Anda di halaman 1dari 19

SKENARIO 1

Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun, pensiunan PNS, ingin dibuatkan gigi tiruan
baru. Sebelumnya pernah memakai gigi gigi tiruan sebagian lepasan di rahang
atas dan rahang bawah. Tetapi sekarang sudah tidak enak untuk dipakai terutama
saat makan. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral gigi 11, 12, 13, 24, 25,
26, 31, 32,41, 42 resesi gingival, goyang o3, kakulus dio daerah lingual. Gigi 45
tinggal sisa akar, gigi 35 karies media, 37 dan 47 karies profunda perforasi. Gigi
14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 27, 28, 33, 34, 36, 38, 43, 44, 46, 48 hilang. Dokter
gigi melakukan rencana perawatan: ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan
estetik, membuat GTL RA dan RB bahan basis akrilik dengan anasir porselen.
Setelah melakukan anamnesis, dokter gigi juga membuat galengan gigit sendiri
dan melakukan penetapan gigit. Setelah GTL diinsersikan menghasilkan GTL
yang retentive dan stabil. Dokter gigi menginstruksikan untuk kontrol di hari
berikutnya, GTL baru bisa untuk berbicara dan untuk makan.
STEP 1
1. Galengan gigit merupakan replica permukaan oklusal gigi yang
selanjutnya akan digunakan untuk penetapan gigit.
2. Penetapan gigit meupakan prosedur penentuan untuk memperoleh kondisi
ideal RB terhadap RA dari dalam mulut kemudian diproyeksikan keluar
mulut dengan bantuan sarana galengan gigit.
3. Anasir porselen merupakan gigi tiruan sebagai pengganti gigi asli yang
telah hilang, terbuat dari bahan porselen.
4. GTL merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi
asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang.
5. Basis akrilik merupakan bagian yang paling luas yang menutupi bagian
mukosa palatum, labial, bukal dan lingual, dengan bahan akrilik
STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengapa dokter memutuskan untuk ekstraksi semua gigi?


Apa indikasi dan kontra indikasi dari GTL?
Bagaimana cara pembuatan galengan gigit?
Bagaimana cara melakukan penetapan gigit?
Apa tujuan dari pembuatan galengan gigit dan penetapan gigit?
Bagaimana prosedur pembuatan GTL?

7. Bagaimana cara menentukan ukuran gigi tiruan?


8. Apa yang harus diperhatikan untuk menghasilkan GTL yang retentif dan
stabil?
9. Apakah ada kemungkinan pasien akan merasakan ketidaknyamanan saat
memakai GTL? Karena sebelumnya pasien telah memakai GTSL dan
merasa tidak nyaman.
10. Pada scenario hanya dijelaskan tentang gigi tiruan lepasan, apakah ada
juga gigi tiruan cekat?
11. Bagaimana intruksi setelah insersi?
STEP 3
1. Dokter memutuskan untuk ekstraksi semua gigi karena gigi sebelumnya
telah hilang dan gigi yang tersisa sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Seperti yang dapat diketahui dari sekenario yaitu hasil pemeriksaan intra
oral gigi 11, 12, 13, 24, 25, 26, 31, 32,41, 42 resesi gingival, goyang o3,
kakulus dio daerah lingual. Gigi 45 tinggal sisa akar, gigi 35 karies media,
37 dan 47 karies profunda perforasi.
2. Indikasi dan kontaindikasi GTL
a. Indikasi:
1) Edentulous ridge
2) Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut
3) Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
4)

kerusakan gigi yang masih ada dan tidak mungkin diperbaiki


Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu

keberhasilannya (prognosis GTSL buruk)


5) Keadaan mulut dan kondisi pasien baik
6) Resorbsi tulang berlebihan
7) Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan
diperoleh
b. Kontra indikasi:
1) Pasien yang tidak kooperatif
2) Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan
kondisi pasien tersebut
3) Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien
4) OH yang buruk
5) Riwayat alergi bahan
3. Cara pembuatan galengan gigit
a. Model kerja dirapikan dan dibersihkan dari buble
b. Bagian tepi model kerja yang berlebih ditrimming sampai batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak.
2

c. Daerah undercut diblockout.


d. Model kerja dibasahi agar wax tidak menempel.
e. Batas-batas basis dibuat pada model kerja.
f. Dua lembar base plate wax untuk basis dilunakkan dengan api tapi
jangan sampai meleleh.
g. Setelah wax lunak, diaplikasikan pada model kerja sesuai batas
yang sudah dibuat dan bagian yang berlebih dipotong.
h. Setelah basis selesai dibuat, dilanjutkan dengan pembuatan
galangan gigit
i. Satu lembar base plate wax dilunakkan dan dibuat gulungan,
gulungan tersebut harus menempel secara homogen dan diletakkan
pada daerah tidak bergigi ( tinggi galangan gigit kurang lebih sama
dengan gigi yang masih ada ).
j. Pada kasus free end, galangan gigit pada bagian posterior cukup
sampai pada distal gigi molar pertama rahang atas.
k. Galangan gigit dikembalikan ke dokter gigi dan siap untuk
melakukan catatan gigit.
4. Cara melakukan penetapan gigit
Klasifikasi Jaw Relation = Relasi RA dan RB
a) Vertical relations = D.V = relasi vertikal = tinggi gigit
b) Horisontal relations = relasi horisontal = letak gigit
c) Orientation relations = hubungan rahang terhadap sendi rahang
Tahapan yang dilakukan:
a) Persiapan
1. Lempeng dan galengan gigit
2. Kesejajaran bidang oklusal, gal. gigit dari arah depan dengan garis
interpupil dan dari arah samping sejajar bidang champer (tragus
alanasi)
b) Menetapkan relasi vertikal
c) Menetapkan relasi horisontal
d) Mencatat relasi sentrik
5. Tujuan dari pembuatan galengan gigit adalah sebagai alat bantu untuk
melakukan penetapan gigit pada pasien yang sudah tidak berggigi, alat
bantu untuk merealisasikan hasil perhitungan dimensi vertical oklusal,
mendapat dukungan bibir dan pipi pasoen, membantu menentukan garis
median pasien, garis kanin dan garis senyum

Tujuan dari penetapan gigi adalah untuk memperoleh kondisi ideal RB


terhadap RA dari dalam mulut kemudian diproyeksikan keluar mulut
dengan bantuan sarana galengan gigit.
6. prosedur pembuatan GTL:
a. Pencetakan
Cetakan ada dua macam:
1.
Cetakan Anatomis
Yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan
2.

sebagainya dalam garis besarnya.


Cetakan Fungsional
Yaitu cetakan dari rahang dimana batas selaput lender yang
bergerak dan tidak bergerak harus diperhatikan.
Pembuatan Model/Cast:
Model adalah suatu produksi benda / objek yang diperoleh dengan

mengisi bentuk negatifnya. Ada dua macam model, yaitu:


1) Study model (model pemeriksaan)
2) Work model( model kerja)
b. persiapan model kerja
pembuatan garis median, pembuatan garis sesuai anatomical landmark
RA dan RB, garis puncak ridge
c. Penentuan Dimensi Vertikal dan Oklusi Sentris
d. Penyusunan Gigi
e. Pemrosesan Akrilik
f. Penyesuaian Oklusi (Selective Grinding)
g. Penyelesaian Akhir
7. Cara penentuan ukuran anasir gigi:
a. Panjang gigi
Dalam menentukan panjang gigi, hal yang dapat dipakai sebagai
pedoman, yaitu :
Dalam keadaan istirahat tepi insisal gigi depan atas kelihatan 2-3 mm,
tetapi hal ini bervariasi secara individual tergantung dari umur dan panjang
bibir atas. Bagi pasien tua, umumnya tepi insisal gigi depan telah aus
sehingga mahkota klinis lebih pendek. Pada saat tertawa, panjang gigi
akan terlihat sampai 2/3
b. Lebar gigi
Pedoman yg dapat digunakan dalam menentukan lebar gigi, antara lain
menggunakan indeks nasal, yaitu :
1) lebar dasar hidung sama dengan jarak antara puncak kaninus rahang
atas yang diukur secara garis lurus

2) Sudut mulut dapat juga di-gunakan sebagai pedoman untuk


menentukan letak tepi distal dari kaninus atas pada saat istirahat. Jarak
antara kedua sudut mulut sama dengan lebar keenam gigi depan atas.
c. Bentuk gigi
Untuk menentukan bentuk gigi beberapa hal di bawah ini dapat
digunakan sebagai pedoman. Bentuk wajah ada hubungannya dengan
bentuk gigi insisivus sentral atas. Bentuk insisivus sentral atas sesuai
dengan bentuk garis luar wajah tetapi dalam arah terbalik (Leon Williams)
8. Hal yang harus diperhatikan agar gigi tiruan retentive dan stabil:
a) Faktor fisis:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan
yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai
pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan
yang terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk
permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya
dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan
3.

permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.


Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan
yang konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi

tiruan yang terbentang ke permukaan poles.


b) Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
c) Perluasan basis gigi tiruan
Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface).
d) Residual Ridge
Karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan
terutama pada rahangatas.
e) Kompresibilitas
Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi
f) Pemasangan gigi geligi
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality
expression, umur, jenis kelamin yang mananantinya akan berpengaruh
dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga
perlu

diperhatikan

keberadaan over

bite, over

jet, curve

von

spee, curve monson, agardiperoleh suatu keadaan yang diharapkan

pada pembuatan gigi tiruan


9. Ada kemungkinan pasien akan merasakan ketidaknyamanan saat memakai
GTL jika kondisi GTL yang longgar dapat dikarenakan oleh :
1. Adanya perubahan dimensi (thermal dan stress) gigi tiruan yang
dipakai
2. Adanya factor intra oral, contoh resorbsi tulang alveolar
3. Adanya factor psikologis pasien, contoh usia pasien lanjut
4. Adanya factor patologis, contoh osteoporosis
10. Ada juga gigi tiruan cekat yaitu dengan cara pemasangan implant terlebih
dahulu sebagai gigi penyangga, kemudian dibuatkan gigi tiruan jembatan
11. Bagaimana intruksi setelah insersi?
a) Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam
untuk 2-3 hari pertama pemakaian dan hanya dilepas untuk
dibersihkan setelah makan, sebelum tidur, dan pagi hari.
b) Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 hari setelah pemakaian
prothesa untuk pasien biasa dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki
kasus mukosa yang sudah menua dan mudah luka
c) DHE
d) Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus,
e) Gigi tiruan hendaknya dibersihkan setelah selesai makan dan
direndam dengan air untuk mencegah pengeringan

STEP 4
Pemeriksaan Intra Oral

Gigi hilang

Gigi indikasi ekstraksi

Ekstraksi

Edentulous

Rencana Perawatan

Indikasi dan kontra indikasi

Pemilihan bahan

GTL

Prosedur perawatan

Insersi dan instruksi

Evaluasi

STEP 5. LEARNING OBJECT


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1.
2.
3.
4.

Indikasi dan kontraindikasi GTL


Pemilihan bahan basis dan anasir GTL
Prosedur pembuatan GTL
Retensi dan stabilisasi GTL

STEP 7
1. Indikasi dan kontraindikasi GTL
a. Indikasi GTL anrata lain :
1. Edentulous ridge
2. Pasien yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut
3. Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada dan tidak mungkin diperbaiki
4. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya (prognosis GTSL buruk)
5. Keadaan mulut dan kondisi pasien baik
6. Resorbsi tulang berlebihan
7. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh
b. Kontra indikasi GTL antara lain:
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi
pasien tersebut
3. Adanya penyakit sistemik yang diderita pasien
4. OH yang buruk
5. Riwayat alergi bahan
(Srivastava, 2011)
2. Pemilihan bahan basis dan anasir GTL
Syarat bahan basis yang baik
a. Tidak beracun dan tidak terpengaruh lingkungan sehingga tidak mudah
b.
c.
d.
e.
f.

larut
Muai termal sesuai dengan bahan gigi
Tidak berubah bentuk saat dipakai
Mudah dalam pembuatan dan ekonomis
Mudah diperbaiki
Mudah dibersihkan
(Zarb, 2002)

Modulus elastisitas bahan porselen kira kira 9 kali lebih besar dari pada
akrilik. Karena itu porselen kurang mampu menyerap tekanan besar yang
disalurkannya. Benturan yang tiba tiba cenderung lebih mudah memecahkan
gigi gigi porselen. Karena akrilik mempunyai modulus elastisitas yang lebih
rendah, akan menyerap energy jauh lebih banyak energy sebelum pecah
(Basker 1996).
Perlekatan gigi akrilik dengan basis gigi tiruan adalah ikatan kimiawi,
sedang gigi gigiporselen melekat dengan perantara paku-paku atau lubang
lubang. Pada kasus kasus dengan jarak antar alveolar yang kecil, mungkin
panjang gigi perlu dikurangi cukup banyak, sehingga bila digunakan gigi
gigi porselen elemen retentifnya terbuang. Pada keadan demikian jelas harus
digunakan gigi akrilik (Basker 1996).
Bahan basis gigi tiruan yang paling banyak gigunakan adalah resin akrilik.
Salah satu keuntungan resin akrilik adalah estetiknya yang baik karena dapat
diberi warna sesuai yang dibutuhkan, serta cukup stabil dalam jangka waktu
yang relative lama.selain itu akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa, dan
organic. Akrilik tidak memiliki rasa dan bau setelah proses pengolahannya,
tidak menimbulkan alergi san reaksi hipersensitivitas sehingga jaringan
rongga mulut dapat menerimanya dengan baik. Selain itu, harga akrilik
relative murah dan mudah cara manipulasinya (Basker 1996).
3. Prosedur pembuatan GTL.
Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan tahap
laboratoris.
A. Tahap Klinis :
1. Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah
pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut
yang akan dipakai sebagai basal seal prothesa. Cetakan dibagi dua macam
cetakan, yaitu:
a. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan
tidak menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan
dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang
dipakai adalah compound, alginat.

b. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam


pencetakan ini memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak
juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak
individual yang dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic
resin.
2. Membuat model kerja
Setelah cetakan rahang dikeluarkan dari mulut pasien, langsung
dicuci pada kran yang mengalir. Seringkali terdapat air liur kental yang
sukar hilang bila hanya disiram dengan air yang mengalir, untuk ini
cetakan disiram dengan larutan gibs encer, lalu disiram dengan air kran
yang mengalir kemudian keringkan dengan semprotan udara kering.
Sebaiknya sebelum dicor dengan sone/gibs batu dibuat dinding dari
lembaran malam sekeliling cetakan untuk mengamankan bentuk tepi
cetakan yang disebut boxing. Maksud dari boxing adalah agar
bentuk/batas tepi tetap dipertahankan.
3. Pembuatan design
a) Buat lekuk pengontrol pada dasar model kerja.
- Lekuk pertama diletakkan pada garis tengah dasar belakang
-

model kerja rahang atas dan bawah.


Lekuk kedua dan ketiga diletakkan tepat dibawah frenulum
bukalis kiri dan kanan dari dasar model kerja rahang atas dan

bawah.
b) Penarikan garis tengah model kerja rahang atas dan bawah
Untuk mendapatkan garis tengah pada model rahang, kita harus
mempunyai 3 buah patokan tetap, dimana dari ke 3 titik yang
dihubungkan tersebut baru diperoleh satu garis tetap.
Garis tengah model rahang atas adalah garis yang ditarik melalui:
-

Frenulum labial atas.

Titik pertemuan rugae palatinus kiri kanan.

Titik tengah antara 2 fovea palatinus.

Garis tengah model rahang bawah adalah garis yang ditarik


melalui:
-

Frenulum labial bawah.

Titik tengah rahang bawah.

Frenulum lingual.

10

c) Penarikan garis puncak lingir


Gambar puncak lingir model kerja penting sekali karena pada
waktu menyusun gigi, pedoman kita ialah gigi geligi harus terletak
diatas puncak lingir, bila tidak makan saat artikulasi gigi geligi
tiruan akan lepas yang disebabkan karena daya kunyah tidak jatuh
pada puncak lingir rahang.
(Watt, 1992)
B. Tahap Laboratoris :
1. Pembuatan lempeng gigit pada model studi yang telah dicetak
2. Pembuatan galengan gigit
3. Penetapan gigit sebagai penentuan dimensi vertikal dan oklusi
sentries (Ini termasuk dalam tahapan Klinis)
Pasien yang sudah kehilangan seluruh gigiya berarti sudah
kehilangan:
1. Bidang oklusal
2. Tinggi gigitan/dimensi vertikal
3. Oklusi sentrik
Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat geligi tiruan lengkap
dengan media tanggul gigitan/galangan gigit/occlusal bite rim.
Fungsi galengan gigit ialah untuk :
1.

Menentukan dimensi vertikal.

2.

Mendapatkan dukungan bibir dan pipi pasien, pasien harus

tampak wajar saat tanggul gigitan dipasang.


Bidang orientasi adalah bidang oklusal dalam tanggul gigitan.
Tanggul gigitan terdiri dari :
1.

Bentuk landasan

2.

Galangan malam

4. Penentuan Gigitan Sentrik/Oklusi Sentrik


Mengukur relasi sentrik tanpa alat dengan cara :
a. Gerakan menelan
1) Menempatkan ujung lidah pada bulatan malam yang
ditempatkan pada garis tengah landasan paling posterior.

11

2) Membantu pasien agar rahang bawah dalam posisi paling


belakang, dengan mendorong rahang bawah dalam keadaan
otot kendor.
3) Menengadahkan posisi kepala pasien semaksimal mungkin.
Karena tidak ada satupun cara di atas yang mempunyai
kelebihan dalam ketepatannya maka paling sedikit harus
dilakukan dengan 2 cara untuk menjadi perbandingan.
Misalnya kita lakukan dengan cara gerakan menelan (A)
kemudian dengan salah satu cara lain (B/C/D) dan hasilnya
dibandingkan.
Sebagai pedoman dengan menarik garis de daerah geraham
pada tanggul gigitan atas yang diteruskan ke tanggul gigitan
bawahnya. Pada setiap cara dilakukan berkali-kali dan bila
tamoak sama lakukan cara yang lain. Bila belum sama harus
dicari sampai sama dan ambilah garis yang menempatkan pada
posisi paling belakang/dorsal.
Cara lain untuk menentukan relasi sentrik sekaligus mengfiksir

b.

tanggul gigitan rahang atas dan bawah dengan cara sebagai


berikut :
1) Setelah dimensi vertikal didapat, buatlah kunci berbentuk
segitiga sebanyak 4 buah: 2 di sisi kiri dan 2 di sisi kanan,
yang letaknya pada regio kanisus dan premolar 2, agar fiksasi
tidak berubah.
2) Pasien dilatih melakukan macam gerakan yang menempatkan
rahang bawah dalam posisi paling belakang/dorsal.
3) Aduk zinc oxide eugenol/gips dan tempatkan di lekukan
segitiga tadi. Pasien segera melakukan gerakan menelan atau
menempatkan ujung lidah pada bulatan malam di garis A,
pertahankan sampai gips mengeras, dapat dicek dari sisa
adukan pada spatulanya.
5. Menarik Garis-garis Orientasi
a.

High lip line yaitu garis tertinggi bibir atas waktu pasien
tersenyum.

12

b. Tandai bagian distal kaninus atas kiri dan kanan (garis lacrimal
duct ala nasi).
Lepaskan kedua tanggul gigitan atas dan bawah dari mulut
pasien. Bila mungkin bersama-sama, bila terpisahkan tidak
mengapa karena dapat dikatupkan kembali sesuai dengan
keadaan dalam mulut dengan menggunakan lekuk V yang
sekarang terisi pasta zinc oxide eugenol/gips sebagai pengunci
dan tempatkan pada model kerjanya.
6. Pemasangan Model Dalam Artikulator
Sebelum memasang model kerja dengan ranggul gigitan, harus
dipersiapkan jenis artikulator yang akan dipakai dan lakukan persiapan
model yang meliputi: penyesuaian ketinggian model atas dan bawah
dengan ruang antara bagian atas dan bawah artikulator.
7. Memilih Gigi
Anasir gigi tiruan merupakan bagian dari GTL yang berfungsi
mengantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan dan penyusunan anasir
gigi tiruan

harus

dapat

memperbaiki penampilan

selain

untuk

memperbaiki fungsi lainnya dari gigi tiruan. Dalam pemilihan dan


penyusunan anasir gigi tiruan anterior maupun posterior ada faktorfaktor yang harus diperhatikan yaitu mengenai ukuran, bentuk,
warna, bahan, jenis kelamin, umur serta inklinasi dari anasir gigi tiruan
dapat memenuhi fungsinya. Pada kasus pasien ompong, pemilihan gigi
berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk
menentukan warnanya dan tingkat keausaannya. Sedangkan ukuran gigi
disesuaikan dengan garis orientasi pada tanggul gigitan.
8. Penyusunan gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap yaitu penyusunan
gigianterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi M1
bawah dangigi posterior bawah lainnya.
9. Wax Counturing
13

Modelir malam ( wax contouring/waxing ) dari gigi tiruan ialah


membentuk dasar dari geligi tiruan malam sedemikian rupa sehingga
harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip mungkin
dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Sehingga kontur
geligi tiruan malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam
mulut akan menghasilkan geligi tiruan yang stabil, menjaga denture
pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial
penderita.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi modeler malam dari pembuatan
gigi tiruan penuh adalah: Meniru jaringan lunak seakurat mungkin,
tidak berlebihan. Tepi-tepi labial dan bukal harus mengisi
vestibulum Lekukan harus memberi tempat perlekatan membrana
mukosa, seperti frenulum Sayap Gigi Tiruan harus harmonis dengan
pipi dan bibir serta lidah Bagian palatum harus meniru palatum
pasien, termasuk rugae.
Daerah yang dimodelir :
a. Bagian anatomis : dibentuk sama dengan tebal tepi cetakan.
Membuat bagian ini sedikit lebih tebal masih dapat diterima,
untuk mengimbangi kemungkinan pengasahan basis pada waktu
dipoles.
b. Bagian bukal dan labial : dibuat tebal pada RA dan RB.
c. Bagian palatal : dibuat tipis,untuk menyediakan ruang yang
cukup bagi lidah.
d. Sayap lingual RB : harus setipis mungkin kecuali daerah tepinya
(harus cukup tebal).
e. Permukaan lingual
f.
g.
h.
i.

RB

dibuat

agak

cekung

tetapi

kecekungannya tidak sampai di bawah permukaan lingual gigi.


Permukaan palatal RA : harus dibuat sama tebal yaitu 2,5 mm.
Prominance: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
Servikal: dibuat menyerupai jaringan pendukung asli.
Distal RA: sampai tuberositas maksilaris.

10. Flasking
Flasking adalah suatu proses penanaman model dan trial denture
malam dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold.

14

11. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin
akrilik.
12. Deflasking
Merupakan proses pengambilan hasil pekerjaan, baik berupa
protesa (gigi tiruan) atau retainer. Deflasking merupakan tahap yang
cukup penting, maka kita harus berhati-hati dalam melakukannya
karena akan berakibat fatal jika gagal dan dapat mengakibatkan
kerusakan pekerjaan yang telah kita lakukan.
13. Pengasahan
Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigigigi dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak
oklusal yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan
normal hingga relasi sentris.
14. Finishing
Menghilangkan sisa-sisa material dari permukaan dan kontur
resin akrilik merupakan tahap kelanjutan dari deflasking. Semua kecuali
daerah basal (yang menempel dengan palatum untuk maxilla) harusnya
halus yang mana tidak ada daerah kasaran ataupun tonjolan.
15. Pemolesan Gigi Tiruan
Pemolesan

geligi

tiruan

terdiri

dari

menghaluskan

dan

mengkilapkan geligi tiruan tanpa mengubah konturnya.


Gunakan rag wheel (putih) dan pumice halus untuk memoles tepi
permukaan lingual dan palatal geligi tiruan. Karena rag wheel dapat
merusak kontur asli dan stain pada permukaan fasial,maka tidak boleh
menyentuh permukaan fasial geligi tiruan

15

Hilangkan semua kekasaran dari permukaan fasial ynag distain


dengan brush wheel putih dan bubuk pumice halus yang basah. Pada
permukaan fasial digunakan tekanan seringan mungkin dan putara roda
serendah mungkin
(Srivastava, 2011)
4. Retensi dan stabilisasi GTL
Untuk meningkatkan retensi pada basis gigi tiruan rahang atas, pada model
kerja dapat dibuat cekungan yang akan ditempati oleh tepi posterior gigi
tiruan. Cekungan tersebut dibuat dengan mengerok dari hamular notch kanan
ke kiri dan berjarak 2 mm dari vibrating line. Bentuk kerokan harus tumpul
dengan kedalaman 2 mm. bila basis gigi tiruan dip roses, dengan sendirinya
cekungan ini akan terbentuk penonjolan. Penonjolan ini yang disebut dengan
postdam, yang kan menekan mukosa palatal ketika gigi tiruan dipasang di
dalam mulut, hingga menciptakan suatu penutupan tepi (Basker 1996).
Perawatan pre insersi
1. Preparasi mulut
Secara garis besar ada 2 tahapan preparasi mulut. Pertama, dalam proses
ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan bedah dan
perawatan periodontal. Tinadakan ini dilakukan untuk mempersiapkan mulut
pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan peertama ini
ditujukan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan
yang akan dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur,
mencari bidang bimbing, dan menciptakan daerah-daerah untuk retensi
mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai pada model
diagnostik. Model dipakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.
2. Tindakan bedah praprostetik
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi
impaksi, tulang atau jaringan hendaknya dilakukan secepat mungkin. Memang
ada pula pengecualian dalam hal ini, umpamanya ekstraksi perlu ditangguhkan
sampai dapat dilakukan pembuatan geligi tiruan imidiat. Dengan cara ini

16

protesa dimanfaatkan sebagai pelindung luka sampai sembuh, sehingga


membantu mencegah resopsi tulang berlebihan.
Eksostosis yang emngganggu desain geligi tiruan, harus dibuang secara
bedah, bila tidak dapat lagi diatasi dengan cara non-bedah. Pembuangan
daerah ini tergantung pada ukuran, lokasi dalam kaitan dengan prothesa yang
akan dibuat serta kualitas dukungan tulang alveolar.
Jaringan hiperplastik yang mengganggu desain dan stabilitas, termasuk
pembesaran tuberositas, mukosa kendur, papilomatosis palatal atau epulis.
Frenulum labialis atas dan lingualis bawah mungkin paling sering
menimbilkan gangguan pada desain geligi tiruan, karena itu mungkin pula
membutuhkan tindakan bedah.
Pada kasus dimana dijumpai pembesaran tuberositas dan mengganggu
ruang intermaksila, perlu dibuat rontgen foto terlebih dahulu untuk melihat
lokasi sinus dan kemungkinan dilakukan tindakan bedah.
Perawatan post insersi
1)

Pasien diinformasikan bahwa akan ada perubahan suara dan rasa

tidak nyaman setelah pemasangan gigi tiruan, namun hal itu tidak
berlangsung lama dan akan kembali normal
2)
Pasien diintruksikan untuk memakai prothesa siang dan malam
untuk 2-3 hari pertama pemakaian dan hanya dilepas untuk dibersihkan
setelah makan, sebelum tidur, dan pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat penyesuaian mukosa terhadap bentuk gigi tiruan yang baru
3)
Pasien diintruksikan untuk membaca atau bicara keras-keras
selama 20menit/hari untuk penyesuaian dengan prothesa serta sering
minum untuk membasahi rongga mulutnya
4)
Pasien diintruksikan untuk kontrol 3-4 haro setelah pemakaian
prothesa untuk pasien biasa dan 1-2 hari untuk pasien yang memiliki
kasus mukosa yang sudah menua dan mudah luka
5)
DHE
6)
Gigi tiruan dibersihkan dengan sikat gigi dan pembersih khusus,
maca pembersihnya yaitu :
a) Pembersih yang dapat beroksidasi ( mengandung alkali perkarbonat)
b) Larutan hipoklorida
c) Pembersih asam mineral
d) Bubuk dan pasta yang mengandung bahan abrasif ringan

17

7)

Gigi tiruan hendaknya dibersihkan setelah selesai makan dan

direndam dengan air untuk mencegah pengeringan


8)
Mukosa pendukung dibersihkan dengan sikat gigi yang lembut dan
perlahan untuk menghindari kerusakan mukosa selama 1-2 menit tiap
pagi dan malam hari.
(Rahmayani, 2013)

18

DAFTAR PUSTAKA

Srivastava, Rajeev., Choukse, Vivek. 2011. Characterization of Complete Denture.


International Journal Of Dental Clinics 3(1):56-59
Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta: EGC. Pp : 261-263
Rahmayani, Liana., Herwanda., Idawani, Melisa. 2013 Perilaku pemakai gigi
tiruan terhadap pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan (Denture wearers
behavior towards removable denture cleansing care). Jurnal PDGI. 62(3): 8388
Watt, David M dan MacGregor, A. Roy. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan
Lengkap. Jakarta: Hipokrates. Pp : 187-197
Basker, R. M. 1996. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak Bergigi. Ed. 3.
Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai