dan perikanan direktorat jenderal perikanan budidaya, ada lima negara yang
tercatat sebagai daerah yang terjangkit wabah EMS, di antaranya yaitu China,
Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Meksiko. Terakhir, daftar negara tersebut
ditambah dengan India sehingga saat ini sudah enam negara. Untuk mencegah
masuknya bibit penyakit, pemerintah telah mengumumkan pemberlakuan larangan
sementara impor obat ikan sediaan probiotik dari negara yang terkena penyakit
tersebut.
Mengenai penyebabnya, banyak faktor yang memicu serangan penyakit EMS/
AHPND. Faktor lingkungan tidak bagus, nilai TAN (Total ammonia Nitrogen) air yang
tinggi, pH air terlalu tinggi memicu terjadinya penyakit EMS. Ucap Ketut Sugama.
Musim pancaroba menyebabkan tingkat stress tinggi pada udang, pH tinggi
membuat udang lebih rentan terkena penyakit. Tambah professor peraih
penghargaan Derek Tribe ini.
Gambar Professor Dr. Ketut Sugama
Untuk mencegah penyakit ini menjangkit, Prof. Ketut memberikan beberapa langkah
yang bisa dilakukan pembudidaya. Sistem kluster bisa mengurangi persebaran
penyakit. Di samping itu, pencegahan bisa dilakukan dengan mengurangi tingkat
kepadatan udang dalam tambak. Gunakan probiotik dan bioflok dalam tambak dan
selalu memantau lingkungan. TAN diupayakan tidak terlalu tinggi karena
konsentrasi yang tinggi menyebabkan meledaknya populasi alga hijau. Ujar Prof.
Ketut.
Di pihak pemerintah, Badan Karantina menerapkan peraturan yang ketat, yang
didukung oleh litbang. Transshipment dicegah untuk menghindari masuknya
penyakit. Pemerintah juga telah mengupayakan benih unggul. Kita boleh saja
mengimpor udang, tapi untuk pengayaan genetis, bukan untuk in breeding.
Pungkasnya.
Ditemui terpisah di kantornya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan, Ir Maskur, M.Si,
Direktur Kesehatan Ikan dan Lingkungan, bercerita panjang lebar mengenai
penyakit kematian dini pada udang.
Menurutnya, Indonesia sudah melakukan antisipasi masuknya penyakit ini sejak
tahun 2012. Pencegahan secara nasional dilakukan dengan membuat beberapa
kebijakan, di antaranya dengan adanya larangan memasukkan udang hidup, beku,
benur, larva, dari daerah yang terkena wabah. Kebijakan ini tentu saja banyak
menghadapi tantangan di lapangan. Kami sempat konflik dengan importir
mengenai kebijakan larangan impor udang beku. Mereka berpendapat bahwa udang
beku tidak menularkan penyakit. Sementara, kami berpendapat bahwa bakteri
tetap tidak akan mati dalam suhu beku, Ungkapnya. selain itu, upaya impor
udang dari India dan Malaysia pernah terjadi, akan tetapi kami tolak dengan alasan
keamanan.
Untuk lebih memperkuat pelarangan tersebut, Permen yang sudah dikeluarkan
kemudian dipertegas dengan keluarnya SK Dirjen yang secara langsung melarang
memasukkan probiotik dan cacing laut/ polichaeta dari daerah wabah.
(noerhidajat&altaf)