Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di


sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang
ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.

2.2.

Limbah Domestik
Pencemaran limbah di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh limbah

dari kegiatan domestik, kegiatan industri, pertanian dan pertenakan yang masuk ke
sumber air. Kegiatan tempat tinggal, hotel, sekolah, kampus, perkantoran,
pertokoan, pasar, dan fasilitas-fasilitas pelayanan umum adalah sumber asal limbah
domestik yang merupakan jumlah pencemar terbesar. Air limbah domestik dapat
dikelompokkan menjadi air buangan kamar mandi, air buangan dapur dan cucian

Universitas Sumatera Utara

yang disebut grey water, air buangan WC (berupa tinja) yang disebut black water,
serta limbah padat berupa sampah.
Air limbah mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COD, dan kandungan
organik jika dibuang ke badan air. Salah satu kandungan limbah domestik yang
berbahaya bagi manusia adalah bakteri E.coli yang berasal dari kotoran manusia.
Yang menjadi permasalahan umum di Indonesia adalah air limbah dari kegiatan
rumah tangga sebagian besar dialirkan langsung ke sungai tanpa pengolahan yang
memadai. Ditambah lagi kegiatan domestik mempunyai kontribusi terhadap limbah
padat, terutama sampah yang dibuang ke sungai.
Sumber utama limbah domestik dari masyarakat berasal dari daerah
perumahan dan daerah perdagangan. Untuk daerah perumahan aliran limbah
biasanya diperhitungkan dengan kepadatan penduduk rata-rata per orang dalam
membuang air limbah. Adapun besar rata-rata air limbah yang berasal dari daerah
hunian dapat dilihat dari Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Rataan Aliran Limbah dari Daerah Pemukiman


Jumlah Aliran
Sumber

No.

Unit

(L/Unit/Hari)

Antara
1.

Apartemen

2.

Hotel

3.

Rata-rata

Orang

200-300

260

Orang

150-220

190

Tempat tinggal keluarga:

Orang

190-350

280

Rumah pada umumnya

Orang

250-400

310

Rumah yang lebih baik

Orang

300-550

380

Orang

100-250

200

Orang

100-240

190

Rumah mewah
Rumah agak modern
Rumah pondok
Sumber: Metcalf and Eddy, 2003

Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat banyak


penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Berbagai penyakit, terutama
penyakit yang berkaitan dengan kulit dan pencernaan seperti diare, disentri, dan
penyakit infeksi usus lainnya merupakan penyebab dari kualitas air yang digunakan
tidak memenuhi syarat kesehatan. Dampak lain pencemaran air bukan saja terhadap
kesehatan tetapi juga terhadap ekonomi secara umum, misalnya terhadap harga air
minum kepada pelanggan. Pengaruh lain yang ditimbulkan akibat terjadinya
pencemaran air adalah kualitas air baku yang mengandung racun, ekosistem sungai
dan danau yang tidak seimbang untuk mendukung keanekaragaman hayati,
terutama kehidupan biota air, penurunan kualitas air tanah serta terhadap estetika
lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Karakteristik dan Komposisi Limbah Domestik


Berdasarkan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat

bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Tetapi secara garis besar zat-zat yang
terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti Gambar 2.1.

AIR LIMBAH

Air
(99,9%)

Bahan padat
(0,1%)

Organik
Protein 65%
Karbohidrat 25%
Lemak 10%

Anorganik
Butiran
Garam
Metal

Sumber: Sugiharto, 2003


Gambar 2.1. Pengelompokkan Kandungan Air Limbah
Penentuan kuantitas air limbah dipengaruhi berbagai faktor sehingga sangat
sulit ditentukan secara pasti. Banyaknya air limbah yang dibuang dipengaruhi oleh
jumlah air bersih yang dibutuhkan perkapita. Pada umumnya jumlah air limbah
berkisar 60-80% dari jumlah air bersih yang dibutuhkan. Keadaan masyarakat dan
lingkungan suatu daerah juga akan mempengaruhi besarnya air limbah yang
dibuang. Berdasarkan tingkat perkembangan suatu daerah, jumlah limbah yang
dibuang di kota lebih besar dibandingkan dengan jumlah limbah yang dibuang di
desa. Sedangkan untuk kualitas limbah dapat diketahui melalui beberapa
karakteristiknya yang meliputi sifat fisik, kimia, dan biologis air limbah.
Sifat fisik air limbah yaitu bahan padat yang terapung, tersuspensi, terlarut,
dan mengendap terdiri dari pasir dan lumpur kasar, lumpur halus, dan lumpur
koloid dengan warna cokelat muda untuk yang berumur 6 jam, abu-abu tua

Universitas Sumatera Utara

merupakan air limbah yang sedang mengalami proses pembusukkan, dan hitam
untuk warna indikator air limbah yang sudah membusuk oleh bakteri anaerob. Bau
busuk pada air limbah menandakan proses penguraian pada kondisi anaerob dan
suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari suhu air bersih. Sifat kimia air limbah
yaitu adanya kandungan organik dan anorganik serta gas. Kandungan organik
seperti minyak, lemak, protein,

karbonat, dan kandungan anorganik meliputi

kandungan senyawa kimia fosfor, belerang dan logam berat (Fe, Al, Mn, Mg, dan
Pb) dengan kandungan gas-gas H2S4, CO2, dan CH4. Sedangkan sifat biologis air
limbah ditandai dengan berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air
limbah seperti kelompok binatang, tumbuh-tumbuhan, dan protista seperti bakteri.
Air limbah yang dibuang ke alam akan mengalami proses dekomposisi
secara alami yang dilakukan oleh mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah
menjadi bahan yang stabil dan di terima oleh lingkungan. Proses dekomposisi air
limbah dilakukan secara anaerobik dan aerobik. Secara Anaerobik bahan organik
terlarut akan mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob yang hidup tanpa
oksigen menjadi senyawa organik sederhana seperti CO2, CH4, H2S, NH3, dan gasgas berbau. Dalam proses ini air limbah menjadi keruh, kotor, berbau busuk, serta
terjadi pengendapan lumpur yang cukup besar dengan proses perombakan yang
berjalan cukup lama. Proses penguraian bilologis dilakukan oleh bakteri aerob
dengan menggunakan oksigen yang terlarut dalam air limbah untuk mengoksidasi
bahan organik terlarut sampai semuanya terurai secara lengkap.
Limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga yaitu tinja dan
air seni yang memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab
timbulnya berbagai macam penyakit salurab pencernaan. Dalam keadaan normal,

Universitas Sumatera Utara

manusia menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air
seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air,
terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta
zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam folat, sulfur, dan sebagainya. Karakteristik
dan komposisi biologis tinja terdapat beberapa mikroorganisme dan cacing dari
golongan bakteri dan virus yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sedangkan
komposisi fisik dan kimia tinja dapat diperhatikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Komposisi Fisik dan Kimia Tinja
Zat yang dikandung

Prosentase

Air

66-68

Bahan padat

87-97

Nitrogen

5-7

Phospor (sebagai P2O5)

3-5,4

Potasium (sebagai K2O)

1-2,5

Karbon

40-55

Kalsium

4-50

C/N

5-10

Sumber: Rahayu dan Wijayanti, 2008


Selain Komponen diatas, pada setiap gram tinja juga mengandung berjutajuta mikroorganisme biologis yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan
atau tidak menyebabkan penyakit. Namun tinja berpotensi mengandung
mikroorgansime patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkan menderita
penyakit saluran pencernaan makanan. Mikroorganisme tersebut dapat berupa
bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Secara lebih khusus, maka
air limbah yang berasal dari kamar mandi dan WC berupa feses dan urine
mempunyai komposisi seperti pada Tabel 2.3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3. Komposisi Air Limbah Dari Kamar Mandi Dan WC


Feses

Urine

Jumlah per orang per hari (basah)

135-270 gram

1-1,31 gram

Jumlah per orang per hari (kering)

20-35 gram

0,5-0,7 gram

Uap air (kelembapan)

66-80%

93-96%

Bahan organik

88-97%

93-96%

5-7%

15-19%

Fosfor

3-5,4%

2,5-5%

Potasium

1-2,5%

3-4,5%

Karbon

44-55%

11-17%

Kalsium

4,5-5%

4,5-6%

Uraian

Nitrogen

Sumber: Sugiharto, 2003


Data

mengenai

sumber

air

limbah

dapat

dipergunakan

untuk

memperkirakan jumlah rata-rata aliran air limbah dari berbagai jenis perumahan.
Semuanya harus dihitung perkembangan atau pertumbuhannya sebelum membuat
suatu bangunan pengolahan air limbah serta merencanakan pemasangan saluran
pembawaannya.
2.4.

Sistem Pengolahan Limbah Domestik


Tingkat kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan tidak semua

penduduk memiliki sarana pengolahan air limbah yang paling sederhana dan
murah. Sungai dan saluran dijadikan tempat pembuangan tinja dan sekaligus tempat
membuang limbah domestik sehingga terjadi polusi dan penyebaran penyakit
menular lewat air. Sebagai upaya untuk mengendalikan polusi air maka perlu
dilakukan pengolahan air limbah yang bertujuan untuk mengurangi kandungan

Universitas Sumatera Utara

bahan pencemar di dalam air seperti senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba
patogen dan senyawa organik lain yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme
yang ada di alam. Proses pengolahan dilakukan sampai batas tertentu sehingga air
limbah tidak mencemari lingkungan hidup.
Pengolahan air limbah dapat dibagi atas lima tahap pengolahan, yaitu:
pengolahan awal (pretreatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment),
pengolahan tahap kedua (secondary treatment), pengolahan tahap ketiga (tertiary
treatment), pengolahan lumpur (sludge treatment). Pengolahan awal dan tahap
pertama melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi dan minyak dari aliran limbah. Pengolahan tahap kedua direncanakan
untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan
dengan proses fisik biasa. Tahap ketiga merupakan pengolahan yang dilakukan
untuk menghilangkan kontaminan tertentu yang tidak dapat dihilangkan dengan
proses fisik sederhana.
Proses pengolahan air limbah dapat dilakukan secara individual (on site)
dan komunal (off site). Pengolahan air limbah secara individual dilakukan secara
sendiri pada masing-masing rumah atau pada wilayah kecil yang terbatas terhadap
limbah domestik yang dihasilkan. Sistem pengolahan air limbah domestik secara
individual di uraikan pada diagram di Gambar 2.2.
Air limbah dapur dari
Bangunan-bangunan

Air limbah kamar mandi dari


Bangunan-bangunan

Air kotor/Tinja dari bangunanbangunan

Bak Kontrol

Bak Kontrol

Peresapan Tanah

Septic tank

Gambar 2.2. Pengolahan lndividu Pada Lingkungan Terbatas

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan limbah secara komunal adalah pengolahan air limbah yang


dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan yang pada
umumnya dibuang mclalui jaringan riool kola untuk kemudian dialirkan menuju ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas besar. Sistem
pengolahan air limbah secara komunal diuraikan dalam diagram di Gambar 2.3.

Daerah
Pemukiman

Bak Kontrol

Daerah
Industri

Bak Kontrol

Daerah
Perdagangan

Bak Kontrol

Daerah
Pendidikan

Bak Kontrol

Jaringan
Riool Kota

Instalasi
Pengolahan

Badan air
atau
peresapan

Gambar 2.3. Pengolahan Limbah Secara Komunal


Meskipun dikenal paling murah, sarana on site masih memerlukan Instalasi
Pengolahan Air Tanah (IPLT) dan armada truk tinja dengan pengolahan yang rumit.
Oleh karena itu, sistem perpipaan dapat dipertimbangkan untuk sarana pengolahan
limbah domestik dengan sistem off site beserta sistem perpipaan yang tertutup
untuk black dan grey water, bebas pencernaran air tanah,dan bebas dari bau yang
dapat mengurangi nilai estetika pada lingkungan. Namun pada pengolahan limbah
dengan sistem pengolahan sentralisasi (Centralized Sewage Treatment System)
membutuhkan investasi yang cukup besar. Oleh karena itu proses pengolahan
limbah secara komunal adalah pilihan yang penting dan realistis untuk mengolah
limbah domestik di daerah perkotaan khususnya perumahan.

Universitas Sumatera Utara

Pemilihan teknologi pengolahan air limbah tidak terlepas dari pemahaman


masing-masing proses yang terlibat. Pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari
setiap proses sangat berguna untuk memilih proses yang paling tepat sehingga
dihasilkan teknologi pengolahan air limbah yang efisien dengan menghasilkan
kualitas efluen yang sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Pada Tabel 2.4.
berikut disajikan perbandingan proses aerobik dan anaerobic dan beberapa
teknologi yang digunakan untuk pengolahan limbah domestik secara anaerobic.
Tabel 2.4. Perbandingan Proses Aerobik dan Anaerobik
Uraian

Proses Aerobik

Proses Aerobik

Pemakaian listrik

Besar

Kecil

Penghasilan excess sludge

Besar

Kecil

Kualitas efluen

Baik (umum)

Kurang-sedang (umum)

Organic loading

Kecil

Besar

Start up

Cepat

Lambat

Lain-lain

Menghasilkan gas metan

Sumber : Cai Nie, 2012

2.4.1. Tangki Septik


Tangki septik adalah salah satu cara pengolahan air limbah domestik yang
menggunakan proses pengolahan secara anaerobik. Proses ini dapat memisahkan
padatan dan cairan di dalam air limbah. Padatan dan cairan memerlukan dan harus

Universitas Sumatera Utara

diolah lebih lanjut karena banyak mengandung bibit penyakit atau bakteri patogen
yang berasal dari kotoran (feces) manusia. Jika tidak diolah, maka dikhawatirkaair
limbah dapat menularkan penyakit kepada manusia terutama melalui air
(waterborne disease).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Danang (2007), tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau
beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air
limbah rumah tangga, dengan kecepatan air yang lambat. Kondisi ini memberikan
kesempatan untuk terjadinya pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat
dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik
membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Air limbah rumah tangga yang dimaksud
adalah sernua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi,
dapur, cuci, dan kakus. Tangki septik sebagai proses presedimentasi dalam
pengolahan limbah domestik secara komunal pada prinsipnya terjadi dua proses

pengolahan, yaitu pengolahan fisik dengan proses sedimentasi dan pengolahan


secara biologis dengan proses anaerobik, yaitu mengontakkan air limbah yang
masuk, dengan lumpur mikroorganisme yang berada dalam bak. Skema pengolahan
limbah dengan septic tank dapat dilihat dalam Gambar 2.4. berikut.
Gambar 2.4. Skema Pengolahan Limbah Menggunakan Septic Tank
Ketentuan mengenai jarak 11 meter sebagai jarak minimal antara septic
tank dan sumber air tanah (sumur) ditetapkan berdasarkan beberapa hal, yaitu

Universitas Sumatera Utara

pencemaran yang ditimbulkan oleh bakteri terhadap air tanah dapat mencapai 11
meter, searah dengan aliran air tanah. Oleh karena itu, pembuatan sumur pompa
tangan atau sumur gali untuk keperluan rumah tangga sebaiknya berjarak 11 meter
dari sumber pencernar. Jika pencemaran bakteri mencapai 11 meter, maka
pencemaran yang disebabkan kandungan kimia dapat mencapai 95 meter. Dengan
demikian, sumber air yang berada di dalam tanah sebaiknya berjarak lebih dari 95
meter dari tempat pembuangan kimia (Sugiharto, 2005).
Manfaat yang diperoleh dari pembuatan tangki septik yang benar dan
ramah lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Kebersihan air tanah ikut terjaga.
2. Perawatan mudah karena tidak mudah penuh dan berbau.
3. Penghuni rumah dapat merasa nyaman karena saluran pembuangan tidak
mampat sehingga memudakan penyiraman.
4. Air buangan septic tank biologis dapat dimanl4atkan untuk ekosistem lain,
seperti untuk menyiram tanaman.

2.4.2. Anaerobic Filter


Konstruksi bak anaerobic filter mirip dengan ABR, akan tetapi
perbedaannya pada bak diisi dengan media agar mikroorganisme dapat menempel
pada permukaan media. Air limbah dapat mengalir antara media dan ketika dialiri
limbah mikroba akan menguraikan bahan organik terlarut dan organik yang
terdispersi didalam limbah, sehingga hasilnya adalah pengurangan kandungan
organik pada effluent.
Kontak antara mikroba dan organik dalam air limbah pada anaerobic filter

Universitas Sumatera Utara

lebih efisien, sehingga anaerobic filter dapat menerima organic loading yang lebih
tinggi. Akan tetapi kekurangan dari proses ini adalah bertambahnya biaya
pembuatan karena adanya media. Selain itu adanya resiko penyumbatan dibagian
reaktor yang diisi media, jika terlalu banyak mikroba atau influent mengandung
banyak suspended solid. Untuk mengontrol konsentrasi mikroba dan padatan yang
lain dalam bagian agar menghindari penyumbatan, dilakukan back wash secara
periodik. Sistematika anaerobic filter dapat dilihat di Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Anaerobic Filter


Media yang digunakan ada berbagai jenis, tetapi prinsipnya lebih luas
permukaannya maka mikroba yang melekat juga akan lebih banyak sehingga
sistem pengolahan lebih efisien. Bila didesain dan dioperasikan dengan balk, maka
pengurangan BOD dengan teknologi anaerobik filter dapat mencapai 70% hingga
90%. Sistem ini cocok untuk menangani limbah domestik dan industri yang
mempunyai TSS rendah, hal tersebut untuk menghindari resiko penyumbatan.
Untuk menjamin TSS-nya sudah cukup rendah, sistem anaerobic filter biasanya
dilakukan sebagai secondary treatment setelah air limbah diolah dengan proses
pengendapan awal seperti septic tank sebagai primary treatment (Cai Nie, 2012).

Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Anaerobic Baffled Reaktor (ABR)


ABR atau tangki septic bersusun dapat dikatakan sebagai pengembangan
tangki septic konvensional. yang terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti
beberapa reaktor yang terdiri dari bafel yang berfungsi untuk mengubah arah aliran
pada pengolahan. Bafel ini digunakan untuk mengarahkan aliran air dari bawah ke
atas melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini
memberikan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air
limbah sehingga akan rneningkatkan kinerja pengolahan, dimana setup
kompartemen tersebut akan menghasilkan gas.
Pada prinsipnya di dalam ABR teriadi proses fisika dan biologi. Pada
proses fisika, air limbah yang masuk ke dalam bak akan mengalami proses
pengendapan secara gravitasi sehingga terjadi pemisahan antara air dan lumpur
yang kemudian air tersebut dialirkan ke bak selanjutnya dengan diarahkan dari
bawah ke atas. Diruang pertama proses pengolahan yang terjadi ialah proses
pengendapan, di ruangan berikutnya terjadi proses penguraian kandungan organik
(proses biologis anaerobik) karena air limbah berkontak dengan lumpur
mikroorganisme yang berada dalam kondisi tersuspensi dibagian bawah dalam
ruangan tersebut. Parameter yang penting dalam desain baffled reactor adalah upflow velocity di dalam reaktor, organic loading dan hydraulic retention time yang
nilai standamya belum ditetapkan (Cai Nie, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6. Anaerobic Baffled Reactor


Berdasarkan Gambar 2.6. ABR terdiri dari pre-sedimentation tank dengan
satu serf bafel reaktor dimana aliran air limbahnya akan diarahkan dan' bawah ke
atas (up flow) dan pengolahan secara anaerobik terjadi karena air limbah berkontak
dengan lumpur yang berada didalam setiap reaktor. Up flow velocity (kecepatan
aliran ke atas) dalam setiap reaktor dijaga cukup rendah agar lumpur di dalam
reaktor tidak menuju ke hilir, Teknologi ini dirancang menggunakan beberapa bafel
vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir ke atas melalui media lumpur
aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zona operasional yaitu: asidifikasi, fermentasi, dan
buffer. Pada zona asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH
akan menurun karena terbentuknya asam lemak dan setelah itu akan meningkat lagi
karena meningkatnya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar
proses bedalan dengan baik. Gas urethan dihasiikan pada zona fermentasi, dimana
semakin banyak beban organik, semakin tinggi efisiensi pengolahanya. ABR cocok
diterapkan di lingkungan kecil dan bisa dirancang secara efisien untuk aliran masuk
harian hingga setara dengan volume air limbah 1000 orang yaitu 200.000 liter/hari.

Universitas Sumatera Utara

Kelebihan dan kekurangan ABR dapat di lihat pada Tabel 2.5.


Tabel 2.5. Kelebihan dan Kekurangan ABR
Kelebihan

Kekurangan

1.

Efisiensi pengolahan tinggi

1. Diperlukan tenaga ahli untuk

2.

Lahan yang dibutuhkan sedikit karena dibangun di

melakukan

bawah tanah

pembangunan
2. Tukang

3.

Biaya pembangunan kecil

4.

Biaya pengoperasian dan pemeliharaan murah dan

ahli

pengawaan

perlu

Tahan terhadap beban kejutan hidrolis dan zat

pekerjaan plester kualitas tinggi

konstan
4. Effluen

organik

memerlukan

pengolahan

6.

Tidak memerlukan energi listrik

7.

Grey water (air bekas mandi dan cuci) dapat dikelola

sekunder

secara bersamaan

tempat yang cocok

8.

Dapat

dibangun

dan

diperbaiki

dengan

menggunakan material lokal


9.

untuk

3. Memerlukan sumber air yang

mudah
5.

dan

Masyarakat

dapat

ikut

atau dibuang ke

5. Penurunan zat pahtogen rendah


6. Pengolahan

berpartisipasi

konstruksi

dalam

diperlukan

pendahuluan
untuk

mencegah

penyumbatan

10. Umur pelayanan panjang


Pada dasarnya ABR merupakan pengembangan dari uplow anaerobic
sludge blanket (UASB) dengan kriteria desain ABR di Tabel 2.6. berikut ini.
Tabel 2.6. Kriteria Desain ABR
Kriteria Desain
Up flow velocity
Panjang

Ketentuan
< 2 m / jam
50-60% dari ketinggian

Removal COD

65-90%

Removal BOD

70-95%

Organic loading

< 3 kg COD/m3 hari

Hydraulic retention time

8 jam

Sumber: Sasse, 1998

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kriteria yang digunakan dalam menentukan tipe desain ABR


dalam pengolahan air limbah, khususnya limbah pemukiman dapat diperhatikan
pada Tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7. Tipe Pembuatan Desain ABR


Air Limbah

Suhu
o

Karbohidrat/protein
Munipical
wastewater
Farmasi
Permukiman/industri

Jumlah
Bak

Influent

COD

Percent

COD

loading

COD

mg/L

Kg/m3.d

Removal

35

7100-7600

2-10

79-82

18-28

264-906

2.2

90

35

20.000

20

36-68

35

315

0.9

70

35

1000-10.000

2-20

72-99

Glokosa
Sumber : Metcalf and Eddy,2003
Berdasarkan data pada tabel 2.7 diketahui kriteria dalarn perencanaan
teknologi ABR sebagai upaya untuk menurunkan kandungan organik dalam limbah
domestik, yaitu jumlah bak maksimum 8 buah dengan COD influent 315 mg/L
dan COD removal 70%.

2.4.4. Tangki Septik Bersekat Dengan Filter Dan Tanaman


Tangki septik bersekat dengan filter dan tanaman merupakan kombinasi
tangki septik dengan bak yang diberi tanaman. Tanaman akan menyerap air limbah
melalui akar tanaman yang ditanam pada bak yang telah disiapkan. Media

Universitas Sumatera Utara

penanaman terdiri dari tanah dan kerikil sebagai filter yang diberi kemiringan
antara (0-0,5)%. Air limbah berasal dari tangki septik yang berada di bagian ujung
bak dialirkan pada media filter. Permukaan air berada 5 (lima) cm di bawah
permukaan filter. Kebutuhan lahan untuk 50 KK dengan menggunakan sistem ini
adalah seluas 120 m2. Keterangan tangki septik bersekat dengan filter dan tanaman
dapat dilihat pada Gambar 2.7. berikut ini.

Sumber: Borda, 2006 dalam Dit. PLP 2008


Gambar 2.7. Tangki Septik Bersekat Dengan Filter Dan Tanaman

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai