Anda di halaman 1dari 33

KEPANITERAAN KLINIK STASE

ILMU PENYAKIT DALAM


CASE REPORT
Tuberculosis Paru

Perceptor:
dr. Awal Bachtera Barus, Sp.PD-FINASIM

Oleh:
Bobi Kurnia H S.Ked
Ferina Nur Haqiqi S.Ked
Hambali H Macan S.Ked
Hera Julia Garamina S.Ked

KEPANITERAAN KLINIK SMF PENYAKIT DALAM


RSUD DR.H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia TBC merupakan salah satu penyakit penyebab kematian utama dan
angka kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul
satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC
paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC
di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya masalah semoga tulisan
ini dapat bermanfaat.

1.2 Tujuan
Referat ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi
tugas Kepaniteraan Klinik Stase INTERNA RSUD dr.H. Abdul Moeloek, Lampung.
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa definisi, epidemiologi, etiologi dan patomekanisme dari penyakit ini?
b. Bagaimana rencana diagnostik, rencana terapi medikamentosa

dan

nonmedikamentosa yang diberikan pada kasus ini berdasarkan literatur yang ada?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERCULOSIS PARU

2.1

Definisi
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang
paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,
tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob yang dapat hidup terutama di
paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Bakteri Tuberkulosis
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), bakteri TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab.

2.2

Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).
Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama bakteri TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,
bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
3

peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat bakteri),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

2.3

Epidemiologi
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia (2
triliyun manusia ) terinfeksi dengan Mycobakterium tuberculosis. Angka infeksi
tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberculosis
terutama menonjol di populasi yang mengalami stress, nutrisi jelek, penuh sesak,
perawatan kesehatan yang kurang dan perpindahan penduduk. Pada tahun 1995,
diperkirakan ada 9 juta pasienTB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negaranegara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Gambar 1. Insidens TB didunia (WHO, 2004)

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50

tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan

rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB,
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar

15 tahun. Selain merugikan secara

ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara sedang


berkembang.

Kegagalan program TB selama ini

Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur


umur kependudukan

Dampak pandemi HIV

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.


Koinfeksi

dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan.

Pada saat yang sama, kekebalan ganda bakteri TB terhadap obat anti TB (multidrug
resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB yang sulit ditangani.

2.4

Faktor Risiko

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap
tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA (+).

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah


daya tahan

tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi

(gizi buruk).

HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB.

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh

seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),


seperti tuberkulosis, maka

yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan

bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat pula.

2.5

Etiologi
Etiologi penyakit tuberculosis yaitu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

2.6

Patogenesis
Bakteri dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas 1 2 jam, tergantung
6

pada ada tidaknya sinar ultaviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap, bakteri apat tahan berhari hari sampai berbulan bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Bakteri akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh
makrofag. Kebanyakkan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar
dari percabangan trankeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Disini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru akan berbentuk sarang atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka
terjadilah efusi pleura. Bakteri dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan
limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke
dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
2.7 Tuberkulosis.Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Bakteri akan menghadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau di bersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Di sini ia akan terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru berbentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan di sebut sarang prime atau afek
prime atau sarang (fokus) Ghon.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
selanjutnya dapat menjadi:

Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini banyak terjadi


7

Sembuh dengan sedikit meninggalkan bekas berpa garis-garis fibrosis,


kalsifikasi di hilus

Berkomplikasi dan menyebar secara :


a. Per kontinuitatum, yakni menyebar ke skitarnya
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun sebelahnya
c. Secara limfogen
d. Secara hematogen

2.8 Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder) :


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV
atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dengan sarang dini
yang berlokasi di regio atas paru (apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya
ke daerah parenkhim dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh selsel limfosit dan berbagai jaringan ikat.

2.9

Diagnosis
Anamnesis

Demam: biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40-410C, demam hilang timbul


Batuk, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (sputum). Keadaan lanjut dapat terjadi batuk

darah
Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang

infiltratnya sudah meliputi setengah bagian paru-paru


Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrate radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis

Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan

Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan konjungtiva anemis, demam, badan kurus, berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex paru, bila
dicurga adanya infiltrate yang luas, maka pada perkusi akan didapatkan suara redup,
auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila
infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan menjadi vesicular melemah.
Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan perkusi hipersonor atau tympani.
Pemeriksaan Radiologis
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas tidak tegas. Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka banyangn terlihat berupa bulatan dengan batas
tegas, lesi dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding tipis. Lama-lama
dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan
bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya terlihat sebagai bercak-bercak pada
dengan densitas tinggi.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TB paru adalah penebalan pleura, efusi
pleura, empiema.

2.10

Kriteria Diagnosis Tuberkulosis (TB) menurut WHO


WHO tahun 1991 memberikan criteria :
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan bakteri TB positif.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif

a. Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA sedikitnya


pada 2 x pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai TB aktif
b. Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA tetapi pada
biakannya positif

Gambar 2. Alur diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa.

2.11 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:


1. Tuberkulosis paru BTA positif.
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
10

b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan bakteri TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
a.
b.
a.
b.

Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative


Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasar tipe pasien :


a. Kasus Baru Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan OAT < 1 bulan.
b. Kasus Kambuh (relaps) Pasien yang pernah mendapat pengobatan
Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.
c. Kasus Drop Out Pasien yang telah menjalani pengobatan >1 bulan dan tidak
meneruskan pengobatan sampai selesai.
d. Kasus Gagal Therapi Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+) atau
kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir pengobatan.
e. Kasus Kronik Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
f. Kasus Bekas TB Pasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah
sembuh.

11

2.12 Pengobatan

12

13

2.13

Pengobatan TBC Pada Keadaan Khusus


a. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan
karena bersifat

permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta.

Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan


keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan
kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya
supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan
terhindar dari kemungkinan tertular TB.

b. Ibu menyusui dan bayinya


Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu

menyusui tidak berbeda dengan

pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara
adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah
penularan bakteri TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan
bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

c. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS


Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama
seperti pasien TB lainnya. Obat TB pada pasien HIV/AIDS sama efektifnya
dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip pengobatan pasien TBHIV adalah

dengan mendahulukan pengobatan TB. Pengobatan ARV

(antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV sesuai dengan standar


WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus memperhatikan Prinsip-prinsip
Universal Precaution (Kewaspadaan Keamanan Universal) Pengobatan pasien
TB-HIV sebaiknya diberikan secara terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga
kepatuhan pengobatan secara teratur. Pasien

TB yang berisiko tinggi terhadap

infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing
= Konsul sukarela dengan test HIV).
14

d. Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan bersifat
eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosa paru
melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain
dapat juga dari robeknya perkijuan ke aras saluran getah bening yang menuju
saluran pleura.
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosa (rimfampisin, INH, pirazinamid,
etambutol, streptomisin) memakan waktu 6 12 bulan. Dan cara pemberian obat
obat sama seperti pengobatan tuberkulosa paru,pengobatan ini menyebabkan
cairan efusi dapat diserab kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat ini
dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi
sempurna, tapi kadan-kadang dapat di berikan kortikosteroid secara sistemik.
(prednisone 1 mg/kg bb selama 2 minggu kemudian dosis di turunkan secara
perlahan)

2.14 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Pancets

arthropathy
Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB.

2.15 Prognosis
Dubia ad bonam

BAB III
STATUS PASIEN
A. Identifikasi Pasien
15

Nama lengkap
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat
Jenis kelamin
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
MRS
No. MR

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. I
30 Tahun
Menikah
Guru
Jl. Hayam Wuruk,Gg. Mawar V,Kebun Jeruk, T. Karang
Laki-laki
Indonesia
Islam
SLTA
7 Oktober 2016
00479576

B. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 25 Oktober 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Keluhan Utama
Batuk kurang lebih 10 hari SMRS, tidak berdahak
Keluhan Tambahan
Lemah, keringat dingin, sesak selama 10 hari dan muntah dicampur air.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang
lebih 10 hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65kg menjadi 50kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari
hari pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih,
pasien menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal,
BAB hitam (-), lendir (-).
16

C. Riwayat Penyakit Dahulu


(-)
(-)
(-)
(-)

Cacar
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan

(-)
(-)
(-)
()

Malaria
Disentri
Hepatitis
Tifus

(-)
(-)
(-)
(-)

Batu Ginjal /Sal. Kemih


Burut (Hernia)
Penyakit Prostat
Wasir

(-)
(-)
(-)
(-)

Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera

(-)
(-)
(-)
(-)

Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi

(-)
(-)
(-)
(-)

Diabetes
Alergi
Tumor
Penyakit Pembuluh

(-)

Demam

(-)

Ulkus Ventrikuli

(-)

Darah
CRF

(-)
(-)
(-)

Rematik Akut
Pneumonia
Pleuritis
TB-MDR

(-)
(-)
(-)

Ulkus Duodeni
Gastritis
Batu Empedu

(-)
(-)

Operasi
Kecelakaan

17

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Hubungan
Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Anak

Umur

Jenis

Keadaan kesehatan

(th)
-

Kelamin

Meninggal
Meninggal
Sehat
Sakit

=1

Sehat

Penyebab
Meninggal
Tidak tahu
Tidak tahu
DM

Adakah Kerabat yang Menderita


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosa
Artritis
Rematisme
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung

Ya

Tidak

Hubungan

E. Anamnesis Sistem
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan.
Kulit
(-)
(-)

Bisul
Kuku

(-)
(-)

Rambut
Kuning / Ikterus

()
(-)
(-)

Keringat malam
Sianosis
Lain-lain

Kepala
(-)
(-)

Trauma
Sinkop

(-)
(-)

Sakit kepala
Nyeri pada sinus

Nyeri
Sekret
Kuning / Ikterus

(-)
(-)
(-)

Radang keringat malam


Gangguan penglihatan
Ketajaman penglihatan

(-)
(-)
(-)

Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran

Mata
(-)
(-)
(-)

Telinga
(-)
(-)

Nyeri
Sekret

Hidung
18

(-)
(-)
(-)
(-)

Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis

(-)
(-)
(-)

Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek

Mulut
(-)
(-)
(-)

Bibir
Gusi
Selaput

(-)
(-)
(-)

Lidah ( tifoid tongue )


Gangguan pengecap
Stomatitis

(-)

Perubahan suara

(-)

Nyeri leher

Tenggorokan
(-)

Nyeri tenggorokan

Leher
(-)

Benjolan

Jantung / Paru-Paru
(-)
(-)
(-)

Nyeri dada
Berdebar
Ortopnoe

()
(-)
()

Sesak nafas
Batuk darah
Batuk

19

Abdomen (Lambung / Usus)


(-)
()
()
(-)
(-)
(-)
(-)

Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut kanan atas

Nyeri ulu hati

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Kencing nanah
Kolik
Oliguria
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)

Saluran Kemih / Alat Kelamin


(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Disuria
Stranguri
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Kencing batu
Ngompol (tidak disadari)

Saraf dan Otot


(-)
(-)
()
(-)
(-)
(-)
(-)

Anestesi
Parestesi
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain

Ekstremitas
(-)
(-)

Bengkak
Nyeri sendi

(-)
(-)

Deformitas
Sianosis

20

Berat Badan
Berat badan rata-rata (Kg) : 50 Kg
Tinggi badan (cm)
: 165 cm
Berat badan sekarang (Kg) : 50 Kg
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap ()
Turun (+)
Naik ()
F. Riwayat Hidup
Tempat lahir : () di rumah ( ) rumah bersalin ( ) RS Bersalin
( ) Lain-lain
Ditolong oleh : ( ) dokter
( ) bidan () dukun ( ) Lain-lain
Riwayat Imunisasi
() Hepatitis () BCG() campak
() tetanus

() DPT () polio

Riwayat Makanan
Frekwensi/hari

: 3 kali dalam sehari

Jumlah/hari

: 1 porsi

Variasi/hari

: bervariasi

Nafsu makan

: nafsu makan menurun

Pendidikan
( ) SD
() SLTP
( ) Akademi ( ) Kursus
Kesulitan
Keuangan
Pekerjaan
Keluarga
Lain-lain

() SLTA
( ) Sekolah Kejuruan
( ) Tidak Sekolah

::::-

G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan
Berat Badan
Keadaan gizi
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Sianosis
Edema umum

: 165 cm
: 50 kg
: Normal ( IMT= BB/TB2 = 50/1,652 = 18)
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
: 86x / menit
: 20x / menit
: 36,5 derajat celcius
: : 21

Habitus
Cara berjalan
Mobilitas
Umur taksiran pemeriksa

:
:
:
:

Normal
Aktif
30 tahun

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
H. Status Generalis
Kulit
Warna
Jaringan parut
Pertumbuhan rambut
Suhu Raba
Keringat
Lapisan lemak
Efloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/ Kering
Turgor
Ikterus
Edema

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

putih
Normal
Normal
Cukup
Normal
Lembab
Normal
-

Kelenjar Getah Bening


Submandibula
: Tidak teraba pembesaran
Supra klavikula
: Tidak teraba pembesaran
Lipat paha
: Tidak teraba pembesaran
Leher
: Tidak teraba pembesaran
Ketiak
: Tidak teraba pembesaran
Kepala
Ekspresi wajah
Rambut
Simetris muka

: Normal, wajar
: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
: Simetris

Mata
Exopthalmus
:
Kelopak
:
Konjungtiva
:
Sklera
:
Lapang penglihatan :
Deviatio konjungtiva :
Enopthalmus
:
Lensa
:
Visus
:
Gerak mata
:

Normal
Anemis -/Ikterik-/Luas
Jernih
6/6
Normal segala arah
22

Tekanan bola mata


Nistagmus

: peningkatan : -

Leher
Tekanan JVP
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe

: Tidak terdapat peningkatan


: Tidak membesar
: Tidak teraba pembesaran

Dada
Bentuk
Pembuluh darah
Payudara

: Simetris, datar
: Normal
: Normal

Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi

Depan
simetris kiri dankanan
Kiri
Fremitus vokal teraba
getaran suara simetris
Fremitus taktil simetris

Kanan

Perkusi

Kiri

Fremitus taktil terasa


simetris

Fremitus vokal
simetris pergerakan

Fremitus vokal simetris

suaranya

pergerakan suaranya

Sonor pada kedua lapang


paru.

Auskultasi

Belakang
simetris kiri dankanan
Fremitus vokal simetris.

Sonor pada kedua lapang


paru.

Kanan Sonor pada kedualapang

Sonor pada kedua lapang

paru
Kiri Ronkhi basah kasar

paru
Ronkhi basah kasar (+).

(+),Wheezing(-)

KananVesikuler (+)mengalami
penurunan, rongki (+)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis teraba pulsasi di ICS V midclavicula kiri
: Batas jantung kanan
: Parastrernal ICS IV
Batas jantung kiri
: Midclavicula ICS V
Batas atas
: Para sternal ICS II
: BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pembuluh Darah
23

Arteri temporalis, karotis,brakhialis,radialis teraba


Abdomen
Inspeksi

: Simetris,datar

Palpasi : Dinding perut: Lemas

Perkusi
Auskultasi

Hepar
: tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
: Timpani seluruh lapang abdomen.
: Peristaltik (+) Normal

Anggota Gerak
Lengan
Kanan

Kiri

Normotonus

Normotonus

Eutrofi
Normal
Aktif
5

Eutrofi
Normal
Aktif
5

Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan

Tungkai dan Kaki


Luka
Varises
Otot(tonus, massa)
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema

:
:
:
:
:
:
:

Tidak
Tidak
Normotonus
Normal
Aktif (lemah)
5
-/-

Refleks
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kremester
Refleks kulit
Refleks patologis

Kanan
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi )
N
Tidak ada

Kiri
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi)
N
Tidak ada

I. Pemeriksaan Penunjang
8 Oktober 2016
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Kadar Hb

Hasil

Nilai Normal

Satuan

7,2

13,0 16,0

g/dl
24

Jumlah Eritrosit
2,4
Jumlah Leukosit
9.500
Hematokrit
21
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
0
Eosinofil
0
Batang
0
Segmen
91
Limfosit
4
Monosit
5
Trombosit
489000
LED
128
MCH
30
MCHC
35
Anti Hiv
Non Reaktif

4,50 6,20
4,0 10,0
40,0 54,0

106/L
103/L
%

01
04
26
50-70
20-40
28
150-450
0-10
27-31
32-37
non

%
%
%
%
%
%
103/ul
Mm/jam
Pg
g/dl
non

25

J. Ringkasan
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang
lebih 10 hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65kg menjadi 50kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari
hari pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih,
pasien menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal,
BAB hitam (-), lendir (-).
Pada keadaan umum pasien baik, dan kesadaran pasien compos mentis,
dengan nadi 80, RR 20 dan Temparature 36,6. Pada pemeriksaan thoraks terdapat
rongki pada kedua lapang paru depan dan rongki pada kedua lapang paru belakang.
Pada pasien terdapat keluhan kaki yang tampak lemas.
K. Diagnosis Kerja dan Dasar Diagnosis
Diagnosis Kerja
TB Paru Aktif
L. Dasar Diagnosis
Gejala subjektif, yaitu: batul tidak kunjung sembuh, penurun berat badan, nafsu

makan menurun
Gejala objektif: Dari pemeriksaan rontgen toraks dengan kesan TB Paru aktif

M. Diagnosis Diferensial dan Dasar Diagnosis Diferensial


Diagnosis Diferensial
Pneumonia
26

Abses paru
bronkiektasis
N. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi : istirahat cukup
2. Medikamentosa:
Rifampisin taablet 150mg
Isoniazid 75mg
Pirazinamid 400mg dan etambutol 275mg
O. Prognosis
Quo at vitam
Quo at functionam
Quo at sanationam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

27

BAB IV
ANALISA KASUS

4.1

Anamnesa
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang lebih 10
hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65 kg menjadi 50 kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari hari
pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, pasien
menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal, BAB
hitam (-), lendir (-).
Dari anamnesa diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengeluhkan:
1. Batuk kering
2. Sulit tidur
3. Lemas dan tidak bisa beraktivitas
4. Penurunan BB
5. Sesak
Keluhan pasien berupa batuk kering dan sesak menunjukkan bahwa adanya
gangguan pada saluran nafas. Keluhan ini juga disertai dengan sulit tidur karena
frekuensi batuk dan sesak terus menerus hingga malam hari. Pasien juga
mengeluhkan lemas, keadaan pasien yang lemas dapat timbul akibat dari batuk yang
terus menerus atau keadaan dimana pasien kekurangan darah merah (anemia),
28

kondisi anemia bisa terjadi apabila pasien mengalami pendarahan pada organ atau
bagian tubuh tertentu.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan, hal ini disebabkan karena batuk dan
sesak yang sangat mengganggu pasien membuat nafsu makan pasien turun.
Sehingga asupan nutrisi pasien tidak tercukupi.

4.2

Pemeriksaan Fisik
Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi

Depan
simetris kiri dankanan
Kiri
Fremitus vokal teraba
getaran suara simetris
Fremitus taktil simetris

Kanan

Perkusi

Kiri

Fremitus taktil terasa


simetris

Fremitus vokal
simetris pergerakan

Fremitus vokal simetris

suaranya

pergerakan suaranya

Sonor pada kedua lapang


paru.

Auskultasi

Belakang
simetris kiri dankanan
Fremitus vokal simetris.

Sonor pada kedua lapang


paru.

Kanan Sonor pada kedualapang

Sonor pada kedua lapang

paru
Kiri Ronkhi basah kasar

paru
Ronkhi basah kasar (+).

(+),Wheezing(-)

KananVesikuler (+)mengalami
penurunan, ronkhi
basah kasar (+)

Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bahwa pada auskultasi pasien didapatkan
ronkhi basah kasar. Ronkhi basah kasar dapat terdengar karena adanya aliran udara
yang melewati suatu lumen dimana pada lumen tersebut terdapat lendir dan juga
jaringan lunak. Sehingga dapat disimpulkan pada paru pasien tertimbun suatu jaringan
29

lunak dan tumpukan lendir yang menyebabkan adanya gangguan saluran nafas pada
pasien.
4.3

Pemeriksaan Penunjang
8 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hasil
Darah Lengkap
Kadar Hb
7,2
Jumlah Eritrosit
2,4
Jumlah Leukosit
9.500
Hematokrit
21
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
0
Eosinofil
0
Batang
0
Segmen
91
Limfosit
4
Monosit
5
Trombosit
489000
LED
128
MCH
30
MCHC
35
Anti Hiv
Non Reaktif

Nilai Normal

Satuan

13,0 16,0
4,50 6,20
4,0 10,0
40,0 54,0

g/dl
106/L
103/L
%

01
04
26
50-70
20-40
28
150-450
0-10
27-31
32-37
non

%
%
%
%
%
%
103/ul
Mm/jam
Pg
g/dl
non

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pemeriksaan darah lengkap dimana


terdapat peningkatan leukosit. Peningkatan leukosit menunjukan adanya suatu infeksi
didalam tubuh. Jenis infeksi dapat kita lihat dari hitung jenis, pada hitung jenis
terdapat peningkatan neutrofil segmen dimana neutrofil sendiri berperan dalam
menanggulangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Jadi dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri. Dan pada
rontgen thorax ditemukan terdapat perselubungan/infiltrat yang memenuhi seluruh
bagian paru, gambaran ini khas pada pasien-pasien TB paru. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita infeksi mycobacterium TB pada paru kanan dan
kiri kasus baru.

4.4

Tatalaksana
Medikamentosa:
1. Rifampisin taablet 150mg
30

2. Isoniazid 75mg
3. Pirazinamid 400mg
4. Etambutol 275mg
Rangkaian pengobatan ini sudah sesuai untuk kasus pasien dengan TB paru kasus
baru yang merupakan kategori 1.

Namum yang kurang pada tatalaksana adalah pengobatan simptomatik untuk


mengurangi batuk dan sesak yang diderita pasien. Selain itu diet pada pasien harus
dimodifikasi sedemikian rupa yaitu diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) agar
sistem imun pasien baik sehingga penyembuhan bisa berlangsung lebih optimal.

BAB V
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan

disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma


pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat

31

mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Dalam
jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia
sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan
nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
4.2

Saran
Mengingat besar dan luasnya masalah TB, maka penyusun menyarankan dalam

penanggulangan TB harus dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai sektor baik


pemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangat penting untuk mendukung
keberhasilan program dalam melakukan ekspansi maupun kesinambungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press. 2006.
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2007.
Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.

32

Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.

33

Anda mungkin juga menyukai