Anda di halaman 1dari 13

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG SEJARAH DAN KISAH DALAM AL-QURAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen Pengampu : Nadhifah, M.SI

Disusun :
Nanik Maningrum (113411090)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Al-Quran membahas mengenai pokok-pokok bahasan yaitu mengenai akhlak, janji
dan ancaman, aqidah, ibadah, sejarah dan kisah. Al-Quran menganjurkan untuk
mempelajari dan memahami sejarah dan kisah pada zaman dahulu serta mampu
memperoleh ilmu dan hikmahnya. Dengan sejarah kita dapat melihat dengan jelas
peninggalan umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat memahami dan menghayati
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu melalui bacaan atau pelajaran
sejarah dan Al-Quran juga ikut menjelaskan sejarah-sejarah zaman orang-orang
terdahulu.
Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril AS
sebagai mukjizat yang terbesar. Salah satu isi pokok ajarannya adalah mengenai sejarah
dan kisah umat terdahulu. Keterangan tentang sejarah dan kisah umat terdahulu
didalam kitab Al-Quran tentunya memiliki tujuan. yaitu merupakan sebagai
petunjuk/pelajaran bagi umat islam yang selanjutnya agar dapat mengambil hikmah
dari peristiwa yang sudah terjadi dimasa lalu. Sehingga dimasa sekarang umat manusia
khususnya umat islam tidak terjerumus hal-hal yang tidak baik
Pada makalah ini, pemakalah akan memaparkan secara rinci ayat-ayat tentang sejarah
dan kisah.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian sejarah dan kisah?
b. Bagaimana ayat-ayat tentang sejarah dan kisah dalam Al-Quran?
c. Apakah macam-macam kisah yang terdapat dalam Al-Quran?
B. Pembahasan
1. Pengertian kisah dan sejarah
Secara Etismologis, Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (:
ajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (
). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau
penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti
ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti
masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang
berarti sudah terjadi.
Sejarah (bahasa Yunani: , historia, yang berarti "penyelidikan, pengetahuan
yang diperoleh melalui penelitian") adalah studi tentang masa lalu, khususnya
bagaimana kaitannya dengan manusia. Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat,
riwayat, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar
1

terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja
yang memerintah.
Pengertian Sejarah berdasarkan para ahli:
-

Moh. Yamin : Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil

penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.


Ibnu Khaldun (1332-1406): Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat

umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
R. Moh. Ali :Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,
mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut:1
Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di

sekitar kita.
Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan

di sekitar kita.
Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau

peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita


2. Ayat-ayat tentang sejarah dan kisah dalam Al-Quran
a. Q.S Ali Imron(3): 137
s%

Mn=yz

`B

N3=6s%

(#rs F{$# (#rR$$s y#x. tb


%x. pt6)t t/js3J9$#

Artinya:Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah,


karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

1. Asbabun Nuzul
Sunnah Allah, artinya ketentuan yang berlaku, bahwa yang hak pada akhirnya
akan menang dan yang bathil akan kalah. Secara umum ayat ini masih dalam
rangka uraian tentang peperangan Uhud (yang dimulai dari ayat 121) mengenai
kejadian-kejadian yang penting dan sikap orang-orang kafir terhadap orang-orang
mukmin yang berakhir dengan kemenangan orang-orang mukmin, berkat
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, diakses ada tanggal 29-12-2014, pukul
02:07PM
2

keimanan dan kesabaran dalam menghadapi segala macam bahaya dan rintangan
untuk mempertahankan dan menegakkan kebenaran.2
2. Tafsir
Pengertian ayat di atas adalah bahwa kehendak Allah pada makhluk-Nya
berjalan sesuai dengan Sunnatullah yang maha bijaksana. Barang siapa berjalan
pada sunnah tersebut maka akan berhasil, sekalipun ia seorang mulhid atau
watsani. Dan siapa saja menyimpang darinya akan rugi, meskipun ia seorang Nabi
atau shiddiq.3
Berdasarkan pengertian ini, tidak mengherankan jika kaum Muslimin
mengalami kekalahan dalam perang Uhud, dan kaum musyrikin bisa mendekati
Nabi SAW., bahkan sempat melukai beliau dan merontokkan giginya, serta
menjerumuskannya ke dalam lubang. Yang diakibatkan karena kaum muslimin
saat itu berada dalam dua kondisi, yaitu khawatir dan penuh harap.
3. Munasabah
Adapun hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 135 dan 136,
sebelumnya menurut Ibnu Ar Razi ialah: setelah Allah SWT menjanjikan untuk
memberikan ampunan dan surga kepada orang yang taat dan orang yang
bertaubat, maka pada ayat ini Allah menyebutkan hal-ikhwal ummat yang taat dan
yang tidak taat pada abad-abad yang lampau supaya orang-orang mukmin
mengambil itibar dan pelajaran daripadanya.
Pada ayat 137 ini, Allah menerangkan bahwa sunnahNya (ketentuan yang
berlaku) terhadap makhlukNya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat
Nabi Muhammad SAW, tetap berlaku sampai sekarang. Dan Allah menyuruh kita
menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab ditimpakannya azab kepada orangorang yang mendustakan kebenaran.
Adapun selanjutnya dalam ayat 138 menjelaskan bahwa apa yang tersebut
pada 137 adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran
bagi orang-orang bertakwa.
2 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid II, (Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf, 1990), hal 53.
3 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 4( Semarang: PT.Toha Putra,
1986) Cet.1,hal.128-129.
3

b. Q.S Yusuf (12):111


s)s9 c%x. Nh|s% ou9 <'rT[{

=t69F{$# 3 $tB tb%x. $ZVtn 2utI


`6s9ur t,s? %!$# tt/ myt
@s?ur e@2 &x Ydur ZpuHquur
5Qqs)j9 tbqZBs

Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran


bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuatbuat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
1. Tafsir
Kata ibrah merupakan Akar kata yang terdiri dari (ain-ba-ro) mempunyai
arti berlalu, melalui, melampaui, menyeberangi dan lain sebagainya. Ungkapan
mibar adalah tempat di pinggir kaliyang digunakan untuk menyebrangi lkali tersebut.
Air mata disebut abrah karena ia meleleh dan mengalir dari kelopak mata. Jika
dikatakan abbartur ad-dananir artinya aku menimbang-nimbang dinar itu
satu demi satu. Dari sini muncul ungkapan ibrah atau itibar yang sering kali
diterjemahkan dengan mengambil pelajaran dai peristiwa masa lalu karena seseorang
yang mengambil pelajaran berarti dia akan membandingkan antara peristiwa masa
kini denagn peristiwa masa lalu, sebagaimana orang yang akan menyebrangi sungai,
dia akan melihat tempat penyeberangan yang kedua. Atau se4bagaimana seseorang
yang membandingkan satu dinar dengan dinar yang lain ketika menukar.
Pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa semua kisah nabi-nabi,
terutama Nabi Yusuf AS bersama ayah dan saudara-saudaranya , adalah pelajaran bagi
orang-orang yang memiliki akal. Sedangakan orang yang lalai yang tidak
menggunakan akal pikirannya untuk memahami kenyataan yang ada, maka kisah nabi
tersebut tidak akan bermanfaat baginya.4
2. Munasabah
Munasabah ayat 111 dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 110, bahwa ayat 110
menjelaskan tentang kisah nabi yang mendapat cobaan dari Allah dan pertolongan
Allah kepada mereka. Pertolongan Allah akan datang ketika beliau (para Nabi) telah
4 Dapartemen Agama RI. Al Quran dan tafsirnya(edisi disempurnakan. (Jakarta :
Lentera Abadi. 2010) Hal 54-57.
4

mencapai puncak kesusahan dalam menanggung cobaan tersebut. Sedangakan ayat


111, sebenarnya memiliki keterkaitan dengan seluruh ayat-ayat dalam surat yusuf.
Surat yusuf menceritakan tentang kisah nabi Yusuf, dan pada ayat terakhir ini
menjelaskan bahwa kisah-kisah nabi Yusuf tersebut memilki banyak kandungan
pembelajarn bagi kehidupan selanjutnya, setelah nabi Yusuf.
c. Q.S Al-Isro (17): 77
spZ `tB s% $uZ=yr& n=6s
%

`B

$oY=

wur

grB

$oYKY9 xqtrB

Artinya : (Yang demilian itu) merupakan ketetapan bagi para rosul Kami
yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas
ketetapan Kami.5
1. Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh abu Syaikh Ibnu Hayyan al-Ansari dari Said bin Jubair bahwa
Nabi Muhammad SAW pada suatu kali mengusap Hajar Aswad dalam tawaf, lalu
dilarang oleh orang- orang Quraisy. Mereka berkata: Kami tidak akan mengizinkan
kamu menciumnya sebelum datang kepada tuhan tuhan kami. Nabi berkata dalam
hatinya, Apakah salahnya jika aku mengunjungi tuhan tuhan mereka, bila
sesudahnya mereka membiarkanku mencium Hajar Aswad. Allah mengetahui
motivasiku mencium tuhan tuhan mereka. Akan tetapi Allah tidak mengizinkan
Nabi berbuat demikian, Jilalu kepada beliau diturunkannya ayat ini.
Ibnu Ishak, Ibnu Mardawaih, dan lain lainnya meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal, dan beberapa orang pemuka suku
Quraisy berkata, Mintalah berkah tuhan tuhan kami, kami akan beramai ramai
masuk agamamu. Rasulullah SAW sangat kecewa bila kaumnya menjauh darinya,
karena beliau menginginkan mereka semua masuk Islam Rasulullah sangat sedih,
maka turunlah ayat ayat ini.
2. Tafsir
Istilah ( ) sunnatullah, dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah dan
Allah. Kata

sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah adalah

kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan masyarakat. Dalam alQuran kata


sunnatullah dan yang semakna dengannya seperti sunnatuna, sunnatul awwalin,
5 Kementerian Agama RI. Al Quran dan tafsirnya Jilid V.( Jakarta : Lentera Hati.
2010).
5

terulang sebanyak tiga belas kali. Kesemuannya berbicara dalam konteks


kemasyarakatan, sebagai contoh dapat dibaca QS. Al-Anfal (8): 38, al-ahzab (33):38,
dan ghafir (40): 85. Perlu diingat bahwa apa yang dinamai hukum-hukum alam pun
adalah kebiasaan-kebiasaan yang dialami manusia. Dan dari ikhtisar pukul rata
statistik tentang kebiasaan-kebiasaan itu, para pakar merumuskan hukum-hukum
alam. Kebiasaan itu dinyatakan Allah sebagai tidak beralih (QS. Al-Isra (17): 77) dan
tidak pula berubah (QS. Al-fath:23). Karena sifatnya demikian, ia dapat dinamai juga
dengan hukum-hukum kemasyarakatan atau ketetapan-ketetapan Allah terhadap
situasi masyarakat. Dahulu para pakar tidak menyadari bahwa ayat ini berbicara
tentang salah satu hukum kemasyarakatan sehingga hukum-hukum tersebut belum
lagi populer/diketahui. Karena itu, ada yang menganggap bahwa firman-Nya diatas
yang menyatakan Tidak akan tinggal sepeninggalmu berarti mereka akan mati.
Ayat diatas pada hakikatnya berbicara tentang sunnatullah/ hukum-hukum
kemasyarakatan sebagai bunyi lanjutannya Dan tidak akan engkau dapati
perubahan bagi sunnah/ketetapan Kami itu karena itu kalimat Sepeninggalmu
mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja, tidak boleh dipahami sebagai
kematian orang-orang tetapi kematian sistem/orde masyarakat. Orang-orang yang
hidup dalam masyarakat tersebut tetap bertahan hidup, tetapi sistem kemasyarakatan
dan pandangan jahiliah yang mereka anut menurut ayat yang ditafsirkan ini sebentar
lagi akan runtuh. Dan ini terbukti kebenarannya setelah 10 tahun dari hijrah rasul saw
dari Mekah. Ayat ini merupakan salah satu bukti bahwa alQuran adalah kitab
pertama yang menjelaskan hukum-hukum kemasyarakatan dan bahwa disamping ajal
perorangan ada juga ajal bagi masyarakat.
3. Munasabah
Dalam ayat ayat yang lalu, Allah SWT menjelaskan keingkaran manusia
yang tidak mau beriman padahal nikmat Allah begitu besar, baik yang terdapat di
alam raya ataupun yang terdapat pada dirinya, padahal fitrah manusia itu beragama
tauhid. Hal ini tampak ketika mereka ditimpa malapetaka yang dahsyat, mereka
memohon perlindungan hanya kepada Allah. Akan tetapi, setelah terlepas dari
malapetaka itu, mereka tidak mau berterima kasih pada Zat yang menolongnya, malah
menyembah tuhan-tuhan yang lain yang mereka persekutukan dengan Allah. Dalam
ayat-ayat ini, Allah swt mengungkapkan bagaimana keingkaran kaum musyrikin
Mekah kepada seruan Rasulullah. Mereka bukan hanya menolak diajak kembali

kepada agama tauhid, bahkan memusuhi Nabi Muhammad dan kaum Muslimin serta
berusaha mengusir mereka dari bumi Mekah.
d.

Q.S Thaha : 99
y79xx. )tR y7n=t `B !$t7/Rr&

$tB s% t,t7y 4 s%ur y7oYs?


#u `B $R$! #\2

Artinya : Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah


umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami
suatu peringatan (Al Quran).
1. Tafsir
Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa kisahkisah yang diberitakan pada ayat-ayat yang lalu seperti kisah Musa AS bersama
Firaun dan Samiri itu, demikian pula kisah-kisah nabi sebelunya patut menjadi contoh
dan teladan baginya dalam menghadapi kaumnya yang ingkar dan sangat durhaka.
Karena memang demikianlah keadaan setiap rasul walaupun telah diturunkan
kepadnya kitab-kitab dan mujizat-mujizat untuk menyatakan kebenaran dakwahnya,
namun kaumnya tetap saja ingkar dan berusaha sekuat tenaga menentang seruannya
dan tetap memusuhi bahkan ingin membunuhnya untuk melenyapkannya sehingga
tidak terdengar lagi suara kebenaran yang disampaikannya.
2. Munasabah
Pada ayat sebelumnya Allah telah menerangkan kisah Nbi Musa AS. bersama
Firaun dan Samiri, dua pemimpin yang kafir dan durhaka, ini merupakan pengalaman
pahit yang biasa diderita oleh setiap Rosul dan orang-orang yang berusaha
menegakkan kebenaran dan meninggikan agama Allah. Maka pada ayat-ayat ini Allah
menerangkan kepada Nabi Muhammad SAW kisah para nabi sebelumnya sebagai
peringatan bagi umat manusia dan hiburan yang dapat melenyapkan kesedihan yang
bersemi dalam hati Nabi karena sikap kaumnya yang tetap saja ingkar dan tidak mau
menerima petunjuk-petunjuk Allah yang telah disampaikannya, ditambah lagi dengan
penganiayaan dan cemoohan yang dilontarkan mereka atas dirinya. Jadi apa yang
diderita oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah-Nya telah
dirasakan pula oleh nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum beliau.
e. Q.S Ar-Rum (30) : 42

@%

(#r

F{$#

(#rR$$s

y#x. tb%x. pt7)t t%!$# `B @6s% 4 tb


%x. OdsY2r& t.B

Artinya:

Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan

perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari


mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."
1. Asbabun Nuzul
@% (#r F{$# (#rR$

$s y#x. tb%x. pt7)t t%!$# `B


@6s% 4

Katakanlah hai rasul, kepada orang-orang musyrik dari kalangan kaummu itu,
lakukanlah perjalanan ke berbagai negeri, lalu lihatlah dan perhatikanlah tempattempat tinggal orang-orang yang kafir kepada Allah sebelum kalian, karena mereka
rela mendustakan rasul-rasulNya. Bagaimanakah Kami telah membinasakan mereka
dengan azab Kami, kemudian Kami jadikan mereka sebagai pelajaran buat orangorang yang sesudah mereka?
Selanjutnya Allah menjelaskan penyebab yang mengakibatkan mereka
dibinasakan oleh azab itu. Dia berfirman:
tb%x. OdsY2r& t.B

Azab yang telah menimpa mereka itu sebagai pembalasan yang setimpal dari
kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Tuhan mereka, dan kedustaan mereka terhadap
rasul-Nya.6
2. Tafsir
Ayat ini merupakan peringatan bagi kaum musyrik Mekkah bahwa nasib
mereka sama dengan nasib kaum musyrik sebelum mereka, azab serta kehancuran
melanda mereka karena tak beriman kepada Allah. Di sini kaum musyrik disuruh
mengadakan riset di atas bumi ini serta melihat ke tempat-tempat kaum yang telah
mengingkari

dan

mendurhakai

rasul-rasul-Nya.

Karena

itu

Allah

telah

6 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 4( Semarang: PT.Toha Putra,


1986) Cet.1,hal 102-103.
8

menghancurkan mereka dengan azab-Nya. Hal itu hendaknya menjadi pelajaran bagi
kaum sesudahnya.7
Orang-orang yang dihancurkan oleh Allah itu kebanyakan terdiri atas kaum
musyrik dan sesat. Mereka sedikit sekali yang beriman kepada Allah, dan tak mau
menerima seruan rasul-rasulNya, seperti kaum Nuh as, kaum Ibrahim as, kaum Ad,
Kaum Saleh as, kaum Syuaib as, kaum Lut as dan lain-lain. Setiap ada siksaan, maka
Allah hanya menghancurkan kaum musyrik yang sesat itu, dan melepas kaum yang
beriman yang sedikit jumlahnya.
3. Munasabah
Adapun hubungan ayat ini dengan ayat 41 yaitu Allah menjelaskan bahwa
timbulnya kerusakan di dunia sebagai akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri.
Lalu Allah memberikan petunjuk kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum mereka
pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka.
Akhirnya mereka tertimpa azab dari Allah, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat
orang-orang sesudahnya.
Sedangkan hubungan antara ayat 42 dan 43, dijelaskan bahwa Allah melarang
orang kafir tetap pada kekafirannya, karena akan menimpa atasnya azab yang pedih
dariNya, selanjutnya pembahasan itu diiringi dengan perintahNya yang ditujukan
kepada rasulNya dan orang-orang yang mengikuti jejaknya, hendaknya mereka tetap
teguh di dalam memegang apa yang ada pada mereka. Yaitu tetap beribadah kepada
Allah Yang Maha Esa.
3.Macam-macam kisah yang terdapat dalam Al-Quran
Manna Kholil Khattan menyebutkan macam-macam kisah yang terdapat dalam
Al-Quran:8
a) Pertama, kisah-kisah para Nabi dan segala hal yang menyangkut
perjuanganyya. Seperti Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Muhammad
SAW.
7 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid VII, (Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf, 1990), hal 600.
8 Nur Kholis,Pengantar Studi Al-Quran dan Al-Hadits,
(Yogyakarta:TERAS,2008),Cet.1,hal.126
9

b) Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang
belum bisa dipastikan kenabianyya. Misalnya: kisah beribu-ribu orang yang
pergi dari kampungnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang
putra Adam, Asbhabul Kahfi, Zulkarnain, dll
c) Ketiga, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi ada Nabi
Muhammad SAW, seperti perang badar, perang uhud, perang Hunain, perang
Ahzab, tentang Isra dan Miraj dll. (Manna Khalil al Qattan, 1998:436).

C. Kesimpulan
Secara Etismologis, Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (:
ajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh () .
10

Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau
penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu
atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu
manusia.
Manna Kholil Khattan menyebutkan macam-macam kisah yang terdapat dalam
Al-Quran:
a) Pertama, kisah-kisah para Nabi dan segala hal yang menyangkut
perjuanganyya. Seperti Nabi Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Muhammad
SAW.
b) Kedua, kisah-kisah yang berhubungan dengan masa lalu dan orang-orang yang
belum bisa dipastikan kenabianyya. Misalnya: kisah beribu-ribu orang yang
pergi dari kampungnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang
putra Adam, Asbhabul Kahfi, Zulkarnain, dll
c) Ketiga, kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi ada Nabi
Muhammad SAW, seperti perang badar, perang uhud, perang Hunain, perang
Ahzab, tentang Isra dan Miraj dll. (Manna Khalil al Qattan, 1998:436)
D. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan. Semoga makalah ini mendatangkan
manfaat bagi pembaca dan juga penulis sendiri. Penulis sangat menyadari, masih banyak
terdapat kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan. Oleh karena itu, demi
perbaikan lebih lanjut, penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, diakses ada tanggal 29-12-2014, pukul 02:07PM
Departemen Agama RI.1990.Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid II.Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf
Ahmad Musthafa Al-Maraghi.1986.Tafsir Al-Maraghi 4.Semarang: PT.Toha Putra
11

Dapartemen Agama RI. 2010.Al Quran dan tafsirnya (edisi disempurnakan).Jakarta :


Lentera Abadi.
Kementerian Agama RI.2010.Al Quran dan tafsirnya Jilid V.Jakarta : Lentera Hati.
Departemen Agama RI.1990.Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid VII.Yogyakarta: PT.Dana
Bhakti Wakaf
Kholis,Nur.2008.Pengantar Studi Al-Quran dan Al-Hadits Cet.1.Yogyakarta:TERAS

12

Anda mungkin juga menyukai