Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

KATALASE

Kelompok 1
Biologi B 2014
HenySusanti

( 14308141007)

ZelikaLarasati

(14308141022)

UlfiaNurulKhikmah

(14308141024)

DeviayuFajarPradita

(14308141027)

IrgaAyuSaputri

(14308141031)

Rima Maemunnah

(14308141032)

JurusanPendidikanBiologi
FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam
UniversitasNegeri Yogyakarta
2015

A. TUJUAN
1. Untuk melacak dan menunjukkan keberadaan enzim katalase dalam jaringan hewan
dan tumbuhan
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan substrat H2O2
3. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas enzim katalase
4. Untuk mengetahui pengaruh pH pada aktivitas enzim katalase
B. LATAR BELAKANG
Dalam setiap makhluk hidup tentu dalam tubuhnya melakukan aktivitas tubuh yang
disebut dengan metabolisme untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam aktivitas
hidup makhluk hidup ytersebut. Dari proses metabolisme tersebut selain dihasilkan
produk metabolisme yang bermanfaat bagi tubuh, juga dihasilkan hasil samping yang
bersifat toksik sehingga harus dibuang melalui sistem ekskresi maupun dirombah menjadi
produk lain yang bersifayt non toksik bagi tubuh agar tidak membahayakan kelangsungan
hidup sel-sel dalam makhluk hidup tersebut.
Hasil metabolisme tersebut misalnya adalah berupa H2O2 yang bersifat toksik bagi
tubuh. Karena sifatnya yang toksik tersebut maka zat H2O2 harus diurai menjadi produk
lain yang bersifat non toksik. Yang membantu dalam perubahan zat toksik menjadi zat
non toksik tersebut salah satunya adalah enzim.
Enzim merupakan senyawa yang dibentuk oleh organisme. Enzim pencernaan
banyak terdapat dalam sel-sel tubuh. Enzim merupakan zat yang membantu semua
kegiatan yang dilakukan sel. Kegunaan enzim katalase adalah menguraikan Hidogen
Peroksida (H2O2) bila tidak segera diuraikan, senyawa ini akan bersifat racun dan
merusak sel itu sendiri. Dengan adanya enzim katalase, senyawa Hidrogen Peroksida
(H2O2) dapat diuraikan menjadi air (H2O) dan oksigen (O2) yang tidak berbahaya.Cara
kerja yang dilakukan enzim adalah sebagai berikut bahwa molekul selalu bergerak dan
saling bertumbukan satu sama lainnya. Jika ada molekul substrat menumbuk molekul
enzim yang tepat makaakan menempel pada enzim.Tempat menempelnya molekul
substrat tersebut disebut dengan sisi aktif. Kemudian terjadi reaksi dan terbentuk molekul
produk.

C. DASAR TEORI
Enzim adalah suatu kelompok protein yang menjalankan dan mengatur perubahanperubahan kimia dalam sistem biologi. Zat ini dihasilkan oeh organ-organ hewan dan
tanaman, yang secara katalitik menjalankan berbagai maca reaksi, seperti pemecahan
(hidrolisis), oksidasi, reduksi, isomerisasi, adisi, transfer radikal, dan kadang-kadang
pemutusan rantai karbon (Damin Sumardjo : 2008)
Enzim adalah katalis biologis.Hampir setiap reaksi biokimia dikatalis oleh
enzim.Enzim merupkan katalis yang lebih efisien daripada kebanyakan katalis
labolatorium atau industry.Enzim juga memungkinkan sesuatu selektifitas pereaksipereaksi dan pengendalian laju reaksi yang tidak dimungkinkan oleh kelas katalis
lain.Kespesifikan enzim disebabkan oleh bentuknya yang unik dan oleh gugus polar atau
non polar yang terdapat dalam struktur enzim tersebut.Beberapa enzim bekerja bersama
suatu kofaktor non protein,yang dapat berupa senyawa organik maupun non organik.
(Lehninger,1995).
Enzim sebagai biokatalisator dapat mempercepat reaksi kimia dengan menurunkan
energi pengaktifan. Energi pengaktifan diartikan sebagai jumlah energi yang dibutuhkan
oleh suatu mol zat, pada temperature tertentu, untuk membawa semua molekul ke
keadaan reaktif dengan satuan kalori. Suatu reaksi kimia dapat berlangsung karena
molekul-molekul reaktan pada suatu waktu tertentu mengalami keadaan aktif, yaitu
apabila energi molekul tersebut dalam keadaan energi pengaktifan.Dalam keadaan
demikian ikatan kimia dalam molekul dapat pecah sehingga memungkinkan terbentuk
suatu produk.Keadaan ketika molekul ada dalam keadaan reaktif disebut keadaan
transisi.Dengan bantuan enzim dalam hal ini katalisator maka reaksi memunyai energi
bebas dan terbentuklah suatu hasil reaksi (produk) dan katalisator kembali dibebaskan ke
keadaan semula (Wirahardikusumah, 2001).
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh
sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Jikatidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme
sel akan terhambathingga pertumbuhan sel juga terganggu (Anna Poedjiadi : 2006)
Enzim katalase dapat ditemukan pada jaringan hewan atau tumbuhan dan golongan
mikroorganisme. Katalase berfungsi menguraikan HO yang terbentuk selama proses
pernapasan (metabolisme sel) dengan reaksi sebagai berikut :

Reaksi diatas penting adanya, karena HO yang bersifat toksik (racun)


harus segera dipecahkan menjadi HO dan O yang bersifat non toksik
(tidak menyebabkan racun).Katalase seperti enzim lainnya dipengaruhi
oleh faktor pH, konsentrasi enzim dan substrat, suhu, serta aktivator
dan inhibitor.
1) pH (derajat keasaman)
aktifitas katalitik enzim didalam sel mungkin diatur sebagian oleh
perubahan pada pH medium lingkungan, hal ini juga berpengaruh terhadap
kecepatan aktivitas dalam mengkatalis suatu reaksi. Apabila enzim yang bekerja
optimum pada suasana netral ditempatkan pada suasana basa maupun asam,
enzim tidak akan bekerja bahkan rusak. Begitupula sebaliknya. Enzim akan
menjadi nonaktif apabila diperlukan pada suasana asam dan basa yang sangat
kuat. Penurunan dan kenaikan ph yang menyebabkan penurunan aktifitas enzim
dengan cepat terjadi diluar pH optimal. Lehninger (1982).
2) Konsentrasi enzim dan subtrat
Menurut Anna Poedjiadi, 2009, Aktivitas enzim dipengaruhi pula oleh
konsentrasi substrat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi
enzim yang tetap, maka penambahan konsentrasi substrat akan menaikkan
kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi
kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Kecepatan
reaksi bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi enzim hingga batas
tertentu.
3) Suhu
Enzim tersusun dari molekul-molekul protein, jadi enzim memiliki sifat
protein yang kerjanya dipengaruhi oleh suhu. Apabila suhu dinaikkan, enzim akan
mulai aktif pada suhu sekitar 40-500C. Tetapi jika penasannya terus berlanjut
maka enzim tersebut akan mengalami denaturasi atau pemecahan enzim. Jadi

kerja enzim akan efektif pada suhu tertentu, dan kerja enzim juga akan berkurang
jika suhunya berada di bawah (pada suhu rendah 00C) enzim akan tidak aktif, dan
akan rusak jika berada pada suhu sekitar >500C, namum akan bekerja secara baik
pada suhu optimal mendekati suhu tubuh berkisar 350C 400C. Suhu yang tidak
sesuai akan menyebabkan perubahan bentuk sisi aktif enzim.
Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan
kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan sebagai kenaikan
kecepatan reaksi sebagai akibat kenaikan suhu 10 oC.Koefisien suhu ini diberi
simbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim, Q10 ini berkisar antara 1,1
hingga 3,0 artinya setiap kenaikan suhu 10oC, kecepatan reaksi mengalami
kenaikan 1,1 hingga 3,0 kali. Kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses
denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Karena ada dua pengaruh yang
berlawanan, maka terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi
suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu (Anna Poedjiadi, 2009).
4) Aktifator dan inhibitor
Aktivitas enzim diperbesar dengan adanya aktivator yang mengaktifkan
enzim. Aktivator dapat berupa logam atau non logam yang merupakan zat-zat non
spesifik yang menguatkan proses enzimatis. Umumnya aktivator merupakan
bahan tahan panas dan berberat molekul relatif rendah.Inhibitor merupakan faktor
penghambat kerja enzim.Inhibitor kompetitif bersaing dengan substrat dalam
berikatan dengan enzim, sehingga menghalangi substrat terikat pada sisi aktif
enzim.Inhibitor nonkompetitif berikatan pada sisi enzim selain sisi tempat substrat
berikatan, mengubah konformasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan
inaktifasi dapat balik sisi katalitik (Lehninger, 1982).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan :
a. Tabung reaksi
b. Pipet tetes
c. Tabung berskala
d. Pisau silet
e. Sumbat/gabus karet
2. Bahan yang digunakan :
a. Kecambah kacang hijau
b. Cacing tanah

f. Neraca
g. Bekker glass besar
h. Selang plastik
i. Lidi dan korek api
j. pH stick

c.
d.
e.
f.
g.
h.

MNO
HO
HCL
NaOH
Aquades
Es Batu

E. CARA KERJA
1. Menunjukkan keberadaan enzim katalase pada jaringan hewan dan tumbuhan

Mengambil sampel : (kecambah : biji,muda,tua), hewan (cacing :


dipotong menjadi 3 bagian : caput, abdomen, cauda ) maingmasing sebanyak 0.5 gram
Memasukkanmasing-masingpadatabungreaksidanmenambahkan
HO sebanyak 1 ml padamasingmasingtabungreaksi
Menghubungkandengantabungberskala yang berisi air
penuhdidalamgelasbekkerbesardenganmenggunakanselang.
Tabungberskaladiletakkanterbalikdidalam air danpadatabungreaksi di
beripenutup karet

2. Mengetahui penambahan substrat


Mengambil sampel : (kecambah : biji,muda,tua),
hewan (cacing :
Mencatatjumlahgelembungselama
3 menitdanmelakukantesnyala
dipotong menjadi 3 bagian : caput, abdomen, cauda) maingmasing sebanyak 0.5 gram
Memasukkanmasing-masingpadatabungreaksidanmenambahkan
Mencatathasilpengamatan
HO sebanyak 1 ml padamasingmasingtabungreaksi
Mencatat
jumlah gelembung selama 3 menityang
dan melakukan
Menghubungkandengantabungberskala
berisi air tes
penuhdidalamgelasbekkerbesardenganmenggunakanselang.Tabun
gberskaladiletakkanterbalikdidalam air danpadatabungreaksi di
beripenutupkaret

3. Mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas enzim katalase


Menyiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing diisi dengan 1ml H2O2

4. Mengetahui pengaruh pH pada aktivitas enzim katalase

Menyiapkan 3 tabungreaksidanmasing-masingdiisidengan 1ml H2O2

Padatabung 1 ditambahdenganHCl, tabung 2 ditambahdenganaquades,


tabung 3 ditambahdenganNaOH

Menambahkansampelpadamasing-masingtabungreaksi

Menghubungkanmasing-masingtabungdengantabungberskala yang
penuhberisi air denganselangplastik

Mencatatjumlahgelembung, lama terbentukgelembungdantesnyala

F. HASIL PENGAMATAN
1. Tabel uji adanya enzim katalase pada kecambah / taoge dan tubuh hewan (Cacing)
No
.
1

Sampel

Jumlah Gelembung

Lama terbentuk

Nyala api

H2O2 + Biji

Tidak terdapat

gelembung (menit)
-

H2O2 + Biji taoge

gelembung
47

3 menit

Terang

muda
H2O2 + Taoge

37

3 menit

Terang

muda

1
2
3
4

No.
Caput cacing
Abdomen cacing
Cauda cacing
MnO2

Sampel
17
67
17
4

Jumlah Gelembung
+
+++
+
+++++

2. Tabel uji pengaruh suhu terhadap kecambah dan cacing

Nyala api

No

Sample

Jumlah Gelembung

Nyala api

.
1
2
3

Biji + H2O2
Kecambah muda + H2O2
Kecambah tua + H2O2

16
50
95

Nyala (+)
Nyala (++)
Nyala (+++)

3.

Table uji pengaruh substrat terhadap cacing

No Sampel
1
Caput cacing + H2O2
2
Abdomen cacing +
3

H2O2
Cauda cacing + H2O2

Jumlah Gelembung
+
+++

Nyala api
Nyala
Nyala

++

Nyala

4. Tabel p pengaruh pH terhadap kecambah dan cacing


N

pH

Sampel

o
1

gelembung (mL) gelembung (menit)


HCl + H2O2 + Biji
0
3
HCl + H2O2 + 0
3

Mati
Mati

kecambah muda
HCl + H2O2
2

Netra
l

12

Jumlah

Lamaterbentuk

Uji nyala

+ 0

Mati

Kecambah tua
Aquades + H2O2 + 0

Mati

Biji
Aquades + H2O2 + 0

Nyala

Kecambah muda
Aquades + H2O2 + 0

Nyala

Kecamah tua
NaOH + H2O2 + Biji 0
NaOH + H2O2 + 0

3
3

Mati
Mati

Kecambah muda
NaOH + H2O2 + 0
Kecambah tua

Mati

G. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini bertujuan untuk melacak dan menunjukkan keberadaan
enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, mengetahui pengaruh penambahan
substrat H2O2, mengetahui pengaruh suhu pada aktivitas enzim katalase, dan mengetahui
pengaruh pH pada aktivitas enzim katalase.
Uji Adanya Enzim Katalase
Pada percobaan pertama dengan tujuan melacak dan menunjukkan keberadaan
enzim katalase dalam jaringan hewan dan tumbuhan, menggunakan kecambah kacang
hijau dan cacing sebagai bahan percobaan. Pada percobaan ini masing-masing diambil
sampel sebanyak 0,5 gram untuk cacing maupun kecambah kacang hijau, lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan penambahan H 2O2. Untuk sampel kecambah
digunakan biji, kecambah tua, dan kecambah muda sedangkan untuk cacing dibagi
menjadi 3 bagian yaitu kepala cacing, badan cacing, dan ekor cacing.Selanjutnya sampel
tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi yang kemudian dihubungkan dengan selang
pada tabung berskala yang berisi air penuh. Kemudian dilakukan perhitungan gelembung
udara yang terbentuk selama 3 menit dan melakukan tes nyala.
Pada percobaan kecambah biji kacang hijau yang ditambahkan H202 tidak
terbentuk gelembung.Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi pemecahan H 2O2 oleh
enzim katalase. Sedangkan dalam uji nyala pada biji kecambah yang ditambah dengan
H2O2 menunjukkan hasil negative yang ditandai dengan tidak adanya nyala api. Hal ini
dikarenakan tidak terdapat O2 pada tabung reaksi yang berisi substrat karena tidak terjadi
penguraian H2O2 oleh enzim katalase.Sedangkan pada percobaan dengan menggunakan
kecambah muda (taoge muda) yang ditambah dengan H 2O2 terdapat gelembung udara
pada tabung berskala. Dalam waktu tiga menit terbentuk gelembung sebanyak 37
gelembung.Hal ini mengindikasikan telah terjadi penguraian H 2O2oleh enzim katalase
yang dihasilkan oleh kecambah muda (taoge muda) menjadi H 2O dan O2. Sehingga pada
uji nyala pada percobaan dengan kecambah muda ini menunjukkan hasil yang positif
yaitu ditunjukkan dengan adanya nyala api yang terang pada lidi yang dimasukkan dalam
tabung reaksi. Menyalanya lidi yang telah dibakar tersebut adalah karena adanya O 2

dalam tabung reaksi sebagai hasil reaksi katalisis H 2O2oleh enzim katalase. Sementara itu
pada percoban yang menggunakan kecambah tua (taoge tua) yang ditambahkan H 2O2juga
menghasilkan hasil yang sama dengan percobaan pada kecambah muda, yaitu
menghasilkan gelembung udara serta mempunyai hasil positif terhada puji nayala. Hanya
saja pada percobaan dengan kecambah tua (taoge tua) menghasilkan jumlah gelembung
yang lebih banyak yaitu 47 gelembung serta nyala api yang dihasilkan lebih terang
dibandingkan dengan percobaan dengan kecambah muda (taoge muda). Hal ini
mengindikasikan bahwa enzim katalase yang bekerja dalam mengkatalis H 2O2pada
kecambah tua lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan percobaan pada
kecambah muda.
Pada percobaan selanjutnya untuk menguji keberadaan enzim katalase dengan
menggunakan tubuh hewan dalam hal ini adalah cacing yang diambil pada bagian kepala,
tubuh dan ekor. Pada kepala cacing yang dicampur dengan H2O2menghasilkan gelembung
sebanyak 17 gelembung sedangkan pada uji nyala terdapat nyala api yang tidak begitu
terang. Selanjutnya pada percobaan yang menggunakan sampel berupa badan cacing
denganH2O2, menghasilkan gelembung udara sebanyak 67 gelembung serta pada uji tes
nyala api terdapat nyala yang lebih terang dibandingkan dengan percobaan pada kepala
cacing. Percobaan selanjutnya menggunakan sample berupa ekor cacing denganH 2O2.
Gelembung yang dihasilkan dalam penggunaan sample ini adalah sebanyak 17
gelembung. Sedangkan pada uji nyala terjadi nyala api pada lidi yang kurang lebih sama
dengan uji nyala api pada percobaan dengan sample berupa kepala cacing. Adanya
gelembung yang dihasilkan dalam reaksi antara H2O2dengan sample (kepala, badan, ekor
cacing) terbentuk karena adanya proses katalisis H2O2oleh enzim katalase menjadi H2O
dan O2, dengan adanya hasil berupa O2 ini menyebabkan lidi yang telah dibakar mampu
menyala saat dimasukkan dalam tabung reaksi yang didalamnya berisi bahan percobaan
yang telah disebutkan. Sementara itu dari ketiga sample yang digunakan untuk pengujian,
jumlah gelembung paling banyak dihasilkan oleh sample badan cacing, yaitu sebanya 67
gelembung.Uji nyala api yang paling terang juga didapatkan pada sample badan cacing.
Hal ini berarti bahwa enzim katalase yang dihasilkan oleh bagian badan dari cacing
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dan bekerja lebih cepat dalam
mengkatalisH2O2.

Selain dengan cacing dan kecambah percobaan unuk menunjukkan enzim katalase
ini juga digunakan bahan berupa MnO2 sebagai katalis yang berfungsi untuk
menguraikan H2O2menjadi H2O dan O2. Gelembung yang dihasilkan berjumlah 4
gelembung yang merupakan indikasi telah terjadi proses katalisis H 2O2oleh enzim
katalase. Kemudian pada uji nyala dengan bahan MnO 2 ini menghasilkan nyala api yang
terang karena adanya O2 yang dihasilkan dari reaksi katalis H2O2 oleh enzim katalase.
Uji Pengaruh pH pada Kerja Enzim Katalase yang Tekandung dalam Kecambah
Pada percobaan ini digunakan bahan berupa kecambah, baik berupa biji
kecambah, kecambah muda dan juga kecambah tua.Dalam uji pH ini digunakan variasi
pH berupa pH asam, pH netral dan pH basa.pH asam yang digunakan adalah sebagai
reagen adalah larutan HCl dengan pH 1. Sedangkan pH netral digunakan aquadest serta
pH basa digunakan reagen larutan NaOH dengan pH sebesar 12.
Uji pH asam (pH=1) dengan menggunakan reagen HCL dimasukkan substrat
berupa biji kecambah, kecambah muda serta kecambah tua pada tiga tabung reaksi yang
berbeda kemudian masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkanH 2O2. Selama tiga
menit dilakuka pengamatan terhadap terbentuknya gelembung udara pada gelas ukur
yang dihubungkan dengan selang pada tabung reaksi tersebut.Pada uji gelembung ini
ketiga tabung reaksi yang berisi substrat tertentu (biji kecambah, kecambah muda dan
kecambah tua) tidak menghasilkan gelembung udara.Hal ini berarti bahwa tidak ada
peguraian H2O2oleh enzim katalase.Dapat diartikan juga bahwa pada ketiga substrat
tersebut tidak menghasilkan enzim katalase.Hasil dari percobaan ini menyimpang dari
teori yang ada. Dimana pada teori disebutkan bahwa pada pH netral akan terbentuk
gelembung udara yang mengindikasikan bahwa terdapat enzim katalase yang
menguraikanH2O2. Sedangkan pada pH asam dan basa percobaan telah sesuai dengan
teori karena enzim katalase akan terdenaturasi atau tida aktif pada enzim yang bernilai
pH ekstrim. Ketidak sesuaian ini dapat diakibatkan karena kerusakan pada bagian
penutup gabus yang digunakan, sehingga tabung reaksi masih dapat berhubungan dan
substrat didalamnya terkontaminasi dengan udara luar sehingga menyebabkan O 2 yang
dihasilkan cepat keluar dari tabung reaksi dan tidak terdeteksi pada gelas ukur yang telah
tersambung dengan selang.

Selanjutnya pada uji nyala dari ketiga tabung reaksi menghasilkan hasil yang
berbeda. Pada tabung reaksi yang berisi kecambah muda dan kecambah tua yang berada
pada pH netral (dalam aquadest) dapat memberikan nyala api pada lidi yang telah
dibakar. Hal ini berarti bahwa terdapat O2 sbagai hasil dari penguraian H2O2oleh enzim
katalase yang dihasilkan oleh kecambah muda dan tua.Hanya saja kandungan O2 pada
tabung reaksi ini berjumlah minim (sedikit).Dari hal tersebut juga dapat dijadikan
indikasi bahwa enzim katalase hanya bekerja pada pH yang netral. Terbukti dengan tidak
adanya nyala api pada substrat yang diberi perlakuan dengan menggunakan larutan HCL
(pH=1) dan larutan NaOH (pH=12).
Uji Pengaruh Suhu terhadap Biji, Kecambah Muda dan Kecambah Tua
Percobaan inidilakukan untuk menentukan suhu ideal (optimum) mengenai kerja
atau aktivitas enzim katalase dalam mengkatalis H2O2.Percobaan ini digunakan variasi
suhu sebesar 50C dan 350C.Uji pertama dilakukan pengujian biji kecambah, kecambah
muda dan kecambah tua pada suhu 5 0C. Masing-masing substrat yaitu biji kecambah,
kecambah muda dan kecambah tua dimasukkan dalam tiga tabung reaksi yang berbeda
yang ketiga tabung reaksi tersebut ditambahH2O2.Dalam waktu tiga menit, dari masing
masing substrat pada tabung reaksi menghasilkan gelembung udara yang jumblahnya
berbeda-beda untuk setiap substrat (biji kecambah, kecambah muda dan kecambah tua).
Pada biji kecambah dihasilkan gelembung dengan jumlah 16 gelembung, untuk
kecambah muda dihasilkan gelembung sebanyak 50 gelembung serta pada kecambah tua
dihasilkan gelembung sebanyak 95 gelembung. Adanya gelembung yang dihasilkan ini
menandakan bahwa terdapat enzim katalase yang dihasilkan oleh biji kecambah,
kecambah muda dan kecambah tua yang mengkatalis H2O2menjadi H2O dan
O2.Sedangkan perbedaan banyaknya gelembung yang dihasilkan menandakan perbedaan
aktivitas dari enzim katalase dalam mengkatalisH 2O2. Hal ini berarti bahwa enzim
katalase yang dihasilkan oleh kecambah tua mempunyai konsentrasi paling tinggi serta
paling cepat dalam mengkatalis H2O2karena ditandai dengan dihasilkannya gelembung
dalam jumlah yang paling banyak diantara kecambah muda dan biji kecambah.
Sebaliknya, enzim katalase yang dihasilkan oleh biji kecambah mempunyai konsentrasi

yang paling rendah serta mempunyai aktivitas yang paling lambat dalam mengkatalisisi
H2O2 yang ditandai dengan sedikitnya gelembung yang dihasilkan.
Sedangkan pada uji nyala pada tiap-tiap tabung reaksi yang berisi biji kecambah,
kecambah muda dan kecambah tua menghasilkan nyala api yang berbeda. Perbedaam
tingkat nyala api yang terjadi ini sesuai dengan jumlah O2 yag dihasilkan. Semakin
banyak O2 yang dihasilkan (dalam hal ini ditandai dengan adanya gelembung udara)
maka akan semakin terang nyala api yang dihasilkan. Sehingga nyala api yang paling
terang dihasilkan oleh kecambah tua.
Selajutnya pada uji kedua yaitubiji kecambah, kecambah muda, dan kecambah tua
pada suhu 350C yang di beri H2O2 juga menghasilkan gelembung seperti pada uji yang
dilakukan pada suhu 50C.pada uji ini gelembung udara yang dihasilkan pada biji yang
ditambahkan H2O2 sebanyak 15 gelembung. Pada kecambah muda yang ditambahkan
H2O2 dihasilkan 30 gelembung udara, sedangkan pada kecambah tua yang ditambahkan
H2O2 menghasilkan 65 gelembung udara.Adanya gelembung udara yang dihasilkan ini
menandakan bahwa terdapat enzim katalase dari kecambah yang menguraikan H 2O2
menjadi H20 dan O2. Kemudian pada masing-masing tabung reaksi yang berisi biji,
kecambah tua, dan kecambah muda juga menghasilkan test nyala api yang berbeda-beda,
Seperti pada pengujian test nyala api kecambah pada suhu 50C. nyala api yang paling
terang terdapat pada kecambah tua,hal ini berarti bahwa pada kecambah tua mengalami
aktivitas enzim katalase yang paling tinggi. Sedangkan pada biji kecambah menghasilkan
nyala api yang paling redup hal ini menandakan lambatnya aktivitas enzim kalatase.
Perbedaan tingkat nyala api yang terjadi tersebut sesuai dengan jumlah O2 yag
dihasilkan. Semakin banyak O2 yang dihasilkan (dalam hal ini ditandai dengan adanya
gelembung udara) maka akan semakin terang nyala api yang dihasilkan. Sehingga nyala
api yang paling terang dihasilkan oleh kecambah tua.
Berdasarkan pengujian pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim katalase pada
biji, kecambah muda, dan kecambah tua dapat dibandingkan bahwa dalam percobaan ini
uji kecambah baik biji, kecambah muda, maupun kecambah tua pada suhu 50C
menghasilkan gelembung udara lebih banyak daripada uji kecambah pada suhu 35 0C.
Banyaknya gelembung yang dihasilkan menandakan bahwa enzim katalase bekerja

optimum pada suhu tersebut. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada bahwa enzim
katalase akan bekerja optimum pada suhu 350C-400C.
Pada percobaan penambahan substrat bahan yang digunakan yaitu cacing dan
MnO2. Pada percobaan cacing, bagian yang digunakan adalah bagian badan , ekor dan
kepala. Ketiga bahan tersebut ditambahkan larutan H2O2. Dari percobaan ini, badan
cacing yang ditambah dengan H2O2 menghasilkan 40 gelembung udara dan ketika diuji
nyala terbentuk nyala api yang terang. Bagian ekor cacing yang ditambah dengan H 2O2
menghasilkan 28 gelembung udara dan ketika diuji nyala terbentuk nyala api yang juga
terang. Sedangkan bagian kepala cacing yang ditambah dengan H 2O2, menghasilkan 18
gelembung udara dan ketika diuji nyala juga menghasilkan nyala api yang terang.
Pada percobaan menggunakan MnO2 yang ditambah dengan H2O2 menghasilkan
gelembung-gelembung udara dan setelah diuji nyala menghasilkan nyala api yang terang.
H2O2 yang ditambahkan dalam MnO2 mengalami penguraian menjadi air dan oksigen.
MnO2 tersebut diberfungsi sebagai katalis pembentukan oksigen dan juga pemecahan
H2O2. Reaksi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Pengaruh Suhu terhadap MnO2 yang terdapat dalam Substrat (cacing).
Pada percobaan pengaruh suhu padap kinerja MnO 2 terhadap H2O2 ini, MnO2
seberat 0,5 gram yang dimasukkan dalam air es sampai suhunya menjadi 5 0 C setelah
ditambahkan dengan H2O2 menghasilkan gelembung udara dan setelah dilakukan uji
nyala dihasilkan juga nyala api. Pada MnO2 seberat 0,5 gram yang dipanaskan hingga
suhu 35o C dan ditambah dengan H2O2 juga menghasilkan gelembung udara dan pada
saat diuji nyala juga menghasilkan nyala api yang lebih terang.
Dalam percobaan ini pemberian perlakuan pendinginan hingga mencapai suhu 5 0
C ini diharapkan kinerja MnO2 dalam menguraikan H2O2 terhambat, namun dalam
percobaan ini MnO2 tetap dapat menguraikan H2O2 membentuk air dan juga oksigen. Hal
ini disebabkan karena proses pendinginan tersebut belum mencapai suhu 5 0 C karena
pengukuran suhu dengan termometer dilakukan pada air es dan juga dapat dikarenakan
perendaman dalam air es kurang lama sehingga suhu yang didapat tidak sama dengan 5 0
C.
Dalam percobaan dengan pemberian perlakuan pemanasan MnO 2 hingga
mencapai suhu 35o C ini diharapkan kinerja MnO2 dalam menguraikan H2O2 juga
terhambat, namun dalam percobaan ini gelembung udara yang dihasilkan dari
penambahan H2O2 lebih banyak dan menghailkan nyala terang pada uji nyala. Hal ini
juga disebabkan karena suhu pada proses pemanasan MnO 2 belum sama dengan 35o C.
Sehingga kinerja MnO2 dalam menguraikan H2O2 tetap berlangsung.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Enzim katalase terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan dalam hal ini cacing
dan kecambah.
2. Enzim katalse aktif pada pH netral
3. Enzim katalase bekerja optimum pada suhu 370C

DAFTAR PUSTAKA

Lehninger. 1995. Dasar-dasar Biokimia, jilid I. Jakarta : Erlangga


Poedjaji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Sumardjo, Damin.2008.Pengantar Biokimia Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta :
EGC
Wirahadikusumah.1989. Biokimia. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai