Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ..............................

NO. ..................
TENTANG
KEBIJAKAN PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR RUMAH SAKIT ...,
Menimbang:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang
tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan Direktur Utama Rumah
Sakit .............................. tentang Kebijakan Penanganan Pelanggaran
Etika dan Disiplin Profesi;
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
7. Peraturan Daerah ..;
8. Peraturan Gubernur .. tentang ..;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ..............................


TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN PELANGGARAN
ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit ...............................
2. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit ..............................arang.
3. Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tatakelola
klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
1


4.

5.
6.

7.

8.

Subkomite Etika dan Disiplin Profesi adalah bagian dari Komite Medik yang
bertugas melaksanakan salah satu fungsi Komite Medik; yaitu menjaga
disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.
Staf medis adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi
spesialis yang bekerja di rumah sakit dalam jabatan fungsional.
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan berupa peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan keahlian
sejenis yang memiliki reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk
melakukan penilaian terhadap kinerja profesional (professional performance)
dan kinerja etikal (ethical performance).
Material bio-etik sebelum kehidupan (before life) adalah materi bio-etik berupa
spermatozoa, ovum, dan embrio.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Bagian Pertama
Asas

Pasal 2
Penanganan terhadap pelanggaran etika dan disiplin profesi diselenggarakan
dengan berasaskan manfaat, perlindungan, profesionalisme, keadilan,
keseimbangan, dan nondiskriminatif.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Penanganan terhadap pelanggaran etika dan disiplin profesi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan:
a. melindungi pasien dari kinerja profesional dan kinerja etikal staf medis yang
tidak memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper).
b. memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah
sakit.
BAB III
ORGANISASI PELAKSANA
Pasal 4
Guna menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis di rumah sakit
dibentuk Subkomite Etika dan Disiplin Profesi yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari Komite Medik.

(1)

(2)

Pasal 5
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf medis dengan disiplin ilmu
berbeda, dan kesemuanya memiliki kewenangan klinis (clinical privilege) di
rumah sakit.
Susunan organisasi Subkomite Etika dan Disiplin Profesi terdiri dari seorang
ketua, seorang sekretaris, dan sekurang-kurangnya seorang anggota.
2


(3)

(1)
(2)

(3)

Subkomite Etika dan Disiplin Profesi bertanggung jawab kepada ketua


Komite Medik.
Pasal 6
Penegakan etika dan disiplin profesi dilaksanakan oleh sebuah panel yang
dibentuk oleh ketua Subkomite Etika dan Disiplin Profesi.
Panel terdiri dari 3 (tiga) orang staf medis atau lebih dalam jumlah ganjil
dengan susunan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang berasal dari Subkomite Etik dan Disiplin Profesi yang
memiliki disiplin ilmu yang berbeda dari disiplin ilmu terlapor;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan
disiplin ilmu terlapor dan dapat berasal dari staf medis internal atau staf
medis eksternal yang telah disetujui Direktur Utama berdasarkan
permintaan dari Komite Medik.
Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat melibatkan mitra
bestari eksternal setelah mendapat persetujuan dari Direktur Utama
berdasarkan rekomendasi Komite Medik.
BAB IV
TANGGUNGJAWAB DAN KEWENANGAN

Pasal 7
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi bertanggungjawab terhadap:
a. kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tugas menjaga disiplin, etika, dan
perilaku profesi staf medis rumah sakit;
b. efektifitas dan efisiensi pelaksanaan penjagaan disiplin, etika, dan perilaku
profesi staf medis rumah sakit;
c. kebenaran dalam memberikan pendapat dan saran kepada ketua Komite
Medik; dan
d. ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan kepada ketua Komite Medik.
Pasal 8
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi dalam melaksanakan tanggungjawabnya
mempunyai kewenangan:
a. memanggil, melalui ketua Komite Medik, setiap staf medis terlapor yang
diduga melakukan pelanggaran terhadap etika dan disiplin profesi untuk
dilakukan pemeriksaan;
b. meminta keterangan dari setiap staf medis terlapor mengenai dugaan
pelanggaran yang dilakukan;
c. meminta keterangan dari pihak-pihak terkait guna mendapatkan klarifikasi;
d. meminta dan memeriksa dokumen-dokumen, surat-surat, serta rekam medis
guna memperoleh bukti atau tambahan keterangan;
e. mendatangkan mitra bestari internal dan atau mitra bestari eksternal melalui
Direktur Utama guna mendapatkan masukan;
f. memutuskan dan menetapkan ada tidaknya pelanggaran etika dan disiplin
profesi;
g. menetapkan sanksi dan bentuk upaya pendisiplinan;
h. menyampaikan laporan kepada ketua Komite Medik mengenai hasil
pemeriksaan guna dijadikan acuan dalam memberikan rekomendasi kepada
Direktur Utama dalam rangka upaya pedisiplinan.


BAB V
TOLOK UKUR
Pasal 9
Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis rumah sakit,
antara lain:
a. pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
b. prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
d. pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white
paper) di rumah sakit;
e. Kode Etik Kedokteran Indonesia;
f. pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik);
g. Pedoman Pelanggaran Disiplin Kedokteran yang berlaku di Indonesia;
h. pedoman pelayanan medik/klinik;
i. Standar Prosedur Operasional asuhan medis.
BAB VI
DASAR PENDISIPLINAN
Pasal 10
Subkomite Etika dan Disiplin Profesi dalam melaksanakan tugas pendisiplinan
didasarkan atas adanya:
a.
laporan perorangan, yaitu dari:
1) manajemen rumah sakit;
2) staf medis lain;
3) tenaga kesehatan lain atau tenaga non kesehatan; dan
4) pasien atau keluarga pasien.
b. laporan non-perorangan, yaitu dari:
1) hasil audit kematian; dan
2) hasil konferensi klinis.
Pasal 11
Materi dari dugaan adanya pelanggaran etika dan disiplin profesi oleh staf medis
terlapor meliputi:
a. etika profesional, yaitu meliputi:
1) prilaku staf medis dengan pesakit yang datang ke rumah sakit untuk
berobat;
2) prilaku staf medis dengan pasien, yaitu pesakit yang telah menjalin
perjanjian terapetik dengan rumah sakit;
3) prilaku staf medis dengan sejawatnya atau dengan tenaga kesehatan
lainnya;
4) prilaku staf medis dengan masyarakat;
5) prilaku staf medis terhadap profesinya sendiri;
b. bio-etika, yaitu meliputi:
1) prilaku staf medis terhadap material bioetik sebelum kehidupan (before
life);
2) prilaku staf medis terhadap manusia selama kehidupannya (during life);
3) prilaku staf medis terhadap manusia setelah meninggal dunia (after
death);
c. kompetensi klinis yang meliputi penguasaan ilmu dasar (basic knowledge),
ketrampilan klinis (clinical skill), ketrampilan membuat keputusan klinis
4

d.
e.
f.
a.

(clinical judgement), ketrampilan berkomunikasi (communition skill) dan


kemampuan berprilaku etis;
penatalaksanaan kasus klinik (clinical case management) yang terdiri atas
diagnosis, prognosis, dan terapi;
pelanggaran disiplin profesi;
penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan kedokteran di rumah sakit; dan
ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang berpotensi
membahayakan pasien.
BAB VII
PEMERIKSAAN, KEPUTUSAN, TINDAKAN PENDISIPLINAN, DAN
PEMBINAAN PROFESIONALISME
Bagian Kesatu
Pemeriksaan

Pasal 12
Pemeriksaan dalam rangka upaya pendisiplinan perilaku profesional adalah
sebagai berikut:
a. dilaksanakan oleh sebuah panel pendisiplinan profesi;
b. dilakukan pembuktian melalui proses pemeriksaan yang dicatat oleh petugas
sekretariat komite medik;
c. terlapor, pada saat pemeriksaan, dapat didampingi oleh personil dari rumah
sakit;
d. panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai kebutuhan;
e. proses pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi bersifat
tertutup; dan
f. pengambilan keputusannya bersifat rahasia.
Bagian Kedua
Keputusan
(1)

(2)

(3)

(4)
(5)

Pasal 13
Keputusan panel untuk menentukan ada atau tidak adanya pelanggaran
etika dan disiplin profesi oleh staf medis terlapor diambil berdasarkan suara
terbanyak.
Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaporkan kepada
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi dalam waktu 6 (enam) hari sejak tanggal
diputuskan dan harus diberitahukan kepada staf medis terlapor.
Dalam hal staf medis terlapor merasa keberatan dengan keputusan panel
maka ia dapat mengajukan keberatannya disertai bukti pendukung kepada
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi untuk dilakukan pemeriksaan ulang oleh
sebuah panel baru yang akan dibentuk oleh subkomite yang bersangkuatan.
Keputusan yang dibuat oleh panel baru sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) bersifat final.
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi berdasarkan laporan dari panel atau
panel baru memutuskan sanksi disertai bentuk pendisiplinan yang akan
diterapkan untuk disampaikan kepada Direktur Utama melalui Komite Medis.

Pasal 14
Direktur, dalam waktu yang tidak terlalu lama harus menetapkan sanksi dan
bentuk upaya pendisiplinan dengan Surat Keputusan Direktur yang tembusannya
wajib disampaikan kepada staf medis yang bersangkutan.
5

Bagian Ketiga
Tindakan Pendisiplinan
Pasal 15
Tindakan pendisiplinan terhadap staf medis yang telah diputuskan melanggar
etika dan disiplin profesi dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
c. supervisi selama waktu tertentu oleh staf medis yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut; atau
d. pembekuan kewenangan klinis (clinical privilege) selama waktu tertentu;
atau
e. pencabutan kewenangan klininis (clinical privilege) untuk selamanya.
(1)

(2)
(3)

Pasal 16
Pelaksanaan (eksekusi) dari keputusan Direktur yang berupa tindakan
pendisiplinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diserahkan
sepenuhnya kepada Komite Medis untuk mengaturnya.
Komite Medis wajib melaporkan kepada Direktur mengenai pelaksanaan
tindakan pendisiplinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Direktur, berdasarkan laporan dari Komite medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat memulihkan kembali hak dan kewenangan klinik staf
medis yang bersangkutan seperti sediakala.
Bagian Keempat
Pembinaan Profesionalisme

(1)
(2)

Pasal 17
Komite Medis, dengan dibantu Subkomite Etika dan Disiplin Profesi,
menyusun materi kegiatan dalam rangka pembinaan profesionalisme.
Bentuk kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peningkatan ilmu dasar (basic knowledge), yaitu melalui seminar atau
ceramah;
b. peningkatan ketrampilan klinik (clinical skill), yaitu melalui
pendampingan, pelatihan, atau lokakarya;
c. peningkatan ketrampilan membuat keputusan klinik (clinical judgement),
yaitu melalui pendampingan, seminar, pelatihan, atau lokakarya;
d. peningkatan ketrampilan berkomunikasi (communication skill), yaitu
melalui ceramah atau seminar; atau
e. peningkatan kemampuan berprilaku etis, yaitu melalui ceramah, seminar,
atau pelatihan.

Pasal 18
Dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kemampuan berprilaku etis maka
Komite Medis, atas izin Direktur, dapat bekerjasama dengan organisasi atau
kelompok prosfesi sesuai dengan disiplin ilmu staf medis yang bersangkutan.

BAB VI
PENUTUP
Pasal 19
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
6


Agar semua pihak terkait mengetahuinya memerintahkan kepada komite medik
untuk mensosialisasikan dan menempatkannya dalam Perpustakaan Rumah
Sakit.
Ditetapkan: di .........................,
pada tanggal: ..........................
DIREKTUR,
SOFWAN DAHLAN

Anda mungkin juga menyukai