Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SHALAT
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

DISUSUN OLEH:
KIMIA B
1.
2.
3.
4.

Siti Muthiah
Sanita Tyas Safitri
Alsa Rizki Safitri
Septi Dwi Alifah

(16307141050)
(16307141051)
(16307141052)
(16307141053)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Shalat merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia adalah tiang
agama. Seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan Tuhannya ketika
shalat, sebab jiwanya menjadi tenang, hatinya tentram, dadanya lapang, keperluannya
terpenuhi, dan dengannya sesorang bisa tenag dari kebimbangan dan problematika
duniawi.
Shalat lima waktu adalah rukun islam yang paling utama setelah dua kalimah
syahadat. Ia wajib atas setiap orang muslim laki-laki dan wanita dalam kondisi apapun,
baik dalam keadaan aman, takut, dalam keadaan sehat dan sakit, dalam keadaan bermukim
dan musafir, dan setiap keadaan memiliki cara khusus baginya, sesuai dengan kondisi
masing-masing. Dalam pelaksanaannya, shalat memiliki tata cara yang telah disyariatkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Karena itu perlu diketahui dengan baik tata cara shalat
sehingga shalat yang dilakukan dapat diterima oleh Allah.
Makalah ini membahas tentang definisi shalat, pensyariatan shalat, syarat-syarat
shalat, rukun-rukun shalat, sunnah-sunnah shalat, dan hal-hal yang membatalkan shalat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Shalat
Secara bahasa, shalat itu bermakna doa (QS 9:103). Menurut istilah dalam ilmu
syariah, shalat didefinisikan oleh para ulama sebagai serangkaian ucapan dan gerakan
yang tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dikerjakan
dengan niat dan syarat-syarat tertentu. Tujuan dari shalat adalah menanamkan
kesadaran diri manusia tentang identitas asal-usulnya dari tanah serta pengulangan
janji akan tunduk dan patuh secara sukarela kepada Allah dalam kurun waktu 24 jam
kehidupannya yang dibuktikan dengan tidak melakukan perbuatan merugikan orang
banyak (fahisah) dan lisannya tidak melukai perasan orang lain (munkar).
B. Pensyariatan Shalat
Shalat adalah ibadah yang disyariatkan kepada semua nabi dan umatnya, di semua
peradaban dan masa. Meskipun barangkali tata cara dan aturannya mengalami
perubahan, sesuai dengan apa yang Allah tetapkan. Juga sudah didyariatkan sejak awal
turun wahyu di masa kenabian Muhammad SAW dan akhirnya disempurnakan lagi
pada peristiwa Miraj ke Sidratul Muntaha.
Dari Anas bin Malik ra., "Telah difardhukan kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga
tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan ,"Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan
tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat." (HR.
Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh At-Tirmizy)
Persitiwa ini dicatat dalam sejarah terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-5
sebelum peristiwa hijrah nabi ke Madinah. Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah
mengatakan bahwa shalat disyariatkan pada malam miraj, namun bukan 5 tahun
sebelum hijrah, melainkan pada tanggal 17 Ramadhan 1,5 tahun sebelum hijrah nabi.
C. Syarat-syarat Shalat
Syarat shalat adalah hal yang harus terpenuhi untuk sahnya sebuah ibadah shalat.
Syarat ini harus ada sebelum ibadah shalat dilakukan. Bila salah satu dari syarat ini
tidak terdapat, maka shalat itu menjadi tidak sah hukumnya. Syarat shalat itu ada dua
macam. Pertama, syarat wajib. Yaitu syarat yang bila terpenuhi, maka seseorang
diwajibkan untuk melakukan shalat. Kedua, syarat sah. Yaitu syarat yang harus
terpenuhi agar ibadah shalat itu menjadi sah hukumnya.
1. Syarat Wajib
a. Beragama Islam
b. Baligh
c. Berakal

2. Syarat Sah
a. Muslim
b. Berakal
c. Mengerahui bahwa waktu shalat sudah masuk
d. Suci dari najis, baik badan, pakaian maupun tempat shalat
e. Suci dari hadats besar dan kecil
f. Menutup aurat
g. Menghadap kiblat
Namun syarat harus menghadap ke kiblat ini tidak mutlak, sebab masih ada
beberapa pengecualian karena ada alasan yang memang tidak mungkin dihindari.
Diantaranya yaitu shalat yang dilakukan pada saat perang menghadapi musuh,
shalat di atas kendaraan, dan apabila seseorang dalam keadaan sakit yang parah
dan membuatnya tidak bisa berubah posisi menghadap ke kiblat.
D. Rukun-rukun Shalat
Rukun shalat, merupakan hal yang paling fundamental dan asasi dalam shalat.
Apabila salah satu dari rukun-rukun ini rusak atau tidak dikerjakan, maka seluruh
rangkaian ibadah shalat itu menjadi batal dan tidak sah. Rukun-rukun shalat itu
diantaranya:
1. Niat
2. Takbiratul Ihram
Makna takbiratul ihramadalah ucapan takbir yang menandakan dimulainya
pengharaman, yaitu mengharamkan segala sesuatu yang tadinya halal menjadi
tidak halal atau tidak boleh dikerjakan di dalam shalat, seperti makan, minum,
berbicara dan sebagainya. Lafadz takbiratul ihram adalah Allahu Akbar artinya
Allah Maha Besar.
3. Berdiri Bila Mampu
4. Membaca surah Al-Fatihah
Dalam pandangan mazhab As-syafi`iyah, kewajiban membaca surat Al-Fatihah
gugur dalam kasus seorang makmum yang tertinggal dan mendapati imam sedang
ruku`. Maka saat itu yang bersangkutan ikut ruku` bersama imam dan sudah
terhitung mendapat satu rakaat. (Al-Majmu, karya Al-Imam An-Nawawi rahimahullah
jilid 3 halaman 344 s/d 350)

5. Ruku dan Thumaninah


Ruku` adalah gerakan membungkukkan badan dan kepala dengan kedua
tangan diluruskan ke lulut kaki. Dengan tidak mengangkat kepala tapi juga tidak
menekuknya. Juga dengan meluruskan punggungnya, sehingga bila ada air di
punggungnya tidak bergerak karena kelurusan punggungnya.
Untuk sahnya gerakan ruku`, posisi seperti ini harus terjadi dalam beberapa
saat. Tidak boleh hanya berupa gerakan dari berdiri ke ruku` tapi langsung bangun

lagi. Harus ada jeda waktu sejenak untuk berada pada posisi ruku` yang disebut
dengan istilah thuma`ninah.
6. Itidal dan Thumaninah
I`tidal adalah gerakan bangun dari ruku` dengan berdiri tegap.
7. Sujud dan Thumaninah
Sujud menurut jumhur ulama adalah meletakkan 7 anggota badan ke tanah,
yaitu wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung kedua tapak kaki.
8. Duduk di Antara Dua Sujud dan Thumaninah
Posisi duduk di antara dua sujud adalah duduk iftirasy, yaitu dengan duduk
melipat kaki ke belakang dan bertumpu pada kaki kiri. Maksudnya kaki kiri yang
dilipat itu diduduki, sedangkan kaki yang kanan dilipat tidak diduduki namun jarijarinya ditekuk sehingga menghadap ke kiblat. Posisi kedua tangan diletakkan
pada kedua paha dekat dengan lutut dengan menjulurkan jari-jarinya.
9. Duduk Tasyahud Akhir
Posisi duduk tasyahud akhir hampir sama dengan istirasy namun posisi kaki
kiri tidak diduduki melainkan dikeluarkan ke arah bawah kaki kanan. Sehingga
duduknya di atas tanah tidak lagi di atas lipatan kaki kiri seperti pada iftirasy.
10. Membaca Lafadz Tasyahud
11. Membaca Shalawat
12. Membaca Salam
Ada dua salam, yaitu salam pertama dan kedua. Salam pertama adalah fardhu
shalat menurut para fuqaha, seperti Al-Malikiyah dan Asy-Syafiiyah. Sedangkan
salam yang kedua bukan fardhu melainkan sunnah.
13. Tertib
Tertib di sini maksudnya adalah semua rukun-rukun shalat dijalankan dengan
urutan yang teratur sesuai dengan apa yang ditetapkan.
E. Sunnah-sunnah Shalat
1. Mengangkat kedua tangan saat takbiratul Ihram
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
3. Melihat ke tempat sujud
4. Doa istiftah (doa tsana`)
5. Mengucapkan Amin
6. Merenggangkan kedua tumit saat berdiri
7. Membaca sebagian surat Quran setelah membaca Al-Fatihah
8. Takbir ketika ruku`, sujud, bangun dari sujud dan berdiri dari sujud
9. Meletakkan kedua lutut lalu kedua tangan kemudian wajah ketika turun sujud dan
sebaliknya
10. Sunnah dalam sujud, yaitu memperbanyak doa pada saat sujud
11. Doa saat duduk di antara dua sujud
12. Bertasyahhud awal
13. Meletakkan kedua tangan di atas kedua paha.
14. Doa sesuadah shalawat pada tasyahhud akhir

15. Menoleh ke kanan dan ke kiri saat mengucap dua salam


16. Melirihkan salam yang kedua
17. Menunggu bagi masbuq hingga imam selesai dengan dua salamnya
18. Khusyu`, tadabbur dalam bacaan shalat dan zikir
F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
1. Kehilangan salah satu dari syarat sah shalat
2. Meninggalkan salah satu rukun shalat
3. Berbicara pembicaraan di luar shalat
4. Bergerak di luar shalat dan dilakukan terus menerus
5. Makan dan minum dalam kondisi shalat
6. Mendahului imam dalam shalat berjamaah
7. Terdapatnya air bagi yang tayamum

BAB III
PENUTUP
Dalam melaksanakan ibadah shalat, seorang muslim harus mengetahui terlebih dahulu
tata cara shalat yang telah disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW. Baik itu syarat-syarat,
rukun, sunnah-sunnah, dan juga hal-hal yang membatalakan shalat. Ada lima madzab yang
menjelaskan tuntunan shalat, yaitu Al-Hanafiyah, Al-Hanabilah (Hambali), AlMalikiyah, dan Asy-Syafi`iyah. Apabila telah mengikuti salah satu tuntunan
shalat dari salah satu madzab, tuntunan itu haruslah diikuti sampai akhir, tidak
boleh dicampur-campur dengan tuntunan dari madzab yang lain.
Setelah mengetahui dengan baik tata cara shalat, sebagai seorang
muslim, shalat haruslah dikerjakan dengan tujuan yang bersih, tidak diliputi
dengan tujuan-tujuan yang dibuat-buat. Oleh karena itu, kita perlu untuk
meluruskan niat dan memperbaiki shalat, agar kelak shalat kita dapat diterima
oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai