LINGKUNGAN STRATEGIS
Sesuai tugas pokok dan fungsi rumah sakit, sarana dan prasarana pelayanan yang ada di
Rumah Sakit khusus Daerah kelas A adalah sebagai berikut :
1. Program Intramural (di dalam rumah sakit)
o Pelayanan Kedaruratan
o Pelayanan rawat jalan
o Pelayanan rawat inap
o Pelayanan rehabilitasi pasien mental / psikososial
o Pelayanan penunjang lainnya.
2. Program Ekstramural (di luar rumah sakit) :
o Pelayanan kesehatan jiwa konsultatif di RSU dan Puskesmas
o Penyuluhan kesehatan jiwa
o Kunjungan rumah (Home Visite)
o Penjaringan dan penanggulangan gelandangan psikotik
o Pendidikan pelatihan dan penelitian kesehatan jiwa
o Kerjasama lintas sektor.
KONDISI EKSISTING
Fasilitas pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Khusus Daerah kelas A antara lain:
1. Pelayanan rawat jalan
1
No
Tenaga
Jumlah Keseluruhan
Jumlah
268
Spesialis Jiwa
1
1
Spesialis Syaraf
Spesialis Anak
3
4
B. KETENAGAAN :
3
Spesialis Mata
2
Spesialis Radiologi
1
Spesialis Penyakit Dalam
1
Dokter Umum
23
Dokter Gigi
2*
Psikolog
10
1**
Apoteker
11
3
Asisten Apoteker/SMF
12
13
Magister Kesehatan
13
1(1*)
Magister Sains
14
2 (1**)
Magister Pendidikan
15
1 3
Nurse
16
Sarana
dan
Prasarana
Kesehatan, Peningkatan mutu pelayanan
penunjang medik dan sarana kesehatan di
rumah sakit berkaitan erat dengan
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan
yang memenuhi persyaratan. Hal ini sesuai
dengan ketentuan pasal 7 Undang-undang No
44 tentang Ruamh Sakit yang menyatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan. Untuk
mewujudkan hal tersebut perlu dibuat kebijakan, program dan kegiatan yang sistematis dan
terencana agar mempercepat pencapaian tujuan
Peralatan Kesehatan di Fasilitas kesehatan Sesuai dengan amanah Undang Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, bahwa peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan
mutu, keselamatan dan laik pakai. Peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala
oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang. Untuk mengoptimalkan pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan
Sesuai dengan amanah Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa peralatan medis dan non medis
harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keselamatan dan laik pakai. Peralatan
kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Untuk mengoptimalkan
pengelolaan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, perlu didukung dengan
kebijakan Menteri Kesehatan berupa standar dan pedoman yang mengatur mengenai
pemanfaatan peralatan kesehatan. Dalam meningkatkan mutu peralatan kesehatan diperlukan
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan disahkan oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN) agar peralatan kesehatan yang diproduksi di dalam negeri dan
yang diimpor sesuai dengan SNI.
Untuk mengetahui apakah peralatan kesehatan tersebut sesuai dengan SNI, perlu dilakukan
pengujian oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro). Kementerian Kesehatan sampai saat ini
belum mempunyai Lembaga Sertifikasi Produk Alat Kesehatan, sehingga diperlukan kerjasama
dengan lembaga penguji yang sudah dimiliki oleh Kementerian lain/Lembaga Negara, BUMN,
Perguruan Tinggi serta Asosiasi dan organisasi profesi terkait, untuk melakukan pengujian dan
sertifikasi Alat Kesehatan agar sesuai dengan SNI.
Pada saat ini sudah banyak alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri. Agar produk alat
kesehatan tersebut bisa digunakan secara luas oleh fasilitas pelayanan kesehatan, diperlukan
peran Kementerian Kesehatan dan Kementerian terkait dalam membina produsen alat kesehatan
dengan mensosialisasikan kebijakan yang ada, selain kalibrasi/pengujian untuk mendapatkan
gambaran kondisi peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, perlu dibuat pemetaan
peralatan kesehatan. Saat ini sudah ada Sistem Aplikasi Sarana, Prasarana dan Peralatan
4
Kesehatan (ASPAK), yang nantinya akan diintegrasikan ke sistem informasi kesehatan yang
sudah ada. Sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan berada di propinsi dan kabupaten/kota,
sehingga diperlukan suatu koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengaksesan
data ke ASPAK, yang merupakan upaya pendataan online di samping bimbingan dan evaluasi ke
fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung. Saat ini sudah ada instrumen pendataan rumah
sakit yang dituangkan dalam Sistem Aplikasi Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan
(ASPAK). Untuk selanjutnya sesuai dengan peran Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
yang juga mencakup fasilitas kesehatan lain, seperti puskesmas, balai dll, diperlukan
pengembangan instrumen di ASPAK.
Peningkatan mutu pelayanan penunjang medik dan sarana kesehatan di rumah sakit
berkaitan erat dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang memenuhi
persyaratan. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 7 Undang-undang No 44 tentang Ruamh Sakit
yang menyatakan bahwa rumah sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dibuat
kebijakan, program dan kegiatan yang sistematis dan terencana agar mempercepat pencapaian
tujuan tersebut.
Sehingga hal di atas dapat meminimalisir hambatan-hambatan seperti misalnya belum
tersosialisasi secara optimal NSPK yang ada, terbatasnya sumber daya manusia pengelola sarana,
prasarana dan peralatan medik dan terbatasnya anggaran.