Anda di halaman 1dari 2

SOSMAS: Disini saya mulai menjadi manusia

Sebenarnya saya bingung kenapa judulnya seperti itu karena saya hanya akan bercerita
tentang apa saja yang sudah saya lalui di SOSMAS sejak tanggal 25 Oktober 2016. Tetapi
sejatinya memang judul itulah yang terlintas di pikiran saya (sebenarnya ada banyak hal
seperti laprak, tugas optika, dan P&ID yang belum 100% selesai tetapi sudah terlanjur
disetor) ketika saya menulis ini. Hal ini mungkin karena di kehidupan saya yang sebelumnya
(baca: masa SMA) saya lupa untuk menjadi manusia. Terkadang ambisi memang sekejam itu,
mungkin dia memberimu keberanian untuk bercita-cita, pada level yang lebih tinggi dia
membuatmu lupa bahwa kamu adalah manusia (etdah malah curhat).
Forga SOSMAS pada hari Selasa tanggal 25 Oktober menyenangkan seperti biasanya. Alasan
yang masih sama mengapa saya datang seperti pada forga-forga sebelumnya. Disini saya
merasa menjadi manusia. Terkesan pada bagaimana cara kakak-kakak SOSMAS membuat
kami yang cuma anak magang merasa mendapatkan kehangatan dan kedekatan yang intens
dari keluarga ini. Setiap forga selalu membuat kami mengenal lebih banyak tentang
SOSMAS dan belajar mengenai bagaimana menjadi manusia SOSMAS. Diantara tiga proker
SOSMAS yaitu Gerakan Teknik Mengabdi (GTM), Desa Binaan (Desbin), dan Engineering
for Society (Effort), saya diberi kesempatan untuk mengumpulkan banyak pengalaman dan
kebahagiaan dari sana, khususnya di GTM. Selain itu di SOSMAS juga terdapat kegiatan
Ngajar Panti yang secara rutin dilakukan setiap Jumat malam. Pada forga minggu berikutnya,
hari Selasa tanggal 1 November, diisi dengan pembahasan program kerja SOSMAS dan juga
persiapan Expo pada hari Kamis-Jumat tanggal 3-4 November. Hari itu kami juga dijelaskan
mengenai kegiatan SOSMAS, Lentera atau Learning to Get a Better Future, yang rencananya
akan diadakan di yayasan penderita kanker di daerah Yogyakarta. . Singkat cerita, semua
kegiatan SOSMAS itu gudang pahala.
Sabtu, 5 November, saya berserta rombongan SOSMAS pergi ke SDN Waduk dan SDN
Semoyo di Dusun Pathuk Kabupaten Gunung Kidul untuk promosi GTM 6. Disana saya
mendapati wajah lain dari dunia yang sebelumnya tidak saya temui. Saya yang dahulu
mungkin tidak pernah membayangkan akan merasakan ini. Banyak yang sudah tau, banyak
yang merasa prihatin, tetapi hanya sedikit yang bergerak. Dan orang-orang sedikit itu
mungkin adalah mereka, keluarga SOSMAS. Disana kami bermain bersama anak-anak dan
mengenalkan kepada mereka tentang GTM. Pertemuan pertama itu nantinya akan disusul
dengan cerita-cerita hebat setelahnya. Esok harinya, kami berkunjung lagi ke SD tersebut.
Saya dan teman-teman sebagai observer selain mengamati dan mempelajari bagaimana
karakter anak-anak disana, juga bermain bersama mereka. Ini adalah hal yang tidak mungkin
saya dapatkan dari diri saya yang dulu. Disini saya harus menjadi pribadi yang peka terhadap
orang lain, peka terhadap apa yang terjadi disekitar saya, kemauan untuk bergerak dan
merasakan sendiri apa yang orang lain sebut sebagai pengabdian. Mungkin seperti inilah
manusia seharusnya. Meski baru sangat di awal, tetapi banyak hal yang saya dapatkan dari
SOSMAS. Dan perjalanan saya untuk menjadi manusia sudah dimulai dari sekarang.
Give to every human being every right that you claim for yourself Robert Green Ingersoll
Pada setiap wajah anak-anak yang saya lihat disana, terdapat kebebasan dan semangat yang
masih utuh. Kami bermain bersama, membicarakan cita-cita, dan setiap dari mereka memiliki
mimpi-mimpi yang besar. Saya ingat saya dulu pernah seperti mereka, yang dengan lantang

menceritakan mimpi-mimpi tanpa keraguan, tanpa takut bahwa saya akan gagal. Mereka
bermain dalam kesederhanaan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai