18 Nomor 2
2)
1)
Alamta Singarimbun , Cyrke Adfie Netty Bujung dan Riva Choerul Fatihin
1)
KK Fisika Sistem Kompleks, Program Studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung
2)
Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Manado
Tondano, Sulawesi Utara, 95618
e-mail: alamta@fi.itb.ac.id
e-mail: cyrkebujung@yahoo.com
Diterima 4 Juli 2011, disetujui untuk dipublikasikan 8 Agustus 2011
Abstrak
Daerah panas bumi Patuha terletak di Jawa Barat sekitar 50 km ke arah Barat daya dari Bandung dengan
o
o
koordinat 7 9'35,08'' Lintang Selatan dan 92 23'52,24'' Bujur Timur. Dari pengukuran dengan metoda
magnetik menunjukkan adanya anomali magnetik pada tiga daerah. Secara geologi, daerah penelitian terdiri
dari lapisan sedimen berupa tufa dan terfa lapili, piroklatik andesit, breksi andesit dan basaltik andesit
dengan variasi nilai suseptibilitas, k, dari -0,03 hingga 0,25 (dalam unit cgs). Aktivitas vulkanik masih dapat
dilihat dari manifestasi fumarol dan sumber air panas. Anomali magnetik di sekitar manifestasi disebabkan
oleh lapisan batuan permiabel. Lapisan ini diperkirakan sebagai reservoir yang diprediksi sebagai andesit
yang lebih muda dan menjadi sumber energi panas bumi.
Kata kunci: metoda magnetik, panas bumi, suseptibilitas, anomali magnetik.
Abstract
Patuha geothermal area is located in West Java about 50 km to the southwest of Bandung with coordinates
o
o
7 9'35,08''south latitude and 92 23'52,24'' east longitude. From measurements with magnetic methods indicate the
presence of magnetic anomalies in the three regions. Geologically, the area consists of sedimentary layers of lapili
tuffs and terfa, pyroclatic andesite, breccia andesite and basaltic andesite with a variation of the susceptibility, k,
from -0.03 up to 0.25 (in cgs units). Volcanic activity can be seen from the manifestation of fumaroles and hot
springs. Magnetic anomaly at approximately the manifestations are caused by layers of permeable rock. This layer
is estimated as the reservoir as the younger andesites and a source of geothermal energy.
Keywords : magnetic method, geothermal, susceptibility, magnetic anomaly.
membuat korelasi informasi geofisika dan informasi
1. Pendahuluan
geologi.
Metode magnetik merupakan salah satu metode
2. Dasar Teori dan Metodologi
geofisika yang sering digunakan pada survei
pendahuluan dalam eksplorasi geothermal atau panas
Metode
magnetik
mempunyai
akurasi
bumi. Akurasi pengukuran metode magnetik relatif
pengukuran medan anomali yang relatif tinggi.
tinggi dan pengoperasian di lapangan relatif
Instrumentasi dan pengoperasian di lapangan relatif
sederhana, mudah dan cepat. Metode ini didasarkan
sederhana, mudah dan cepat. Dasar metode magnetik
kepada perbedaan tingkat magnetisasi batuan yang
adalah gaya Coulomb (Blakely, 1995; Cooper, 2000;
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi
Corbett, 1998)
sebagai akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan
F
r
m1m2
2
r
0
(1)
dengan
H dan terbentuk suatu medan magnet baru
39
4040
Singarimbun,
Jurnal dkk.,
Matematika
Penentuan
& Sains,
Strukur
Agustus
Bawah
2013,
Permukaan
Vol. 18 Nomor
Area Panas Bumi Patuha dengan ...........................
240
pengolahan terhadap data medan magnetik total hasil
H 4 kH
(2)
pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun
pengukuran. Koreksi dan teknik pengolahan data
dengan k adalah suseptibilitas magnetik yang
tersebut mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi
merupakan suatu ukuran kemampuan benda magnetik
reduksi ke bidang datar, pengangkatan ke atas dan
untuk dimagnetisasi. Medan magnet totalnya disebut
BH
komponen
horizontal
Y
Timur
I
F
komponen
vertikal
Z
Kedalaman
(5)
dimana H 0 = IGRF.
2.3 Koreksi topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh
topografi dalam survei magnetik sangat kuat. Salah
satu metode untuk menentukan nilai koreksi ini adalah
dengan
membangun
suatu
model
topografi
menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat.
Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat menghasilkan
nilai anomali medan magnetik (H top ) yang sesuai.
Persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreksi
harian dan IGRF) dapat dituliskan sebagai
top
(6)
H H total H
H 0 H
harian
X (t )Y (t ) 2 x( ) y( )
(10)
2 x( )
y( )
Sehingga untuk persamaan (7) dapat dituliskan:
(11)
Fh u, v (2 / uv)F0 (u, v) W (u,
2 3 / 2
(h / 2 ){(x x ) ( y y ) h }
.
Selanjutnya dengan teorema konvolusi. Dapat
dituliskan (Telford
1996):
v)
dimana
Fh u, v F ( x, y , h) ,
Fo (u, v) F ( x, y, 0)
dan
3/ 2
W (u, v) (h / 2 )( x y h
. Kontinuasi filternya adalah :
W (u, v)
2
2
2
2
2 {( x x ) 1/2 ( y y ) h }
(7)
2)
2 3/ 2
(h / 2 ) ( x y h )
j 2 (ux vy )
dxdy
2
2 3/
2 h (u2 v )
(h / 2 )e
(12)
F0 ( x, y, 0)
Dalam pengangkatan ke atas,
diketahui, sehingga Fh ( x, y,
yang tidak diketahui
h)
dapat ditentukan dengan cara straight forward
memakai bentuk transformasi :
Fh (u, v)
F0 (u, v)(h / 2 ) exp{2
h(u
2 1/ 2
v )
}(13)
dimana F ( x , y
,h)
(8)
F ( x, y, h) F ( x, y, 0)
F(x,y, 0)
h
h F ( x, y,
0)
2
2!
z
3
h 3F ( x, y, 0)
3
3!
z
(9)
3.3 Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
secara langsung di lapangan dan analisa foto udara
diperoleh suatu gambaran tentang stratigrafi daerah
penelitian dari tua ke muda sebagai berikut
(Sutawidjaja, 2000) :
a. Produk Gunung Sumbul
b. Produk Gunung Kunti
c. Produk Gunung Masigit
d. Produk Gunung Patuha-2
e. Produk Gunung Patuha
f. Produk Kawah Putih
g. Endapan Sekunder
3.4 Penampakan permukaan
Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
Gambar 3 Peta Geologi Daerah Patuha dengan sebaran manifestasinya (Suswati dkk., 2000).
Setelah
dilakukan
pengolahan
data
(processing) dan analisis baik kualitaif maupun
kuantitatif (interpretasi) terhadap daerah penelitian,
maka diperoleh 3 (tiga) daerah dugaan sumber panas
bumi di daerah penelitian (area panas bumi Gunung
Patuha), yaitu daerah dugaan A, B, dan C. Daerah
0
dugaan A (line 1) membentang dari 92,094833 BT,
0
0
7,627607 LS sampai dengan 92,073974 BT,
0
7,625450 LS, dengan panjang penampang lintasan
anomali adalah 22 km, sedangkan nilai anomali
magnetik cukup bervariasi yaitu berkisar antara -450,2
nT hingga 625,2 nT. Daerah dugaan B (line 2)
0
0
membentang dari 92,081346 BT, 7,624192 LS
0
0
sampai dengan 92,061745 BT, 7,631922 LS, dengan
panjang penampang lintasan anomali adalah 21 km,
sedangkan nilai anomali magnetik cukup bervariasi
yaitu berkisar antara -628,9 nT hingga 540,686 nT.
Derah dugaan C (line 3) membentang dari 92.069298
0
0
0
BT, 7.622754 LS sampai dengan 92.066960 BT,
0
7.645044 LS, dengan panjang penampang lintasan
anomali adalah 23 km, sedangkan nilai anomali
magnetik cukup bervariasi yaitu berkisar antara 625,682 nT hingga 649,1 nT.
Nilai negatif dari intensitas medan magnet
bumi mencerminkan efek dimeneralisasi batuan
sebagai akibat adanya zona temperatur tinggi. Daerah
ini ditafsirkan sebagai daerah prospek panas bumi
yang perlu diteliti lebih seksama untuk memastikan
potensi energiinya. Berdasarkan data pengamatan
langsung di lapangan, daerah ini menghasilkan fluida
panas yang telah dibor yang kelak dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi. Oleh sebab itu kajian metode
lain perlu dilakukan sebagai kelanjutan dari studi ini.
Pada daerah penelitian ini terdapat 5 (lima)
satuan litologi batuan yaitu : satuan tuff, tefra, andesit,
breksi andesit, dan andesit-balastik dengan variasi
nilai suseptibilitas berkisar k = -0,03 (cgs unit) sampai
dengan k = 0,25 (cgs unit). Struktur bawah permukaan
daerah penelitian diperkirakan terdiri atas 3 (tiga) zona
lapisan. Lapisan pertama zona overburden, zona ini
berada pada kedalaman 0 hingga 185 meter, terdiri dari
tefra berukuran lapili. Lapisan ini merupakan lapisan
penutup pada reservoir panas bumi. Lapisan kedua
zona penudung (Cap rock / Clay cap), hadir pada
kedalaman 185 hingga 1000 meter dengan litologi
berupa andesit, andesit-basaltik, dan breksi andesit.
Lapisan ketiga zona reservoir, zona ini merupakan