ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model jaringan logistik dari kegiatan
distribusi barang bantuan kepada korban gempa. Dimulai dari jumlah korban meninggal
dan pengungsi yang akan terus bertambah sampai beberapa hari sesudah gempa, lalu
akan berhenti pada hari tertentu hingga penerimaan bantuan oleh korban gempa.
Model yang dikembangkan dengan sistem dinamik bertujuan untuk mengetahui
letak kelemahan dari proses distribusi barang bantuan mengingat bahwa kelemahan
pada salah satu tahap distribusi akan menghambat proses pengiriman bantuan. Dengan
mengetahui di tahap distribusi mana terdapat kelemahan bisa diambil keputusan
perbaikan apakah yang akan dilakukan. Variabel keputusan yang digunakan pada
penelitian ini adalah jumlah permintaan, barang bantuan yang masuk, daya tampung
bandara dan pusat distribusi, jumlah kendaraan pengangkut barang bantuan, dan barang
bantuan yang diterima oleh korban gempa.
Model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alat
bantu pengambil keputusan baik itu pemerintah mau pun lembaga donor dalam
melakukan distribusi barang bantuan kepada korban gempa.
Kata kunci: logistik, distribusi barang bantuan, jumlah permintaan, sistem dinamik, alat
pengambil keputusan
PENDAHULUAN
Gempa bumi merupakan bencana alam yang memakan korban paling banyak di
Indonesia. Sejak tahun 2000 hingga 2007 di Indonesia telah terjadi sekitar 143 gempa
dengan jumlah korban jiwa lebih dari seratus ribu orang dan jumlah pengungsi lebih
dari tiga juta orang (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010). Dibandingkan
dengan jenis bencana alam yang lain, gempa mempunyai efek paling besar terhadap
rusaknya area yang terkena bencana, terutama sarana dan prasarana serta rumah hunian
penduduk. Gempa juga mempunyai kemungkinan untuk diikuti dengan bencana yang
lain seperti longsor atau tsunami (Pan American Health Organization, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model distribusi barang bantuan kepada
korban gempa. Dimulai dengan jumlah korban gempa, baik itu korban meninggal
maupun pengungsi sebagai konsumen hingga proses pengiriman barang bantuan kepada
para korban. Sistem dinamik dipilih dalam penelitian ini karena mampu memberikan
gambaran secara jelas di fase manakah terjadi permasalahan dalam rantai distribusi
barang bantuan untuk korban bencana. Dengan mengetahui di tahap distribusi apa
terjadi permasalahan, para pengambil keputusan bisa melakukan perbaikan yang tepat
sasaran sehingga korban bencana bisa segera menerima bantuan.
A-26-2
barang bantuan dan depo yang akan menyalurkan barang bantuan langsung ke
korban bencana.
3. Kapasitas sarana transportasi akan mempengaruhi banyaknya barang bantuan yang
bisa diangkut saat proses pengiriman barang bantuan tersebut ke pusat distribusi
atau pun ke korban bencana.
4. Karakteristik barang bantuan, karakteristik barang bantuan dibagi menjadi 2, yaitu
barang bantuan yang harus dipenuhi harian dan barang bantuan yang cukup
dipenuhi sekali.
Model yang dibuat akan digunakan sebagai alat bantu untuk mengambil
keputusan dalam mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi semua
permintaan barang bantuan. Selain pengembangan model, dalam penelitian ini juga
akan dilakukan berbagai percobaan untuk mengkaji berbagai skenario pengambilan
keputusan. Berbagai skenario tersebut dikaji menggunakan alat bantu keputusan yang
dikembangkan berdasarkan model diatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi sebagai tambahan literatur akademik dalam bidang distribusi
barang bantuan untuk korban bencana.
MODEL
Penelitian ini difokuskan pada bencana alam gempa dengan pengiriman barang
bantuan menggunakan transportasi berupa truk dengan kapasitas 5 ton dan untuk
bantuan berupa air dikirimkan dengan truk tangki berkapasitas 15000 liter. Gempa
dipilih karena bencana ini yang paling sering terjadi di Indonesia setelah banjir dan
berpotensi untuk mendatangkan bencana yang lain, yaitu tsunami dan tanah longsor,
serta mempunyai skala tingkat kerusakan yang jelas. Sedangkan transportasi darat
berupa truk dengan kapasitas muatan 5 ton dan truk tangki 15000 liter dipilih karena
memiliki biaya paling rendah dan paling mudah didapatkan.
Proses distribusi dimulai dengan datangnya barang bantuan di pusat distribusi.
Barang bantuan tersebut lalu dikirimkan ke depo-depo yang ada berdasarkan jumlah
permintaan dari masing-masing lokasi dan disesuaikan dengan kapasitas kendaraan dan
barang bantuan yang tersedia. Setelah barang tiba di depo, barang bantuan akan
dikirimkan ke lokasi-lokasi yang membutuhkan. Pengiriman barang bantuan dari depo
ke lokasi juga memperhatikan ketersediaan kapasitas sarana transportasi dan barang
bantuan.
Dalam proses pengiriman, barang bantuan mengalamai penundaan (delay).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penundaan ini yaitu jumlah dana operasional yang
tersedia, jumlah sumber daya manusia yang terlibat, dan kapasitas jalan yang akan
dilalui oleh saran transportasi pengangkut barang bantuan.
Dalam proses pendistribusian barang bantuan kepada korban gempa terdapat
faktor-faktor yang menyebabkan pendistribusian barang bantuan tersebut mengalami
penundaan. Faktor-faktor yang menyebabkan penundaan tersebut antara lain: jumlah
dana operasional yang tersedia, jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam proses
distribusi, serta kapasitas dan kondisi jalan yang menghubungkan pusat distribusi
dengan daerah yang terkena gempa dan akan dilalui oleh sarana transportasi yang
mengangkut barang bantuan.
Identifikasi variabel yang akan digunakan dalam pemodelan, didapatkan dari
studi pustaka dan kondisi nyata yang terjadi pada distribusi barang bantuan untuk
korban bencana. Secara garis besar, pemodelan akan didefinisikan menjadi 2 (dua)
bahasan yang mencakup 7 sub-model. Dua bahasan tersebut yaitu sarana transportasi
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-26-3
serta donasi barang bantuan dan pendistribusiannya yang terdiri dari 7 sub-model
sebagai berikut:
a. Sub-Model Transportasi
b. Sub-Model Transportasi Tangki
c. Sub-Model Beras
d. Sub-Model Air
e. Sub-Model Tenda
f. Sub-Model Pakaian
g. Sub-Model Kantong Mayat
Berikut ini merupakan penjelasan secara detailnya :
a. Sarana transportasi
Sarana transportasi terdiri dari dua submodel, yaitu submodel transportasi tangki
yang digunakan untuk mengangkut air dan submodel transportasi yang digunakan untuk
mengangkut seluruh barang bantuan kecuali air. Submodel transportasi dan transportasi
tangki dibagi menjadi dua, yaitu sarana transportasi di pusat distribusi dan sarana
transportasi yang ada di depo-depo.
Sarana transportasi untuk setiap depo dialokasikan sebanyak 3 kendaraan, baik
itu truk biasa maupun truk tangki. Sarana transportasi yang ada di pusat distribusi akan
didistribusikan ke depo-depo jika kapasitas sarana transportasi yang ada di pusat
distribusi telah mencukupi untuk mengirimkan semua permintaan yang ada.
b. Donasi serta Pendistribusiannya
Donasi serta pendistribusiannya ditunjukkan oleh beberapa submodel yang akan
menjelaskan proses distribusi barang bantuan mulai dari datangnya donasi sampai
dengan barang bantuan dikirimkan ke lokasi. Variabel yang terdapat pada donasi barang
bantuan dan pendistribusiannya adalah variabel yang mempengaruhi atau menentukan
proses distribusi tersebut. Berikut ini merupakan beberapa variabel yang menjadi
parameter yang akan digambarkan dalam pemodelan donasi dan pendistribusiannya:
a) Jumlah Donasi
b) Jumlah Permintaan
c) Kapasitas Kendaraan
d) Gap Permintaan
e) Delay Teknis
Skenario Kebijakan
Berdasarkan model yang telah dikembangkan, maka model dapat digunakan
untuk merancang skenario-skenario kebijakan untuk memperbaiki performa distribusi
barang bantuan. Rancangan skenario tersebut antara lain:
a. Berbagi persediaan antar depo.
b. Memperbesar volume kendaraan bantuan untuk depo.
Berbagi Persediaan Antar Depo
Skenario berbagi persediaan antar depo mempunyai dua keuntungan. Yang
pertama mempercepat proses distribusi barang bantuan untuk depo yang mendapatkan
bantuan dan yang kedua adalah untuk meringankan beban persediaan dari depo yang
membagi persediaan karena harus menanggung persediaan yang tidak terpakai. Berbagi
persediaan ini bisa dilakukan karena ada waktu jeda dalam memenuhi permintaan
barang bantuan.
Kebijakan berbagi persediaan antar depo dilakukan antara depo 1 dengan depo
3, depo 2 dengan depo 3, dan depo 3 dengan depo 2. Pengiriman dilakukan jika
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-26-4
permintaan di depo yang membagi persediaan telah dipenuhi semua dan di depo yang
akan menerima persediaan masih ada permintaan. Tabel 1 menunjukkan perbedaan
waktu antara satu masukan dengan masukan yang lain dalam memenuhi permintaan.
Dari kedua tabel terlihat bahwa simulasi dengan masukan nilai donasi awal mempunyai
waktu memenuhi permintaan lebih cepat bila dibandingkan dengan masukan bernilai
1.5 kali donasi awal.
Tabel 1. Waktu Memenuhi Permintaan Untuk kantong Mayat
Delay 1
Normal
Inventory Sharing
Rate 1
18
Rate 1.25
17
Rate 1.5
16
Rate 2
14
16
16
16
14
Delay 3
Rate 1
Rate 1.25
Rate 1.5
Rate 2
Normal
23
21
18
17
Inventory Sharing
17
16
16
16
Delay 5
Rate 1
Rate 1.25
Rate 1.5
Rate 2
Normal
26
22
19
14
Inventory Sharing
18
16
16
14
Delay 7
Rate 1
Rate 1.25
Rate 1.5
Rate 2
Normal
23
23
23
16
Inventory Sharing
18
16
16
16
Delay 7
Rate 1
Rate 1.25
Rate 1.5
Normal
Inventory
Sharing
Rate 2
30
20
10
0
Rate 1
Rate 1.25
Normal
Inventory
Sharing
Rate 1.5
Rate 2
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-26-5
Rate 1
10000
5000
Rate 1.25
0
Delay Delay Delay Delay
1
3
5
7
Rate 1
6000
4000
Rate 1.25
2000
Rate 1.5
0
Delay 1Delay 3Delay 5Delay 7
Rate 1.5
Gambar 3. Jumlah Persediaan Tenda dan Kantong Mayat Sebelum Dan Sesudah Berbagi
Persediaan
Tanpa Bantuan
Kendaraan
Delay 1 Delay 3 Delay 5 Delay 7
Dengan Bantuan
Kendaraan
A-26-6
DAFTAR PUSTAKA
Akkihal, A. R. (2006). "Inventory Pre-positioning for Humanitarian Operations."
Master Thesis Massachusetts Institute of Technology.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2010). "Data Informasi dan Bencana
Indonesia." from http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/definestats.jsp.
Cuervo, R., F. Diaz, et al. (2010). "Humanitarian Crisis: When Supply Chains Really
Matter." Universidad De Los Andes, Departamento De Ingeniera Industrial.
Davidson, A. L. (2006). "Key Performance Indicators in Humanitarian Logistics."
(Massachusetts: Massachussets Institute of Technology).
Duran, S., Gutierrez, S.A., Keskinocak, P. (2010). "Pre-Positioning of Emergency Items
Worldwide for CARE International." Interfaces (Segera).
Grean, M. and M. J. Shaw (2000). "Supply-Chain Integration through Information
Sharing: Channel Partnership between Wal-Mart and Procter & Gamble." Center
for IT and e-Business Management, University of Illinois at Urbana-Champaign.
Gustavsson, L. (2003). "Humanitarian Logistics: Context and challeges." FMR 18: 6-8.
Hau L Lee, V Padmanabhan, et al. (1997). "The Bullwhip Effect In Supply Chains."
Sloan Management Review 38(3): 93-102.
Lee, H. L., V. Padmanabhan, et al. (1997). "The Bullwhip Effect In Supply Chains."
Sloan Management Review 38(3): 93-102.
Oloruntoba, R., dan Gray, Richard (2006). "Humanitarian Aid: an agile supply chain."
Supply chain Mangement: An International Journal.
Pach, J. C. y. G. (2009). "To Ponder on the Collective Actions in the Context of
Humanitarian Logistics: Lessons from the Earthquake in Pisco." Journal of
Economics, Finance & Administrative Science.
Pan American Health Organization (2001). Humanitarian supply management in
logistics in the health sector. Washington, D.C.
Pujawan, I. N., Kurniati, N. dan Wessiani, N.A. (2009). "Supply chain management for
Disaster Relief Operations: principles and case studies." Int. J. Logistics Systems
and Management 5(6): 679-692.
Rafael Cuervo, Fabio Diaz, et al. (2010). "Humanitarian Crisis: When Supply Chains
Really Matter." Universidad De Los Andes, Departamento De Ingeniera
Industrial.
Richardson, G. and A. Pugh, Eds. (1981). Introduction to System Dynamics Modeling
with Dynamo. Portland, Oregon, Productivity Press.
Russell, T. E. (2005). The Humanitarian Relief Supply Chain: Analysis of the 2004
South East Asia Earthquake and Tsunami. MIT Center for Transportation and
Logistics. Massachussetts, Massachusetts Institute of Technology. Master of
Engineering in Logistics: 37.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-26-7
Sterman, J. D., Ed. (2000). Business Dynamics: Systems Thinking and Modeling for a
Complex World. New York, McGraw-Hill.
Taskin, S. and E. J. J. Lodree (2009). "Inventory decisions for emergency supplies
based on hurricane count predictions." International Journal of Production
Economics.
Thomas, A. S. and L. R. Kopczak (2005). "From logistics to supply chain management:
The path forward in the humanitarian sector." Fritz Institute.
Yan, S. and Y. L. Shih (2008). "Optimal scheduling of emergency repair and
subsequent relief distribution." Computers and Operations Research 36(2009):
2049-2065.
ISBN : 978-602-97491-2-0
A-26-8