Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEKNOLOGI FITOFARMASETIKA

FORMULASI GEL MINYAK KULIT KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii BI)


SEBAGAI SEDIAAN ANTISEPTIK

Di Susun Oleh :
Atika Dewi Wulansari

1308010001

Lintang Kartiko A

1308010003

Prayogo Pangestu

1308010007

Fitria Naelinnajah

1308010013

Witar Mayana

1308010017

M Sholehudin

1308010019

Dzikqrika Maulana

1308010031

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang formulasi
gel minyak kulit kayu manis (cinnamomum burmannii bi) sebagai sediaan antiseptic. Adapun
makalah ini tentang formulasi gel minyak kulit kayu manis (cinnamomum burmannii bi)
sebagai sediaan antiseptic telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang formulasi gel
minyak kulit kayu manis (cinnamomum burmannii bi) sebagai sediaan antiseptic ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Kelompok penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit sangat rentan terkena infeksi ataupun penyakit kulit lain yang salah satunya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus bertanggung
jawab atas 80% penyakit supuratif, dengan permukaan kulit sebagai habitat alaminya
(Ginanjar et al., 2010). Penyebaran bakteri Staphylococcus aureus paling sering ditularkan
dari tangan ke tangan (WHO, 2013). Sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi bakteri
Staphylococcus aureus diperlukan sediaan yang dapat mencegah infeksi dan praktis dalam
penggunaannya. Antiseptik tangan dalam bentuk sediaan gel sangat praktis digunakan.
Gel antispetik tangan merupakan sediaan yang berbentuk gel yang digunakan untuk
mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme tanpa membutuhkan air (Girou
et al., 2002). Cara pemakaiannya adalah dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian
diratakan pada permukaan tangan tanpa dibilas dengan air (Sari & Isadiartuti, 2006). Tetapi
penggunaan gel antiseptik yang mengandung alkohol dapat menimbulkan iritasi sehingga
tidak nyaman digunakan berulang (Dyer et al., 1998). Untuk itu perlu gel antiseptik tangan
dengan bahan aktif dari alam. Salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas antibakteri
adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii.) (Inna et,al.,2010:81)
Tanaman kayu manis yang dikembangkan di Indonesia terutama adalah
Cinnamomum burmanii, dengan daerah produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan
produknya dikenal sebagai cassia-vera atau Korinjii cassia. Kulit kayu manis dapat
digunakan langsung dalam bentuk asli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu
manis dapat diperoleh dari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan
cara destilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulit kayu manis
dengan pelarut organik (Rusli dan Abdullah, 1988).
Kayu manis bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit gangguan
saluran pencernaan seperti dispepsia, flatulens, diare, dan sebagai penambah nafsu makan.
Kandungan senyawa aktif biologi yang terdapat pada kayu manis adalah tanin, flavonoid,
saponin, eugenol, dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut yang diketahui memiliki
sifat antibakteri (Munin dan Endang, 2011). Sediaan gel lebih banyak digunakan karena rasa
dingin di kulit, mudah mengering dan mudah dicuci. Bahan pembentuk gel yang biasa
digunakan adalah HPMC (Suardi et al., 2008).
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi dari kayu manis?

2. Bagaimana khasiat empiris dari kayu manis?


3. Bagaimana cara pembuatan simplisia kayu manis?
4. Bagaimana cara pembuatan formulasi gel minyak kayu manis?
B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dari kayu manis.
2. Memperjelas khasiat empiris mengkudu.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan simplisia kayu manis.
4. Membuat sediaan berupa gel dari minyak kayu manis yang berkhasiat sebagai
antiseptik

BAB II
ISI
1. Klasifikasi Kayu Manis

Kingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

: Plantae
: Spermatophyta
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Laurales
: Lauraceae
: Cinnamomum
: Cinnamomum burmannii

Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanaman kayu manis
(Cinnamomum burmanni). Kandungan kimia kayu manis antara lain minyak atsiri, safrole,
sinamaldehida, tannin, dammar, kalsium oksalat, flavonoid, triterpenoid, dan saponin (Utami,
2013). Minyak atsiri banyak terdapat dibagian kulit kayu manis. Kandungan terbanyak dalam
minyak atsiri kulit kayu manis adalah sinamaldehid 60-70%, p-cimene 0,6-1,2 %, a-pinene
0,2-0,6%, eugenol 0,8%, sinamil asetat 5%, kariofilen 1,4-3,3%, benzil benzoate 0,7-1,0%
(Balchin, 2006). Daun mengandun geugenoldan linalool (Setiawan, 2008).
Rasa kulitkayupedas, sedikitmanis, bersifathangat, danwangi. Berkhasiatmengatasi masuk
angin, diaere dan penyakit yang berhubungan dengan saluran cerna, kayu manis juga
memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Bisset & Wichtl 2001) serta kayu manis juga dapat
menghangatkan lambung, meluruhkankentut (karminatif), meluruhkankeringat (diaforetik),
antirematik, meningkatkannafsumakan (stomatik), danmeredakannyeri (analgesik) (Setiawan,
2008).
2. Khasiat Empiris
Secara empiris tumbuhan kayu manis pada bagian kulit batang pohonnya telah banyak
digunakan masyarakat untuk menurunkan glukosa darah, bahkan sudah biasa dicampurkan
didalam makanan dan atau minuman seperti kopi, cereal, teh, orange juice dan roti, bahkan
sekarang sudah tersedia dalam bentuk kapsul dan pil (Anonim, 2009).
Rancangan Produk
Produk Gel Antiseptik dari Minyak Atsiri Kayu Manis
Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh melalui proses penyulingan (destilasi)
terhadap kulit batang, kulit cabang maupun daun kayu manis (Rismunandar, 1993). Sebelum
proses penyulingan perlu dilakukan perlakuan pendahuluan berupa pengeringan dan
pengecilan ukuan untuk mempercepat proses penyulingan dan memperoleh rendemen yang
tinggi dengan mutu yang lebih baik (Guenther, 1987).
Tabel 1.

Formula gel antiseptik tangan berdasarkan formula yang dibuat (Satphaty et al., 2011)
yang telah dimodifikasi

A
B

Bahan
Minyak Atsiri Kayu

Satuan
Gram

Formula
2,00

Manis
Gliserin
HMPC
Metil Paraben
Propil Paraben
Gliserin
Aquadest

Gram
Gram
Gram
Gram
Gram
Gram

0,50
2,00
0,18
0,02
5,00
92,30

Cara Pembuatan
HPMC ditimbang sebanyak 2 gram dan didispersikan dalam aquadest sebanyak 30 ml
pada suhu 90C diaduk hingga mengembang. Nipagin dan nipasol dilarutkan dalam 30 ml air
mendidih hingga larut dan dimasukkan kedalam basis gel diaduk dalam suasana dingin
sampai terbentuk gel kemudian ditambahkan 5 gram gliserin. Sisa aquadest ditambahkan
kedalam basis gel. Gliserin ditimbang 0.5 gram dan ditambahkan minyak atsiri kayu manis
diaduk sampai larut segera dicampurkan dalam basis gel dan diaduk sampai homogen.
Sediaan gel yang sudah terbentuk didiamkan selama 24 jam dalam lemari es.
Nama Produk : GASMAK (Gel Antiseptik Minyak Atsiri Kayu Manis)
3. Proses pembuatan simplisia:
A. Pengumpulan/panen
a. Tekhnik pengumpulan
Pengumpulan/panen kulit batang kayu manis dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat.
b. Waktu pengumpulan atau panen
Pada umumnya waktu pengumpulan kulit batang dikumpulkan sewaktu awal musim
kemarau. Karena pada saat musim kemarau proses pengangkutan zat hara dari tanah
keseluruh tubuh tumbuhan berkurang. Sehingga zat-zat aktif yang dibutuhkan tumbuhan
tertumpuk di kulit batang (korteks). Waktu panen umumnya tergantung pada beberapa faktor
antara lain kesuburan lahan, perkembangan iklim selama pertumbuhan awal dan ketinggian
tempat dari permukaan laut. Semakin muda tanaman dipanen, semakin rendah mutu kulit

yang dihasilkan. Makin tua umur tanaman dipanen, makin tebal kulit yang diperoleh, makin
tinggi produksi dan makin tinggi pula mutu kulit yang dihasilkan. Tidak ada suatu kriteria
yang menyatakan kapan suatu pohon kayu manis dapat dipanen, salah satu syarat yang dapat
dipakai adalah apabila kulit batang pada bagian luar sudah berwarna keabu-abuan maka pada
saat itu kayu manis telah dapat dipanen (Gusmailina, 1995).
B. Sortasi basah dan pencucian
Setelah pemanenan kulit batang kayu manis, dilakukan sortasi basah yang bertujuan
untuk memisahkan batang dari bagian tanaman yang tidak digunakan seperti tangkai, daun,
dan akar.Kemudian kulit batang kayu manis dicuci menggunakan air PAM. Pencucian
dimaksudkan untuk membersihkan kulit batang dari sisa-sisa kotoran yang melekat.
C. Perajangan
Setelah dicuci, kulit batang kayu manis diangin-anginkan di atas koran kurang lebih
satu malam. Kemudian diubah bentuk atau dipotong kecil-kecil menggunakan gunting atau
kater yang bertujuan untuk memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan
berlangsung cepat.
D. Pengeringan
Setelah diubah bentuk, proses selanjutnya yaitu pengeringan. Sampel dikeringkan di
bawah sinar matahari dengan menggunakan kain hitam sebagai penutup. Fungsi kain hitam
tersebut untuk menyerap panas dari sinar matahari. Sampel tidak boleh berkontak langsung
dengan sinar matahari karena akan merusak aktivitas enzim.Lalu proses selanjutnya kulit
batang kayu manis disimpan pada suhu kamar 15-300C. Apabila cuaca baik maka setelah dua
atau tiga hari kulit kayu manis sudah cukup kering dan akan mengulung dengan sendirinya
dengan kadar air sekitar 14%, berwarna kuning muda sampai merah kecoklatan (Muhammad,
1973). Kebersihan tempat penjemuran perlu diperhatikan karena ikut menentukan mutu kulit
kayu manis. Bila tempat penjemuran kotor, maka debu, tanah dan kotoran lainnya akan
terbawa dalam kulit yang menggulung (Rismunandar, 1993).
Tujuan pengeringan antara lain:
a) Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam
jangka waktu yang relatif lama.

b) Mengurangi kadar air, sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme seperti


terjadinya pembusukan oleh jamur atau bakteri karna terhentinya proses enzimatik
dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10%.
c) Mudah dalam penyimpangan dan dihaluskan bila dibuat serbuk.
E. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan sebelum perwadahan yang bertujuan memisahkan sisa-sisa
benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki misalnya bahan-bahan yang terlalu
gosong dan bahan-bahan yang rusak.
F. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Kulit batang kayu manis yang sudah kering diblender, diayak, lalu dimasukkan dan
disimpan dalam botol kaca 150 gram, dan diberi etiket (serbuk).
4. Pengujian Organoleptis, makroskopi, dan mikroskopi
A. Uji Organoleptis
Berbau khas, rasa manis pedas dan warna coklat.
B. Uji Makroskopik
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan
bahkan sampai ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya
cukup lebat. Bentuk batangan atau kulit menggulung, membujur, pipih, atau berupa berkas
yang terdiri atas tumpukan bebebrapa potong kulit yang tergulung membujur, panjang hingga
1 m, tebal kulit 1-3 mm atau lebih, warna coklat kekuningan, bau khas, rasa sedikit manis..
permukaan luas yang tidak bergabus berwarna coklat kekuningan atau coklat sampai coklat
kemerahan, bergaris-garis pucat bergelombang memanjang dan garis-garis pendek melintang
yang menonjol agak berlekuk; yang bergabus berwarna hijau kehitaman atau coklat
kehijauan. Permukaan dalam warna coklat kemerahan tuasampai coklat kehitaman, bekas
patahan tidak rata.
C. Uji Mikroskopik
Anatomi simplisia yang dapat diamati oleh praktikan adalah peristem sekunder, butir
pati, endosperm, berkas pembuluh.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembuatan Gel minyak kulit kayu manis sangat mudah dan tidak membutuhkan
waktu yang lama. Gel minyak kulit kayu manis ini berkhasiat sebagai antiseptik karena dalam
tanaman kayu manis ini mengandung minyak atsiri dengan berbagai senyawa didalamnya
yang berkhasiat sebagai antibakteri, salah satunya yaitu trans-sinamaldehid. Minyak kulit
kayu manis dibuat sediaan gel dimaksudkan agar praktis digunakan, memberi efek sejuk dan
mudah dicuci.

B. Saran
Perlu dilakukan uji fisik gel selama penyimpanan apakah gel masih memiliki khasiat
yang sama seperti pada awal pembuatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Khasiat Kayu Manis Untuk Diabetes. http://sovianchoeruman. wordpress.
com/2009/08/31/khasiatkayu-manis-untuk-diabetes/; Diunduh tanggal 19 desember
2012.
Balchin, M. L. 2006. Aromatheraphy science. 1st Ed. London: Pharmaceutical Press.
Ginanjar, E. F., Retnaningrum, E., Septriani, N. I., Octaviani, A., Wiyati, D. A. T. M., &
Rosrinda, E., 2010, Handy Gel Carrota Hasil Fermentasi Daun Wortel Sebagai
Antibakteri Penyebab Penyakit Kulit, Seminar Nasional Biologi, Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1169.

Girou, E., Loyeau, S., Legrand, P., Oppein, F., & Brun-Buisson, C., 2002, Efficacy of
Handrubbing With Alcohol Based Solution Versus Standard Handwashing With
Antiseptic Soap: Rondomised Clinical Trial, British Medical Journal, Vol. 325, 362364.
Guenther, Ernest.1987. Minyak Atsiri. Jilid 1. UI Press. Jakarta.
Gusmailina. 1995. Profil Komoditi Kayu Manis di Sumatera Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonom Kehutanan. Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Rismunandar. 1993. Kayu Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Satpathy, B., Sahoo, M., Sahoo, P., & Patra, S. R., 2011, Formulation and evaluation of herbal
gel containing essential oils of piper betle against skin infecting pathogens,
International Journal of Research in Pharmaceutical Sciences, 2(3), 373-378.
Utami, P dam Puspaningtyas, D. S. 2013. The Miracle of Herbs. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai