untuk menjaga sanitasi dan kebersihan, baik ruangan, fasilitas dan juga ikan hasil
tangkapanyang didaratkan. Menurut lubis (2007), Pencucian dermaga bongkar
dan TPI seharusnya tidak hanyamenggunakan air bersih saja, melainkan
menambahkan disinfektan untuk mencegahterjadinya kontaminasi dengan bakteri
dan untuk mengurangi bau tak sedap, dengan demikian, persiapan dan
penanganan ikan di dalam ruangan TPI haruslah ditangani dengan baik dan hati-
hati untuk mencegah kerusakan fisik, daging ikan harus dijaga
kebersihannya.Oleh karena itu, peralatan yang digunakan harus bersih dan terbuat
dari bahan yang mudah untuk dibersihkan.
Kondisi fisik fasilitas kepelabuhanan yang memadai yang dimiliki oleh TPI
Kota Lama kiranya masih belum cukup untuk mengatasi permasalahan sanitasi
dan kebersihannya. Pemanfaatan fasilitas tersebut hendaknya disertai pengawasan
yang rutin terhadap seluruh fasilitas yang terkait dengan sanitasi dan kebersihan
ini. Pengawasan dan pemeliharaan yang baik dapat berupa pengawasan secara
rutin terhadap pasokan air bersih yang akan digunakan untuk mencuci kapal, hasil
tangkapan, lantai dermaga bongkar dan lantai TPI.Hal ini bertujuan menghindari
terganggunya distribusi air bersih untuk kebersihan dan sanitasi.Selanjutnya, tata
letak fasilitas yang terkait dengan sanitasi harusnya diatur menurut kapasitas dan
kepadatan aktivitas yang menghasilkan limbah.
Permasalahan sanitasi dan kebersihan ini dalam penanganannya tidak dapat
dilakukan dengan baik apabila tidak diketahui sumber pencemarnya. Sumber-
sumber pencemar di tempat pendaratan dan pelelangan ikan TPI Kota Lama
adalah adanya aktivitas-aktivtas pendaratan dan pelelangan ikan, baik di kolam
pelabuhan, dermaga bongkar dan gedung TPI. Pemilihan kolam pelabuhan,
dermaga bongkar dan TPI sebagai tempat praktikum karena ketiga tempat ini
merupakan pusat terjadinya proses pendaratan dan pelelangan yang banyak
menimbulkan dampak.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan

Penerapan sanitasi di TPI Kota Lama masih kurang baik, dimana bangunan
TPI masih belum memenuhi standar dalam pembangunannya. air yang digunakan
belum memenuhi persyaratan sebagai air bersih, dimana air yang digunakan untuk
keperluan membersihkan ikan maupun peralatan bersumber dari air laut yang ada
di sekitar TPI.

III.2 Saran
Hal yang terpenting dalam melakukan upaya pengelolaan sanitasi dan
kebersihan adalah pasokan air bersih. Penyediaan air bersih yang mencukupi,
akan dapat meminimalisasi pencucian ikan dengan menggunakan air kolam
pelabuhan.Selain itu, penyemprotan lantai dermaga bongkar dan TPI serta
pencucian keranjang ikan dapat dilakukan dengan lebihbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kelutan dan Perikanan [DKP]. 2007. Keputusan Menteri Kelautan


dan Perikanan Republik Indonesia No. Kep. 01/Men/2007 Tentang
Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribuai. Jakarta: DKP

Lubis, E. 2006. Buku I: Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bogor: Laboratorium


Pelabuhan Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Lubis, E. 2007. Bahan Kuliah Tekhnik Perencanaan Pelabuhan Perikanan. Bogor:


Laboratorium Pelabuhan Perikanan, Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.

Menai, ES. 2007. Tinjauan Penanganan Hasil Perikanan Tangkap dan Analisis
Prospek Penerapan Program HACCP pada Pangkalan Pendaratan Ikan
Manokwari Papua [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Murdaniel, RPS. 2007. Pengendalian Kualitas Ikan Tuna untuk Tujuan Ekspor di
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta [Skripsi].
Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rusmali, K. 2004. Analisis Aktivitas Pendaratan dan Pemasaran Hasil Tangkapan


dan Dampaknya terhadap Sanitasi di Pelabuhan Perikanan Samudera
Jakarta, Muara Baru DKI Jakarta [Skripsi]. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sumiati. 2008. Kajian Fasilitas dan Produksi Hasil Tangkapan dalam Menunjang
Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Palabuhanratu Sukabumi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertaniaan Bogor.
Wibowo, H. 2006. Pengaruh Penggunaan Coolbox Diatas Kapal Penangkap Ikan
terhadap Mutu Kesegaran Ikan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.

Wicaksono, D. 2009. Assemen Risiko Histamin Selama Proses Pengolahan Pada


Industri Tuna Lion. Program Studi Teknologi Hasil Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor.
DOKUMENTASI
LAPORAN PRAKTIKUM
SANITASI DAN HYGIENE INDUSTRI PERIKANAN

Oleh :

MUH. ALSERE BARDIAN S I1A6 13 022

JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

Anda mungkin juga menyukai