Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN METODE MIND MAPPING MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN FISIKA KELAS
XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TINAMBUNG

HUSNUR ARLINI
(H0413039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam meningkatkan mutu program pembelajaran sering kali
dihadapkan pada berbagai permasalahan menyangkut diri siswa, pengajar
maupun fasilitas pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut juga
timbul pada materi pelajaran Fisika. Salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu program pembelajaran adalah dengan meningkatkan kualitas pengajar
yang dibekali dengan pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang
efektif. Pengajar harus mampu membuat inovasi-inovasi pembelajaran yang
menarik untuk meminimalisir permasalahan yang berasal dari diri siswa,
seperti rasa bosan dan kejenuhan dalam kelas akibat metode pembelajaran
yang monoton.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di SMA NEGERI 1
TINAMBUNG khususnya pada mata pelajaran Fisika juga masih dihadapkan
pada permasalahan yang belum terpecahkan, rata-rata hasil belajar peserta
didik yaitu 72 dari nilai KKM 65. Nilai rata-rata peserta didik diatas nilai
KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
memberikan pemahaman yang cukup baik bagi peserta didik.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika kelas XI
SMA Negeri 1 Tinambung walaupun nilai rata-rata peserta didik di atas nilai
KKM, masih ada beberapa masalah yang ditemui, diantaranya adalah
beberapa peserta didik tidak berpartisipasi dan tidak aktif selama pembelajaran
berlangsung dan ada juga peserta didik yang tidak pernah naik ke depan kelas
namun pemahamannya terhadap pelajaran cukup baik. Hasil wawancara
dengan peserta didik yaitu mereka menganggap pelajaran Fisika sulit dan
banyak rumus yang harus dihapalkan sehingga membutuhkan pemahaman
yang tinggi terhadap rumus-rumus Fisika.
Berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut, salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah memberikan pemahaman yang baik kepada peserta

didik terhadap pelajaran Fisika. Adapun model pembelajaran yang dapat


diterapkan adalah advance organizer.
Model pembelajaran organizer memiliki kelebihan yang digunakan
untuk mengatasi kesulitan siswa, yaitu mengarahkan dan menolong siswa
dalam menanamkan pengetahuan baru, membantu siswa mengingat dan
mengaitkan kembali pengetahuan lama dengan materi yang baru diajarkan.
Untuk mempermudah siswa mengingat informasi lebih lama, mengembangkan
pemahaman dan memperoleh pandangan baru dapat digunakan dengan
bantuan peta pikiran (mind map). Peta pikiran (mind map) adalah sebuah
sistem berpikir yang bekerja sesuai dengan cara kerja alami otak manusia dan
mampu membuka serta memanfaatkan potensi sehingga menjamin tingkat
kreativitas dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi bagi penggunanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian dengan mengangkat judul Penerapan Metode Mind Mapping
melalui Model Pembelajaran Advance Organizer terhadap Pemahaman
Konsep Peserta Didik dalam Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA 3 SMA
NEGERI 1 TINAMBUNG.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan metode mind mapping melalui
model pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep
peserta didik kelas XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TINAMBUNG?
C. TUJUAN PENELITIAN
Merujuk pada rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping melalui model
pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep peserta
didik kelas XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TINAMBUNG.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Peserta Didik

Diharapkan mampu membuat peserta didik merasa nyaman dan


menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran dan mampu mengingat dan
mengaitkan kembali pengetahuan lama dengan materi yang baru diajarkan
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi Guru
Sebagai alternatif model pembelajaran pengajaran fisika bagi guru
maupun calon guru yang dapat diterapkan di kelas untuk mencapai tujuan
pemeblajaran dan mengoptimalkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Dapat

dijadikan

bahan

referensi

dalam

memilih

model

pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan hasil belajar dan


motivasi belajar peserta didik.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang strategi
pembelajaran yang sesuai untuk bisa diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran di kelas yang bermuara pada hasil pembelajaran yang
optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Menurut Sri Rumini dkk. (2013: 117), belajar merupakan sebuah
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relatif menetap, baik
perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati
secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan
dan pengalaman sebagai dampak interaksi antar individu dengan
lingkungannya.
Menurut Nana Sudjana (2013: 117), belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapannya, daya reaksinya, daya
penerimanya, dan aspek lain yang ada pada individu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi
paham, dimana perubahan yang terjadi merupakan perbaikan dari sikap,
perilaku dan kemampuan yang dimiliki individu sebelum belajar.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai konsekuensi artinya hasil belajar siswa dalam
bentuk nilai akan baik dan buruk. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi
belajar karena hasil belajar sangat tergantung dengan proses belajar itu
sendiri, kesiapan siswa, materi, bahan atau media. (Irham, 2013: 120).
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di
bawah kondisi yang berbeda (Wena, 2013: 6).
3. Mind Mapping

Mind mapping merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang


digunakan melatih kemampuan menyajikan isi (content) materi dengan
pemetaan pikiran (mind mapping). Mind map dikembangkan oleh Tony
Buzan sebagai cara untuk mendorong peserta didik mencatat hanya dengan
menggunakan kata kunci dan gambar. Kegiatan ini sebagai upaya yang
dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan, yang kemudian dalam
aplikasinya sangat membantu untuk memahami masalah dengan cepat
karena telah terpetakan. Hasil mind mapping berupa mind map (Ridwan
2015).
4. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran Advance Organizer dikembangkan
berdasarkan teori David P. Ausubel tentang belajar verbal bermakna. Teori
tersebut terkait dengan organisasi pengetahuan, yakni bagaimana proses
berpikir dalam megolah informaasi baru.
Advance organizer adalah pengetahuan yang telah dimiliki
seseorang diperoleh dari pengalaman yang telah dimiliki, digunakan untuk
mempelajari pengetahuan baru (Ridwan, 2015).
Tujuan model pembelajaran Advance Organizer:
a. Memperkuat struktur kognitif siswa
b. Menambah daya ingat (retensi) siswa terhadap informasi yang
bersifat baru.
c. Memperkuat proses asimilasi informasi dan ide secara bermakna
pada siswa.
d. mengkonstruksi berfikir akurat siswa.
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran advance organizer:
a. Kelebihan model pembelajaran advance organizer dalam pengajaran:
1) Siswa dapat berinteraksi dengan memecahkam masalah untuk
menemukan konsep-konsep yang dikembangkan

2) Dapat membangkitkan perolehan materi akademik dan


keterampilan sosial siswa
3) Dapat mendorong siswa untuk mengetahui jawaban pertanyaan
yang diberikan (siswa semakin aktif)
4) Dapat melatih siswa meningkatkan ketrampilan siswa melalui
diskusi kelompok
5) Meningkatkan ketrampilan berfikir siswa baik secara individu
maupun kelompok
6) Menambah kompetensi siswa dalam kelas
b. Kekurangan model pembelajaran advance organizer dalam proses
pengajaran: Dibutuhkan kontrol yang intensif dari guru, sehingga
bila siswa terlalu banyak, proses pembelajaran kurang efektif.
Prosedur Model Pembelajaran Advance Organizer
a. Teknik Pengajaran Advance Organizer
Prosedur Model Pembelajaran Advance Organizer ada beberapa
langkah, yaitu:
1.

Penyajian Advance Organizer


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah:
a) Mengidentifikasi atribut atau simbol
b) Memberi contoh-contoh
c) Menyediakan dan mengatur suasana konsep
d) Mengulang kembali materi sebelumnya
e) Memancing dan mendorong pengetahuan serta pengalaman dari
siswa, pada bagian ini peran aktif siswa tampak dalam bentuk
memberikan respon terhadap presentasi organisasi yang diberikan
guru.
Fase ini dimaksudkan untuk membangun perhatian peserta
didik dan menuntun mereka pada tujuan pembelajaran dimana
keduanya merupakan hal penting untuk membantu terciptanya
belajar bermakna.

2. Penyajian Bahan Pelajaran


Dalam menyajikan bahan pelajaran ada beberapa hal yang
perlu dilakukan:
a) Membuat organisasi secara tegas
b) Membuat urutan bahan pelajaran secara logis dan eksplisit
c) Memelihara suasana agar penuh perhatian
d) Menyajikan bahan
Fase kedua ini dapat dikembangkan dalam bentuk diskusi,
ekspositori, atau siswa memperhatikan gambar-gambar,
melakukan percobaan atau membaca teks, yang masing-masing
diarahkan pada tujuan pengajaran pada langkah-langkah
pertama, pengembangan sistem hirarki dalam KBM.
Berikut adalah penyajian langkah-langkah yang dapat
dikembangkan dalam fase kedua:
a) Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang
direncanakan dan bersifat terbuka untuk memperoleh hasil
yang potensial
b) Guru berusaha menyajikan introduksi pengalaman yang
bersifat menantang dan memotivasi
c) Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil atau sebagai suatu
kelompok secara menyeluruh didalam belajar berdasarkan
pengalaman
d) Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan
masalah yang nyata yang bertentangan dengan situasi
pengganti
e) Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan
pengalamn baru dan membuat keputusan sendiri serta
memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut
f) Kelas mengadakan diskusi kelas yang dihadiri oleh semua
siswa dengan tujuan memperluas belajar dan pemahaman

terhadap bermacam hal yang telah dialami, pertemuan ini


dipimpin oleh guru yang terdiri dari empat bagian yaitu:
- Review rincian suatu peristiwa atau kejadian, seorang siswa
tertentu menyampaikan secara lisan kejadian tersebut
berdasarkan pengamatan atau pengalamannya
- Analisis aspek-aspek kejadian atau peristiwa. Guru harus
membantu siswa mengidentifikasi masalah pokok yang
berkaitan dengan kejadian tersebut
- Formulasikan prinsip-prinsip dan premis-premis nilai yang
dikaitkan dengan kejadian itu
- Integrasikan informasi baru ke dalam kerangka belajar
siswa. Guru menghubungkan informasi baru itu dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Langkah terakhir ini merupakan ciri khas dari
strategi pengajaran ini dimana pembahasan pengalaman
belajar dilakukan dengan cara menandai dan merumuskan
hal-hal yang terjadi dan menyebarkan penemuan-penemuan
kepada semua siswa. Hal inilah yang membedakan dari
belajar mengalami (experiental learning) yang berpusat pada
pengalaman belajar yang diarahkan oleh siswa (studentdirected learning experiences).
3.Penguatan Organisasi Kognitif
Tujuan fase ketiga ini adalah mengkaitkan materi belajar
yang baru dengan struktur kognitif siswa. David Ausubel
mengidentifikasikan menjadi empat aktifitas yaitu:
a) Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi intergratif
Aktifitas ini mempertemukan materi belajar yang baru
dengan kognitif siswa dan dapat dikembangkan guru melalui:
- Mengingatkan siswa tentang gambaran menyeluruh
gagasan/ide

- Menanyakan ringkasan dari atribut materi pelajaran yang baru


- Mengulangi definisi secara tepat
- Menanyakan perbedaan aspek-aspek yang ada dalam materi
- Menanyakan bagaimana materi pelajaran mendukung konsep
atau preposisi yang baru digunakan
b) Meningkatkan kegiatan belajar (belajar menerima)
Dapat dilakukan dengan cara:
- Siswa menggambarkan materi baru dengan
menghubungkannya melalui salah satu aspek pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya.
- Siswa memberi contoh-contoh terhadap konsep yang
berhubungan dengan materi
- Siswa menceritakan kembali dengan menggunakan kerangka
referensi yang telah dimiliki
- Siswa menghubungkan materi dengan pengalaman atau
pengetahuan yang dimilikinya
c) Meningkatkan pendekatan kritis tentang bahasan pokok
Dilakukan dengan menanyakan kepada siswa tentang
asumsi atau pendapatnya yang berhubungan dengan materi
pelajaran. Guru memberikan pertimbangan dan tentangan
terhadap pendapat tersebut dan menyatukan kontradiksi apabila
terjadi silang pendapat
d) Mengklarifikasikan
Guru dapat melakukan klarifikasi dengan cara member
tambahan informsi baru atas mengaplikasikan gagasan ke dalam
situasi baru atau contoh lain.

Selain itu juga dalam proses pembelajaran Advance Organizer


terdapat beberapa aspek yang mendukung strategi dalam penerapannya,
yaitu:
1) Mengaktifkan siswa
2) Memvariasi pengelolaan kelas
3) Melayani perbedaan individu
4) Meningkatkan interaksi belajar
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Advance Organizer Pola
pembelajaran Advance Organizer meliputi beberapa tahap, yang mana
tahapan-tahapan tersebut merupakan aspek-aspek yang harus ada dalam
pembelajaran Advance Organizer yaitu:
Tabel 2.1

Fase-1

Pola Model Pembelajaran Advance Organizer


Fase
Tingkah laku Guru
Pada fase ini guru menyampaikan semua

Menyampaikan tujuan dan

tujuan pelajaran yang ingin di capai pada

memotivasi siswa

pelajaran tersebut danmemotivasi siswa

(orientasi peserta didik).

terlibat dalam aktifitas belajar (mengajukan


masalah dan pemecahan masalah),

Fase-2

menjelaskan logistik yang diperlukan,


Pada fase ini guru menyajikan informasi

Menyajikan Informasi

kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau

bahan pokok pelajaran


Fase 3

lewat bahan bacaan.


Pada fase ini guru menjelaskan kepada siswa

Mengorganisasikan siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok

ke dalam kelompokkelompok

belajar dan kemudian membaginya kedalam

belajar

kelompok belajar serta membantu setiap

kelompok peserta didik untuk


mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah
Fase-4

tersebut agar dapat dilakukan secara efisien.


Pada fase ini guru membimbing kelompok-

Membimbing kelompok

kelompok belajar untuk mendorong peserta

kerja dan belajar

didik mengumpulkan informasi yang sesuai


dengan tugas mereka, melakukan
penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan

Fase-5

dan pemecahan masalah.


Pada fase ini guru membantu peserta didik

Mengembangkan dan

dalam merencanakan dan menyiapkan karya

menyajikan hasil karya

yang sesuai seperti: laporan, video serta


membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya, kemudian masing-masing

Fase-6

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.


Pada tahap ini guru membantu peserta didik

Menganalisis dan

untuk melakukan refleksi atau evaluasi

mengevalusi hasil belajar

terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka lalui serta guru
mengevalusi hasil belajar tentang materi

Fase-7

yang telah dipelajari.


Pada tahap ini guru mencari cara-cara untuk

Memberikan penghargaan

memberikan penghargaan pada tiap usaha/


upaya yang dikerjakan oleh setiap individu

atau kelompok (hasil belajar individu dan


kelompok yang dicapai).
5. Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif
yaitu tingkatan C2 dari tujuan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Ruseffendi (dalam Yeni, 2011: 68) pemahaman meliputi
tiga aspek yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.
a) Translasi
Translasi (terjemahan) meliputi kemampuan menerjemahkan
materi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain seperti dari katakata ke angka-angka, dari abstrak ke kongkret, dai symbol ke
tabel dan grafik.
b) Intepretasi
Interpretasi (penjelasan) meliputi kemampuan menjelaskan
/meringkas materi pelajaran, memahami kerangka suatu
pekerjaan secara keseluruhan, dan menafsirkan isi berbagai
macam bacaan.
c) Ekstrapolasi
Ekstrapolasi (perluasan) meliputi kemampuan memprediksi
akibat dari suatu tindakan yang digambarkan dari sebuah
komunikasi.
Menurut Anderson dan Krathwohl menyatakan bahwa
dalam pembaharuan dimensi proses kognitif, memahami
(understanding) terdiri dari kemampuan untuk membentuk arti
dari instruksi yang meliputi menginterpretasikan, memberikan
contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menduga,
membandingkan dan menjelaskan Benjamin Bloom
membedakan pemahaman (C2) ke dalam tiga kategori yaitu
menerjemahkan (translation), penafsiran (interpretation) dan
ekstrapolasi (extrapolation) (Budiartawan, 2013).

B. KERANGKA PIKIR
Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa sebagian peserta didik
yang ada di SMA Negeri 1 Tinambung menganggap pelajaran Fisika sulit dan
banyak rumus yang harus dihapalkan sehingga membutuhkan pemahaman
yang tinggi terhadap rumus-rumus Fisika. Walaupun nilai rata-rata peserta
didik di atas nilai KKM, masih ada beberapa masalah yang ditemui,
diantaranya adalah beberapa peserta didik tidak berpartisipasi dan tidak aktif
selama pembelajaran berlangsung dan ada juga peserta didik yang tidak
pernah naik ke depan kelas namun pemahamannya terhadap pelajaran cukup
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan model dan metode pembelajaran yang dapat
merangsang keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
dan juga memudahkan peserta didik dalam mengingat pelajaran.

PESERTA DIDIK MENGANGGAP PELAJARAN FISIKA SULIT DAN HARUS DIHAPAL


MODEL PEMBELAJARAN

Dalam meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, maka dengan


bantuan guru di kelas perlu diciptakan kondisi belajar yang bermakna dan
KONVENSIONAL

menyenangkan. Dengan menerapkan model advance organizer yang mengacu


pada proses menghubungkan pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan
memanggil pengetahuan yang telah lama tersimpan dalam memori otak.
Untuk memudahkan
peserta KONSEP
didik dalam
mengingat kembali pengetahuan
PEMAHAMAN
PESERTA
awalnya, diterapkan juga metode mind mapping agar materi pembelajaran
terorganisir dengan jelas.
DIDIK RENDAH

MODEL PEMBELAJARAN

METODE

ADVANCE ORGANIZER

MIND MAPPING

PENINGKATAN PEMAHAMAN

KONSEP PESERTA DIDIK

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir IPA 3 SMA NEGERI 1

TINAMBUNG.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka pikir maka peneliti
merumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Terdapat pengaruh yang
signifikan metode mind mapping melalui model pembelajaran advance
organizer terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI SMAN 1
TINAMBUNG.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tinambung yang
bertempat di Jl. Poros Majene Tinambung Kabupaten Polewali Mandar pada
semester Genap tahun pelajaran 2015/2016 bulan Oktober 2016.
B. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimen yang menggunakan
desain One-Shot Case Study (Sugiyono, 2015: 110) sebagai berikut:

Keterangan:
X : Perlakuan (metode mind mapping melalui model pembelajaran advance
organizer)
O : Pengukuran (Setelah diberi perlakuan)
C. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran Advance Organizer adalah model
pembelajaran yang digunakan peneliti dimana peserta didik dibantu untuk
mengklasifikasi, mengintegrasikan, menghubungkan dan menyusun materi
baru dengan materi yang sudah diketahui siswa melalui peta konsep yang

ditampilkan oleh guru. Melalui peta konsep tersebut, siswa dapat


memperdalam materi yang tengah dipelajari sebagai suatu bahan baru
sehingga siswa dapat melihat perbedaan materi baru dengan materi yang
lama dalam struktur organisasi yang berturut-turut logis integratif.
2. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep adalah penguasaan konsep yang diperoleh
siswa setelah penerapan metode mind mapping melalui model
pembelajaran advance organizer selesai dilakukan. Pemahaman siswa di
jaring melalui metode mind mapping (peta pikiran).
D. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI
semester genap tahun ajaran 2015/2016 SMA NEGERI 1 TINAMBUNG
yang terdiri dari 4 kelas XI MIA dengan perincian sebagai berikut.
Tabel 3.1
Subjek Populasi Peserta Didik Kelas XI MIA
SMA NEGERI 1 TINAMBUNG
Kelas XI MIA
Jumlah Peserta Didik
XI MIA 1
41
XI MIA 2
35
XI MIA 3
42
XI MIA 4
39
Jumlah Populasi
157
2. Sampel Penelitian
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI MIA 3
yang terdiri dari 42 peserta didik diambil secara acak dengan
menggunakan teknik simple random sampling.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
memperoleh dan mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar, yaitu tes tertulis berupa tes objektif
pilihan ganda beralasan dengan 5 alternatif jawaban. Tes disusun berdasarkan
indikator yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), tes dilakukan setelah perlakuan model pembelajaran advance


organizer (post-test). Skor yang digunakan pada pilihan ganda beralasan
adalah untuk jawaban yang benar diberi nilai satu (1) dan untuk jawaban yang
salah diberi nilai nol (0).
Untuk mengetahui apakah butir soal yang diberikan dapat dikatakan
baik atau tidak, maka perlu dilakukan analisis butir soal. Menurut Arikunto
(2007) butir soal yang baik dapat ditinjau dari beberapa segi, yakni analisis
validitas dan reliabilitas, analisis tingkat kesukaran soal, analisis daya
pembeda, dan fungsi pengecoh (distraktor).
a. Validitas item
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Analisis validitas untuk setiap item dilakukan dengan menggunakan rumus
(Arikunto, 2005: 79):
dwip=

M iM t p
St
q

...(3.1)

Dengan:

dwip
i

= Koefisien korelasi biseral

= Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang

divalidasi
Mt

= Rerata total

St

= Standar deviasi

= Proporsi siswa yang menjawab benar

= Proporsi siswa yang menjawab salah (1 - p)


Untuk menginterpretasikan nilai korelasi yang diperoleh dengan

melihat tabel nilai r product moment. Jika rhitung > rtabel, maka butir soal
tersebut dinyatakan valid.

Dengan kategori validitas sebagai berikut:


Tabel 3.2 Kriteria Validitas Item
Koefisien Korelasi
0,800 - 1,00
0,60 - 0,79
0,40 - 0,59
0,20 - 0,39
0,00 - 0,19

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah

b. Reliabilitas
Analisis reliabilitas suatu tes dan/atau alat ukur lainnya, pada
hakekatnya menguji keajengan pertanyaan tes. Untuk menghitung
reliabilitas tes hasil uji coba instrumen, digunakan rumus KuderRicharson 20 (KR-20), sebagai berikut:

( )(

n
r 11 =
n1

S t2 pi q i
S t2

...(3.2)

Keterangan :
r11 = Reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
S t2 = Standar deviasi
n = Jumlah peserta tes
pq = Jumlah perkalian antara p dan q
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi
0,81 1,00
0,71 0,80
0,41 0,70
0,21 0,40
0,00 0,20

Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Kecil

Nilai r11 akan dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Jadi


kemungkinan yang terjadi yaitu :

Jika r11 > r tabel, maka soal tersebut dikatakan reliabel.

Jika r11 < r tabel, maka soal tersebut dikatakan tidak reliabel.

c. Analisis Indeks Kesukaran Soal


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha pemecahannya. Sebaliknya soal yang telalu sukar
membuat siswa menjadi putus asa memecahkannya. Cara melakukan
analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2007):
P

B
JS

...(3.3)

Keterangan :
P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar tiap butir soal
JS = Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksud.
Kriteria

yang digunakan adalah makin kecil indeks yang

diperoleh makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang
diperoleh makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal
Nilai
0,00 0,30
0,31 0,70
0,71 1,00

Kualifikasi
Sukar
Sedang
Mudah
(Arikunto, 2007).

d. Analisis Daya Pembeda


Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (rendah
prestasinya). Persamaan yang digunakan :

Ba Bb

Ja Jb

(3.4)

Keterangan :
D = Daya pembeda
Ba = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar
Bb = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Ja = Jumlah siswa kelompok atas
Jb = Jumlah siswa kelompok bawah
Adapun kriteria nilai daya pembeda dapat di lihat pada tabel 3.3 di
bawah ini.
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Daya Pembeda
Nilai
0,00 0,20
0,21 0,40
0,41 0,70
0,71 1,00

Kualifikasi
Jelek
Cukup
Baik
Baik Sekali
(Arikunto, 2007).

F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
a. Mengadakan observasi ke sekolah dan berkonsultasi dengan guru
bidang studi fisika kelas XI mengenai keadaan peserta didik, hasil
belajar fisika peserta didik, materi pelajaran yang akan diteliti, waktu
penelitian dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Membuat instrumen penelitian, Rancangan Perencanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dll.
c. Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode mind
mapping melalui model pembelajaran advance organizer.
b. Memberikan tes akhir (Post-test) berupa tes hasil belajar terhadap
pelajaran fisika setelah diterapkan metode mind mapping melalui
model pembelajaran advance organizer.
3. Tahap Akhir
a. Melakukan analisis data
b. Menarik kesimpulan

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Ada dua prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini, yaitu observasi dan evaluasi. Observasi dilakukan secara
langsung terhadap subjek yang diteliti untuk mengamati kegiatan-kegiatan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan mengukur tingkat
keberhasilan, dalam hal ini pemahaman konsep peserta didik, setelah
mengikuti proses pembelajaran. Untuk evaluasi diberikan dalam bentuk soal
pilihan ganda beralasan kepada peserta didik. Sebelum tes ini diberikan atau
diujikan kepeserta didik, instrumen yang digunakan terlebih dahulu diuji
validitasnya dan dilakukan uji realibilitas.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara dugaan
sementara dengan hasil analisis yang diperoleh, yang menandakan apakah
dugaan sementara tersebut diterima atau ditolak.
H 0 : 0=70
H 1 : 0 <70
Keterangan :
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan metode mind mapping
melalui model pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman
konsep fisika peserta didik kelas XI SMAN 1 TINAMBUNG
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan metode mind mapping melalui
model pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep
fisika peserta didik kelas XI SMAN 1 TINAMBUNG
Pengujian Hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu sampel (one
sample t-test) pada taraf signifikan = 0,05, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut,

t=

x 0
s
n

... (3.8)

Keterangan :
x

= rata-rata data sampel (hasil belajar fisika)

= nilai yang dihipotesiskan s

= standar deviasi data sampel (hasil belajar fisika)


= jumlah sampel (peserta didik) yang diteliti
(Riduwan, 2003 : 207)

Kriteria Pengujian Hipotesis :

Jika thitung > ttabel, maka tolak H0 dan terima H1, berarti tidak terdapat
pengaruh yang signifikan metode mind mapping melalui model
pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep fisika
peserta didik kelas XI SMAN 1 TINAMBUNG.

Jika thitung < ttabel, maka tolak H1 dan terima H0, berarti terdapat pengaruh
yang signifikan metode mind mapping melalui model pembelajaran
advance organizer terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas
XI SMAN 1 TINAMBUNG;

DAFTAR PUSTAKA
Sinulingga, Karya., & Munte, Denny. Pengaruh Model Pembelajaran Advance
Organizer Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada
Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X SMA. Journal, Vol. 1, No. 2,
2012, pp. 2-3.

Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.


Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur :
Bumi Aksara
Khaeruddin & Ali, Sidin. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Irham, Muhammad, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran.Jogjakarta :Ar-ruzz media
Sugiyono. 2015. Metode Peneletian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Achmadi A & Narbuko, Cholid. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Abdullah Sani, Ridwan. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai