HUSNUR ARLINI
(H0413039)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam meningkatkan mutu program pembelajaran sering kali
dihadapkan pada berbagai permasalahan menyangkut diri siswa, pengajar
maupun fasilitas pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut juga
timbul pada materi pelajaran Fisika. Salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu program pembelajaran adalah dengan meningkatkan kualitas pengajar
yang dibekali dengan pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang
efektif. Pengajar harus mampu membuat inovasi-inovasi pembelajaran yang
menarik untuk meminimalisir permasalahan yang berasal dari diri siswa,
seperti rasa bosan dan kejenuhan dalam kelas akibat metode pembelajaran
yang monoton.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di SMA NEGERI 1
TINAMBUNG khususnya pada mata pelajaran Fisika juga masih dihadapkan
pada permasalahan yang belum terpecahkan, rata-rata hasil belajar peserta
didik yaitu 72 dari nilai KKM 65. Nilai rata-rata peserta didik diatas nilai
KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
memberikan pemahaman yang cukup baik bagi peserta didik.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika kelas XI
SMA Negeri 1 Tinambung walaupun nilai rata-rata peserta didik di atas nilai
KKM, masih ada beberapa masalah yang ditemui, diantaranya adalah
beberapa peserta didik tidak berpartisipasi dan tidak aktif selama pembelajaran
berlangsung dan ada juga peserta didik yang tidak pernah naik ke depan kelas
namun pemahamannya terhadap pelajaran cukup baik. Hasil wawancara
dengan peserta didik yaitu mereka menganggap pelajaran Fisika sulit dan
banyak rumus yang harus dihapalkan sehingga membutuhkan pemahaman
yang tinggi terhadap rumus-rumus Fisika.
Berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut, salah satu upaya yang
bisa dilakukan adalah memberikan pemahaman yang baik kepada peserta
dijadikan
bahan
referensi
dalam
memilih
model
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Belajar
Menurut Sri Rumini dkk. (2013: 117), belajar merupakan sebuah
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku, yang mana perilaku hasil belajar tersebut relatif menetap, baik
perilaku yang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati
secara langsung yang terjadi pada individu sebagai sebuah hasil latihan
dan pengalaman sebagai dampak interaksi antar individu dengan
lingkungannya.
Menurut Nana Sudjana (2013: 117), belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapannya, daya reaksinya, daya
penerimanya, dan aspek lain yang ada pada individu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi
paham, dimana perubahan yang terjadi merupakan perbaikan dari sikap,
perilaku dan kemampuan yang dimiliki individu sebelum belajar.
2. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai konsekuensi artinya hasil belajar siswa dalam
bentuk nilai akan baik dan buruk. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi
belajar karena hasil belajar sangat tergantung dengan proses belajar itu
sendiri, kesiapan siswa, materi, bahan atau media. (Irham, 2013: 120).
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di
bawah kondisi yang berbeda (Wena, 2013: 6).
3. Mind Mapping
Fase-1
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan Informasi
Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompokkelompok
belajar
Membimbing kelompok
Fase-5
Mengembangkan dan
Fase-6
Menganalisis dan
terhadap penyelidikan mereka dan prosesproses yang mereka lalui serta guru
mengevalusi hasil belajar tentang materi
Fase-7
Memberikan penghargaan
B. KERANGKA PIKIR
Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa sebagian peserta didik
yang ada di SMA Negeri 1 Tinambung menganggap pelajaran Fisika sulit dan
banyak rumus yang harus dihapalkan sehingga membutuhkan pemahaman
yang tinggi terhadap rumus-rumus Fisika. Walaupun nilai rata-rata peserta
didik di atas nilai KKM, masih ada beberapa masalah yang ditemui,
diantaranya adalah beberapa peserta didik tidak berpartisipasi dan tidak aktif
selama pembelajaran berlangsung dan ada juga peserta didik yang tidak
pernah naik ke depan kelas namun pemahamannya terhadap pelajaran cukup
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan model dan metode pembelajaran yang dapat
merangsang keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung
dan juga memudahkan peserta didik dalam mengingat pelajaran.
MODEL PEMBELAJARAN
METODE
ADVANCE ORGANIZER
MIND MAPPING
PENINGKATAN PEMAHAMAN
TINAMBUNG.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan uraian kajian pustaka dan kerangka pikir maka peneliti
merumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Terdapat pengaruh yang
signifikan metode mind mapping melalui model pembelajaran advance
organizer terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI SMAN 1
TINAMBUNG.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tinambung yang
bertempat di Jl. Poros Majene Tinambung Kabupaten Polewali Mandar pada
semester Genap tahun pelajaran 2015/2016 bulan Oktober 2016.
B. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian Pra-Eksperimen yang menggunakan
desain One-Shot Case Study (Sugiyono, 2015: 110) sebagai berikut:
Keterangan:
X : Perlakuan (metode mind mapping melalui model pembelajaran advance
organizer)
O : Pengukuran (Setelah diberi perlakuan)
C. DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL
1. Model Pembelajaran Advance Organizer
Model pembelajaran Advance Organizer adalah model
pembelajaran yang digunakan peneliti dimana peserta didik dibantu untuk
mengklasifikasi, mengintegrasikan, menghubungkan dan menyusun materi
baru dengan materi yang sudah diketahui siswa melalui peta konsep yang
M iM t p
St
q
...(3.1)
Dengan:
dwip
i
= Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang
divalidasi
Mt
= Rerata total
St
= Standar deviasi
melihat tabel nilai r product moment. Jika rhitung > rtabel, maka butir soal
tersebut dinyatakan valid.
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat Rendah
b. Reliabilitas
Analisis reliabilitas suatu tes dan/atau alat ukur lainnya, pada
hakekatnya menguji keajengan pertanyaan tes. Untuk menghitung
reliabilitas tes hasil uji coba instrumen, digunakan rumus KuderRicharson 20 (KR-20), sebagai berikut:
( )(
n
r 11 =
n1
S t2 pi q i
S t2
...(3.2)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
S t2 = Standar deviasi
n = Jumlah peserta tes
pq = Jumlah perkalian antara p dan q
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi
0,81 1,00
0,71 0,80
0,41 0,70
0,21 0,40
0,00 0,20
Kriteria
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Kecil
Jika r11 < r tabel, maka soal tersebut dikatakan tidak reliabel.
B
JS
...(3.3)
Keterangan :
P = Indeks kesukaran soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar tiap butir soal
JS = Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksud.
Kriteria
diperoleh makin sulit soal tersebut. Sebaliknya makin besar indeks yang
diperoleh makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran soal
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal
Nilai
0,00 0,30
0,31 0,70
0,71 1,00
Kualifikasi
Sukar
Sedang
Mudah
(Arikunto, 2007).
Ba Bb
Ja Jb
(3.4)
Keterangan :
D = Daya pembeda
Ba = Banyak siswa kelompok atas yang menjawab benar
Bb = Banyak siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Ja = Jumlah siswa kelompok atas
Jb = Jumlah siswa kelompok bawah
Adapun kriteria nilai daya pembeda dapat di lihat pada tabel 3.3 di
bawah ini.
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Daya Pembeda
Nilai
0,00 0,20
0,21 0,40
0,41 0,70
0,71 1,00
Kualifikasi
Jelek
Cukup
Baik
Baik Sekali
(Arikunto, 2007).
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
a. Mengadakan observasi ke sekolah dan berkonsultasi dengan guru
bidang studi fisika kelas XI mengenai keadaan peserta didik, hasil
belajar fisika peserta didik, materi pelajaran yang akan diteliti, waktu
penelitian dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian.
b. Membuat instrumen penelitian, Rancangan Perencanaan Pembelajaran
(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dll.
c. Uji coba instrumen, analisis hasil uji coba instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan metode mind
mapping melalui model pembelajaran advance organizer.
b. Memberikan tes akhir (Post-test) berupa tes hasil belajar terhadap
pelajaran fisika setelah diterapkan metode mind mapping melalui
model pembelajaran advance organizer.
3. Tahap Akhir
a. Melakukan analisis data
b. Menarik kesimpulan
t=
x 0
s
n
... (3.8)
Keterangan :
x
Jika thitung > ttabel, maka tolak H0 dan terima H1, berarti tidak terdapat
pengaruh yang signifikan metode mind mapping melalui model
pembelajaran advance organizer terhadap pemahaman konsep fisika
peserta didik kelas XI SMAN 1 TINAMBUNG.
Jika thitung < ttabel, maka tolak H1 dan terima H0, berarti terdapat pengaruh
yang signifikan metode mind mapping melalui model pembelajaran
advance organizer terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas
XI SMAN 1 TINAMBUNG;
DAFTAR PUSTAKA
Sinulingga, Karya., & Munte, Denny. Pengaruh Model Pembelajaran Advance
Organizer Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada
Materi Pokok Besaran dan Satuan di Kelas X SMA. Journal, Vol. 1, No. 2,
2012, pp. 2-3.