Anda di halaman 1dari 6

3.

3 Frekuensi Denyut Jantung


3.3.1 Hasil
No

Kondisi

Frek Denyut Jantung (X/Menit)

Tenang (Awal)

1. 65
2. 63
3. 70

Rata-Rata

66

Kerja Fisik

99

Setelah Kerja Fisik


5 Pertama

99

5 Kedua

81

5 Ketiga

78

3.3.2 Pembahasan
Frekuensi pulsus atau denyut jantung dikendalikan oleh sistem organ
jantung yang dipengaruhi oleh sistem saraf. Jantung merupakan dua pompa yang
menerima darah dalam arteri dan memompakan darah dari ventrikel menuju
jaringan kemudian kembali lagi. Sistem ini bekerja dengan kombinasi tertentu dan
fungsional. Misalnya saraf efferens, saraf cardial anhibitory, dan saraf accelerate
sedangkan kecepatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh temperatur
lingkungan, aktivitas tubuh, suhu tubuh, letak geografis, penyakit dan stress
(Dukes, 1995).
Pada ternak besar seperti sapi, pulsus atau denyut jantung dapat dirasakan
dari arteri fasial yang terdapat disekitar femur horizontal dari mandibula atau
dapat juga dirasakan pada arteri caudalis. Arteri femural pada sisi medial, mudah
diraba untuk hewan ternak seperti kucing, domba, dan kambing.

Menurut Blight (1999), besar kecilnya pulsus, intensitas respirasi, dan


temperatur rektal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ialah kegiatan
fisik atau tubuh, kondisi kesehatan ternak, jenis ternak, dan ukuran dan berat
tubuh. Kirsaran pulsus pada hewan besar lebih kecil jika dibandingkan dengan
kisaran pulsus pada hewan kecil, karena metabolisme pada hewan yang bertubuh
kecil semakin tinggi (Ganong, 2003). Fisiologi kerja memberi pemahaman
tentang peran sistem-sistem organ tubuh utama dalam mewujudkan homeostasis
dalam kegiatan fisik tersebut. Disini tampak bahwa hampir semua sistem organ
tubuh terlibat dalam pencapaian lingkungan yang stabil (Djokowoerjo)
Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil pengukuran pulsus
rata-rata domba jantan dalam keadaan tenang adalah 66 kali per menit. Menurut
Frandson (1996), kisaran normal pulsus domba adalah 60 sampai 120 kali per
menit. Hasil pengamatan menunjukan nilai yang sama dengan kisaran normal, hal
ini menunjukkan domba tidak mengalami stress pada saat praktikan melakukan
pengambilan data. Namun setelah domba melakukan kerja fisik pulsus domba
mengalami kenaikan menjadi 99 kali per menit. Sedangkan pada perhitungan 5
menit pertama sampai 5 menit keiga setelah kerja fisik, kondisi pulsus mengalami
penurunan dari 99 kali per menit menjadi 78 kali per menit. Hal ini menunjukkan
meskipun domba melakukan kerja fisik namun pulsus domba masih berada dalam
kisaran normal.

3.4 Frekuensi Suhu Tubuh


No

Kondisi

Suhu Tubuh (C)

Tenang (Awal)

1. 39,1
2. 39,5
3. 39,6

Rata-Rata

39,4

Kerja Fisik

39,9

Setelah Kerja Fisik


5 Pertama

39,9

5 Kedua

39,5

5 Ketiga

38,7

3.4.1 Hasil
3.4.2 Pembahasan
Temperatur tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas
dan pelepas panas tubuh. Indeks temperatur dalam tubuh hewan dapat dilakukan
dengan memasukkan termometer rektal ke dalam rektum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas ternak,
kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan ternak (Frandson, 1996).
Sedangkan Menurut Dukes (1995), bahwa temperatur rektal pada terbak
dipengaruhi beberapa faktor yaitu temperatur lingkungan, aktivitas, pakan,
minuman dan pencernaan. Produksi panas oleh tubuh secara tidak langsung
tergantung pada makanan yang diperolehnya dan banyaknya persediaan makanan
dalam saluran pencernaan.
Temperatur domba berkisar antara 37,5 oC sampai 40,5 oC (Blight, 1999).
Pada domba temperatur rektal mulai naik di atas normal pada suhu udara 32 oC
dan terengah-engah pada temperatur 41 oC (Swenson, 1997). Ternak dapat
bergerak karena kontraksi otot rangka, kontraksi otot terjadi akibat perubahan

energi kimia yang menjadi energi mekanis. Hal ini menyebabkan pelepasan kalor
tubuh sehingga terjadi peningkatan temperatur tubuh (Ganong, 2003).
Temperatur rektal digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang
dapat dilihat dari suhu tubuh probandus. Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran temperatur rata-rata domba jantan dalam keadaan
tenang adalah 39,4 oC. Temperatur domba berkisar antara 37,5 oC sampai 40,5 oC
(Blight, 1999). Hasil pengamatan menunjukan nilai yang masih daalam kisaran
normal, hal ini menunjukkan domba tidak mengalami stress pada saat praktikan
melakukan pengambilan data. Namun setelah domba melakukan kerja fisik
temperatur domba mengalami sedikit kenaikan menjadi 39,9 oCt. Sedangkan pada
perhitungan 5 menit pertama sampai 5 menit keiga setelah kerja fisik, kondisi
pulsus mengalami penurunan dari 39,9 oC menjadi 38,7 oC. Hal ini menunjukkan
meskipun domba melakukan kerja fisik namun temperatur domba masih berada
dalam kisaran normal.

JURNAL

Blight, D.B., R.A. Meece., and A. Thomas. 1999. Animal and Sciences Aplication.
Alpha Publishing. Co. California.

Campbell, N.A., L.G. Mitchell, J.B. Reece.2001. Biology. Singapore: The Benyaminper
Cummings Publishing. Co. California.
Djokowoerjo, S. I Ketut, S. Dan I Gede, M. Fisiologi Kerja Pada Hewn Olahraga.
Dukes. 1995. Phisology of Domestic Animal. Camel: Comstok Publishing New York
University Collage.

Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Ganong. 2003. Receive of Logical Phisology. California: Large Medical Publishing.

Ghalem, S., N. Khebichat, K. Nekkaz. 2012. The Physology of Animal Respiration:


Study

of

Domestic

Animal.

Article

ID

737271,

pages.

1133per2012per7372721.

Schmict, K., and Neilsen. 1997. Animal Phisology 5th edition. Cambridge
University Press

doi:

11.

Anda mungkin juga menyukai