Evapro
Evapro
Evaluasi Program
Oleh :
Daruqutni, S.Ked
Dinda Diafiri, S Ked
Donny Albertha, S Ked
Pembimbing :
Dr. Setyawati
CONTOH
BAB I
PENDAHULUAN
diare
masih
merupakan
masalah
kesehatan
yang
dapat
CONTOH
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diketahui program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita di
Puskesmas Kelurahan Kayu Putih periode Januari Desember 2008.
CONTOH
1.3 Manfaat
1.3.1Manfaat bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa sebagai sarana pembelajaran mengenai cara melakukan
evaluasi program puskesmas. Selain itu melatih kemampuan dalam menilai
suatu pelaksanaan program, menambah kemampuan dan kecermatan dalam
mengindentifikasi, menganalisa dan menetapkan prioritas permasalahan,
mencari alternatif penyelesaian dari suatu masalah dan memutuskan
penyelesaiannya.
CONTOH
CONTOH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diare
2.1.1 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) yang mengalami perubahan pada
konsistensi dan atau frekuensi. Perubahan konsistensi yang dimaksud adalah
peningkatan kandungan air dalam feses, yaitu lebih dari 10 ml/kgBB/hari 2
(pada anak) atau lebih dari 200 ml/hari1 (pada dewasa). Perubahan frekuensi
yang dimaksud adalah lebih dari tiga kali sehari. Pada bayi yang masih
mendapat ASI tidak jarang frekuensi defekasinya lebih dari 3-4 kali sehari.3
keadaan ini tidak dapat disebut diare, melainkan masih bersifat fisiologis
atau normal.
CONTOH
Berdasarkan
mekanisme
patofisiologis
yang
terjadi,
diare
2.1.3. Epidemiologi
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang.1 Pada tahun 2003, diperkirakan 1,87 juta anak dibawah usia 5
tahun meninggal karena diare. Hal ini menempatkan diare pada peringkat
kedua penyebab kematian kedua tersering setelah infeksi pernapasan.
Delapan dari sepuluh kematian akibat diare berlangsung pada dua tahun
pertama kehidupan. Rata-rata anak berusia dibawah 3 tahun di negara
berkembang mengalami 3 episode diare setiap tahunnya. 4 Angka kejadian
diare di Indonesia hingga saat ini masih tinggi, yaitu 423 per 1000 penduduk
untuk semua umur pada tahun 2006 (hasil Subdit Diare, Ditjen PP-PL,
Depkes RI), dimana angka ini meningkat dari tahun ke tahun.
CONTOH
2.1.4. Etiopatogenesis
Adapun diare dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare1
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fekal oral, yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak
langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare.
Perilaku tersebut antara lain:
a. Tidak memberikan air susu ibu (ASI) secara penuh pada 4 hingga 6
bulan pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI terjadi
peningkatan risiko menderita diare dan kemungkinan menderita
dehidrasi yang lebih berat.
b. Menggunakan botol susu yang higienenya kurang terjaga.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, sehingga dalam
beberapa jam akan tercemar oleh kuman yang mudah berkembang
biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum makan, dan sebelum menyuapi anak.
f. Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi dan tinja binatang) dengan
benar.
2. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare1
Faktor-faktor tersebut adalah:
CONTOH
CONTOH
Spesies Patogen
Persentase Kasus
Virus
Rotavirus
15-25
Bakteri
10-20
Shigella
5-15
Campylobacter jejuni
10-15
Vibrio cholerae 01
5-10
Salmonella (non-typhi)
1-5
1-5
Cryptosporidium
5-15
Protozoa
Tidak terdapat patogen
20-30
b. Parenteral
Disebabkan oleh Otitis media akut, pneumonia, travelers diarrhea, E.
coli, Giardia lamblia, Shigella sp, Entamoeba hystolitica, dan
intoksikasi makanan. Intoksikasi tersebut dapat berupa makanan
beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung toksin
Clostridium perfringens, Bacillus cereus, dll. Dapat pula karena
intleransi laktosa, malabsorbsi atau maldigesti karbohidrat, lemak
trigliserida rantai panjang, asam amino tertentu, malabsorbsi gluten.
CONTOH
2. Imunodefisiensi
Contoh kondisi ini adalah Hipogammaglobulinemia, panipoglobulinemia,
defisiensi Ig A.
3. Terapi obat
Obat yang menyebabkan diare dapat berupa antbiotik, kemoterapi,
antasida.
4. Tindakan Tertentu
Gastrektomi, gastroenterostomi, radiasi terapi tinggi.
5. Lain-lain
Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomik, faktor psikologis adalah
contoh kondisi lain yang juga dapat menyebabkan diare.
Secara umum diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi
seperti dibawah ini.9
1.
2.
Sekresi cairan dan elektrolit terganggu. Pada keadaan ini sekresi air
dan elektrolit meningkat, reabsorbsi menurun. Sehingga masa dalam
lumen akan menjadi lebih cair, dan terjadi diare. Ciri dari diare tipe ini
adalah jumlahnya yang banyak sekali. Diare tipe ini tetap berlangsung
CONTOH
Malabsorbsi asam empedu dan lemak. Hal ini dapat terjadi pada
pasien dengan gangguan fungsi hepatobilier. Lemak yang tetap berada
dalam lumen usus akan meningkatkan tekanan osmotik intra lumen.
4.
5.
6.
7.
8.
CONTOH
2.
CONTOH
2.
Rotavirus
kemudian
memperoduksi
enterotoxin
yang
Usus Halus
Cair
Besar
Biasanya positif tapi tak
kasat mata
<5,5
Dapat positif
<5/lapang pandang besar
Normal
Virus:
Usus Besar
Berdarah/ mukoid
Kecil
Biasanya terlihat secara kasat mata
>5,5
Negatif
>10/ lapang pandang besar
Dapat leukositosis
Bakteri Invasif:
CONTOH
Rotavirus
Adenovirus
Calicivirus
Astrovirus
Norwalk virus
Bakteri Enterotoksik:
E.coli
Clostridium perfringens
Cholera
Vibrio
E.Coli(enteroinvasif,enterohemorrhagic)
Shigella
species
Salmonella
species
Campylobacter
species
Yersinia
species
Aeromonas species
Bakteri Toksik:
Clostridium difficile
Parasit:
Entamoeba organisms
Parasit:
Giardia
Cryptosporidium
CONTOH
3.
4.
5.
6.
7.
CONTOH
8.
9.
2.1.7. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah dehidrasi
(dengan berbagai derajat dari ringan hingga berat / syok), asidosis
metabolik, hipokalemia, hiponatermia, dan hipoglikemia.4 Derajat dehidrasi
dapat dinilai berdasarkan beberapa tanda dan gejala, seperti ditampilkan
pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 7
Tanda dan Gejala
Keadaan umum dan
kondisi: bayi dan
anak kecil
Dehidrasi Ringan
Haus, sadar, gelisah
Dehidrasi Sedang
Haus, gelisah, atau
letargi
tetapi
iritabel
Haus,
sadar,
merasa pusing pada
perubahan posisi
Pernafasan
Ubun-ubun besar* (2)
Elastisitas kulit* (3)
Mata*
Normal
Kembali
segera
pada pencubitan
Normal
Dalam,
cepat
Cekung
Lambat
Cekung
mungkin
Dehidrasi Berat
Mengantuk,
lemas,
ekstremitas
dingin,
berkeringat,
sianotik,
mungkin koma
Biasanya sadar, gelisah,
ekstremitas
dingin,
berkeringat dan sianotik
kulit dan jari tangan dan
kaki keriput, kejang
otot.
Cepat, halus, kadangkadang tak teraba
Dalam dan cepat
Sangat cekung
Sangat lambat
detik)
Sangat cekung
(>2
CONTOH
Air mata
Selaput lendir (4)
Pengeluaran
urin
(5)
Ada
Lembab
Normal
Kering
Kering
Berkurang
warna tua
Tekanan
darah
sistolik (6)
Persentase
kehilangan BB
Perkiraan kehilangan
cairan
Normal
Normal-rendah
4-5%
6-9%
Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urin untuk
beberapa jam, kandung
kencing kosong.
<80 mmHg, mungkin
tak terukur
10% atau lebih
40-50mL/kg
60-90mL/kg
100-110mL/kg
dan
Dehidrasi sedang
Dehidrasi ringan
Gejala/Tanda
Dua atau lebih tanda-tanda berikut:
Letargi/tidak sadar
Sunken eyes
Tidak dapat minum atau sulit minum
Skin pinch sangat lambat kembali (>2 detik)
Dua atau lebih tanda-tanda berikut:
Rewel
Sunken eyes
Terlihat kehausan
Skin pinch lambat kembali
Tidak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya sebagai
dehidrasi sedang atau berat
CONTOH
< 1 tahun
50-100 ml
1-5 tahun
100-200 ml
> 5 tahun
200-300 ml
Dewasa
300-400 ml
CONTOH
Jumlah Oralit
300 ml
600 ml
1200 ml
2400 ml
CONTOH
selama 6 jam. Jumlah dan lama cairan yang diberikan pada pasien
dengan dehidrasi berat dapat dilihat pada tabel 2.7.1
Tabel 2.7. Rencana Terapi C untuk Penderita Diare dengan
Dehidrasi Berat1
Umur
Bayi < 12 bulan
Anak > 1 tahun
Pemberian
30
ml/kgBB dalam
1 jam
1 jam
Pemberian
dalam
5 jam
3 jam
70
ml/kg
BB
serbuk
oralit,
yaitu
serbuk
yang
membutuhkan
CONTOH
menurunkan
mortalitas
bayi
akibat
diare,
dan
Kandungan
Mmol/liter
Sodium Klorida
Glukosa
Potasium Klorida
Trisodium sitrat dihidrat
Gram/
liter
2,6
13,5
1,5
2,9
12,683
65,854
7,317
14,146
Total
20,5
100,00
Sodium
Klorida
Glukosa
Potasium
Sitrat
Osmolaritas total
75
65
75
20
10
245
CONTOH
Dosis Acuan
3 jam pertama 1,5 gelas kemudian 0,5 gelas setiap mencret
3 jam pertama 3 gelas kemudian 1 gelas setiap mencret
3 jam pertama 6 gelas kemudian 1,5 gelas setiap mencret
3 jam pertama 12 gelas kemudian 2 gelas setiap mencret
baik,
menstimulasi
perbaikan
usus,
serta
CONTOH
CONTOH
tujuh
hari.
Sebagai
alternatif
dapat
diberikan
CONTOH
oleh
Shigella,
Salmonella,
Campylobacter
jejuni,
CONTOH
sebesar 13,3%, di bagian rawat inap rumah sakit sebesar 0,45%, dan
bagian rawat jalan rumah sakit sebesar 0,05%. Proporsi penderita diare
dengan disentri di seluruh Indonesia yang dilaporkan berkisar antara 5
15%. Proporsi disentri yang menjadi disentri berat belum jelas.10
Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi beratnya disentri, antara
lain (1) faktor pejamu, yaitu kurangnya imunitas akibat gizi kurang, usia
sangat muda, tidak mendapat ASI, menderita campak dalam 6 bulan
terakhir, mengalami dehidrasi, atau kelompok sosial ekonomi rendah, (2)
faktor agen, yaitu infeksi bakteri, misalnya Shigella, dan (3) faktor
lingkungan, yaitu lingkungan dengan higiene yang buruk.2
Diare pada disentri umumnya diawali oleh diare cair, lalu pada hari
kedua dan ketiga muncul darah, dengan atau tanpa lendir, sakit perut,
tenesmus ani, hilangnya nafsu makan, dan badan terasa lemah. Sebagian
besar penderita mengalami penurunan volume diare saat timbul
tenesmus. Gejala infeksi saluran napas akut dapat menyertai disentri.
Komplikasi yang dapat timbul dari disentri dapat bersifat lokal atau
sistemik. Komplikasi lokal, antara lain perforasi, prolaps rektum, dan
megakolon toksik. Komplikasi sistemik dapat berupa hipoglikemia,
hiponatremia, sepsis, kejang, ensefalopati, sindrom uremik hemolitik,
pneumonia, dan kurang energi protein (KEP).4
Secara umum, penatalaksanaan disentri hampir sama dengan kasus
diare lain sesuai dengan acuan tatalaksana diare akut. Aspek khusus dari
tatalaksana disentri adalah:2
CONTOH
ketiga atau belum sembuh pada hari kelima setelah pengobatan awal,
dinilai kembali apakah disentri betul-betul disebabkan oleh Shigella atau
bakteri sejenis yang invasif.7
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare akut yang melanjut hingga 14 hari atau
lebih.4 Faktor risiko berlanjutnya diare akut menjadi diare persisten
adalah (1) usia bayi kurang dari empat bulan, (2) tidak mendapat ASI, (3)
kurang energi protein, (4) diare akut dengan etiologi bakteri invasif, (5)
tatalaksana diare akut yang tidak tepat, seperti pemakaian antibiotik yang
tidak rasional dan pemuasaan penderita.
Titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa
yang diawali oleh etiologi diare akut. Berbagai faktor menyebabkan
kerusakan mukosa yang lebih berat atau hambatan rehabilitasi mukosa
yang rusak, antara lain (1) berlanjutnya paparan etiologi infeksi, (2)
infeksi intestinal sekunder, (3) infeksi parenteral, (4) pertumbuhan
CONTOH
CONTOH
terjadi pada mukosa yang sebelumnya telah rusak, yaitu telah atrofik dan
mengalami metaplasi
4. Diare Dengan Penyakit Penyerta
Diare akut atau diare persisten dapat terjadi bersamaan dengan penyakit
penyerta lain. Penyakit yang sering terjadi bersamaan dengan diare,
antara lain infeksi saluran napas (bronkopneumonia, bronkiolitis), infeksi
saluran kemih, infeksi susunan saraf pusat (meningitis, ensefalitis),
infeksi sistemik lain (sepsis, campak, dll), dan gizi kurang atau gizi
buruk. Tatalaksana yang dilakukan harus mempertimbangkan (1)
kemampuan untuk makan dan minum per oral, (2) fungsi dan
kemampuan sistem sirkulasi, (3) stroke volume yang rendah, (4) penyakit
atau keadaan yang memerlukan restriksi cairan, (5) fungsi ginjal, dan (6)
interaksi perjalanan penyakit.2
CONTOH
2.2
100% Rumah Sakit, Puskesmas, dan swasta melaporkan kasus diare tepat
waktu (tanggal 10 setiap bulannya),
CONTOH
Pengambilan anal swab dilakukan bila penderita dicurigai kolera dan bila
terjadi kejadian luar biasa.
CONTOH
umum
harus
memiliki
kompetensi
untuk
melaksanakan
CONTOH
CONTOH
CONTOH
4. Surveilans
Surveilans adalah suatu proses pengamatan penyakit diare dalam rangka
kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dan penyebaran penyakit diare
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pada
masyarakat
yang
CONTOH
CONTOH
CONTOH
Sistem
Evaluasi program Pemberantasan dan Pencegahan Diare di Puskesmas
Kecamatan Pulogadung menggunakan pendekatan sistem, yaitu merupakan
CONTOH
suatu penerapan dari cara berpikir yang sistematis dan logis dalam membahas
dan mencari pemecahan dari suatu masalah atau keadaan yang dihadapi. Dalam
hal ini program atau organisasi dipandang menjadi suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen sistem. 11
2.3.1. Pengertian Sistem
Sistem dapat memiliki beberapa makna.11
1. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan
(Ryans)
2. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk
mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien (John
McManama)
3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian
bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan
dalam suatu situasi yang majemuk pula
4. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen
yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Jika diperhatikan dalam keempat pengertian sistem ini, tertihat bahwa
pengertian sistem secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni
CONTOH
CONTOH
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
Dalam
sistem
pelayanan
kesehatan
terdiri
dari
yang
diinginkan
dari
suatu
sistem
kesehatan
adalah
Proses
Umpan Balik
Keluaran
Dampak
CONTOH
CONTOH
adalah dapat menilai masukan secara efisien, menilai proses secara efektif,
menilai keluaran secara optimal, dan menilai umpan balik secara adekuat.
Akan tetapi, pendekatan sistem memiliki kelemahan, yaitu terjebak pada
detail sehingga sulit menarik kesimpulan.11
CONTOH
CONTOH
BAB III
BAHAN DAN METODE EVALUASI
3.1
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan :
1. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan wawancara pada penanggung jawab
program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare di Puskesmas
kelurahan Kayu Putih.
2. Data sekunder
Data
sekunder
dikumpulkan
dengan
mempelajari
dokumentasi
3.2
CONTOH
Menteri
Kesehatan
1216/Menkes/SK/XI/2001
Tentang
Variabel
Tolak
keberhasilan
1.
2.
Kualitas pelayanan:
a.Angka penggunaan oralit =
Jumlah oralit yang diberikan pada penderita diare
semua umur
b. Angka penggunaan ringer laktat =
Jumlah penderita diare yang diberi RL x 100%
Jumlah penderita diare yang dilayani
3.
Rasio penderita
penderita
yang
sembuh
dengan
100% 1
100%1
Jumlah penderita x 6
bungkus
<5%1
seluruh
Ukur
100% 1
CONTOH
3.3
4.
5.
0% 1
40%13
minimal 12x /tahun1
1x /tahun1
Cara Analisis
CONTOH
CONTOH
1. Kerangka Konsep
2. Kerangka konsep dibuat untuk menentukan penyebab masalah yang telah
diprioritaskan. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang telah diprioritaskan tadi yang berasal dari
komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input, proses,
lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep
diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan
diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.14
3. Identifikasi Penyebab Masalah
Selanjutnya berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka
konsep
diidentifikasikan.
Identifikasi
dilakukan
dengan
membandingkannya.
Suatu
faktor
ditetapkan
menjadi
CONTOH
masukan, proses, lingkungan, dan umpan balik dapat dilahat pada Tabel
3.2, Tabel 3.3 dan Tabel 3.4.
Tabel 3.2. Tolak ukur pada komponen masukan
No
Variabel
Tolak Ukur
1.
Tenaga
2.
Dana
3.
Sarana
Tersedianya sarana:
a.
Sarana medis : alat-alat pemeriksaan seperti stetoskop,
senter, timbangan, tensimeter, dan termometer
b.
Sarana non medis: ruangan dilengkapi dengan tempat
tidur, status, alat tulis, buku catatan
c.
Sarana penyuluhan: leaflet, brosur, poster
d.
Sarana khusus untuk pojok oralit: meja, kursi, oralit
minimal 200 bungkus, gelas, sendok, pipet, baskom, media
penyuluhan
4.
Metode
a.
b.
a.
b.
c.
Variabel
Tolak ukur
Perencanaan
2.
Pengorganisasian
a. Adanya struktur pelaksana program
b. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas
3.
Pelaksanaan
a. Pengobatan penderita
Pengobatan diare baik kausal, simtomatik dan rehidrasi
CONTOH
Pencatatan
pelaporan
dan
a.
b.
c.
5.
Pengawasan
Variabel
Tolak Ukur
Lingkungan a.
b.
2.
Umpan balik
CONTOH
CONTOH
P = MxIxV
C
Keterangan :
P =
Priority; M =
Magnitude; I= Importancy; V=
Vulnerability; C = Cost
3.3.7
CONTOH
BAB IV
ANALISA DAN PENYELESAIAN MASALAH
4.1
4.1.1.Data Geografis
Kelurahan Kayu Putih merupakan salah satu kelurahan dari 65 kelurahan di
wilayah kotamadya Jakarta Timur yang mempunyai luas wilayah 437,15
Ha. Terdiri atas 17 Rukun Warga (RW), 181 Rukun Tetangga (RT) dan
terdiri dari 97.192 KK. Adapun batas wilayah Kelurahan Kayu Putih adalah
sebagai berikut :
Sebelah Barat terdapat Jl. Ahmad Yani atau Kelurahan Cempaka Putih
Jakarta Pusat.
Sebelah Timur terdapat Jl. Kayu Putih Raya atau Kelurahan Pulogadung
Sebelah Selatan terdapat Jl. H.Ten, Jl. Bangunan Timur, dan Jl. Bangunan
Barat atau Kelurahan Rawamangun.
4.1.2
Data Demografis
Dari Data tahun 2006 didapatkan jumlah penduduk wilayah Kelurahan
Kayu Putih sebesar 53.487 jiwa. Adapun gambaran karakteristik penduduk
Kelurahan Kayu Putih dapat dilihat pada tabel berikut ini15
CONTOH
Tabel 4.1 Data jumlah penduduk di Kelurahan Kayu Putih tahun 200815
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
USIA
0-5
6-10
11-17
18-24
25-30
31-40
41-50
51-60
61-70
70 keatas
JUMLAH
LAKI-LAKI
2334
3225
3633
5864
2383
2683
3359
2344
1480
696
28001
PEREMPUAN
2201
3553
3353
3256
2223
2813
3476
2558
1567
486
25486
JUMLAH
4353
6778
6986
9120
4606
5496
6835
4902
3047
1182
53487
SARANA
Milik Pemerintah
Puskesmas Kelurahan
Poliklinik
Milik Swasta
Rumah sakit umum
Rumah bersalin
Praktek dokter umum
Praktek dokter gigi
Praktek dokter ahli penyakit dalam
Praktek dokter ahli penyakit saraf
Praktek dokter anak
Prakter dokter hewan
Praktek bidan
Apotik
Laboratorium
Swadana Masyarakat
Posyandu
JUMLAH
1
1
2
1
9
3
1
2
2
1
3
5
0
16
CONTOH
4.1.4
4.1.5
JUMLAH / JIWA
16238
8527
11274
14386
3415
4.1.6
JUMLAH / JIWA
2214
7346
7729
142
6277
661
3632
28001
JUMLAH
1 orang dokter gigi
1 orang dokter umum
1 orang bidan
1 orang perawat
1 orang perawat
1 orang perawat
1 orang perawat
1 orang perawat
1 orang perawat
1 orang
CONTOH
Gizi
Ibu Akna Sitorus
P2P
Zr. Rosdiana
Apotik
Ibu Ida Parida
Kesehatan
Lingkungan,
PTM, lansia
Bapak Slamet
Administrasi
Ibu Nana
Pembantu
Umum
Ibu Nana
4.1.8
Keamanan
Bapak Ari
CONTOH
Penanggung Jawab
(Ibu Rosdiana)
Pelaksana
(Semua tenaga kesehatan Puskesmas)
Gambar 6.1 Struktur Organisasi P2D Puskesmas Kelurahan Kayu Putih15.
KELOMPOK USIA
<1 TAHUN
14
12
6
0
0
0
0
0
0
2
1
1-4 TAHUN
18
18
11
0
0
0
8
2
1
6
2
>5 TAHUN
35
41
37
34
26
23
22
27
38
51
45
JUMLAH
PASIEN
JUMLAH
ORALIT
67
71
54
34
26
23
30
29
39
59
48
174
184
200
150
100
115
125
145
175
200
210
CONTOH
DESEMBER
JUMLAH
0
35
0
66
34
413
34
514
145
1923
Variabel
Tolak ukur
Pencapaian
100%
2.
100%
514 x 100%
6,7% x 432/1000 x 53.487
= 35%
101x 100%
4.353x1,7x10%
= 13,65%
3.
4.
514 x 6 =
3.084
<5%
CONTOH
5.
100%
0%
40%
8.
9.
Pelatihan kader
6.
7.
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
masalah
penanggulangan
yang
penyakit
ada
diare
pada
program
dilakukan
dengan
pencegahan
dan
membandingkan
Tolak
ukur
100%
Pencapaian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Masalah
514 x 100%
(+)
6,7% x 432/1000 x 53.487
= 35%
101x 100%
(+)
4.353x1,7x10%
= 13,65%
(+)
(-)
(+)
(-)
(+)
(+)
CONTOH
9.
Pelatihan kader
tidak dilakukan
(+)
CONTOH
Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
Importance
Jumlah
P=I x T x R
P
5
S RI
5 3
DU
5
SB
5
PB
3
PC
3
174
3 4
156
3 4
150
1 4
70
CONTOH
CONTOH
rendahnya cakupan
CONTOH
Rate of Increase cakupan pelayanan diberikan nilai yang lebih rendah dari
masalah yang lain. Masalah kurangnya pemberian oralit pada penderita
diare dan masalah tidak adanya pelayanan oleh kader sama-sama
mempunyai nilai yang sama besar. Dipikirkan akibat kecenderungan tidak
ada perbaikan masalah dari tahun ke tahun.
Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet
need) untuk masalah rendahnya angka cakupan pelayanan, kurangnya
pemberian oralit, dan tidak adanya pelayanan oleh kader, diberikan nilai
yang sama. Kesembuhan merupakan harapan utama dari seorang penderita,
oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang tepat untuk setiap kasus diare
yang sesuai dengan standar, termasuk pemberian oralit. Masyarakat juga
menginginkan
penularan
diare
dapat
diminimalisasi.
Untuk
CONTOH
CONTOH
cukup. Hal ini berhubungan dengan peranan kader yang belum optimal
dalam pelayanan diare.
CONTOH
Cakupan
Pelayanan
Diare
CONTOH
masing-masing
sehingga
tercipta
kerjasama
yang
baik.
CONTOH
ekonomi,
dan
akses.
Tingginya
tingkat
pendidikan
dapat
CONTOH
Variabel
Tolak Ukur
1.
Tenaga
2.
Dana
Tersedianya
dana
APBN, APBD
3.
Sarana
Pencapaian
dari
Tersedianya sarana:
a. Sarana medis : alat-alat
pemeriksaan
seperti
stetoskop,
senter,
timbangan, tensimeter,
dan termometer
b. Sarana non medis:
ruangan
dilengkapi
dengan tempat tidur,
status, alat tulis, buku
catatan
c. Sarana
penyuluhan:
leaflet, brosur, poster
d.
e.
Penyebab
Masalah
Di balai pengobatan umum terdapat
(+)
1dokter, 1 perawat yang merangkap
administrasi. Sedangkan di P2M
terdapat 1 perawat, dan 1 orang tenaga
administrasi.
Tidak
terdapat
laboratorium
Tersedianya dana yang cukup lancer
(-)
hanya dari APBD dan APBN
a.
tersedia
(-)
b.
tersedia
(-)
c.
(+)
d.
tersedia,
namun
dalam
jumlah terbatas (hanya ada 1
poster,1 leaflet)
tidak ada pojok oralit
e.
tidak tersedia
(+)
(+)
CONTOH
4.
Metode
a.
b.
Pendekatan MTBS
Pengobatan dilakukan pada
semua penderita diare yang
berobat meliputi terapi
rehidrasi sesuai derajat
dehidrasi,
terapi
simtomatik, dan bila perlu
terapi
etiologi
secara
empiris untuk disentri
(-)
(-)
Dilakukan
penyuluhan
kepada penderita diare dan
keluarga yang datang ke
puskesmas
b. Tidak dilakukan
c. Tidak ada pojok oralit
Tidak dilakukan pembinaan maupun
pelatihan kader
Dilakukan laporan tertulis kasus diare
harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan
(-)
a.
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Variabel
1.
Perencanaan
2.
Pengorganisasian
3.
Pelaksanaan
Tolak ukur
Adanya
perencanaan
operasional (plan of action)
yang jelas: Jenis kegiatan, target
kegiatan, waktu kegiatan.
Pencapaian
Planning of action sudah
dibuat
a.
(-)
b.
(+)
a.
i.
Pengobatan penderita
Pengobatan diare baik
kausal, simtomatik dan
rehidrasi secara oral
(oralit sebanyak 1500
ml atau 6 bungkus)
Terdapat
struktur
organisasi pelaksanan
program
b. Petugas
kesehatan
merangkap
sebagai
penanggungjawab
beberapa program
Pengobatan diare
i. Tata laksana kasus diare
dengan
pemberian
oralit
sudah
dilakukan,tetapi
jumlah tidak sesuai
Penyebab
Masalah
(-)
(+)
CONTOH
atau
intravena
sesuaistandar
penanggulangan
penyakit diare.
ii. dilakukan
ii.
Pendekatan MTBS iii. terdapat sistem perujukan
iii.
Perujukan
untuk
kasus-kasus berat
Penyuluhan
b. Penyuluhan
i.
Dilakukan
i.
Penyuluhan
kepada
penyuluhan
penderita dan kelurga
kepada penderita
ii.
Pojok oralit sebagai
dan keluarga yang
tempat
konsultasi
datang berobat
tentang diare
ii.
Tidak ada pojok
iii.
Penyuluhan
ke
oralit
masyarakat minimal
iii.
Tidak dilakukan
4x/tahun
penyuluhan
Penyuluhan
kelompok
di
dalam puskesmas,
kelompok
di
maupun
puskesmas
penyuluhan
di
Penyuluhan
di
luar puskesmas
luar puskesmas
dilaksanakan
c. Pembinaan dan pelatihan Tidak
pembinaan
maupun
Kader
pelatihan kader
i.
Materi pelatihan:
Kemampuan
melarutkan oralit
dan
memberikannya
Pemberian
penyuluhan
kesehatan
Perujukan
ii.
Pelatihan dilakukan Tidak ada pelayanan diare
minimal 1x dalam oleh kader
setahun
d. Pelayanan penderita diare
oleh kader
e. Koordinasi
puskesmas
kecamatan
dengan
kelurahan
4.
5.
Pencatatan
pelaporan
Pengawasan
dan
a.
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(+)
a.
Laporan
tertulis
dilakukan secara periodik
bulanan, dan tahunan,
namun tidak dilakukan
laporan
triwulan
dan
semesteran
b.
laporan diisi sesuai
format pelaporan yang ada
c. Laporan disimpan oleh
koordinator program
(+)
Pengawasan
program
dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Jakarta Timur
(-)
(-)
(-)
CONTOH
Tabel 4.12.
No
Variabel
1.
Lingkungan
2.
Tolak Ukur
a.
Pencapaian
Tingkat
pendidikan a. Tingkat pendidikan masyarakat
menengah
atau
tinggi
di Kelurahan Kayu Putih
menunjang
keberhasilan
umumnya tingkat rendahpengobatan penderita diare
menengah
dan pencegahan diare
b. Tingkat
sosial
ekonomi
b. Tingkat sosial ekonomi
masyarakat di Kelurahan Kayu
menengah
atau
tinggi
putih umumnya tingkat rendahmenunjang
keberhasilan
menengah
pengobatan penderita diare
dan pencegahan diare
Umpan balik
Masukan hasil pencatatan Tidak
ada
masukan
untuk
dan
pelaporan
untuk perbaikan program
perbaikan
program
selanjutnya.
Penyebab
Masalah
(+)
(+)
(+)
CONTOH
penyuluhan
ke
masyarakat,
tidak
adanya
CONTOH
Demikian
CONTOH
4.5
Penyebab Masalah
Alternatif Penyelesaian
Masalah
Masukan
Tenaga :
-
Jumlah
pelaksana program yang
tidak memadai karena
sebagian merangkap
beberapa program
Sarana:
- Media komunikasi (-)
- Persediaan oralit kurang
2.
-
Metode:
Prioritas
Menambah tenaga
pelaksana program
yang tidak
merangkap program
lain (kader/petugas
kesehatan)
Tersedianya sarana
dan prasarana untuk
melakukan
penyuluhan dan
tersedianya jumlah
oralit yang memadai
Pelatihan para kader
untuk melakukan
penyuluhan
kelompok pada
masyarakat
Proses
Perencanaan:
Organisasi:
Petugas
yang masih merangkap
program lain
Kerjasama
dengan petugas kesehatan
lain kurang
Pelaksanaan:
Tidak ada
penyuluhan kelompok dan
penyuluhan secara nasional
Pencatatan dan pelaporan yang masih
kurang baik
Melakukan pelatihan
penyuluhan pada kader secara
berkala
Memaksimalkan peran
mahasiswa kedokteran dalam
pembuatan sarana dan
Melakukan
pencatatan dan
pelaporan yang
lengkap termasuk
data kasus dari
kesehatan lain di luar
Puskesmas
CONTOH
Ketidakters
ediaan oralit di
posyandu/kader
-
Penilaian:
- Monitoring cakupan
pelayanan kurang baik
- Daire bersifat akut dan self limiting disease
3.
Lingkungan
Tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat
yang masih rendah
- Tingkat sosio-ekonomi
masyarakat yang rendah
- Akses pelayanan kesehatan
yang kurang
-
4.
Umpan Balik
Pencatatan dan pelaporan belum dapat dimanfaatkan
dengan baik
- Data surveilance tidak ada
- Program jaminan mutu
tidak ada
-
melakukan penyuluhan
kepada kader dan masyarakat
Melakukan pencatan dan
pelaporan kasus diare yang
ditangani dengan baik
Menyediakan oralit dan
memberikan penyuluhan
tentang pemakaian oralit
Evaluasi berkala setiap bulan,
dan setiap tahun
Membuat formulir pencatatan
yang baku yang dapat
digunakan seluruh tenaga
pelaksana kesehatan
Pelatihan kader agar mampu
menjaring kasus diare
Penyuluhan kelompok oleh
kader
Memperbanyak akses
kesehatan dengan
memperbanyak kader
kesehatan sebagai
perpenjangan tangan
Puskesmas
Melakukan pencatatan dan
pelaporan yang lengkap
Formulir pencatatan sebaiknya
dibuat baku
Evaluasi program P2D secara
berkala
Diadakan pertemuan berkala
(setiap bulan dan setiap tahun)
untuk membahas kemajuan
yang dicapai
Menyusun strategi untuk
mengatasi kendala dan
kekurangan pada program
sebelumnya
Melaksanakan program
jaminan mutu
Melakukan evaluasi
program P2D secara
berkala
CONTOH
Prioritas Jalan
Keluar:
P=(MxIxV)/C
33,6
16
CONTOH
4.7
CONTOH
Menambah
tenaga
pelaksana program (kader)
Jumlah
Kader
Tersedia
Silahkan isi sendiri
yang
Jumlah
Kader
Ditambah
yang
Jenis Kegiatan
Tabel 4.15 Alternatif Penyelesaian Masalah
Pelaksanaan
Pelatihan para kader
untuk
melakukan
penyuluhan
kelompok diare dan
penatalaksanaannya
pada masyarakat
Jumlah Kader
Jenis pelatihan
Jenis Kegiatan
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Simpulan
1) Keberhasilan
program
Pencegahan
dan
Pemberantasan
Diare
di
CONTOH
CONTOH
CONTOH
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Puskesmas Kelurahan Kayu Putih
1) Melakukan pelatihan bagi para kader sehingga program pelaksanaan P2D
dapat terlaksana dan kegiatan-kegiatan penyuluhan dapat dilakukan lebih
baik
2) Membuat pencatatan dan pelaporan yang baik dan lengkap, sehingga
program yang diusulkan dapat terlaksana dengan baik dan memungkinkan
evaluasi setiap tahun.
3) Dengan dilakukannya evaluasi tiap tahun, data tersebut dapat jadikan dasar
keberhasilan suatu program dan digabungkan dengan instasi kesehatan
lainnya.
4) Peningkatan pelatihan penyuluhan kader secara berkala yang terintegrasi
agar dapat dilakukan penyampaian informasi secara menarik dan efektif
kepada masyarakat.
5) Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas sehingga seluruh
programnya dapat berjalan dengan baik.
VI.2.2. Bagi Pendidikan
CONTOH
Lebih turut berperan serta secara aktif dalam setiap kegiatan yang
dilakukan Puskesmas termasuk penyuluhan diare sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan akibat diare.
Lebih aktif dalam melaporkan kasus diare kepada kader setempat ataupun
petugas Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
CONTOH
2. Diare akut. Dalam : Sudoyo AW, dkk (ed). Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI; 2006.
3. Ghishan FK. Chronic diarrhea. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson
HB, editors. Nelson textbook of pediatrics 17th ed. Philadelphia: Saunders;
2004. p.1276-1281.
4. World Health Organization. Pocket book of hospital care for children,
guidelines for the management of common illnesses with limited resources.
Geneva: World Health Organization; 2005.
5. Frye RE, Tamer MA. Diarrhea. Diunduh dari : http://www.emedicine.com
pada 13 Novemeber 2009
6. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Angka kejadian diare masih tinggi. Diunduh dari :http://www.depkes.go.id.
Diakses pada tanggal 13 November 2009.
7. World Health Organization dan United Nations Children Foundation. Clinical
management on acute diarrhoea. Geneva : World Health Organization and
United
Nations
joint
statement;
2007.
Diunduh
http://whqlibdoc.who.int/hq/2004/WHO_FCH_CAH_04.7.pdf
dari
pada
:
14
Novemeber 2009
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Program pedoman kerja
puskesmas jilid II. 1999
9. Departemen
Kesehatan
RI.
Buku
Ajar
Diare:
Pendidikan
Medik
CONTOH