Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

REAKSI KIMIA PADA SIKLUS


LOGAM TEMBAGA

OLEH :
Nur Alisyah Gani
1608511027
Kelompok 21 A

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA

I. Tujuan Percobaan
1.1 Mempelajari perubahan kimia yang terjadi pada siklus logam tembaga
1.2 Mempelajari stoikiometri larutan pada siklus logam tembaga

II. Dasar Teori


Reaksi kimia adalah transformasi/perubahan dalam struktur molekul. Reaksi ini bisa
menghasilkan penggabungan molekul membentuk molekul yang lebih besar, pembelahan
molekul menjadi dua atau lebih molekul yang lebih kecil, atau penataulangan atom-atom
dalam molekul. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan
akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari
reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan
elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep
umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti
pada reaksi nuklir. Zat yang mengalami perubahan disebut zat pereaksi (reaktan) dan zat yang
terbentuk disebut hasil reaksi (produk).
Secara umum reaksi kimia dibagi menjadi beberapa jenis , antara lain :
1. Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat yang lebih
sederhana
2. Pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa bergabung dengan
oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana.
3. Metatesis (pemindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana terjadi pertukaran antara dua
reaksi.
4. Penggantian (Perpindahan tanggal) adalah suatu reaksi dimana sebuah unsur pindahan
unsur lain dalam suatu senyawa.
5. Penggabungan (sintetis) suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks terbentuk dari
dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsur maupun senyawa).
Dalam mereaksikan suatu zat, terlebih dahulu kita harus menghitung massa, volume,
serta mol zat yang terlibat dalam reaksi tersebut dengan teliti. Seperti dalam percobaan ini kita
harus menghitung massa logam Cu, mengitung mol HNO 3 dan Cu, dan volume HNO3 agar
reaksi dapat berlangsung.

Sebelumnya kita harus bisa menuliskan reaksi antara logam Cu dengan HNO 3.
Kemudian kita tentukan perbandingan koefisien dari reaksi tersebut. Konsep mol digunakan
untuk menyatakan jumlah zat yang bereaksi. Secara umum, mol merupakan satuan jumlah zat
yang menyatakan jumlah partikel zat yang sangat besar. Dimana 1 mol adalah banyaknya zat
yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah atom yang terdapat dalam 12
gram C-12, yaitu 6,02 x 10. Kemolalan atau molalitas adalah banyaknya mol zat terlarut
dalam kg zat pelarut.
Massa satu mol zat sama dengan massa atom relatif/massa molekul relatif dalam
gram. Rumus mol suatu unsur/ senyawa dirumuskan sebagai berikut.
Untuk unsur:

n = m/Ar atau m = n x A

Untuk senyawa: n = m/Mr

atau

m = n x Mr

Keterangan:

n = mol unsur/senyawa

m = massa unsur/senyawa

Ar = massa atom relatif

Mr = massa molekul relatif


Volume merupakan ukuran besarnya ruang yang ditempati oleh suatu zat yang
dilambangkan (V) dengan satuan liter (L). Avogadro menyatakan bahwa volume
setiap mol gas pada suhu 0C (273K) dan tekanan 1 atm (76 cmHg) mempunyai
volume 22,4 liter. Sehingga kondisi tersebut dinamakan sebagai keadaan standar/STP
(Standard Temperature and Pressure) yang dituliskan dengan (0C, 1 atm).Hubungan
volume gas dengan mol dapat dituliskan sebagai berikut.
V = n x 22,4 atau n = V/22,4
Keterangan:

V = volume gas STP

n = molunsur/senyawa

Volume gas untuk keadaan tidak STP, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PV = nRT
Keterangan:

P = tekanan gas (atm)

V = volume gas (liter)

n = mol gas (mol)

R = tetapan gas (0,082 L atm/mol K)

T = temperatur (K)
Bidang kimia yang mempelajari aspek kuantitaif unsur dalam suatu peristiwa atau

reaksi disebut STOIKIOMETRI (bahasaYunani : Stoichea = unsur , metrain =


mengukur). Jadi, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan
kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Pada persamaan reaksi kimia berlaku
Hukum Kekekalan Massa, yang dikemukakan oleh Lavoiser. Pada tahun 1774, ia
melakukan penelitian dengan memanaskan timah dengan oksigen dalam wadah tertutup.
Dengan mengamati secara teliti, ia berhasil membuktikan bahwa dalam reaksi itu tidak
terjadi perubahan massa. Hukum Kekelan Massa itu menyatakan bahwa setiap reaksi
kimia, massa zat zat setelah bereaksi adalah sama dengan zat sebelum bereaksi.
III. Alat Dan Bahan
3.1 Alat
-

Gelas ukur
Gelas kimia
Kaca arloji
Pipet tetes
Batang pengaduk / Spatula
Botol semprot
Neraca Elektronic
Penjepit
Lap
Steambath / Alat pemanas

3.2 Bahan
-

Logam Cu 0,22 gram


Serbuk Fe
Larutan HNO3 4 M
Larutan NaOH 1 M
Larutan H2SO4 2 M
Air suling

IV. Langkah Kerja


Untuk mengamati peristiwa kimia yang terjadi,akan kita gunakan sepotong kecil
logam Cu.Untuk mempelajari perubahan kimia yang terjadi,mari lakukan serangkaian
percobaan berikut.
Langkah 1 : Reaksi Logam Cu dan Asam Nitrat
Ditimbang dengan teliti seberat 0,22 gram logam Cu,kemudian dimasukan logam Cu
ke dalam gelas kimia 250 ml.Dihitung HNO 3 yang diperlukan menggunakan persamaan reaksi
antara logam Cu dan asam nitrat.Diambil larutan HNO 3 4 M dengan gelas ukur dan pipet
tetes.Dituang larutan HNO3 yang sudah diukur ke dalam gelas kimia 250 ml yang berisi
logam Cu (kerjakan dalam lemari asam,karena gas yang terbentuk beracun).Ditutup galas
kimia dengan kaca arloji.Diamati perubahan yang terjadi pada logam Cu dan asam nitrat.
Langkah 2 : Penambahan Larutan NaOH
Dihitung NaOH 1 M yang diperlukan.Diambil NaOH 1 M yang di perlukan dengan
gelas ukur dan pipet tetes.Dibuka tutup gelas kimia.Dituang larutan NaOH 1 Mke dalam gelas
kimia dari langkah 1.Saat dituang larutan NaOH l ke dalam gelas kimia,larutan sambil diaduk
dengan batang pengaduk.Diamati perubahan yanr terjadi dalam proses ini.
Langkah 3 : Pemanasan
Diambil air suling sebanyak 50 ml.Ditambahkan air suling ke dalam gelas kimia dari
langkah 2.Dipanaskan gelas kimia beserta isinya dengan kompor listrik,dimana selama
pemanasan larutan diaduk secara perlahan-lahan.Dilanjutkan pemanasan hingga mendidih dan
tidak terjadi perubahan yang dapat teramati lagi.Dikeluarkan batang pengaduk dari
larutan,disemprot dengan aquades untuk melepas partikel yang melekat.Kemudian dibiarkan
gelas kimia dan isinya dingin selama 5 menit.Dituangkan cairan bening dalam gelas kimia ke
dalam gelas kimia yang lain (dekantasi).(Hati-hati agar padatan yang ada tidak ikut
terbuang).Dicuci/dekantasi padatan dalam gelas kimia dengan penambahan 50 ml air
suling,kemudian biarkan zat padat kembali mengendap.Dilanjutkan dekantasi lagi.Diulangi
proses pencucian/dekantasi dengan air suling.Disimpan hasil langkah 3 untuk langkah
berikutnya.
Langkah 4 : Penambahan Larutan H2SO4
Dihitung larutan H2SO4 yang diperlukan dengan persamaan reaksi.Diambil larutan
H2SO4 yang diperlukan dengan gelas ukur dan pipet tetes.Ditambahkan larutan H2SO4 ke
dalam gelas kimia dari langkah sebelumnya,diaduk sampai tidak terlihat perubahan yang
dapat diamati lagi.Disimpan larutan untuk langkah berikutnya.

Langkah 5 : Penambahan serbuk logam Fe


Dihitung logam Fe yang diperlukan dengan persamaan reaksi.Diambil serbuk logam
Fe menggunakan kaca arloji.Ditambahkan serbuk logam Fe ke dalam gelas kimia dari langkah
sebelumnya.Kemudianditutup gelas kimia dengan kaca arloji.Sesekali digoyang gelas kimia
tersebut.Dibiarkan reaksi kimia berlangsung hingga Fe habis bereaksi.Ini bisa dilihat dari
tidak timbulnya gas lagi.Disimpan hasil ini untuk percobaan berikutnya.
Langkah 6 : Mendapatkan Cu kembali (Recovery Cu)
Didekantasi cairan bening dalam gelas kimia dari padatannya.Dicuci/dekantasi hasil
dengan 50 ml air suling,biarkan padatan mengendap.Kemudian dekantasi kembali.Diulangi
pencucian/proses dekantasi (dua kali).Ditimbang dengan teliti cawan penguap yang
bersih.Catat

massanya.Dituangkan

padatan

dalam

gelas

kimia

ke

dalam

cawan

penguap.Kemudian dikeringkan hasilnya dengan memanaskan cawan penguap ini di atas


steambath.Ditimbang cawan penguap beserta isinya dan catat massanya.(Kerjakan dengan
hati-hati agar tidak terlalu banyak air yang digunakan untuk memindahkan sisa padatan yang
melekat pada alat yang digunakan).Dihitung massa Cu.Kemudian hitung rendemennya.
V.Hasil Percobaan
1. Percobaan I (Reaksi antara logam Cu dan larutan HNO3)
No
1
2
3
4

Logam Cu
Massa
Wujud
Warna
Bentuk

No
1
2
3
4

Larutan HNO3
Volume
Wujud
Warna
Bentuk

No

3Cu + 8 HNO3

1
2
3
4
5

4H2O
Warna
Bau
Peningkatan Suhu
Adanya Gas
Endapan

Pengamatan
0,22 gram
Padat
Coklat kemerahan
Kepingan-kepingan kecil
Pengamatan
4 mL
Cair
Bening
Larutan
3Cu (NO3)2 + 2NO + Pengamatan
Biru
Ada
Meningkat
Ada
-

Zat yang Bereaksi

Habis

Gelembung

hilang)
Ada

(kepingan

Cu

2. Percobaan II (Penambahan larutan NaOH)


No
1
2
3
4

Larutan NaOH
Volume
Wujud
Warna
Bentuk

No

Cu(NO3)2 + 2NaOH

1
2
3
4
5
6

2NaNO3
Warna
Bau
Peningkatan Suhu
Adanya Gas
Endapan
Zat yang Bereaksi

Pengamatan
25 mL
Cair
Bening
Larutan

Cu(OH)2 + Pengamatan
Biru Pekat
Meningkat
Ada
Habis

3. Percobaan III (Pemanasan)


Ditambah 50 mL air suling pada gelas kimia hasil reaksi percobaan II
N

Cu(OH)2 CuO + H2O

O
1
Warna Larutan
2
Warna Endapan
3
Bau
4
Peningkatan Suhu
5
Adanya Gas
6
Endapan
7
Zat yang Bereaksi
Keterangan :

Pengamatan
Bening
Hitam
Meningkat
Ada
Habis

Endapan yang timbul merupakan endapan CuO.


4. Percobaan IV (Penambahan H2SO4)
No
1
2
3
4

Larutan H2SO4
Wujud
Warna
Bentuk
Volume

Pengamatan
Cair
Bening
Larutan
3,4 mL

No

CuO + H2SO4 CuSO4 + H2O

Pengamatan

1
2

Warna Larutan
Bau

Biru muda Seperti semula


-

3
4
5
6

Peningkatan Suhu
Adanya Gas
Endapan
Zat yang Beraksi

Meningkat
Habis

5. Percobaan V (Penambahan Logam Fe)


No
1
2
3
4

Logam Fe (Serbuk)
Wujud
Warna
Bentuk
Massa

Pengamatan
Padat
Abu-abu
Serbuk
0,24 gram

No

CuSO4 + Fe Cu + FeSO4

Pengamatan

1
Warna Larutan
2
Warna Endapan
3
Bau
4
Adanya Gas
5
Endapan
6
Zat yang Bereaksi
Keterangan :

Biru Kehijauan
Merah Bata
Ada
Ada
Sisa

Endapan yang telah didapatkan merupakan serbuk Cu yang telah terbentuk kembali.
6. Percobaan VI (Recovery Cu)
No
1
2
3
4
5
6

Pengamatan
Bening kehijauan
Merah Bata
Ada
-

Warna Larutan
Warna Endapan
Bau
Adanya Gas
Endapan
Zat yang Bereaksi

VI. Pembahasan
6.1 Langkah 1
Logam Cu (Tembaga) ditambah larutan HNO3,tujuannya untuk mengoksidasi logam
Cu agar membentuk larutan Cu(NO3)2 (bersifat asam) dan akan menimbulkan gas NO serta
akan ada H2O,reaksi dari langkah satu dapat dinotasikan sebagai berikut :
3Cu(s) + 8HNO3(aq) Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Perhitungan larutan HNO3 yang ditambahkan :
Logam Cu

= 0,22 gram

massa
Mr

n Cu

0,22
63,5

n Cu

= 0,0034 mol
8
x 0,0034=0,009
mol
3

n HNO3

M HNO3

n
0,009
4 M=

= l
l=
l

0,009
=0,0025 L=2,5 mL
4

Karena pada saat penambahan 2 mL HNO3 Cu tidak larut maka ditambahkan lagi 2 mL. Total
HNO3 = 4 mL
Pada langkah pertama membuktikan bahwa reaksi kimia pada logam Cu terjadi,dengan
perubahan warna larutan yang semula bening menjadi biru,adanya bau baru,timbulnya gas
yaitu NO dan logam Cu habis bereaksi
6.2 Langkah 2
Penambahan larutan NaOH pada larutan hasil langkah I tujuanya menetralkan kondisi
larutan yang semula asam,yaitu dengan cara menambahkan larutan NaOH yang bersifat basa
Cu(NO3)2(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(aq) + 2NaNO3(aq)
1

Agar reaksi mencapai kesetimbangan maka larutan NaOH yang perlu ditambahkan :
n Cu = n Cu(NO3)2
n Cu(NO3)2 = 0,0034 mol

maka :

N o3 2

N O 3 2
n NaOH = Koef . Cu
Koef . NaOH

2
x
0,0034 = 0,0068 mol
1

Karena NaOH yang digunakan adalam 1 M maka Volume NaOH yang diperlukan adalah
M=

n
0,0068
1 M =
V =0,0068 L=6,8 mL
V
V

Cu dalam Cu(NO3)2 bereaksi dengan NaOH membentuk Cu(OH)2 yang menyebabkan


warna larutan menjadi biru pekat.Hal ini menunjukan bahwa Cu(NO 3)2 telah habis bereaksi
dengan larutan NaOH menbentuk larutan Cu(OH)2.
6.3 Langkah 3
Larutan Cu(OH)2 yang telah diencerkan dengan menambahkan air suling sebanyak 50
mL dipanaskan dengan kompor elektrik.Tujuan pemanasan ini adalah memisahkan air dan
larutan agar dapat diamati perubahannya.
Dengan hasil :
Cu(OH)2

: Berwarna biru pekat

CuO

: Setelah dipanaskan berwarna hitam pekat dan mengendap

H2O

: Cairan yang berwarna putih bening

Dengan reaksi sebagai berikut :


Cu(OH)2(aq) CuO(s) + H2O(l)
Setelah pemanasan,timbul endapan berwarna hitam kemudian larutan mulai berubah warna
dari biru pekat menjadi bening.Larutan Cu(OH)2 teroksidasi menjadi endapan CuO dan
menghasilkan H2O.Sebelum endapan disimpak hasil dari pemanasan tadi hari di
dekantasi/proses pencucian.Tujuanya memisahkan air bekas pemanasan dan endapan CuO
agar logam CuO benar-benar bersih.
6.4 Langkah 4
Penambahan H2SO4, tujuan mengikat Cu yang ada pada senyawa CuO agar Cu dalam
keadaan asam kembali.
CuO(s) + H2SO4(aq) CuSO4(aq) + H2O(l)
Molalitas H2SO4 = 2 M
Karena n Cu =nCuO = nCu(NO3)2= nH2SO4 maka jumlahnya adalah 0,0034 mol.
V = n/M ; M H2SO4 = n/V,V= 0,0034 / 2 = 0,0017 L = 1,7 mL
Jadi penambahan H2SO4 ke dalam CuO = 1,7 mL
Seharusnya larutan H2SO4 2M yang ditambahkan adalah 1,7 mL namun karena tidak adanya
perubahan warna kami menambahkan larutan H2SO4 2M sebanyak 5 mL,sehingga larutan
yang semula masih berwarna hitam berubah
6.5 Langkah 5
Penambahan serbuk Fe,bertujuan untuk mengikat SO 4 dalam senyawa CuSO4 agar
terbentuk endapan logam Cu murni.
CuSO4(aq) + Fe(s) Cu(s) + FeSO4(aq)
Berat logam Fe yang diperlukan untuk menikat SO4 dalam senyawa CuSO4 :

Massa Fe = Ar Fe x n Fe = 55,8 x 0,0034 = 0,19 gram


Setelah logam Fe ditambahkan ke dalam larutan CuSO 4 larutan berubah warna menjadi putih
kemudian timbul endapan Cu yang berwarna coklat kemerahan.Namun dalam percobaan kami
menambahkan logam Fe seberat 0,24gram.
6.6 Langkah 6
Setelah dilakukan pendiaman perubahan kimia yang terjadi adalah warna larutan
menjadi bening agak kebiruan, ada endapan Cu berwarna kemerahan.
Massa cawan penguap = 20,87 gram
Massa Cu + cawan = 21,05 gram
Massa Cu = 21,05-20,87 = 0,18 gram
Rendemen yang didapat = 0,18 gram / 0,22 gram x 100% = 81%

VII. Kesimpulan
1. Bahan kimia terutama logam Cu jika direaksikan dengan asam nitrat akan
menghasilkan gas NO2 yang menimbulkan bau dan bersifat racun.
2. Dalam percobaan tentang beberapa reaksi kimia dengan menggunakan siklus
tembaga (Cu), maka dapat dibuktikan bahwa pada reaksi kimia terjadi :
- Timbulnya gelembung gas
- Habisnya zat yang bereaksi
- Timbul endapan
- Terjadinya perubahan warna
- Adanya bau

3.

Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekekalan massa (Hukum
Lavoizer) yang dikemukakan oleh Lavoizer yaitu jumlah massa sebelum dan
sesudah reaksi ialah sama.Massa suatu zat berbanding lurus dengan jumlah
partikel (atom-atom),maka jumlah atom yang bereaksi (pereaksi) akan sama

4.

dengan jumlah atom-atom zat hasil reaksi.


Konsentrasi, luas permukaan suatu zat, suhu dan katalis merupakan faktor
yang mempengaruhi terjadinya sebuah reaksi kimia (contohnya adalah logam
Cu yang dipotong kecil dapat mempercepat proses reaksi kimia).

DAFTAR PUSTAKA

Pudjaatmaka,Buku VOGEL Kimia Analisis Kuantitattif Anorganik,Penerbit Buku Kedokteran


EGC : Jakarta
Syukri,Unggul.1999.Kimia Dasar I.ITB : Bandung
Wismono,Jaka.2004.Kimia dan Kecakapan Hidup.Jakarta : Ganeca Exact
Petrucci,Ralph.H,1999.KIMIA DASAR : Prinsip dan Terapan Modern,Edisi Keempat-Jilid
2,Erlangga : Jakarta.
Tim laboratorium Kimia Dasar.2007.Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia
FMIPA, UniversitasUdayana : Bukit Jimbaran, Bali.

Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar :Konsep Konsep Inti Jilid I Edisi Ketiga.Erlangga :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai