Anda di halaman 1dari 5

Harimau sumatera

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Harimau sumatera

Status konservasi

Kritis (IUCN 3.1)[1]


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Animalia

Filum:

Chordata

Kelas:

Mammalia

Ordo:

Carnivora

Famili:

Felidae

Genus:

Panthera

Spesies:

P. tigris

Upaspesies:

P. t. sumatrae

Nama trinomial
Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929

Harimau sumatera (bahasa Latin: Panthera tigris sumatrae) adalah subspesies harimau yang
habitat aslinya di pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi
Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di taman-taman
nasional di Sumatera. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.[2]
Penghancuran habitat merupakan ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan
tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor
harimau sumatera terbunuh antara tahun 1998 dan 2000.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Ciri-ciri

2Habitat

3Makanan

4Reproduksi

5Perdagangan

6Penegakan hukum

7Perlindungan harimau

8Referensi

9Pranala luar

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera adalah subspesies harimau terkecil.[3] Harimau sumatera mempunyai warna
paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan

jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau sumatera jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci
dari kepala ke buntut atau sekitar 250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300
pound atau sekitar 140 kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau
sekitar 91 kg. Belang harimau sumatera lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit
harimau sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta
surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang kecil
memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan
mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air,
terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya berubah warna menjadi hijau
gelap ketika melahirkan.

Habitat[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera pada tahun 1926.

Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat
yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman nasional, dan
sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang
250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau sumatera mengalami
ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah,
lahan gambut dan hutan hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian
dan perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan
jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki
wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena
tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan
manusia.

Makanan[sunting | sunting sumber]


Makanan harimau sumatera tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya.
Sebagai predator utama dalam rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar
yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa
dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan
penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien.
Harimau Sumatera merupakan hewan soliter, dan mereka berburu pada malam hari, mengintai
mangsanya dengan sabar sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan
apapun yang dapat ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadangkadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan
waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang ditangkap harimau. Harimau sumatera juga
gemar makan durian.
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu mangsa. Luas
kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa
4-5 ekor harimau sumatera dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di
kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh
manusia).

Reproduksi[sunting | sunting sumber]


Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya
harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor.
Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun
binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu
induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun
mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan

sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu
sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri.
Harimau Sumatera dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.

Perdagangan[sunting | sunting sumber]

Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatera yang telah ditembak mati (foto antara 1890-1900).

Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Penemuan
tentang perdagangan harimau tersebut tercermin dalam survei Profauna Indonesia yang
didukung oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW) pada bulan Juli - Oktober 2008.
Selama 4 bulan tersebut Profauna mengunjungi 21 kota/lokasi yang ada di Sumatera
dan Jakarta.
Dari 21 kota yang dikunjungi Profauna, 10 kota di antaranya ditemukan adanya perdagangan
bagian tubuh harimau (48 %). Bagian tubuh harimau yang diperdagangkan meliputi kulit, kumis,
cakar, ataupun opsetan utuh.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang utuh dijual seharga Rp. 5 juta
per lembar sampai dengan 25 juta per lembar. Sedangkan taring harimau ditawarkan seharga
Rp. 400.000 hingga Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual batu mulia, dan penjual
obat tradisional. Untuk perdagangan bagian tubuh harimau paling banyak terjadi di Lampung.
Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan Profauna
ke Departemen Kehutanan melalui Dirjen PHKApada bulan April 2009, dengan harapan
pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi perdagangan satwa langka
yang dilindungi tersebut. Beberapa tindakan nyata telah diambil pemerintah untuk memerangi
perdagangan bagian tubuh harimau di Jakarta.

Penegakan hukum[sunting | sunting sumber]


Pada tanggal 7 Agustus 2009, Satuan Polhut Reaksi Cepat dan Satuan Sumdaling Polda Metro
Jaya berhasil menggulung sindikat perdagangan kulit harimau di Jakarta. Selain mengamankan
2 kulit harimau sumatera utuh, polisi juga menyita 6 awetan burung cendrawasih, 2 kulit kucing
hutan, 12 awetan kepala rusa, 1 surili, 5 tengkorak rusa, 1 kepala beruang dan 1 kulit rusa
sambar. Sindikat perdagangan satwa langka itu diduga juga melibatkan sejumlah kebun
binatang di Jawa dan Sumatera.
Terungkapnya sindikat perdagangan harimau dan satwa langka lainnya di Jakarta tersebut
membuktikan bahwa laporan Profauna tentang perdagangan harimau adalah sebuah fakta.
Fakta tersebut seperti fenomena gunung es, hanya tampak di permukaannya saja. Fakta
sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang sudah terdektesi.

Perlindungan harimau[sunting | sunting sumber]


Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia adalah perbuatan kriminal, karena
melanggar Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
dan Ekosistemnya. Berdasarkan pasal 21 dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 poin (d)

bahwa "setiap orang dilarang untuk memperniagakan, menyimpan atau memiliki, kulit, tubuh
atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagianbagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia". Pelanggar dari ketentuan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana
berupa hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimum 100 juta.

Anda mungkin juga menyukai