1. Ketoprak
Ketoprak merupakan teater tradisional yang populer di Jawa
Tengah. Pada mulanya Ketoprak hanyalah permainan orang - orang desa yang
sedang menghibur diri dengan menabuh lesung di bulan Purnama, yang disebut
gejogan.
Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan teater tradisional
yang lengkap. Semula disebut ketoprak lesung, kemudian
dengan dimasukkannya musik gendang, terbang, suling, nyanyian dan lakon
yang menggambarkan kehidupan rakyat di pedesaan, maka lengkaplah
Ketoprak sebagaimana yang sekarang kita kenal. Ketoprak pertama kali
dipentaskan sekitar tahun 1909.
2. Lenong
Lenong merupakan teater tradisional Betawi yang menggunakan musik
Gambang Kromong. Lenong terbagi menjadi Lenong Denes dan Lenong
Preman. Tontonan Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja - raja dan
pangeran) sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir tidak ada
penerusnya. Pertunjukan Lenong Preman (yang lakonnya tentang rakyat
jelata) seperti yang kita kenal sekarang, pada mulanya dimainkan semalam
suntuk. Karena jaman berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi
perubahan - perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya Pusat Kesenian
Jakarta (Taman Ismail Marzuki), lenong yang tadinya hanya dimainkan di
kampung - kampung, oleh SM. Ardan dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi
waktu pertunjukannya diperpendek menjadi satu sampai dua setengah jam saja.
Teater tradisional Betawi yang lain adalah Topeng Betawi,
Topeng Blantek dan Jipeng (Jinong). Topeng Betawi menggunakan musik
Tabuhan Topeng Akar, Topeng Blantek menggunakan musik Tabuhan Rebana
Biang dan Jipeng atau Jinong menggunakan musik Tanjidor. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Betawi. Berdasarkan sejarahnya, Lenong mendapat
pengaruh dari teater Bangsawan.
3. Longser
Tontonan Dulmuluk ini juga menggunakan sarana tari, nyanyi dan drama
sebagai bentuk ungkapannya. Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari tontonan, karena pemain juga menyanyikan dialog - dialognya. Humor dan
banyolan sangat dominan dalam tontonan Dulmuluk, yang memadukan unsur unsur tari, nyanyi dan drama ini.
10. Randai
Randai
merupakan
teater
tradisional
yang
berasal
dari
Minangkabau, Sumatera Barat. Teater Randai bertolak dari sastra lisan yang
disebut kaba yang berarti cerita. Kaba yang berbentuk gurindam dan
pantun didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan
rebana. Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak - gerak
tari yang bertolak dari silat. Gerak - gerak silat ini disebut gelombang.
Cerita - cerita yang digarap menjadi tontonan adalah cerita - cerita lisan
berupa legenda dan dongeng yang cukup popular di tengah masyarakat. Randai
adalah tontonan yang menggabungkan musik, nyanyian, tari, drama dan seni
bela diri silat. Umumnya dipertontonkan dalam rangka upacara adat maupun
festival.
11. Makyong
Maknyong merupakan teater tradisional yang berasal dari pulau
Mantang, Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian dan nyanyian,
tapi seiring perkembangan, kemudian dimainkan cerita - cerita rakyat, legenda
dan cerita kerajaan. Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan
para sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana - istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang
panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi
keselamatan. Unsur
humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan. Tidak seperti tontonan
teater tradisional lainnya dimana umumnya dimainkan oleh laki - laki, pada
tontonan Makyong yang mendominasi justru perempuan. Kalau pemain laki laki muncul, mereka selalu memakai topeng, sementara pemain wanita
tidak memakai topeng. Cerita lakon yang dimainkan berasal dari sastra lisan
berupa dongeng dan legenda yang sudah dikenal oleh masyarakat disana.