F3 ASI DAN IKTERUS (dr.R.Tiara Timur)
F3 ASI DAN IKTERUS (dr.R.Tiara Timur)
ASI EKSKLUSIF
DAN
IKTERUS NEONATORUM
Disusun Oleh:
dr. Ramadhan Tiara Timur
Puskesmas Pringsurat
Periode Oktober 2014-Januari 2015
Internsip Dokter Indonesia Kabupaten Temanggung
Periode Juni 2014-Mei 2015
HALAMAN PENGESAHAN
Topik:
ASI Eksklusif dan Ikterus Neonatorum
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Pringsurat Kabupaten Temanggung
Januari 2015
Mengetahui,
Dokter Internship,
Dokter Pendamping
A. Latar Belakang
1
Neonatus merupakan bayi yang berumur 0-28 hari. Masa ini merupakan masa transisi
di mana bayi memulai kehidupan di luar rahim ibunya. Begitu banyak perubahan yang
dialami dari organ fisik maupun fungsi tubuhnya. Mengingat begitu besar perubahan yang
terjadi maka tak dapat diingkari begitu banyak juga permasalahan yang timbul.
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan
oleh penumpukan bilirubin. Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada
60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah keadaan yang fisiologis.
Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus yang berat sehingga memerlukan
pemeriksaan dan tata laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian.
ASI merupakan standar emas dari nutrisi pada bayi yang baru lahir. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 2003) dan American Academy of Pediatrics (Koosha et
al, 2008; CON AAP, 2009) merekomendasikan
pemberian ASI
eksklusif
selama 6
bulan pertama kehidupan bayi. Namun, rekomendasi ini tidak tercapai secara konsisten;
dilaporkan tingkat menyusui secara eksklusif selama 6 bulan berkisar antara 1046% (WHO, 2003; Koosha et al, 2008).
ASI sudah diketahui keunggulannya, tetapi kecenderungan para ibu untuk tidak
menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai
pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI
secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti
ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta
dukungan suami yang rendah.
Pengaruh frekuensi pemberian ASI yang kurang kepada bayi diantaranya adalah
menyebabkan ikterus neonatorum. Para ahli kesehatan menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya dengan jarak 3 jam, dengan frekuensi paling sedikit 8-12 kali perhari untuk beberapa
hari pertama. Bayi yang mendapat ASI, kadar bilirubin cenderung lebih rendah pada yang
defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi
ikterus fisiologis. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : frekuensi menyusui yang
tidak adekuat sehingga asupan ASI kurang optimal, dan cenderung untuk lebih mengalami
kehilangan berat badan. Apabila frekuensi menyusui kurang bayi bisa mengalami dehidrasi,
penumpukan bilirubin dan akhirnya terjadi ikterus.
B. Permasalahan
Seringkali dijumpai ibu yang baru melahirkan menolak memberikan ASI atau
meminta agar bayinya diberi tambahan susu formula pada hari-hari pertama, karena kawatir
ASI nya tidak cukup dan bayinya akan menjadi kuning. Begitu pula yang terjadi pada Ny. N
yang bertempat tinggal di Dusun Kiyangan Desa Karangwuni Kecamatan Pringsurat. Ibu
mengeluhkan bayinya menjadi kuning 2 hari pasca melahirkan. Setelah ditelusuri, salah satu
masalahnya adalah bayi belum mendapatkan ASI secara maksimal. Oleh karena itu pada
penulisan kali ini kami akan mengangkat masalah kejadian ikterus dan hubungan dengan
2
pemberian ASI, serta pemberian edukasi kepada ibu dan keluarganya bagaimana mengelola
kelainan maupun mencegah munculnya kelainan yang lebih serius.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu konseling, informasi dan edukasi (KIE).
2. Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan adalah ibu-ibu yang baru saja melewati proses
persalinan dengan bayi yang mengalami ikterik.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan KIE ini adalah agar sasaran mengetahui manfat pemberian ASI eksklusif
sekalipun pada bayi yang mengalami ikterus.
4. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan bidan desa.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
: KIE tentang ASI dan ikterus
Status Pasien
Identitas Pasien
Nama
: By. K
Umur
: 3 hari
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: Tn. W
Nama Ibu
: Ny. N
Alamat
Pemeriksaan 1
: 3 Januari 2015
Pemeriksaan 2
: 9 Januari 2015
Keluhan Utama
: Bayi kuning
Pemeriksaan rutin
: Bidan
Frekuensi
: Trimester I
: 1x/ bulan
0
0 bulan
II
III
IV
B
Polio
BCG
DPT
Campak
Pemeriksaan Fisis
KU
VS
Kulit
: warna kuning saat penekanan pada kepala, leher dan dada sawo matang,
kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)
Kepala
: mesocephal, UUB datar, rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.
Mata
Hidung
Telinga
: sekret (-/-)
Mulut
Leher
Thorax
Pulmo
P = sonor/sonor
A = SDV (+/+), ST (-/-)
Cor
Abdomen
Urogenital
Anorektal
: anus (+)
edema
Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Materi Edukasi
- Penjelasan kepada ibu tentang kondisi bayinya yang mengalami ikterik
kemungkinan bersifat fisiologis karena baru muncul pada usia 2 hari
- Penatalaksanaan meliputi pemberian ASI yang adekuat, di jemur di bawah sinar
matahari pagi, pemantauan frekuensi dan banyaknya BAK dan BAB, pengenalan
tanda-tanda kegawatan yang mungkin terjadi
- Edukasi kepada ibu mengenai pentingnya pemberian ASI dan menolak pemberian
susu formula pada bayi kurang dari 6 bulan
- Edukasi cara menyusui yang benar lewat payudara maupun botol dot
- Edukasi menjaga higienitas ibu dan bayi
E. Monitoring dan Evaluasi
Setelah kunjungan pertama, kami melakukan kunjungan kedua saat bayi berusia 10
hari untuk monitoring perkembangan dan perbaikan. Ibu mengaku sudah melakukan apa
yang diedukasikan kepadanya. Saat ini bayi dalam kondisi kuning pada kulit sudah
5
menghilang, sklera tidak ikterik, frekuensi menyusu tiap 2 jam baik lewat payudara
maupun botol, BAK hampir setiap jam, BAB 3-4x sehari, gerak aktif, namun tali pusat
belum lepas. Namun ibu terkadang masih memberikan susu formula di waktu malam
dengan alasan lebih ringkas.
Dari hasil tersebut didapatkan bahwa ibu telah menerima dan mempraktekan dengan
baik hal-hal penting yang sudah diberitahu sebelumnya sehingga kondisi bayi saat ini
sudah jauh lebih baik. Namun ibu lebih ditekankan lagi untuk tidak memberikan susu
formula pada bayi menyangkut sistem pencernaan bayi yang belum siap menerima
kandungan susu formula. Ibu juga diedukasi tentang perawatan tali pusat agar cepat lepas
dan tidak terjadi infeksi. Diharapkan setelah kunjungan ini, ibu dan anggota keluarga
lainnya lebih memperhatikan dan menerima serta melakukan apa yang sudah diinfokan
oleh petugas kesehatan. Diperlukan kunjungan rutin berikutnya untuk melihat
perkembangan kondisi ibu dan bayi.
F. Tinjauan Pustaka
1. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana
hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan
tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna, dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat
untuk:
-
ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, lisozim, komplemen C 3 dan C4,
antistafiloccocus, lactobacillus, bifidus, lactoferin.
Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,
bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil
Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)
3. Produksi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung jaringan, debris, dan residu material yang terdapat dalam
alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak.
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
Vitamin larut lemak lebih tinggi, sedangkan vitamin larut dalam air dapat
lebih tinggi atau lebih rendah.
Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai
ke-5.
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya baru konstan.
Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
Tabel 2. Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi utuk setiap 100 ml
10
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.
Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan.
Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
ASI
Lembik
Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24
2. Ikterus Neonatorum
a. Pengertian
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu
pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah
keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus
yang berat sehingga memerlukan pemeriksaan dan tata laksana yang benar untuk
mencegah kesakitan dan kematian.
b. Metabolisme bilirubin
Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya kuning pada bayi baru
lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah (SDM). Hemoglobin (Hb) yang
berada di dalam SDM akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan
menghasilkan 34 mg bilirubin. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut
dalam lemak dan akan diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam hati bilirubin
dikonyugasi oleh enzim glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut dalam
air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu di dalam dan di luar hati ke
usus. Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan
sebagai sterkobilin bersama bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus,
bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air
susu ibu (ASI), yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap
kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan diikat oleh
13
albumin dan kembali ke dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik
(rantai usus-hati).
c. Ikterus pada neonatus
Peningkatan bilirubin pada neonatus sering terjadi akibat :
Selama masa janin, bilirubin diekskresi (dikeluarkan) melalui plasenta ibu,
sedangkan setelah lahir harus diekskresi oleh bayi sendiri dan memerlukan
kandungan) sedikit.
Uptake (ambilan) dan konyugasi (pengikatan) bilirubin oleh hati belum
mengalami kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang sudah mencapai
usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama makanan.
Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin indirek yang akan diserap
kembali ke dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih atau air gula.
Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai berikut :
bayi dalam waktu 30 menit diletakkan ke dada ibunya selama 30-60 menit
posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium
dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera
dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan
kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari.
g. Ikterus karena ASI
Iketrus karena ASI pertama kali didiskripsikan pada tahun 1963. Karakteristik
ikterus karena ASI adalah kadar bilirubin indirek yang masih meningkat setelah 4-7
hari pertama, berlangsung lebih lama dari ikerus fisiologis yaitu sampai 3-12 minggu
dan tidak ada penyebab lainnya yang dapat menyebabkan ikterus. Ikterus karena ASI
berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul
ikterus pada setiap bayi yang disusukannya. Selain itu, ikterus karena ASI juga
bergantung kepada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek (misalnya bayi
prematur akan lebih besar kemungkinan terjadi ikterus).
Penyebab ikterus karena ASI belum jelas tetapi ada beberapa faktor yang
diperkirakan memegang peran, yaitu :
terdapat hasil metabolisme hormon progesteron yaitu pregnane3- 20 betadiol
pengganti ASI dan ibu tetap diperah agar produksi ASI tidak
berkurang). Setelah 12 jam kadar bilirubin diperiksa ulang, bila penurunannya lebih
dari 2 mg/dl maka diagnosis dapat dipastikan.
Bila kadar bilirubin telah mencapai < 15 mg/dl, maka ASI dapat diberikan
kembali. Kadar bilirubin diperiksa ulang untuk melihat apakah ada peningkatan
kembali.
Pada sebagian besar kasus penghentian ASI untuk beberapa lama akan memberi
kesempatan hati mengkonyugasi bilirubin indirek yang berlebihan tersebut, sehingga
apabila ASI diberikan kembali kenaikannya tidak akan banyak dan kemudian berangsur
menurun. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian pemberian ASI
dilanjutkan sampai 18-24 jam dengan mengukur kadar bilirubin setiap 6 jam. Apabila
kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian pemberian ASI selama 24 jam
maka jelas penyebabnya bukan karena ASI. ASI boleh diberikan kembali sambil
mencari penyebab ikterus lainnya.
i. Tata laksana
Pada hiperbilirubinemia, bayi harus tetap diberikan ASI dan jangan diganti
dengan air putih atau air gula karena protein susu akan melapisi mukosa usus dan
menurunkan penyerapan kembali bilirubin yang tidak terkonyugasi. Pada keadaan
tertentu bayi perlu diberikan terapi sinar. Transfusi tukar jarang dilakukan pada ikterus
dini atau ikterus karena ASI. Indikasi terapi sinar dan transfusi tukar sesuai dengan tata
laksana hiperbilirubinemia.
Yang perlu diperhatikan pada bayi yang mendapat terapi sinar adalah sedapat
mungkin ibu tetap menyusui atau memberikan ASI yang diperah dengan menggunakan
cangkir supaya bayi tetap terbangun dan tidak tidur terus. Bila gagal menggunakan
cangkir, maka dapat diberikan dengan pipa orogastrik atau nasogastrik, tetapi harus
segera dicabut sehingga tidak mengganggu refleks isapnya. Kegiatan menyusui harus
sering (1-2 jam sekali) untuk mencegah dehidrasi, kecuali pada bayi kuning yang tidur
16
terus, dapat diberikan ASI tiap 3 jam sekali. Jika ASI tidak cukup maka lebih baik
diberikan ASI dan PASI bersama daripada hanya PASI saja.
Ikterus dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada lebih dari 30%
bayi, sehingga memerlukan tata laksana sebagai berikut :
jika pemeriksaan fisik, urin dan feses normal hanya diperlukan observasi saja.
dilakukan skrining hipotiroid
jika menetap sampai 3 minggu, periksa kadar bilirubin urin, bilirubin direk dan
total.
j. Manajemen dan penyimpanan ASI
Pada ikterus dini dan ikterus karena ASI diperlukan manajemen ASI yang benar.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa diberikan apa-apa selain ASI. Pemberian
ASI eksklusif akan berhasil bila terdapat perlekatan yang erat. Bayi disusui segera
setelah lahir, sering menyusui dan memerah ASI.
Perlekatan yang baik bila sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, mulut
bayi terbuka lebar, dan bibir bawah terputar ke bawah. Pada ikterus karena ASI yang
terpaksa harus menghentikan ASI untuk sementara, sebaiknya diberikan pengganti
ASI dengan tidak menggunakan dot, tapi menggunakan sendok kecil atau cangkir. ASI
harus sering diperah dan disimpan dengan tepat terutama pada ibu yang bekerja.
Berikut adalah cara menyimpan ASI yang diperah:
ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui Sejak Lahir sampai Enam
Bulan hanya ASI saja. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga.
Jakarta.
Utami, R. 2002. ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Jakarta : Konas XII Persagi.
Ida Poernomo SS, Rulina S, Sientje M, Sri Durjati B, Wirastari M. 2003. Manajemen
Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. 2011.
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014. Available
at: http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/terbitan/rencana-aksi-pembinaan-gizimasyarakat-rapgm-tahun-2010-2014?wpmp_tp=2
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Pedoman Pemberian MP-ASI. Jakarta.
Winarno FG. 1998. Gizi dan Makanan bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Manajemen Laktasi. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Air Susu Ibu dan Ikterus. http://idai.or.id/publicarticles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-ikterus.html.
18
Lampiran
19