CR TB Paru
CR TB Paru
Perceptor:
dr. Awal Bachtera Barus, Sp.PD-FINASIM
Oleh:
Bobi Kurnia H S.Ked
Ferina Nur Haqiqi S.Ked
Hambali H Macan S.Ked
Hera Julia Garamina S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Referat ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi
tugas Kepaniteraan Klinik Stase INTERNA RSUD dr.H. Abdul Moeloek, Lampung.
1.3 Rumusan Masalah
a. Apa definisi, epidemiologi, etiologi dan patomekanisme dari penyakit ini?
b. Bagaimana rencana diagnostik, rencana terapi medikamentosa
dan
nonmedikamentosa yang diberikan pada kasus ini berdasarkan literatur yang ada?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERCULOSIS PARU
2.1
Definisi
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang
paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,
tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob yang dapat hidup terutama di
paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Bakteri Tuberkulosis
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), bakteri TB cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab.
2.2
Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak).
Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama bakteri TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan,
bakteri TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem
3
peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung
kebagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya bakteri yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat bakteri),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.
2.3
Epidemiologi
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia (2
triliyun manusia ) terinfeksi dengan Mycobakterium tuberculosis. Angka infeksi
tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberculosis
terutama menonjol di populasi yang mengalami stress, nutrisi jelek, penuh sesak,
perawatan kesehatan yang kurang dan perpindahan penduduk. Pada tahun 1995,
diperkirakan ada 9 juta pasienTB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negaranegara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari
pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB,
maka akan kehilangan pendapatannya sekitar
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
Pada saat yang sama, kekebalan ganda bakteri TB terhadap obat anti TB (multidrug
resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil
disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemi
TB yang sulit ditangani.
2.4
Faktor Risiko
Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap
tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA (+).
(gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB.
bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat pula.
2.5
Etiologi
Etiologi penyakit tuberculosis yaitu oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
2.6
Patogenesis
Bakteri dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara
sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas 1 2 jam, tergantung
6
pada ada tidaknya sinar ultaviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap, bakteri apat tahan berhari hari sampai berbulan bulan.
Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas
atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5
mikrometer. Bakteri akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh
makrofag. Kebanyakkan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar
dari percabangan trankeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Disini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru akan berbentuk sarang atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka
terjadilah efusi pleura. Bakteri dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan
limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke
dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.
2.7 Tuberkulosis.Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Bakteri akan menghadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru
makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau di bersihkan oleh makrofag keluar dari
percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila bakteri menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Di sini ia akan terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru berbentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan di sebut sarang prime atau afek
prime atau sarang (fokus) Ghon.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini
selanjutnya dapat menjadi:
2.9
Diagnosis
Anamnesis
darah
Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan konjungtiva anemis, demam, badan kurus, berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex paru, bila
dicurga adanya infiltrate yang luas, maka pada perkusi akan didapatkan suara redup,
auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila
infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan menjadi vesicular melemah.
Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan perkusi hipersonor atau tympani.
Pemeriksaan Radiologis
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas tidak tegas. Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka banyangn terlihat berupa bulatan dengan batas
tegas, lesi dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding tipis. Lama-lama
dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan
bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya terlihat sebagai bercak-bercak pada
dengan densitas tinggi.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TB paru adalah penebalan pleura, efusi
pleura, empiema.
2.10
2.11 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan bakteri TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik
TB paru BTA negatif harus meliputi:
a.
b.
a.
b.
11
2.12 Pengobatan
12
13
2.13
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara
adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah
penularan bakteri TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan
bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.
infeksi HIV perlu dirujuk ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing
= Konsul sukarela dengan test HIV).
14
d. Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan bersifat
eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosa paru
melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain
dapat juga dari robeknya perkijuan ke aras saluran getah bening yang menuju
saluran pleura.
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosa (rimfampisin, INH, pirazinamid,
etambutol, streptomisin) memakan waktu 6 12 bulan. Dan cara pemberian obat
obat sama seperti pengobatan tuberkulosa paru,pengobatan ini menyebabkan
cairan efusi dapat diserab kembali, tapi untuk menghilangkannya eksudat ini
dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi
sempurna, tapi kadan-kadang dapat di berikan kortikosteroid secara sistemik.
(prednisone 1 mg/kg bb selama 2 minggu kemudian dosis di turunkan secara
perlahan)
2.14 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
arthropathy
Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal,
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi
pada TB milier dan kavitas TB.
2.15 Prognosis
Dubia ad bonam
BAB III
STATUS PASIEN
A. Identifikasi Pasien
15
Nama lengkap
Umur
Status perkawinan
Pekerjaan
Alamat
Jenis kelamin
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
MRS
No. MR
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tn. I
30 Tahun
Menikah
Guru
Jl. Hayam Wuruk,Gg. Mawar V,Kebun Jeruk, T. Karang
Laki-laki
Indonesia
Islam
SLTA
7 Oktober 2016
00479576
B. Anamnesis
Diambil dari autoanamnesis tanggal 25 Oktober 2016 pada pukul 13.00 WIB.
Keluhan Utama
Batuk kurang lebih 10 hari SMRS, tidak berdahak
Keluhan Tambahan
Lemah, keringat dingin, sesak selama 10 hari dan muntah dicampur air.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang
lebih 10 hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65kg menjadi 50kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari
hari pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih,
pasien menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal,
BAB hitam (-), lendir (-).
16
Cacar
Cacar Air
Difteri
Batuk Rejan
(-)
(-)
(-)
()
Malaria
Disentri
Hepatitis
Tifus
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Campak
Influenza
Tonsilitis
Kholera
(-)
(-)
(-)
(-)
Abdominalis
Skirofula
Sifilis
Gonore
Hipertensi
(-)
(-)
(-)
(-)
Diabetes
Alergi
Tumor
Penyakit Pembuluh
(-)
Demam
(-)
Ulkus Ventrikuli
(-)
Darah
CRF
(-)
(-)
(-)
Rematik Akut
Pneumonia
Pleuritis
TB-MDR
(-)
(-)
(-)
Ulkus Duodeni
Gastritis
Batu Empedu
(-)
(-)
Operasi
Kecelakaan
17
Umur
Jenis
Keadaan kesehatan
(th)
-
Kelamin
Meninggal
Meninggal
Sehat
Sakit
=1
Sehat
Penyebab
Meninggal
Tidak tahu
Tidak tahu
DM
Ya
Tidak
Hubungan
E. Anamnesis Sistem
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan.
Kulit
(-)
(-)
Bisul
Kuku
(-)
(-)
Rambut
Kuning / Ikterus
()
(-)
(-)
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-)
(-)
Trauma
Sinkop
(-)
(-)
Sakit kepala
Nyeri pada sinus
Nyeri
Sekret
Kuning / Ikterus
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
Mata
(-)
(-)
(-)
Telinga
(-)
(-)
Nyeri
Sekret
Hidung
18
(-)
(-)
(-)
(-)
Trauma
Nyeri
Sekret
Epistaksis
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Mulut
(-)
(-)
(-)
Bibir
Gusi
Selaput
(-)
(-)
(-)
(-)
Perubahan suara
(-)
Nyeri leher
Tenggorokan
(-)
Nyeri tenggorokan
Leher
(-)
Benjolan
Jantung / Paru-Paru
(-)
(-)
(-)
Nyeri dada
Berdebar
Ortopnoe
()
(-)
()
Sesak nafas
Batuk darah
Batuk
19
Rasa kembung
Mual
Muntah
Muntah darah
Sukar menelan
Nyeri perut kanan atas
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Tinja berdarah
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kencing nanah
Kolik
Oliguria
Anuria
Retensi urin
Kencing menetes
Penyakit prostat
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
Disuria
Stranguri
Poliuria
Polakisuria
Hematuria
Kencing batu
Ngompol (tidak disadari)
Anestesi
Parestesi
Otot lemah
Kejang
Afasia
Amnesis
Lain-lain
Ekstremitas
(-)
(-)
Bengkak
Nyeri sendi
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
20
Berat Badan
Berat badan rata-rata (Kg) : 50 Kg
Tinggi badan (cm)
: 165 cm
Berat badan sekarang (Kg) : 50 Kg
(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)
Tetap ()
Turun (+)
Naik ()
F. Riwayat Hidup
Tempat lahir : () di rumah ( ) rumah bersalin ( ) RS Bersalin
( ) Lain-lain
Ditolong oleh : ( ) dokter
( ) bidan () dukun ( ) Lain-lain
Riwayat Imunisasi
() Hepatitis () BCG() campak
() tetanus
() DPT () polio
Riwayat Makanan
Frekwensi/hari
Jumlah/hari
: 1 porsi
Variasi/hari
: bervariasi
Nafsu makan
Pendidikan
( ) SD
() SLTP
( ) Akademi ( ) Kursus
Kesulitan
Keuangan
Pekerjaan
Keluarga
Lain-lain
() SLTA
( ) Sekolah Kejuruan
( ) Tidak Sekolah
::::-
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Tinggi badan
Berat Badan
Keadaan gizi
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Sianosis
Edema umum
: 165 cm
: 50 kg
: Normal ( IMT= BB/TB2 = 50/1,652 = 18)
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
: 86x / menit
: 20x / menit
: 36,5 derajat celcius
: : 21
Habitus
Cara berjalan
Mobilitas
Umur taksiran pemeriksa
:
:
:
:
Normal
Aktif
30 tahun
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku wajar, alam perasan wajar dan proses fikir wajar.
H. Status Generalis
Kulit
Warna
Jaringan parut
Pertumbuhan rambut
Suhu Raba
Keringat
Lapisan lemak
Efloresensi
Pigmentasi
Pembuluh darah
Lembab/ Kering
Turgor
Ikterus
Edema
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
putih
Normal
Normal
Cukup
Normal
Lembab
Normal
-
: Normal, wajar
: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
: Simetris
Mata
Exopthalmus
:
Kelopak
:
Konjungtiva
:
Sklera
:
Lapang penglihatan :
Deviatio konjungtiva :
Enopthalmus
:
Lensa
:
Visus
:
Gerak mata
:
Normal
Anemis -/Ikterik-/Luas
Jernih
6/6
Normal segala arah
22
: peningkatan : -
Leher
Tekanan JVP
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Dada
Bentuk
Pembuluh darah
Payudara
: Simetris, datar
: Normal
: Normal
Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi
Depan
simetris kiri dankanan
Kiri
Fremitus vokal teraba
getaran suara simetris
Fremitus taktil simetris
Kanan
Perkusi
Kiri
Fremitus vokal
simetris pergerakan
suaranya
pergerakan suaranya
Auskultasi
Belakang
simetris kiri dankanan
Fremitus vokal simetris.
paru
Kiri Ronkhi basah kasar
paru
Ronkhi basah kasar (+).
(+),Wheezing(-)
KananVesikuler (+)mengalami
penurunan, rongki (+)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pembuluh Darah
23
: Simetris,datar
Perkusi
Auskultasi
Hepar
: tidak teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
: Timpani seluruh lapang abdomen.
: Peristaltik (+) Normal
Anggota Gerak
Lengan
Kanan
Kiri
Normotonus
Normotonus
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Eutrofi
Normal
Aktif
5
Otot
Tonus
Massa
Sendi
Gerakan
Kekuatan
:
:
:
:
:
:
:
Tidak
Tidak
Normotonus
Normal
Aktif (lemah)
5
-/-
Refleks
Bisep
Trisep
Patela
Achiles
Kremester
Refleks kulit
Refleks patologis
Kanan
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi )
N
Tidak ada
Kiri
N (Refleks lengan bawah)
N (Kontraksi trisep)
N
N (Plantar fleksi)
N
Tidak ada
I. Pemeriksaan Penunjang
8 Oktober 2016
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Kadar Hb
Hasil
Nilai Normal
Satuan
7,2
13,0 16,0
g/dl
24
Jumlah Eritrosit
2,4
Jumlah Leukosit
9.500
Hematokrit
21
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
0
Eosinofil
0
Batang
0
Segmen
91
Limfosit
4
Monosit
5
Trombosit
489000
LED
128
MCH
30
MCHC
35
Anti Hiv
Non Reaktif
4,50 6,20
4,0 10,0
40,0 54,0
106/L
103/L
%
01
04
26
50-70
20-40
28
150-450
0-10
27-31
32-37
non
%
%
%
%
%
%
103/ul
Mm/jam
Pg
g/dl
non
25
J. Ringkasan
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang
lebih 10 hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65kg menjadi 50kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari
hari pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih,
pasien menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal,
BAB hitam (-), lendir (-).
Pada keadaan umum pasien baik, dan kesadaran pasien compos mentis,
dengan nadi 80, RR 20 dan Temparature 36,6. Pada pemeriksaan thoraks terdapat
rongki pada kedua lapang paru depan dan rongki pada kedua lapang paru belakang.
Pada pasien terdapat keluhan kaki yang tampak lemas.
K. Diagnosis Kerja dan Dasar Diagnosis
Diagnosis Kerja
TB Paru Aktif
L. Dasar Diagnosis
Gejala subjektif, yaitu: batul tidak kunjung sembuh, penurun berat badan, nafsu
makan menurun
Gejala objektif: Dari pemeriksaan rontgen toraks dengan kesan TB Paru aktif
Abses paru
bronkiektasis
N. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi : istirahat cukup
2. Medikamentosa:
Rifampisin taablet 150mg
Isoniazid 75mg
Pirazinamid 400mg dan etambutol 275mg
O. Prognosis
Quo at vitam
Quo at functionam
Quo at sanationam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
27
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1
Anamnesa
Pasien pria berusia 30 tahun datang dengan keluhan batuk selama kurang lebih 10
hari yang tidak kunjung sembuh, keluhan batuk dirasakan tidak berdahak,
tenggorokan dirasakan tidak nyaman saat batuk timbul pasien sudah melakukan
pengobatan untuk mengobati batuknya dengan berobat ke puskesmas tapi tidak
kunjung sembuh. Pasien juga kerap tidak bisa tidur karena batuk yang cenderung
timbul dan berat pada malam hari.
Pasien juga mengeluhkan badan yang kian hari kian lemas, keluhan dirasakan
sudah 10 hari SMRS, keluhahan dirasakan berat saat usai melakukan aktivitas dan
ringan saat sedang istirahat dan juga pasien mengeluhkan lemas sehingga pasien
tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan normal.
Selain lemas pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan yang cukup
berarti yaitu dari berat 65 kg menjadi 50 kg keluhan berat badan ini timbul karena
nafsu makan pasien yang cenderung turun pula.
Pasien juga mengeluh sedikit sesak dan belum mengganggu aktivitas sehari hari
pasien, muntah bercampur air kerap dialami pasien setiap kali dia makan, berupa
makanan yang dia makan bercampur dengan lendir dengan warna keruh dan tidak
tercampur dengan darah dan pasien menyangkal adanya keluhan nyeri pada ulu hati.
Buang air kecil normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih, pasien
menyangkal adanyak pasir yang keluar saat kencing berlangsung. Bab normal, BAB
hitam (-), lendir (-).
Dari anamnesa diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien mengeluhkan:
1. Batuk kering
2. Sulit tidur
3. Lemas dan tidak bisa beraktivitas
4. Penurunan BB
5. Sesak
Keluhan pasien berupa batuk kering dan sesak menunjukkan bahwa adanya
gangguan pada saluran nafas. Keluhan ini juga disertai dengan sulit tidur karena
frekuensi batuk dan sesak terus menerus hingga malam hari. Pasien juga
mengeluhkan lemas, keadaan pasien yang lemas dapat timbul akibat dari batuk yang
terus menerus atau keadaan dimana pasien kekurangan darah merah (anemia),
28
kondisi anemia bisa terjadi apabila pasien mengalami pendarahan pada organ atau
bagian tubuh tertentu.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan, hal ini disebabkan karena batuk dan
sesak yang sangat mengganggu pasien membuat nafsu makan pasien turun.
Sehingga asupan nutrisi pasien tidak tercukupi.
4.2
Pemeriksaan Fisik
Paru-Paru
Inspeksi
Palpasi
Depan
simetris kiri dankanan
Kiri
Fremitus vokal teraba
getaran suara simetris
Fremitus taktil simetris
Kanan
Perkusi
Kiri
Fremitus vokal
simetris pergerakan
suaranya
pergerakan suaranya
Auskultasi
Belakang
simetris kiri dankanan
Fremitus vokal simetris.
paru
Kiri Ronkhi basah kasar
paru
Ronkhi basah kasar (+).
(+),Wheezing(-)
KananVesikuler (+)mengalami
penurunan, ronkhi
basah kasar (+)
Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan bahwa pada auskultasi pasien didapatkan
ronkhi basah kasar. Ronkhi basah kasar dapat terdengar karena adanya aliran udara
yang melewati suatu lumen dimana pada lumen tersebut terdapat lendir dan juga
jaringan lunak. Sehingga dapat disimpulkan pada paru pasien tertimbun suatu jaringan
29
lunak dan tumpukan lendir yang menyebabkan adanya gangguan saluran nafas pada
pasien.
4.3
Pemeriksaan Penunjang
8 Oktober 2016
Pemeriksaan
Hasil
Darah Lengkap
Kadar Hb
7,2
Jumlah Eritrosit
2,4
Jumlah Leukosit
9.500
Hematokrit
21
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
0
Eosinofil
0
Batang
0
Segmen
91
Limfosit
4
Monosit
5
Trombosit
489000
LED
128
MCH
30
MCHC
35
Anti Hiv
Non Reaktif
Nilai Normal
Satuan
13,0 16,0
4,50 6,20
4,0 10,0
40,0 54,0
g/dl
106/L
103/L
%
01
04
26
50-70
20-40
28
150-450
0-10
27-31
32-37
non
%
%
%
%
%
%
103/ul
Mm/jam
Pg
g/dl
non
4.4
Tatalaksana
Medikamentosa:
1. Rifampisin taablet 150mg
30
2. Isoniazid 75mg
3. Pirazinamid 400mg
4. Etambutol 275mg
Rangkaian pengobatan ini sudah sesuai untuk kasus pasien dengan TB paru kasus
baru yang merupakan kategori 1.
BAB V
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan
31
mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Dalam
jaringan tubuh bakteri ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia
sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan
nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
4.2
Saran
Mengingat besar dan luasnya masalah TB, maka penyusun menyarankan dalam
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press. 2006.
Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2007.
Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.
32
Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2007.
33