Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Terdapat interaksi makhluk hidup di dalam perairan, yaitu interaksi antara


faktor biotik dan abiotik, yang disebut sebagai ekosistem perairan. Kajian tentang
ekosistem perairan banyak dikembangkan, salah satunya ialah untuk mengetahui
kualitas suatu ekosistem itu sendiri. Adanya pengaruh kelangsungan hidup faktor
biotik akan sangat tergantung pada dinamika di dalam perairan tersebut (faktor
abiotik). Faktor biotik dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas ekosistem
perairan. Keanekaragaman biota di dalam suatu ekosistem perairan dapat
menunjukkan bahwa kualitas lingkungannya sangat baik, sebaliknya jika biota
yang ditemukan sedikit, menunjukkan bahwa kualitas perairan lingkungan
tersebut buruk. Untuk mengetahui penyebab baik atau tidaknya kualitas suatu
ekosistem perairan dapat diketahui dengan melakukan uji produktivitas primer.

Produktivitas primer didefinisikan sebagai laju produksi karbon organik


per satuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh
tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis (Michael,
1995; Odum, 1993). Salah satu metode yang digunakan yaitu dengan mengukur
kadar oksigen. Hal tersebut dikarenakan terdapat suatu kesepadanan yang pasti
antara oksigen dan pangan yang dihasilkan.

1.2 Pertanyaan Penelitian


a. Bagaimana kadar fotosintesis pada air danau UNESA Ketintang?
b. Bagaimana kadar respirasi pada air danau UNESA Ketintang?
c. Bagaimana produktivitas primer pada air danau UNESA Ketintang?
d. Bagaimana produktivitas total pada air danau UNESA Ketintang?

Produktivitas Primer

1.2 1.3 Tujuan


a. Untuk mengetahui kadar fotosintesis pada air danau Ranunesa UNESA
Ketintang.
b. Untuk mengetahui kadar respirasi pada air danau Ranunesa UNESA
Ketintang.
c. Untuk mengetahui produktivitas primer pada air danau Ranunesa UNESA
Ketintang.
d. Untuk mengetahui produktivitas total pada air danau Ranunesa UNESA
Ketintang.
1.3
1.4
1.4 Manfaat
1.5

Hasil dari praktikum produktivitas primer ini, diharapkan dapat

memberikan gambaran atau dapat menunujukkan kualitas ekosistem perairan


di danau Ranunesa UNESA Ketintang.
1.6

Produktivitas Primer

1.9

1.7 BAB II
1.8 KAJIAN PUSTAKA
Produksi oksigen dapat menjadi dasar untuk pengukuran

produktivitas karena terdapat suatu kesepadanan yang pasti antara oksigen


dan pangan yang dihasilkan. Walaupun demikian, dalam keadaan
kebanyakan hewan-hewan dan bakteri, juga tumbuhan-tumbuhan itu
sendiri cepat sekali menghabiskan oksigen. Bahkan seringkali terdapat
pertukaran gas dengan lingkungan lainnya (Rachmadiarti, dkk. 2014).
1.10 Komposisi dan kelimpahan plankton serta produktivitas
primer merupakan parameter yang lazim digunakan untuk menilai kualitas
perairan. Fitoplankton merupakan organisme yang mempunyai peran yang
penting sebagai produsen energi maupun materi, keberadaannya di dalam
suatu perairan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan di perairan
tersebut terutama bagi ikan pemakan plankton, sedangkan produktivitas
primer menurut Welch dalam Indriastri (1997) sering digunakan sebagai
kriteria untuk menentukan tingkat kesuburan suatu perairan.
1.11 Produktivitas primer atau dasar dari suatu ekosistem dan
komunitas didefinisikan sebagai laju pada masa energy pancaran disimpan
oleh kegiatan fotosintesis atau khemosintesis organisme-organisme
produsen (terutama tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawasenyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan pangan
(Rachmadiarti, dkk. 2014).
1.12 Rachmadiarti, dkk. (2014) mengungkapkan bahwa terdapat
empat cara peristiwa pembentukan:
a. Produktivitas primer kotor, yaitu laju dari fotosintesis, termasuk bahan
organic yang habis digunakan dalam respirasi selama waktu
pengukuran. Hal ini disebut juga fotosintesis total atau asimilasi
total.

Selanjutnya

Krismono

dan

Kartamiharja

(1995)

mengungkapkan bahwa besarnya produktivitas primer suatu perairan


dapat mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien terlarut.
b. Produktivitas primer bersih adalah laju penyimpanan bahan organic di
dalam jaringan tumbuh-tumbuhan

kelebihannya dari penggunaan

Produktivitas Primer

respirasi oleh tumbuhan selama jangka waktu pengukuran. Hal ini


disebut juga sebagai apparent footosintesis atau asimilasi bersih.
c. Produktivitas komunitas bersih adalah laju penyimpanan bahan organic
yang tidak digunakan oleh heterotrof (yakni produksi primer bersih
dikuangi

penggunaan

heterotrof)

selama

jangka

waktu

yang

bersangkutan, biasanya musim pertumbuhan atau setahun.


d. Produktivitas sekunder yaitu laju penyimpangan energy pada
konsumen. Karena konsumsi menggunakan bahan-bahan pangan yang
sudah dibuat, dengan kehilangan-kehilangan didalam respirasi yang
secukupnya itu, dan mengubahnya kedalam jaringan-jaringan yang
berlainan oleh suatu proses keseluruhan, produktivitas sekunder
tidaklah dibagi atau dibedakan lagi menjadi jumlah kotor dan
bersih.
1.13

Dalam menilai produktivitas ekosistem, sangat penting

untuk memperhatikan sifat dan juga besarnya bukan hanya mengenai


pengaturan energy yang berasal dari iklim, panen, pencemaran, dan
tekanan-tekanan lainnya yang mengalihkan pengaturan energy menjauhi
ekosistem, melainkan juga bantuan-bantuan energy yang meningkatkan
produktivitas dengan mengurangi kehilangan panas respirasi (yakni
pemompaan keluar kekacauan) yang digunakan untuk memelihara
struktur biologi (Rachmadiarti, dkk. 2014).
1.14 Perbedaan tempat dan waktu menyebabkan perbedaan
kondisi fisika, kimia dan biologi suatu perairan (Bames dan Mann, 1994).
Cahaya merupakan komponen utama dalam proses fotosintesis dan secara
langsung bertanggung jawab terhadap nilai produktivitas prier perairan
(Folkowski dan Raven, 1997).
1.15 Penetrasi cahaya yang menembus kolom air akan
mengalami pelemahan oleh proses refleksi dan difraksi karena adanya
partikel-partikel

terlarut.

Sehingga

kurva

intensitas

cahaya

akan

menunjukkan grafik penurunan secara eksponensial dalam arah vertikal ke


bawah. Hal ini dapat mengakibatkan fotosintesis tereksploitasi di
permukaan perairan. Titik yang menunjukkan keseimbangan antara proses

Produktivitas Primer

fotosintesis dan respirasi sering disebut titik kompensasi (Barnes dan


Mann, 1994; Folkowski dan Raven, 1997; McNaughton dan Wolf, 1990).
1.16 Pasokan nutrien pada ekosistem danau terjadi dalam dua
jalur, yaitu dekomposisi senyawa-senyawa organik menjadi anorganik oleh
organisme dekomposer dan masukkan dari sungai atau aliran air yang
bermuara di danau. Di daerah tropis jumlah nutrien terlarut relatif lebih
banyak, karena suhu yang hangat memacu proses dekomposisi bahan
organik oleh mikroorganisme (Folkowski dan Raven, 1997).
1.17 Proses fotosintesis berjalan melalui mekanisme enzimatis,
sehingga berlangsung pada rentang suhu tertentu. Kenaikan suhu akan
memacu enzim mengkatalisis proses fotosintesis, tetapi suhu yang terlalu
tinggi akan menyebabkan degradasi enzim dan penghambatan fotosintesis
(Folkowski dan Raven, 1997)
1.18 Cara yang ideal untuk mengukur produktivitas adalah
mengukur arus energi melalui sistem, tetapi ternyata hal ini terlalu sukar,
sehingga digunakan metode-metode antara lain metode panen, pengukuran
oksigen, metode karbondioksida, metode pH dan hilangnya bahan-bahan
mentah (Rachmadiarti, dkk. 2014). Produktivitas primer dapat diukur
dengan beberapa cara, misalnya dengan metode C14, metode klorofil, dan
metode oksigen (Michael,1995). Metode oksigen dengan botol gelapterang
banyak digunakan, meskipun hasilnya terbatas dalam botol (Odum,
1993).Pada percobaan ini kami menggunakan metode pengukuran
oksigen, karena kesadaran yang pasti antara oksigen dan pangan. Teknik
botol terang dan gelap dapat digunakan untuk pengukuran produktivitas
primer, dan juga untuk memberikan titik awal guna menentukan aliran
energy.
1.19

Sampel air dari kedalaman-kedalaman yang berbeda-beda

diletakkan dalam botol-botol yang berpasangan, satu botol gelap dan satu
botolo terang. Kemudian rangkaian pasangan botol-botol gelap dan
terwang dibenamkan sehingga sampel-sampel air tadi berada pada
kedalaman pengambilannya. Pada akhir waktu yang telah ditentukan,
rangkaian botol-botol diangkut dan konsentrasi oksigen di dalam tiap
sampel botol dan dibandingkan dengan konsentrasi semula.
1.20 BAB III

Produktivitas Primer

1.21
1.22

A.
1.23

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam praktikum produktivitas primer

adalah eksperimen
1.24
1.25
B.
Waktu Dan Tempat Penelitian
1.26 Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Agustus
2016 pukul 13.00 WIB - 17.00 WIB di Danau Ranunesa Universitas
Negeri Surabaya.
1.27
1.28
C.
Subyek / Sasaran
1.29
1.30
D.
Alat Dan Bahan
1.31 Dalam praktikum produktivitas primer alat dan bahan yang
digunakan adalah sebagi berikut :
a. a. Alat
- Botol Winkler gelap 1

b.

buah
Botol Winkler terang

2 buah
Tali rafia
Erlenmeyer 250 ml
Pipet tetes
Pipet ukur
Buret
Statif dan klem

c.
d.
e. b.
-

Bahan
Larutan MnSO4
Larutan KOH-KI
Larutan H2SO4 pekat
Larutan amilum 1 %
Larutan
Na2S2O3
0.025 N
Sampel air

f.

Produktivitas Primer

g. E.

Variabel
h.

Variabel yang digunakan dalam praktikum produktivitas

primer:
1. Variabel bebas: letak stasiun
2. Variabel kontrol: volume larutan amilum, larutan MnSO4,
larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat
3. Variabel terikat: volume larutan titrasi (Na2S2O3), kadar DO
i.
j. F.

Prosedur Kerja
k.

Dalam praktikum produktivitas primer prosedur kerja yang

dilakukan adalah sebagai berikut:


l.
m. a. Pengambilan air dan peletakkan botol sampel
1. Mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler gelap
dan terang di sekitar permukaan air. Menutup botol yang telah
berisi dengan air dan mengusahakan tidak terdapat gelembung
(menutup botol saat botol berada di dalam air).
2. Mengikat botol Winkler gelap dan terang dengan tali rafia pada
kedalaman tertentu dan mengusahakan agar botol Winkler tidak
terlihat dari permukaan. Membiarkan botol Winkler yang telah
berisi sampel air pada kedalaman tertentu selama 2 jam.
3. Cara 1 dan 2 adalah botol Winkler yang diberi perlakuan sebelum
diukur kadar DO. Untuk mengukur DO (kadar oksigen terlarut)
awal maka botol Winkler tidak perlu diberi perlakuan dengan

mendiamkan selama 2 jam namun langsung diperiksa kadar


oksigen terlarut sesuai dengan kedalaman sampel air yang diambil.
n.
o.

b.

metode

Pengukuran

kandungan

oksigen

terlarut

dengan

Winkler

1. Membuka botol Winkler, air hasil tampungan diberi MnSO 4


sebanyak 2 ml dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet
dibawah permukaan air, sehingga tidak menimbulkan gelembung.
2. Menambahkan 2 ml KOH-KI dengan cara yang sama.
3. Menutup botol Winkler kembali dengan membolak-balikkan
selama 5 menit.
4. Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen
terlarut dengan sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di
dasar botol.
5. Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan atas botol
tanpa menyertakan endapan kemudian menambahkan 2 ml H 2SO4
pekat dengan pipet ukur.
6. Menutup botol dan membolak-balikkan sehingga endapan larut dan
larutan menjadi warna kuning kecoklatan.
7. Untuk satu botol Winkler, mengambil larutan dan memasukkannya
kedalam Erlenmeyer masing-masing sebanyak 100 ml, larutan siap
untuk dititrasi dengan Na2S2O3.
8. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga
berwarna kuning muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.
9. Memasukkan 20 tetes (1 ml) amilum 1% kedalam Erlenmeyer
hingga larutan menjadi biru muda.
10. Urutan dititrasi lagi hingga warna biru hilang Na2S2O3 yang
digunakan pada langkah 8-10 dijumlahkan.
p.

Catatan: dua kali rata-rata jumlah ml larutan Thiosulfat

(Na2S2O3) yang terpakai ekivalen dengan kadar O 2 terlarut (mg/l)


dalam air atau (a mg/l x 0.698).

q. BAB IV
r. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
s. Berdasarkan

praktikum yang telah

dilakukan,

berikut

ini

merupakan tabel hasil praktikum produktivitas primer di berbagai stasiun yang


telah ditentukan:
t.

Tabel 1. Data hasil Praktikum Produktivitas Primer pada berbagai stasiun.


u.

St
asiun

v.

w.

DO

O awal

akhir terang

(mg/l)

(mg/l)

y.

z.

1.

ac.

ad.

2.

ag.

ah.

3.

ak.

al.

4.

ao.

ap.

5.

as.

at.

6.

aw.

ax.

7.

ba.

bb.

8.

aa. 0.32

x.

DO akhir
gelap (mg/l)
ab. 0.244

5
ae. 0.32

af. 0.243

5
ai. 0.65

aj. 0.487

0
am. 0.24

an. 0.160

4
aq. 0.65

ar. 0.480

0
au. 0.50

av. 0.325

0
ay. 0.65

az. 0.244

0
bc. 0.41
0

bd. 0.244

be.

bf.

9.

bi.

bj.

10.

bm.
R

bn.
0

bg. 0.73

bh. 0.570

0
bk. 0.40

bl. 0.244

bo. 0.48
9

bp. 0.324

bq.
br.

B.

Analisis Data

bs.

Dalam praktikum produktivitas primer, perhitungan kadar DO

(Dissolved oxygen) menggunakan rumus :


bt.

(a

b.

xN

bu.

a.

800

0)
(

e.

V
4)

c.

bv. Keterangan:
1. DO = dissolved oxygen
2. a = volume titrasi Na2S2O3
3. N = ketetapan 0.025 N
4. V = volume sampel air
bw.

Sedangkan untuk kadar fotosintesis, respirasi, produktivitas primer, dan

produktivitas total menggunakan rumus:


1. Fotosintesis

= DO akhir botol terang DO awal

2. Respirasi = DO akhir botol gelap DO awal


3. Produktivitas primer = fotosintesis respirasi
4. Produktivitas total = fotosintesis + respirasi
bx.
by.

Berdasarkan hasil perhitungan yang digunakan didapatkan

hasil sebagai berikut:


bz.

Tabel 2. Data hasil kadar fotosintesis, respirasi, produktivitas primer dan

produktivitas total pada berbagai stasiun.


ca.
asiun

St

cb. F

cc.

cd. Prod

ce. Pro

ukti

duk

vitas

tivit

Prim

as

er

Tot

(mg/

al

l)

(mg

t
e

/l)

s
i
s
(
m
g
/
l
)
1.

cf. 0
.
1

cg.

0.

2
2.

ch. 0.08
1

ci. 0.24
3

cj. 0
.
1

ck.

0.

2
3.

cl. 0.08
2

cm. 0.24
2

cn. 0
.
3

co.

0.

4
4.

cp. 0.16
3

cq. 0.48
5

cr. 0
.
2

cs.

0.

4
5.

ct. 0.08
4

cu. 0.40
4

cv. 0
.
5

cw.

0.

cx. 0.17
0

cy. 0.83
0

6.

cz. 0
.
2

da.

0.

6
7.

db. 0.17
5

dc. 0.33
7

dd. 0
.
5

de.

0.

9
8.

df. 0.40
6

dg. 0.73
2

dh. 0
.
2

di.

0.

7
9.

dj. 0.16
6

dk. 0.32
8

dl. 0
.
2

dm.

0.

3
10.

dn. 0.16
0

do. 0.32
6

dp. 0
.
3

dq.

0.

5
dt.

du. 0

ata-rata

dy.

C.

dv.

01

dr. 0.16

dw. 0.16
5

ds. 0.48
8

dx. 0.44
1

Pembahasan
dz.

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan,

kadar oksigen terlarut tertinggi terdapat pada stasiun 9, yaitu dengan kadar
DO awal 0.487 mg/l, kadar DO akhir pada botol Winkler terang sebesar

0.73 mg/l dan kadar DO akhir botol Winkler gelap sebesar 0.57 mg/l.
Kadar DO (oksigen terlarut) yang terendah terdapat pada stasiun 4, yaitu
kadar DO awal sebesar 0 mg/l, kadar DO akhir botol Winkler terang dan
DO akhir botol Winkler gelap berturut-turut sebesar 0.244 mg/l dan 0.16
mg/l.
ea.

Dari 10 stasiun uji didapatkan hasil rata-rata DO awal

sebesar 0.186 mg/l, rata-rata kadar DO akhir pada botol Winkler terang
sebesar 0.489 mg/l dan rata-rata kadar DO akhir pada botol Winkler gelap
sebesar 0.324 mg/l. Perbedaan kadar oksigen terlarut tersebut dikarenakan
adanya factor fisika dan kimia yang terdapat pada masing-masing stasiun
uji. Dari data kadar oksigen diatas, maka nilai kadar fotosintesis, respirasi,
produktivitas primer dan produktivitas total dari setiap stasiun uji dapat
dihitung.
eb.

Laju perubahan energi pada suatu sistem sulit dihitung

secara langsung, sehingga produktivitas primer dihitung secara tidak


langsung dengan mengikuti alur fotosintesis. Salah satu alternatif yang
digunakan untuk menghitung produktivitas primer perairan adalah dengan
menghitung besarnya perubahan oksigen dalam suatu medium, karena
oksigen merupakan zat yang akan dilepaskan dalam suatu siklus
fotosintesis, dan digunakan untuk penguraian hasil fotosintesis dalam
respirasi (Pitoyo, dkk. 2001).
ec.

Produktivitas primer suatu ekosistem perairan pada

dasarnya merupakan hasil perubahan energi cahaya matahari menjadi


energi kimia dalam tubuh organisme autotrof perairan tersebut melalui
fotosintesis. Sebagian organisme autotrof dapat melakukan sintesis tanpa
bantuan cahaya matahari, namun persentasenya sangat kecil (Barnes dan
Mann, 1994). Sehingga produktivitas primer perairan sangat tergantung
aktivitas dan efektivitas fotosintesis organisme fotoautotrof. Dari hasil
yang diperoleh diketahui bahwa produktivitas primer pada setiap stasiun
uji berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan perbedaan kelimpahan
organisme fotoautotrof disetiap stasiun uji, sehingga menghasilkan

produktivitas primer yang berbeda-beda pula. Dapat diketahui bahwa


kadar fotosintesis dan produktivitas primer tertinggi terdapat pada stasiun
7 yaitu sebesar 0,569 mg/l dan 0.406 mg/l.dan produktivitas total tertinggi
terdapat pada stasiun 5, dengan nilai sebesar 0.830 mg/l. Pitoyo (2001)
mengungkapkan bahwa tingginya proses fotosintesis kemungkinan
disebabkan masukan nutrient yang cukup tinggi dan efektivitas
penangkapan cahaya oleh fitoplankton. Dan tingginya angka produktivitas
primer pada suatu lokasi, mencerminkan adanya kelimpahan dan
kemantapan nutrient.
ed.

Selanjutnya Pitoyo dan Wiryanto (2001) mengungkapkan

bahwa efektivitas pemanfaatan cahaya matahari melalui mekanisme


fotosintesis dalam ekosistem perairan dipengaruhi oleh kerapatan klorofil.
Semakin banyak jumlah klorofil dalam suatu satuan luas akan
meningkatkan aktivitas penangkapan cahaya yang selanjutnya dikonversi
menjadi rantai karbon. Dalam penelitian ini kemelimpahan fitoplankton
tidak terdistribusi secara merata pada setiap lokasi. Kemelimpahan dan
keanekaragaman fitoplankton terbesar dijumpai pada stasiun 7. Hal ini
secara langsung akan mempengaruhi besarnya produktivitas primer pada
lokasi tersebut.
ee.

ef. BAB V
eg. PENUTUP
A. Simpulan
eh.

Berdasarkan hasil praktikum mengenai produktivitas

primer yang teah dilakukan di danau UNESA, dapat diketahui bahwa:


1. Rata-rata kadar fotosintesis sebesar 0.303 mg/l
2. Rata-rata kadar respirasi sebesar 0.138 mg/l
3. Rata-rata kadar produktivitas primer sebesar 0.165 mg/l
4. Rata-rata kadar produktivitas total sebesar 0.441 mg/l
ei.
B. Saran
ej.

Sebaiknya

ketelitian

pada

produktivitas primer lebih ditingkatkan lagi.

saat

titrasi

praktikum

ek. DAFTAR PUSTAKA


el.

Rachmadiarti, Fida, dkk.2014.Petunjuk Praktikum Ekologi.Surabaya:


Universitas Negeri Surabaya

em.

Pitoyo, Ari, dkk.2001.Produktivitas Primer Perairan Waduk Cengklik


Boyolali.Surakarta: Universitas Negeri Surakarta

en.

Folkowski, P.G dan A. J. Raven.1997.Aquatic Photosynthesis.New York:


Blackwell Science-USA

eo.

Barnes, R.S.K dan K. H. Mann.1994. Fundamentals Of Aquatic


Ecology.Oxford: Blackwell Scientific Publication.

ep.

LAMPIRAN
eq. GAMBAR

er.

es.

et.

eu.

ev.

ew.

ex.

ey.

ez.

fa.

fb.

fc.

fd.

ff.

fe.

Anda mungkin juga menyukai