Harimau sumatera
Status konservasi
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Mammalia
Ordo:
Carnivora
Famili:
Felidae
Genus:
Panthera
Spesies:
P. tigris
Upaspesies:
P. t. sumatrae
Nama trinomial
Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929
Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang
habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman
nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan
tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor
harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Ciri-ciri
2Habitat
3Makanan
4Reproduksi
5Perdagangan
6Penegakan hukum
7Perlindungan harimau
8Referensi
9Pranala luar
jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300
pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau
sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit
harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta
surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil
memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan
mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air,
terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau
gelap ketika melahirkan.
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat
yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan
sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami
ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah,
lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan
jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki
wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan
manusia.
sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu
sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.
Harimau Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatera yang telah ditembak mati (foto antara 1890-1900).
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Penemuan
tentang perdagangan harimau tersebut tercermin dalam survei Profauna Indonesia yang
didukung oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) pada bulan Juli - Oktober 2008.
Selama 4 bulan tersebut Profauna mengunjungi 21 kota/lokasi yang ada di Sumatera
dan Jakarta.
Dari 21 kota yang dikunjungi Profauna, 10 kota di antaranya ditemukan adanya perdagangan
bagian tubuh harimau (48 %). Bagian tubuh harimau yang diperdagangkan meliputi kulit, kumis,
cakar, ataupun opsetan utuh.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang utuh dijual seharga Rp. 5 juta
per lembar sampai dengan 25 juta per lembar. Sedangkan taring harimau ditawarkan seharga
Rp. 400.000 hingga Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual batu mulia, dan penjual
obat tradisional. Untuk perdagangan bagian tubuh harimau paling banyak terjadi di Lampung.
Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan Profauna
ke Departemen Kehutanan melalui Dirjen PHKApada bulan April 2009, dengan harapan
pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi perdagangan satwa langka
yang dilindungi tersebut. Beberapa tindakan nyata telah diambil pemerintah untuk memerangi
perdagangan bagian tubuh harimau di Jakarta.
bahwa "setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh
atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagianbagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
berupa hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimum 100 juta.