PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beraneka ragam latar belakang dari suku, agama, ras,
kondisi ekonomi, politik, dan tingkat sosial masyarakat yang berbeda, maka
persoalan hak dan kewajiban tidak dapat dipungkiri menjadi pemicu dan bahkan
sumber bencana berupa konflik horizontal yang berkepanjangan dan terjadi di
berbagai daerah.
Dalam setiap kelompok sosial selalu ada benih-benih pertentangan antara
individu dan individu, kelompok dan kelompok, individu atau kelompok dengan
pemerintah. Pertentangan ini biasanya berbentuk non fisik. Tetapi dapat
berkembang menjadi benturan fisik, kekerasaan dan tidak berbentuk kekerasaan.
Konflik yang menggunakan simbol etnis, agama, dan ras muncul yang
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, menimbulkan kerusakan, kerugian material
bagi pihak yang bertikai, serta mengakibatkan terjadinya pengungsian besarbesaran, dan terganggunya kehidupan sosial ekonomi rakyat.. Hal ini terjadi jika
dalam hubungan tersebut terjadinya suatu kesenjangan status sosial, kurang
meratanya kemakmuran serta kekuasaan yang tidak seimbang. Kepentingan dan
keinginan-keinginan yang tidak lagi harmonis akan membawa masalah dalam
hubungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Artinya,
masalah sosial tersebut disebabkan karena unsur- unsur masyarakat tidak dapat
berfungsi
sebagaimana
mestinya
sehingga
menyebabkan
kekecewaan-
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
konflik horizontal?
1.2.5
Bagaimana dampak atau bencana akibat konflik horizontal?
1.2.6
Bagaimana cara penanganan yang dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi dan mencegah konflik
yang terjadi?
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Risiko
Analisis berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu analusis yang artinya
melepaskan. Analusis terbentuk dari dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali
dan luein yang berarti melepas sehingga jika digabungkan maka artinya adalah
melepas kembali atau menguraikan. Kata analusis ini di serap kedalam bahasa
Inggris menjadi analysis, yang kemudian diserap juga ke dalam bahasa Indonesia
menjadi analisis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, analisis adalah suatu usaha
untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan
komponen-komponen pembentuknya atau penyusunnya untuk dikaji lebih lanjut.
Sedangkan, risiko adalah suatu ketidakpastian akan terjadinya suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian.
Klasifikasi Risiko:
1. Risiko murni (Pure Risk)
Adalah suatu risiko yang bilamana terjadi akan memberikan kerugian dan
apabila tidak terjadi maka tidak menimbulkan kerugan namun juga tidak
menimbulkan keuntungan. Contoh: kebakaran, gempa bumi, banjir, huruhara,
kecelakaan dsb.
2. Risiko spekulatif (Speculative Risk)
Adalah suatu peristiwa yang apabila terjadi dapat menimbulkan kerugian,
breakeven (tidak untung dan tidak rugi) bahkan bisa mendatangkan
keuntungan. Contoh: pemasaran produk baru, meningkatkan harga jual dsb.
3. Risiko fundamental (Fundamental Risk)
Adalah suatu peristiwa dimana sebab maupun akibat yang ditimbulkannya
bukan berasal dari individu dan dampaknya pada umumnya menimpa orang
banyak dan biasanya bersifat katastropal (dalam skala besar).
Risiko ini dapat timbul dari:
a. Peristiwa-peristiwa fisik tertentu yang terjadi diluar kemampuan seseorang.
Contoh: gempa bumi, banjir, angin topan.
b. Sifat masyarakat atau gejala masyarakat dimana kita hidup.
Contoh: perang, inflasi, perubahan mode.
4. Risiko partikular (Particular Risk)
Adalah suatu risiko yang penyebabnya dilakukan oleh individu-individu dan
dampaknya terbatas. Contoh: kebakaran, pencurian, kecelakaan dsb.
Secara sederhana, analisis risiko atau risk analysis dapat diartikan sebagai
sebuah prosedur untuk mengenali satu ancaman dan kerentanan, kemudian
menganalisanya untuk memastikan hasil pembongkaran, dan menyoroti
bagaimana dampak-dampak yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau dikurangi.
Analisis risiko juga dipahami sebagai sebuah proses untuk menentukan
pengamanan macam apa yang cocok atau layak untuk sebuah sistem atau
lingkungan (ISO 1799, An Introduction To Risk Analysis, 2012).
Analisis risiko dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu analisis risiko kualitatif
dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk meningkatkan kesadaran atas
masalah keamanan sistem informasi dan sikap dari sistem yang sedang dianalisis
tersebut. Sedangkan, analisis risiko kuantitatif merupakan satu metode analisis
risiko yang mengenali pengendalian pengamanan apa dan bagaimana yang
seharusnya diterapkan serta besaran biaya untuk menerapkannya.
2.2 Konflik Horizontal
Konflik berasal dari kata kerja Latin, yaitu configure yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik horizontal adalah konflik antara individu maupun kelompok yang
biasa terjadi diantara individu atau kelompok yang memiliki status sosial yang
sama. Konflik yang terjadi diantara sesama kelas, strata, nasib atau derajat yang
sama.
Soerjono Soekanto mengklasifikasikan bentuk dan jenis-jenis konflik
tersebut. Menurutnya, konflik mempunyai beberapa bentuk khusus, yaitu:
a. Konflik Pribadi
Konflik terjadi dalam diri seseorang terhadap orang lain. Umumnya konflik
pribadi diawali perasaan tidak suka terhadap orang lain, yang pada akhirnya
melahirkan perasaan benci yang mendalam. Perasaan ini mendorong tersebut
untuk memaki, menghina, bahkan memusnahkan pihak lawan. Pada dasarnya
konflik pribadi sering terjadi dalam masyarakat.
b. Konflik Rasial
Konflik rasial umumnya terjadi di suatu negara yang memiliki keragaman
suku dan ras. Lantas, apa yang dimaksud dengan ras? Ras merupakan
pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri biologisnya, seperti bentuk muka,
4
bentuk hidung, warna kulit, dan warna rambut. Secara umum ras di dunia
dikelompokkan menjadi limaras, yaitu Australoid, Mongoloid, Kaukasoid,
Negroid, dan ras-ras khusus. Hal ini berarti kehidupan dunia berpotensi
munculnya konflik juga jika perbedaan antarras dipertajam.
c. Konflik Antarkelas Sosial
Terjadinya kelas-kelas di masyarakat karena adanya sesuatu yang dihargai,
seperti kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan. Kesemua itu menjadi dasar
penempatan seseorang dalam kelas-kelas sosial, yaitu kelas sosial atas, menengah,
dan bawah. Seseorang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan yang besar
menempati posisi atas, sedangkan orang yang tidak memiliki kekayaan dan
kekuasaan berada pada posisi bawah. Dari setiap kelas mengandung hak dan
kewajiban serta kepentingan yang berbeda-beda. Jika perbedaan ini tidak dapat
terjembatani, maka situasi kondisi tersebut mampu memicu munculnya konflik
rasial.
d. Konflik Politik Antargolongan dalam Satu Masyarakat maupun antara
Negara-Negara yang Berdaulat
Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik
adalah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik
politik terjadi karena setiap golongan di masyarakat melakukan politik yang
berbeda-beda pada saat menghadapi suatu masalah yang sama. Karena perbedaan
inilah, maka peluang terjadinya konflik antargolongan terbuka lebar. Contoh
rencana undang-undang pornoaksi dan pornografi sedang diulas, masyarakat
Indonesia terbelah menjadi dua pemikiran, sehingga terjadi pertentangan antara
kelompok masyarakat yang setuju dengan kelompok yang tidak menyetujuinya.
e. Konflik Bersifat Internasional
Konflik internasional biasanya
terjadi
karena
perbedaanperbedaan
menimbulkan
belum tuntas.
7. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok.
8. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu
atau kelompok.
9. Konflik dapat memunculkan kompromi baru.
b. Dampak Negatif Konflik Horizontal
1. Rusaknya fasilitas umum.
2. Terjadi perubahan kepribadian. Menyebabkan dominasi kelompok
pemenang
3. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu
dan kelompok.
4. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya
korban jiwa.
5. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian.
2.6 Cara Penanganan yang Dilakukan oleh Pemerintah dan Masyarakat
dalam Mengatasi dan Mencegah Konflik yang Terjadi
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik pasca bencana yaitu
dengan melakukan rekonsiliasi dan resolusi konflik.Kegiatan rekonsiliasi adalah
merukunkan atau mendamaikan kembali pihak-pihak yang terlibat dalam
perselisihan, pertengkaran dan konflik. Sedangkan kegiatan resolusi adalah
memposisikan perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran atau konflik dan
menyelesaikan masalah atas perselisihan, pertengkaran atau konflik tersebut.
Rekonsiliasi dan resolusi ditujukan untuk membantu masyarakat di daerah
bencana untuk menurunkan eskalasi konflik sosial dan ketegangan serta
memulihkan kondisi sosial kehidupan masyarakat.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya konflik:
8
penyadaran
serta
meningkatnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang.t.t.
Kerusuhan
Sosial.
http://bpbd.sukoharjokab.go.id/jenis-
Kemanusiaan.
http://www.organisasi.org/1970/01/bantuan-
Erni.2014.Pemulihan
Pasca
Bencana.
http://erni-
11