dari sumbernya, gagasan ini dikekemukakan oleh R. Murray Schafer. Gagasan ini mengacu kepada
suara suara alami, semisal suara rintik hujan dan suara petir; serta suara lingkungan buatan manusia
seperti suara pabrik.
Soundscape memiliki fungsi menghilangkan suara-suara yang tidak diinginkan untuk didengar,
namun juga merestorasi ulang suara-suara yang ingin dihadirkan namun tertutup oleh suara-suara
yang tidak diinginkan. Dalam teater atau dunia perfilman, soundscape berfungsi untuk:
1. Menyajikan suara manusia dalam bentuk pembicaraan atau nyanyian (audibilitas yang
memadai selalu merupakan syarat pertama);
4. Untuk menciptakan dan mempertahankan suasana hati (kombinasi suara kelokalan dan
atmosfer; distorsi ucapan; musik lembut);
6. Sebagai actor;
8. Untuk memajukan plot (jembatan suara antara adegan atau episode) [Burris-Meyer 2]
Psychoacoustics adalah studi tentang ''kumpulan suara yang terjalin dengan lingkungan buatan''
dan itu muncul secara alami karena aktivitas khas yang terjadi di area public. Karena sifat akustik dari
daerah perkotaan mempengaruhi kualitas hidup penghuninya, penelitian soundscape perkotaan sering
diperluas untuk mencakup perencanaan kota. Pemodelan perambatan suara dari benda buatan manusia
yang berisik dan pengembangan teknik mitigasi kebisingan telah menjadi fokus penelitian besar oleh
pakar transportasi yang mempelajari suara perkotaan. Studi psychoacoustics juga mencakup penilaian
subjektif terhadap suara perkotaan yang berbeda, menentukan bagaimana manusia memandang dan
menilai suara perkotaan yang umum. Penelitian lebih lanjut mengenai peran lingkungan buatan, pola
anthrophony, fisika perambatan suara di lingkungan serta peran yang dimainkan dalam membentuk
persepsi manusia terhadap kota, akan diperlukan karena kita berusaha untuk memahami peran yang
dimiliki manusia dalam komposisi soundscape.
Acoustic ecology juga dapat membantu ahli ekologi dalam memikirkan soundscapes. Sebagai
contoh, Schafer (1977), Truax (1978, 1987), dan Guastavino (2007), memperkenalkan istilah dan
taksonomi yang berguna untuk menggambarkan berbagai tipe suara dan soundscape. Schafer
menggunakan istilah ''keynote'', ''soundmarks '' dan ''sound signals'' untuk menggambarkan suara latar
belakang, suara spesifik lokasi dan suara latar depan lanskap. Keynote soundscape alam biasanya angin,
dimana di kota-kota didominasi oleh lalu lintas. Soundmarks mungkin berupa lonceng gereja di kota-
kota kecil di Eropa. Soundscapes yang mengandung keragaman frekuensi akustik yang besar disebut
sebagai '' hi-fi ''; Suara ini bisa terdengar jelas. Dalam soundscapes '' lo-fi ', satu spektrum frekuensi
(seringkali frekuensi rendah seperti di lingkungan perkotaan) mendominasi dan suara yang jauh tidak
dapat difahami.
Metode Recording: Metode dilakukan dengan cara datang langsung ke daerah yang ingin di uji lalu
merekam noise yang ada menggunakan recorder.
Data kualitatif yang diambil dapat berupa identifikasi suara-suara yang didengar kemudian
meminta responden untuk memberikan rating pada setiap suara yang mereka dengar. Pada umumnya,
rating scale yang diberikan berkisar dari 4 (extremely undesirable) to +4 (extremely desirable).
Soundscape descriptor: pengukuran terhadap bagaimana orang menilai atau melihat
acoustics environment
Descriptor Category:
Noise annoyance
Pleasantness
Quietness
Perceived Music-likeness
Perceived Affective Quality
Soundscape
Soundscape Indicator: pengukuran yang digunakan untuk menprediksi nilai dari
soundscape descriptors.
Sedangkan untuk data kuantitatif, dibagi menjadi dua data untuk mengukur kebisingan, yaitu La
(Tingkat kebisingan aktual) dan Leq (Tingkat kebisingan ekuivalen). Apabila Sound Level Meter tidak
bisa mengonversi La ke Leq, dapat menggunakan rumus:
Dimana :
Spectral Analysis : mengidentifikasi secara otomatis ecological character dari suatu sumber
suara. (Hanya dapat dilakukan apabila suara yang diambil memenuhi syarat tertentu. (no winds, no rain,
no anthropogenic noise, no choruses).
Fitur waktu akan lebih mudah untuk diambil dan memiliki interpretasi fisik yang lebih tidak
kompleks. Semisal: amplitude maksimum dan energy minimum.
Fitur frekuensi diperoleh melalui mengolah data fitur waktu menggunakan transformasi fourier.
Data yang didapatkan seperti: frekuensi dasar, komponen frekuensi, spektral centroid, fluks spektral,
kerapatan spektral, spektral roll-off, dll. Fitur ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi nada, nada,
ritme, dan melodi.
3. Acoustic Richness: Kombinasi dari Acoustic Enthropy Index dan Median of Amplitude Envelope
Referensi :
Miller, Nicholas, Harris Miller Miller, and S Bedford St. 2013. Understanding Soundscapes, 72838.
doi:10.3390/buildings3040728.
Suriandho, Hendrik S; Tondobala, Linda. 2013. Response to the Standard Noise with Emphasis
on Soundscapes in the Center Town . A Case Study of the Area of TKB in Manado . Media
Matrasain 10 (1): 3649.
Pertanyaan :
Yaumil Akbar : Perbedaan pada metode pengukuran single, set, dan array adalah peletakan
microphone dan data yang diperoleh dari tiap metode.
Nugraha : Pertimbangan apa saja yang harus dipikirkan untuk menggunakan metode
penyusunan microphone array?
Ruth Monica : Spectral analysis itu sebenarnya apa? Masuk ke metode kualitatif atau
kuantitatif?
Jawaban :
Akbar :
Apabila menggunakan satu microphone, maka akan menghasilkan suara dari berbagai
arah. Apabila menggunakan 3 microphone, maka dari data yang diperoleh kita dapat
menentukan posisi sumber suara. Apabila kita menggunakan deretan / banyak
microphone maka akan dapat menentukan saturasi / distribusi suara dalam cakupan area
microphone-microphone tersebut.
Nugraha :
Ruth :