Anda di halaman 1dari 28

ABSTRAKSI

Pencatu daya DC merupakan bagian terpenting, yang hampir selalu terdapat pada berbagai
pesawat elektronik, misalnya pesawat televisi, pesawat radio, tape-recorder, komputer. Unit
ini digunakan untuk mengubah tegangan AC dari jala-jala PLN menjadi tegangan DC yang
pada umumnya rendah. Salah satu masalah yang dialami dalam perencanaan pesawat
elektronik adalah besarnya volume dan bobot dari pencatu daya yang dibutuhkan, karena
adanya transformator daya dalam unit catu daya tersebut. Rangkaian Elektronik biasanya
membutuhkan tegangan DC, dengan tegangan yang lebihrendah dibanding dengan tegangan
sambungan listrik yang biasa tersedia, yaitu sebesar 220VAC. Sedangkan tegangan yang
dipakai dalam rangkaian elektronik biasanya hanya sekitar 3Vsampai 50 V DC. Tegangan
tersebut biasanya diperoleh dari baterai, tetapi penggunaanbaterai sebagai Catu Daya jauh
lebih mahal. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang dapatmengubah daya tegangan 220V AC
menjadi tegangan DC sebesar tegangan yang dibutuhkan.Catu daya mengubah tegangan
masukan AC menjadi daya keluaran DC. Salah satukelemahan dari sistem catu daya yang ada di
pasaran yaitu pengubahan tegangan keluarantidak dapat dilakukan dengan mudah, dan tegangan
keluarannya berubah ubah.

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Pembuatan Catu Daya
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman kami pabri roydo sianturi yang telah memberikan
waktu dan tempatnya untuk di pakai dalam diskusi dan perakitan alat kelompok kami untuk
itu kami mengucapkan banyak teria kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Depok, 1 mei 2013
Penulis

DAFTAR GAMBAR
Hal.

A. TEGANGAN ARUS
Gambar II.1.1

Tegangan arus AC....................................................... 10

Gambar II.1.2

Tegangan arus DC....................................................... 10

B. TRANSFORMATOR
Gambar II.2.1.1

Ilustrasi trafo............................................................... 12

Gambar II.2.1.2

Penentuan polaritas trafo............................................. 13

Gambar II.2.1.3

Trafo step-down untuk catu daya aplikasi elektronika 14

C. INTERGRATED CIRCUIT
Gambar II.2.5.1

IC 337.......................................................................... 21

Gambar II.2.5.2

IC 317.......................................................................... 21

Gambar II.2.5.3

IC 7905........................................................................ 21

Gambar II.2.5.4

IC 7805........................................................................ 21

Gambar II.2.5.5

IC 7912........................................................................ 21

Gambar II.2.5.6

IC 7812........................................................................ 21

D. SUSUNAN RANGKAIAN CATU DAYA


Gambar III.2.1

Susunan rangkaian catu daya...................................... 24

E. RANGKAIAN PENYEARAH
Gambar IV.1.1

Rangkaian Penyearah Sederhana................................. 26

Gambar IV.1.2

Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh.................... 27

Gambar IV.1.3

Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Filter C.. 27

Gambar IV.1.4

Bentuk Gelombang dengan Filter Kapasitor............... 28

Gambar IV.1.5

Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Filter C...... 30

F. VOLTAGE REGULATOR
Gambar IV.2.1

IC Regulator................................................................ 31

Gambar IV.2.2

Regulator Zenner......................................................... 32

Gambar IV.2.3

Regulator Zenner Follower......................................... 33

Gambar IV.2.4

Regulator dengan Op-Amp......................................... 34

Gambar IV.2.5

Regulator dengan IC.................................................... 35

G. BLOK DIAGRAM
Gambar IV.3.1

Blok Diagram.............................................................. 36

Gambar IV.3.2

Blok Diagram Alur...................................................... 36

DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRAKSI ............................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................... 2
DAFTAR GAMBAR................................................................. 3
DAFTAR ISI ............................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang .................................................................... 7

I.2

Perumusan Masalah ........................................................... 7

I.3

Pembatasan Masalah ........................................................... 7

I.4

Tujuan Penulisan ................................................................. 8

I.5

Metode Penulisan................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI


II.1

Teori dasar......................................................................... 10

II.2

Komponen utama dan pendukung catu daya........................ 11

II.2.2

Transformator....................................................................... 11

III.2.3

Dioda.................................................................................... 15

III.2.4

Filter (Penyaring)................................................................. 19

III.2.5

Stabilizer dan Regulator...................................................... 19

BAB III PERANCANGAN ALAT


III.1

Komponen Alat dan Bahan................................................... 23

III.2

Langkah Pembuatan Alat...................................................... 24

III.3

Prinsip Kerja . 25

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1

Penyearah (Rectifier)............................................................ 26

IV.2

Voltage Regulator 30

IV.3

Blok Diagram

36

BAB V

PENUTUP

V.1

Kesimpulan .......................................................................... 37

V.2

Saran .................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang mengubah arus
listrik bolak-balik menjadi arus listrik searah. Catu daya menjadi bagian yang penting dalam
elektonika yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu.
Catu daya (Power Supply) juga dapat digunakan sebagai perangkat yang memasok listrik
energi untuk satu atau lebih beban listrik.
Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu ; transformator,
dioda dan kondensator. Dalam pembuatan rangkaian catu daya, selain menggunakan
komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar rangkaian tersebut dapat
berfungsi dengan baik. Komponen Pendukung tersebut antara lain : sakelar, sekering (fuse),

lampu indicator, voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board (PCB),
kabel dan steker, serta Chasis. Baik komponen utama maupun komponen pendukung sama
sama berperan penting dalam rangkaian catu daya.
I.2. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami prinsip kerja berbagai
macam catu daya.
Manfaat penulisan makalah ini bagi penulis adalah mendapatkan pengertian dan penjelasan
tentang pembuatan Catu Daya. Sedangkan bagi para pembaca, diharapkan semoga makalah
ini dapat menjadi sumbangan dalam memperkaya pengetahuan dan memberikan kesempatan
untuk mempelajarinya lebih lanjut.

I.3.Batasan Masalah
Masalah-masalah yang dibahas dalam perancangan catu daya dibuat agar tidak menyimpang
dari pembahasan yang ada, sehingga diperlukan suatu batasan-batasan. Pembatasan masalah
yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Produk yang dirancang hanya catu daya.
2. Tegangan keluaran yang dibuat hanya 5 volt, 12 volt, dan nilai variabel dalam bentuk
potensio.
3. Pengukuran tegangan keluaran berupa data empiris.
4. Pengukuran tegangan menggunakan multimeter.

I.4.Metode Penulisan
Metode penulisan digunakan untuk dapat merancang proyek catu daya. Metode penulisan ini
terdiri dari beberapa langkah yang diharapkan dapat memperkuat pemahaman mengenai
metode penulisan dari awal hingga akhir.
Langkah pertama adalah permasalahan, permasalahan tersebut meliputi pembuatan catu daya
berdasarkan konsep dasar elektonika dan tinjauan teori-teori yang telah ada.
Langkah selanjutnya adalah mempelajari literatur, di dalam pembuatan laporan akhir ini
mempelajari literatur adalah untuk mencari informasi-informasi awal tentang metode dan
konsep yang digunakan di dalam penulisan. Mempelajari literatur ini dikaitkan dengan
menggunakan konsep dasar elektronika. Konsep tersebut pada akhirnya dapat diterapkan
untuk laporan akhir yang dibahas.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat tujuan penulisan. Tujuan
penulisan merupakan rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu yang ingin
diperoleh setelah kegiatan selesai dilakukan. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah
ada, diharapkan penulis dapat mengetahui tujuan dari laporan akhir tersebut.

Membuat perancangan yang dilakukan adalah dengan cara mengaplikasikan dasar teori
yang telah ada dan menggunakannya dalam perhitungan perancangan, sehingga dapat
diketahui mekanisme kerja yang diinginkan.
Langkah selanjutnya adalah pengujian pengukuran, untuk menyelesaikan catu daya,
tegangan yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tegangan dimaksudkan untuk
menguji apakah tegangan memenuhi syarat yang ada atau tidak, jika syarat belum terpenuhi,
maka harus dilakukan pengukuran ulang.
Analisis, dimaksudkan untuk menjelaskan hasil-hasil yang didapat dari pengukuran.
Membandingkan dimaksudkan untuk melihat apakah ada perbedaan antara hasil yang didapat
dengan teori yang telah ada. Langkah terakhir yang dilakukan adalah menarik kesimpulan.
Kesimpulan berfungsi untuk menjawab tujuan penulisan yang ada. Saran diberikan untuk
memberikan masukan agar praktikum ke depannya dapat lebih baik lagi.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Teori Dasar
Catu daya merupakan suatu Rangkaian yang paling penting bagi sistem elektronika.
Ada dua sumber catu daya yaitu sumber AC dan sumber DC. Sumber AC yaitu sumber
tegangan bolak balik, sedangkan sumber tegangan DC merupakan sumber tegangan searah.
Bila dilihat dengan osiloskop seperti berikut :

Gambar II.1.1 Tegangan arus AC

Gambar II.1.2 Tegangan arus DC


Sumber Tegangan Bila diamati sumber AC tegangan berayun sewaktu-waktu pada kutub
positif dan sewaktu-waktu pada kutub negatif, sedangkan sumber AC selalu pada satu kutub
saja, positif saja atau negatif saja. Dari sumber AC dapat disearahkan menjadi sumber DC
dengan menggunakan rangkaian penyearah yang di bentuk dari dioda. Catu daya adalah suatu
sistem filter penyearah (rectifier-filter) yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC
murni. Catu daya (Power Supply) adalah sebuah perangkat yang memasok listrik energi
untuk satu atau lebih beban listrik. Catu daya menjadi bagian yang penting dalam elektonika
yang berfungsi sebagai sumber tenaga listrik misalnya pada baterai atau accu. Pada dasarnya
power supply ini mempunyai konstruksi rangkaian yang hampir sama yaitu terdiri dari trafo,
penyearah, dan penghalus tegangan. Istilah ini paling sering diterapkan ke perangkat yang
mengubah satu bentuk energi listrik yang lain, meskipun juga dapat merujuk ke perangkat
yang mengkonversi bentuk energi lain (misalnya, mekanik, kimia, solar) menjadi energi
listrik. Secara umum prinsip rangkaian catu daya terdiri atas komponen utama yaitu ;
transformator, dioda dan kondensator. Dalam pembuatan rangkaian catu daya selain
menggunakan komponen utama juga diperlukan komponen pendukung agar rangkaian
berfungsi dengan baik menggunakan komponen antara lain : multimeter digital dan analog,
proto board, kabel jumper, penjepit buaya, dioda bridge, kapasitor 0,01 dan 2200F , trafo CT
1A, resistor 330, IC regulator 7805 dan 7812, sakelar, sekering ( fuze ), lampu indicator,

voltmeter dan amperemeter, jack dan plug, Printed Circuit Board ( PCB ), kabel dan steker,
serta Chasis.
II.2. Komponen Utama dan Pendukung Catu Daya
1. Transformator
Trafo atau transformator merupakan komponen utama dalam membuat rangkaian catu daya
yang berfungsi untuk mengubah tegangan listrik. Trafo dapat menaikkan dan menurunkan
tegangan. Berdasarkan tegangan yang dikeluarkan dari belitan scundair dibagi menjadi 2
yaitu:
a). Step up (penaik tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan lebih
tinggi dari tegangan primair ( jala listrik).
b). Step down (penurun tegangan) apabila tegangan belitan scundair yang kita butuhkan lebih
rendah dari tegangan primair (jala listrik).
Setiap kumparan terdiri atas belitan-belitan sebanyak N buah lilit. Ilustrasi dari sebuah trafo
digambarkan pada Gambar

Gambar II.2.1.1 Ilustrasi Trafo


Jika kita anggap kumparan 1 adalah sebagai kumparan primer, maka dengan adanya I1, maka
di dalam inti besi akan muncul fluks magnetik. Jika fluks magnetik yang muncul pada inti

besi adalah berubah-ubah, maka pada kumparan sekunder akan muncul beda potensial. Fluks
magnetik yang berubah-ubah ini dapat dibangkitkan jika V1 adalah sumber tegangan AC.
Besarnya tegangan pada kumparan primer adalah sebanding dengan rasio jumlah lilit pada
kumparan sekunder terhadap primer. Dari Gambar 1 dapat dilihat N1 sebanyak 3 lilit,
sedangkan N2 adalah sebanyak 2 lilit, sehingga secara ideal, perbandingan tegangan antara
V1 terhadap V2 adalah sebanding dengan N1 terhadap N2.
Dengan mempertimbangkan kesamaan arah fluks magnetik yang dibangkitkan oleh arus
kumparan primer serta sekunder, maka dapat diturunkan kesepakatan tentang titik (dot
convention) dari kumparan trafo, yang selanjutnya dikenal juga sebagai polaritas kumparan
trafo. Penentuan titik pada kumparan primer dan sekunder didasarkan pada aturan tangan
kanan. Sebagai contoh, pada Gambar 2 (sebelah kiri), jika arus masuk melalui terminal a,
maka arah fluks magnetik yang muncul dalam inti trafo adalah sama dengan jika arus
dimasukan juga melalui terminal d (ingat aturan tangan kanan). Sehingga polaritas pada
terminal a adalah sama dengan pada terminal d. Untuk selanjutnya pada terminal a dan d
diberi tanda titik.
Polaritas trafo sangat penting untuk diketahui jika kita akan memparalelkan trafo (untuk
meningkatkan daya trafo) ataupun men-serikan trafo (untuk meningkatkan tegangan trafo).

Gambar II.2.1.2. Penentuan polaritas trafo.


Gambar 3 berikut adalah contoh dari trafo jenis step-down untuk catu daya aplikasi
elektronika.

Gambar II.2.1.3. Trafo step-down untuk catu daya aplikasi elektronika.


Berdasarkan

pemasangan

gulungannya

dikenal

(dua)

macam

trafo

yaitu:

a). Trafo tanpa center tap (CT)


b). Trafo dengan center tap (CT)

2. Dioda
Pengertian Dioda adalah jenis komponen pasif yang berfungsi terutama sebagai penyearah.
Dioda memiliki dua kutub yaitu kutub anoda dan kutub katoda. Dioda terbuat dari dua bahan
atau yang biasa di sebut dengan dioda semi konduktor yaitu bahan tipe-p menjadi sisi anode
sedangkan bahan tipe-n menjadi katode.
Pada sambungan dua jenis berlawanan ini akan muncul daerah deplesi yang akan membentuk
gaya barier. Gaya barier ini dapat ditembus dengan tegangan + sebesar 0.7 volt yang
dinamakan sebagai break down voltage, yaitu tegangan minimum dimana dioda akan bersifat
sebagai konduktor/penghantar arus listrik.
Bergantung pada polaritas tegangan yang diberikan kepadanya,pengertian dioda bisa berlaku
sebagai sebuah saklar tertutup (apabila bagian anode mendapatkan tegangan positif
sedangkan katodenya mendapatkan tegangan negatif) dan berlaku sebagi saklar terbuka
(apabila bagian anode mendapatkan tegangan negatif sedangkan katode mendapatkan
tegangan positif).
Gambar II.2.2.1 Anoda dan Katoda pada dioda
Jenis-jenis dioda ada berbagai macam yaitu dioda silikon, dioda zener dan dioda bridge. Jenis
dioda silikon banyak di gunakan pada peralatan catu daya sebagai penyearah arus dan

pengaman tegangan kejut. Jenis dioda zener di gunakan untuk membatasi atau mengatur
tegangan. Sedangkan jenis dioda bridge banyak di gunakan pada rangkaian catu daya sebagai
penyearah gelombang penuh (full wave rectifier).
Secara umum semua dioda memiliki konstruksi dan prinsip kerja yang sama. Macam-macam
dioda pada dasarnya terbentuk oleh sambungan PN yang secara fisik dioda dikenali melalui
nama elektrodanya yang khas yaitu, anode dan katode.
Walaupun pengertian dioda kristal (semikonduktor) dipopulerkan sebelum dioda termionik,
dioda termionik dan dioda kristal dikembangkan secara terpisah pada waktu yang bersamaan.
Prinsip kerja dari dioda termionik ditemukan olehFrederick Guthrie pada tahun 1873
Sedangkan prinsip kerja dioda kristal ditemukan pada tahun 1874 oleh peneliti Jerman, Karl
Ferdinand Braun.
Dalam pemasangannya pengertian dioda harus terpasang dengan benar, tidak boleh terbalik.
Secara fisik kaki katoda ( K ) adalah kaki yang dekat dengan tanda gelang yang terdapat pada
body-nya. Untuk mengetahui sebuah pengertian dioda masih bagus atau sudah rusak adalah
dengan

menggunakan

AVO

Meter.

Fungsi Dioda dalam komponen elektronika adalah sebagai, penyerah arus, sebagai catu
daya, sebagai penyaring atau pendeteksi dan untuk stabilisator tegangan. Dioda adalah
komponen aktif yang memiliki dua terminal yang melewatkan arus listrik hanya satu arah.
Dioda memiliki dua elektroda aktif dimana isyarat listrik dapat mengalir, dan kebanyakan
diode digunakan karena karakteristik satu arah yang dimilikinya. Dioda varikap (VARIable
CAPacitor/kondensator variabel) digunakan sebagai kondensator terkendali tegangan.
Dalam dunia otomotif, fungsi dioda sangat di perlukan pada sistem pengisian
alternatol/dinamo isi dimana tegangan AC yang di bangkitkan oleh alternator di searahkan
menjadi tegangan DC oleh dioda sebagai sumber suplay tegangan ke beban serta sebagai

charger

accu/aki

dengan

12

volt

melalui

IC

regulator

alternator.

Gambar II.2.2.2 Jenis jenis Dioda


Jenis dioda juga bermacam-macam, seperti Dioda silicon, Dioda germanium, Dioda zener
dan LED

(Light

Emitting

Dioda). Fungsi

dioda ini

sangat

berlainan,

karena

memiliki perbedaan pada aspek fisik baik ukuran geometrik, tingkat pengotoran, jenis
elektrode ataupun jenis pertemuan.
Selain sebagai penyerah arus, fungsi dioda juga bisa di gunakan sebagai detector yaitu untuk
mendeteksi sinyal-sinyal kecil. Dioda zener dipakai sebagai stabilisator tegangan catu daya
sedangkan dioda LED (Light Emitting Dioda) yaitu dioda yang dapat memancarkan cahaya
biasanya dipakai sebagai lampu control.
Sebagian

besar

jenis

dioda seringkali

disebut

karakteristik

menyearahkan. Fungsi

dioda paling umum adalah untuk memperbolehkan arus listrik mengalir dalam suatu arah
(disebut kondisi panjar maju) dan untuk menahan arus dari arah sebaliknya (disebut kondisi
panjar mundur). Itu sebabnya, dioda dapat dianggap sebagai versi elektronik dari katup pada
transmisi cairan.
Karakteristik dioda atau kurva IV, berhubungan langsung dengan perpindahan dari pembawa
melalui yang dinamakan lapisan penipisan atau daerah pemiskinan yang terdapat pada
pertemuan p-n di antara semikonduktor.

Pada diode p-n, arus mengalir dari sisi tipe-p (anode) menuju sisi tipe-n (katode), tetapi tidak
mengalir dalam arah sebaliknya. Itu lah yang dinamakan Dioda semikonduktor. Tipe lain dari
diode semikonduktor adalah diode Schottky yang dibentuk dari pertemuan antara logam dan
semikonduktor.
Dioda Rectifier (Penyearah)
Peranan rectifier dalam rangkaian catu daya adalah untuk mengubah tegangan listrik AC yang
berasal dari trafo step- down atau trafo adaptor menjadi tegangan listrik arus searah DC.
a). Penyearah Setengah Gelombang
Dalam komponen elektronika penyearah setengah gelombang disebut juga Half Wave
Rectifier.
b).Penyearah Gelombang Penuh
Dalam komponen elektronika penyearah gelombang penuh disebut juga Full Wave Rectifier.

3. Filter (Penyaring)
Penyaring atau filter merupakan bagian yang terdiri dari kapasitor yang berfungsi sebagai
penyaring atau meratakan tegangan listrik yang berasal dari rectifier. Selain menggunakan
filter juga menggunakan resistor sebagai tahanan.

4. Stabilizer dan Regulator


Stabilizer dan regulator adalah bagian yang terdiri dari komponen dioda zener, transistor,
komponen IC atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut. Komponen ini berfungsi
sebagai penstabil dan pengatur tegangan (regulator) yang berasal dari rangkaian penyaring.
5. Komponen IC
Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang dibuat dari bahan semi
conductor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti Resistor,
Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah terintegrasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk

chip kecil, IC digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik agar
mudah dirangkai menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil.

Keunggulan IC (Advantages)
IC telah digunakan secara luas diberbagai bidang, salah satunya dibidang industri Dirgantara,
dimana rangkaian kontrol elektroniknya akan semakin ringkas dan kecil sehingga dapat
mengurangi berat Satelit, Misil dan jenis-jenis pesawat ruang angkasa lainnya. Desain
komputer yang sangat kompleks dapat dipermudah, sehingga banyaknya komponen dapat
dikurangi dan ukuran motherboardnya dapat diperkecil. Contoh lain misalnya IC digunakan
di dalam mesin penghitung elektronik(kalkulator), juga telepon seluler(ponsel) yang
bentuknya relatif kecil.
Di era teknologi canggih saat ini, peralatan elektronik dituntut agar mempunyai ukuran dan
beratnya seringan dan sekecil mungkin, dan hal itu dapat dimungkinkan dengan
penggunaannya IC.
Selain ukuran dan berat IC yang kecil dan ringan, IC juga memberikan keuntungan lain yaitu
bila dibandingkan dengan sirkit-sirkit keonvensional yang banyak menggunakan komponen,
IC dengan sirkit yang relatif kecil hanya mengkonsumsi sedikit sumber tenaga dan tidak
menimbulkan panas berlebih sehingga tidak membutuhkan pendinginan (cooling system).

Kelemahan-kelemahan IC (Disanvantages)
Pada uraian sebelumnya nampak seolah-olah IC begitu sempurna dibanding komponen
elektronik konvensional, padalah tak ada sesuatu komponen yang tidak memiliki kelemahan.
Kelemahan IC antara lain adalah keterbatasannya di dalam menghadapi kelebihan arus listrik
yang besar, dimana arus listrik berlebihan dapat menimbulkan panas di dalam komponen,
sehingga komponen yang kecil seperti IC akan mudah rusak jika timbul panas yang
berlebihan.
Demikian pula keterbatasan IC dalam menghadapi tegangan yang besar, dimana tegangan
yang besar dapat merusak lapisan isolator antar komponen di dalam IC Contoh kerusakan
misalnya, terjadi hubungan singkat antara komponen satu dengan lainnya di dalam IC, bila
hal ini terjadi, maka IC dapat rusak dan menjadi tidak berguna.

Gambar II.2.5.1 IC 337

Gambar II.2.5.2. IC 317

Gambar II.2.5.3 IC 7905

Gambar II.2.5.4 IC 7805

Gambar II.2.5.5 IC 7912

Gambar II.2.5.6 IC 7812

Selain komponen utama dalam pembuatan rangkaian catu daya juga menggunakan berbagai
komponen pendukung lainnya seperti sakelar, sekering, lampu indicator, voltmeter,
multimeter, PCB ( Printed Circuit Board) dan berbagai komponen pendukung lainnya.

BAB III
PERANCANGAN ALAT
Dalam pembuatan catu daya kali ini, kita harus melewati langkah - langkah yang tidak bisa
dilewati. Catu daya yang dirancang kali ini ditentukan outputnya yaitu +5 volt, -5 volt, +12
volt, -12 volt, dan variabel.

III.1 Komponen Alat dan Bahan


Sebelum masuk kelangkah-langkah pembuatan catu daya,perlu disiapkan alat, bahan dan
komponen yang diperlukan sebagai berikut:
1. Solder
2. Timah secukupnya
3. Bor
4. Papan PCB
5. Travo 3 Ampere
6. Dioda Bridge
7. Capasitor Polar 10uF/16V

8. IC
9. Resistor
10. LED warna merah dan hijau
11. Sekring 1 Ampere + soket
12. Kabel AC
13. Binding Post
14. Transistor
15. Sakelar
16. Spidol FM
III.2 Langkah-langkah Pembuatan Catu Daya
Setelah komponen tersebut ada, kita akan mulai merangkai rangkaian Catu Daya
tersebut. Kemudian akan diperlukan gambar susunan rangkaian Catu Daya ini. Berikut adalah
contoh gambar susunan rangkaian Catu Daya.

Gambar III.2.1 Susunan Rangkaian Catu Daya


Setelah memperoleh gambar rangkaian ini rangkailah komponen sesuai dengan rangkaian
diatas. Dalam merangkai rangkaian ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama dalam memasang dioda (gunakan dioda brige 4 Ampere) dioda ini memiliki 4 buah
kaki yang berisi simbul +, -, dan 2 buah simbol ~.1 kaki yang berisi gambar ~ dihubungkan
dengan travo yang berisi angka 12V, dan kaki yang bergambar ~ yang lainnya dihubungkan
dengan travo yang berisi tanda 0. Kemudian kaki dioda yang bergambar + dihubungkan
dengan kaki + capasitor, dan kaki dioda yang berisi gambar -, dihubungkan dengan kaki
kapasitor.

Kemudian kaki + capasitor dihubungkan dengan kaki input dari IC 7805 (IC ini berisi 3 kaki,
untuk lebih jelasnya lihat data Sheet yang disediakan di akhir pembahasan ini), dan kaki
kapasitor dihubungkan dengan kaki Ground/- dari IC 7805.
Setelah itu kaki ke tiga dari IC 7805 yang merupakan kaki keluaran yang harus di hubungkan
dengan kaki + kapasitor yang ke 2, dan Ground dari IC 7805 dihubungkan dengan kaki dari
kapasitor ke 2.
Kemudian pada kaki + pada kapasitor ke 2 dipasangkan kabel yang berisi jepit buaya warna
merah, dan pada kaki kapasitor ke 2 dipasangkan kaber yang berisi jepit buaya warna
hitam.
Dan yang terakhir adalah memasang kabel AC yang sudah berisi sekring pada travo. Cara
pemasangannya sangat mudah yaitu memasangkan salah satu bagian kabel AC ke travo yang
berisi tanda 220V dan bagian lain dari kabel AC dipasangkan pada travo yang bertandakan 0
di sebelah tanda 220V.

III.3 Prinsip Kerja Catu Daya


Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil
agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling
baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai
tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating
current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang
dapat mengubah arus AC menjadi DC. Pada tulisan kali ini disajikan prinsip rangkaian catu
daya (power supply) linier mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai
pada catu daya yang ter-regulasi.

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil
agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling
baik. Namun untuk aplikasi yang membutuhkan catu daya lebih besar, sumber dari baterai
tidak cukup. Sumber catu daya yang besar adalah sumber bolak-balik AC (alternating
current) dari pembangkit tenaga listrik. Untuk itu diperlukan suatu perangkat catu daya yang
dapat mengubah arus AC menjadi DC. Prinsip rangkaian catu daya (power supply) linier

mulai dari rangkaian penyearah yang paling sederhana sampai pada catu daya yang terregulasi.
IV.1. Penyearah (Rectifier)
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar-1 berikut ini.
Transformator (T1) diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan sekundernya.

Gambar IV.1.1 Rangkaian penyearah sederhana


Pada rangkaian ini, dioda (D1) berperan hanya untuk merubah dari arus AC menjadi DC dan
meneruskan tegangan positif ke beban R1. Ini yang disebut dengan penyearah setengah
gelombang (half wave). Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave)
diperlukan transformator dengan center tap (CT) seperti pada gambar-2.

Gambar IV.1.2 Rangkaian penyearah gelombang penuh


Tegangan positif phasa yang pertama diteruskan oleh D1 sedangkan phasa yang berikutnya
dilewatkan melalui D2 ke beban R1 dengan CT transformator sebagai common ground..
Dengan demikian beban R1 mendapat suplai tegangan gelombang penuh seperti gambar di
atas. Untuk beberapa aplikasi seperti misalnya untuk men-catu motor dc yang kecil atau
lampu pijar dc, bentuk tegangan seperti ini sudah cukup memadai. Walaupun terlihat di sini
tegangan ripple dari kedua rangkaian di atas masih sangat besar.

Gambar IV.1.3 Rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter C


Gambar 3 adalah rangkaian penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor C yang
paralel terhadap beban R. Ternyata dengan filter ini bentuk gelombang tegangan keluarnya
bisa menjadi rata. Gambar-4 menunjukkan bentuk keluaran tegangan DC dari rangkaian
penyearah setengah gelombang dengan filter kapasitor. Garis b-c kira-kira adalah garis lurus
dengan kemiringan tertentu, dimana pada keadaan ini arus untuk beban R1 dicatu oleh
tegangan kapasitor. Sebenarnya garis b-c bukanlah garis lurus tetapi eksponensial sesuai
dengan sifat pengosongan kapasitor.

Gambar IV.1.3 Bentuk gelombang dengan filter kapasitor


Kemiringan kurva b-c tergantung dari besar arus (I) yang mengalir ke beban R. Jika arus I = 0
(tidak ada beban) maka kurva b-c akan membentuk garis horizontal. Namun jika beban arus
semakin besar, kemiringan kurva b-c akan semakin tajam. Tegangan yang keluar akan
berbentuk gigi gergaji dengan tegangan ripple yang besarnya adalah :
Vr = VM -VL . (1)
dan tegangan dc ke beban adalah Vdc = VM + Vr/2 .. (2)
Rangkaian penyearah yang baik adalah rangkaian yang memiliki tegangan ripple paling kecil.
VL adalah tegangan discharge atau pengosongan kapasitor C, sehingga dapat ditulis :
VL = VM e -T/RC . (3)
Jika persamaan (3) disubsitusi ke rumus (1), maka diperoleh :

Vr = VM (1 e -T/RC) (4)
Jika T << RC, dapat ditulis : e -T/RC 1 T/RC .. (5)
sehingga jika ini disubsitusi ke rumus (4) dapat diperoleh persamaan yang lebih sederhana :
Vr = VM(T/RC) . (6)
VM/R tidak lain adalah beban I, sehingga dengan ini terlihat hubungan antara beban arus I dan
nilai kapasitor C terhadap tegangan ripple Vr. Perhitungan ini efektif untuk mendapatkan nilai
tengangan ripple yang diinginkan.
Vr = I T/C (7)
Rumus ini mengatakan, jika arus beban I semakin besar, maka tegangan ripple akan semakin
besar. Sebaliknya jika kapasitansi C semakin besar, tegangan ripple akan semakin kecil.
Untuk penyederhanaan biasanya dianggap T=Tp, yaitu periode satu gelombang sinus dari
jala-jala listrik yang frekuensinya 50Hz atau 60Hz. Jika frekuensi jala-jala listrik 50Hz, maka
T = Tp = 1/f = 1/50 = 0.02 det. Ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang. Untuk
penyearah gelombang penuh, tentu saja fekuensi gelombangnya dua kali lipat, sehingga T =
1/2 Tp = 0.01 det.
Penyearah gelombang penuh dengan filter C dapat dibuat dengan menambahkan kapasitor
pada rangkaian gambar 2. Bisa juga dengan menggunakan transformator yang tanpa CT,
tetapi dengan merangkai 4 dioda seperti pada gambar-5 berikut

Gambar IV.1.4 Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan kapasitor C


Sebagai contoh, anda mendisain rangkaian penyearah gelombang penuh dari catu jala-jala
listrik 220V/50Hz untuk mensuplai beban sebesar 0.5 A. Berapa nilai kapasitor yang
diperlukan sehingga rangkaian ini memiliki tegangan ripple yang tidak lebih dari 0.75 Vpp.
Jika rumus (7) dibolak-balik maka diperoleh.
C = I.T/Vr = (0.5) (0.01)/0.75 = 6600 uF.

Untuk kapasitor yang sebesar ini banyak tersedia tipe elco yang memiliki polaritas dan
tegangan kerja maksimum tertentu. Tegangan kerja kapasitor yang digunakan harus lebih
besar dari tegangan keluaran catu daya. Anda barangkalai sekarang paham mengapa
rangkaian audio yang anda buat mendengung, coba periksa kembali rangkaian penyearah catu
daya yang anda buat, apakah tegangan ripple ini cukup mengganggu. Jika dipasaran tidak
tersedia kapasitor yang demikian besar, tentu bisa dengan memparalel dua atau tiga buah
kapasitor.

IV.2 Voltage Regulator


Rangkaian penyearah sudah cukup bagus jika tegangan ripple-nya kecil, namun ada masalah
stabilitas. Jika tegangan PLN naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.
Seperti rangkaian penyearah di atas, jika arus semakin besar ternyata tegangan dc keluarnya
juga ikut turun. Untuk beberapa aplikasi perubahan tegangan ini cukup mengganggu,
sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi tegangan keluaran ini menjadi
stabil.
Regulator Voltage berfungsi sebagai filter tegangan agar sesuai dengan keinginan. Oleh
karena itu biasanya dalam rangkaian power supply maka IC Regulator tegangan ini selalu
dipakai untuk stabilnya outputan tegangan.
Berikut susunan kaki IC regulator tersebut.

Gambar IV.2.1 Susunan kaki IC regulator

Misalnya 7805 adalah regulator untuk mendapat tegangan +5 volt, 7812 regulator tegangan
+12 volt dan seterusnya. Sedangkan seri 79XX misalnya adalah 7905 dan 7912 yang
berturut-turut adalah regulator tegangan -5 dan -12 volt.
Selain dari regulator tegangan tetap ada juga IC regulator yang tegangannya dapat diatur.
Prinsipnya sama dengan regulator OP-amp yang dikemas dalam satu IC misalnya LM317
untuk regulator variable positif dan LM337 untuk regulator variable negatif. Bedanya resistor
R1 dan R2 ada di luar IC, sehingga tegangan keluaran dapat diatur melalui resistor eksternal
tersebut.
Rangkaian regulator yang paling sederhana ditunjukkan pada gambar 6. Pada rangkaian ini,
zener bekerja pada daerah breakdown, sehingga menghasilkan tegangan output yang sama
dengan tegangan zener atau Vout = Vz. Namun rangkaian ini hanya bermanfaat jika arus
beban tidak lebih dari 50mA.

Gambar IV.2.2 Regulator zener


Prinsip rangkaian catu daya yang seperti ini disebut shunt regulator, salah satu ciri khasnya
adalah komponen regulator yang paralel dengan beban. Ciri lain dari shunt regulator adalah,
rentan terhadap short-circuit. Perhatikan jika Vout terhubung singkat (short-circuit) maka
arusnya tetap I = Vin/R1. Disamping regulator shunt, ada juga yang disebut dengan regulator
seri. Prinsip utama regulator seri seperti rangkaian pada gambar 7 berikut ini. Pada rangkaian
ini tegangan keluarannya adalah :
Vout = VZ + VBE .. (8)
VBE adalah tegangan base-emitor dari transistor Q1 yang besarnya antara 0.2 0.7 volt
tergantung dari jenis transistor yang digunakan. Dengan mengabaikan arus I B yang mengalir
pada base transistor, dapat dihitung besar tahanan R2 yang diperlukan adalah :
R2 = (Vin Vz)/Iz (9)

Iz adalah arus minimum yang diperlukan oleh dioda zener untuk mencapai tegangan
breakdown zener tersebut. Besar arus ini dapat diketahui dari datasheet yang besarnya lebih
kurang 20 mA.

Gambar IV.2.3 Regulator zener follower


Jika diperlukan catu arus yang lebih besar, tentu perhitungan arus base I B pada rangkaian di
atas tidak bisa diabaikan lagi. Dimana seperti yang diketahui, besar arus IC akan berbanding
lurus terhadap arus IB atau dirumskan dengan IC = bIB. Untuk keperluan itu, transistor Q1
yang dipakai bisa diganti dengan tansistor darlington yang biasanya memiliki nilai b yang
cukup besar. Dengan transistor darlington, arus base yang kecil bisa menghasilkan arus IC
yang lebih besar.
Teknik regulasi yang lebih baik lagi adalah dengan menggunakan Op-Amp untuk men-drive
transistor Q, seperti pada rangkaian gambar 8. Dioda zener disini tidak langsung memberi
umpan ke transistor Q, melainkan sebagai tegangan referensi bagi Op-Amp IC1. Umpan balik
pada pin negatif Op-amp adalah cuplikan dari tegangan keluar regulator, yaitu :
Vin(-) = (R2/(R1+R2)) Vout . (10)
Jika tegangan keluar Vout menaik, maka tegangan Vin(-) juga akan menaik sampai tegangan ini
sama dengan tegangan referensi Vz. Demikian sebaliknya jika tegangan keluar Vout menurun,
misalnya karena suplai arus ke beban meningkat, Op-amp akan menjaga kestabilan di titik
referensi Vz dengan memberi arus IB ke transistor Q1. Sehingga pada setiap saat Op-amp
menjaga kestabilan :
Vin(-) = Vz (11)

Gambar IV.2.4 Regulator dengan Op-amp


Dengan mengabaikan tegangan VBE transistor Q1 dan mensubsitusi rumus (11) ke dalam
rumus (10) maka diperoleh hubungan matematis :
Vout = ( (R1+R2)/R2) Vz.. (12)
Pada rangkaian ini tegangan output dapat diatur dengan mengatur besar R1 dan R2. Sekarang
mestinya tidak perlu susah payah lagi mencari op-amp, transistor dan komponen lainnya
untuk merealisasikan rangkaian regulator seperti di atas. Karena rangkaian semacam ini
sudah dikemas menjadi satu IC regulator tegangan tetap. Saat ini sudah banyak dikenal
komponen seri 78XX sebagai regulator tegangan tetap positif dan seri 79XX yang merupakan
regulator untuk tegangan tetap negatif. Bahkan komponen ini biasanya sudah dilengkapi
dengan pembatas arus (current limiter) dan juga pembatas suhu (thermal shutdown).
Komponen ini hanya tiga pin dan dengan menambah beberapa komponen saja sudah dapat
menjadi rangkaian catu daya yang ter-regulasi dengan baik.

Gambar 1V.2.5 Regulator dengan IC 78XX / 79XX


Hanya saja perlu diketahui supaya rangkaian regulator dengan IC tersebut bisa bekerja,
tengangan input harus lebih besar dari tegangan output regulatornya. Biasanya perbedaan
tegangan Vin terhadap Vout yang direkomendasikan ada di dalam datasheet komponen
tersebut. Pemakaian heatshink (aluminium pendingin) dianjurkan jika komponen ini dipakai
untuk men-catu arus yang besar. Di dalam datasheet, komponen seperti ini maksimum bisa
dilewati arus mencapai 1 A.

IV.3 Blok Diagram


Catu daya memiliki blok diagram yang tidak begitu rumit.Seperti pada gambar tersebut:

Gambar IV.3.1 Blok diagram catu daya

Gambar IV.3.2 Blok Diagram alur catu daya

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dibuat yaitu berdasarkan tujuan dari penulisan laporan akhir ini.
Kesimpulan yang kami dapat dari laporan akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat mengetahui kegunaan catu daya.
2. Praktikan dapat mengetahui kegunaan dari komponen-komponen dalam catu daya
3. Praktikan dapat menentukan tegangan keluaran dari catu daya.
4. Praktikan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan catu daya yang telah dibuat
5. Praktikan dapat mengetahui perbandingan antara hasil teori dengan hasil praktikum.

V.2 Saran
Saran yang diberikan bertujuan sebagai bahan acuan pada praktikum selanjutnya. Beberapa
1.

saran yang bermanfaat tersebut dalah sebagai berikut:


Pada pelaksanaan praktikum diharapkan pembimbing atau asisten dapat memberikan cara

kerja alat dengan baik terhadap praktikan.


2. Diharapkan juga peralatan yang menunjang pada saat praktikum lengkap.
3. Diharapkan kepada para praktikan agar lebih berhati-hati lagi dalam melakukan praktikum
pembuatan catu daya ini agar tidak ada kecerobohan yg menyebabkan kerugian

Anda mungkin juga menyukai