Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN

F.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

ASI EKSKLUSIF
DAN
IKTERUS NEONATORUM

Disusun Oleh:
dr. Ramadhan Tiara Timur
Puskesmas Pringsurat
Periode Oktober 2014-Januari 2015
Internsip Dokter Indonesia Kabupaten Temanggung
Periode Juni 2014-Mei 2015
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F.3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Topik:
ASI Eksklusif dan Ikterus Neonatorum

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Pringsurat Kabupaten Temanggung

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Januari 2015

Mengetahui,
Dokter Internship,

dr. Ramadhan Tiara Timur

Dokter Pendamping

dr. Anis Mustaghfirin


NIP. 19830617201001 1 020

A. Latar Belakang
1

Neonatus merupakan bayi yang berumur 0-28 hari. Masa ini merupakan masa transisi
di mana bayi memulai kehidupan di luar rahim ibunya. Begitu banyak perubahan yang
dialami dari organ fisik maupun fungsi tubuhnya. Mengingat begitu besar perubahan yang
terjadi maka tak dapat diingkari begitu banyak juga permasalahan yang timbul.
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan
oleh penumpukan bilirubin. Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu pertama terjadi pada
60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah keadaan yang fisiologis.
Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus yang berat sehingga memerlukan
pemeriksaan dan tata laksana yang benar untuk mencegah kesakitan dan kematian.
ASI merupakan standar emas dari nutrisi pada bayi yang baru lahir. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 2003) dan American Academy of Pediatrics (Koosha et
al, 2008; CON AAP, 2009) merekomendasikan
pemberian ASI
eksklusif
selama 6
bulan pertama kehidupan bayi. Namun, rekomendasi ini tidak tercapai secara konsisten;
dilaporkan tingkat menyusui secara eksklusif selama 6 bulan berkisar antara 1046% (WHO, 2003; Koosha et al, 2008).
ASI sudah diketahui keunggulannya, tetapi kecenderungan para ibu untuk tidak
menyusui bayinya secara eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
besarnya jumlah ibu menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai
pengganti ASI. Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu sehingga dalam pemanfaatan ASI
secara eksklusif kepada bayinya rendah, antara lain adalah pengaruh iklan/promosi pengganti
ASI, ibu bekerja, lingkungan sosial budaya, pendidikan, pengetahuan yang rendah serta
dukungan suami yang rendah.
Pengaruh frekuensi pemberian ASI yang kurang kepada bayi diantaranya adalah
menyebabkan ikterus neonatorum. Para ahli kesehatan menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya dengan jarak 3 jam, dengan frekuensi paling sedikit 8-12 kali perhari untuk beberapa
hari pertama. Bayi yang mendapat ASI, kadar bilirubin cenderung lebih rendah pada yang
defekasinya lebih sering. Bayi yang terlambat mengeluarkan mekonium lebih sering terjadi
ikterus fisiologis. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain : frekuensi menyusui yang
tidak adekuat sehingga asupan ASI kurang optimal, dan cenderung untuk lebih mengalami
kehilangan berat badan. Apabila frekuensi menyusui kurang bayi bisa mengalami dehidrasi,
penumpukan bilirubin dan akhirnya terjadi ikterus.
B. Permasalahan
Seringkali dijumpai ibu yang baru melahirkan menolak memberikan ASI atau
meminta agar bayinya diberi tambahan susu formula pada hari-hari pertama, karena kawatir
ASI nya tidak cukup dan bayinya akan menjadi kuning. Begitu pula yang terjadi pada Ny. N
yang bertempat tinggal di Dusun Kiyangan Desa Karangwuni Kecamatan Pringsurat. Ibu
mengeluhkan bayinya menjadi kuning 2 hari pasca melahirkan. Setelah ditelusuri, salah satu
masalahnya adalah bayi belum mendapatkan ASI secara maksimal. Oleh karena itu pada
penulisan kali ini kami akan mengangkat masalah kejadian ikterus dan hubungan dengan
2

pemberian ASI, serta pemberian edukasi kepada ibu dan keluarganya bagaimana mengelola
kelainan maupun mencegah munculnya kelainan yang lebih serius.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu konseling, informasi dan edukasi (KIE).
2. Menentukan Sasaran
Sasaran yang dipilih pada kegiatan adalah ibu-ibu yang baru saja melewati proses
persalinan dengan bayi yang mengalami ikterik.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan KIE ini adalah agar sasaran mengetahui manfat pemberian ASI eksklusif
sekalipun pada bayi yang mengalami ikterus.
4. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip dan bidan desa.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
: KIE tentang ASI dan ikterus
Status Pasien

Identitas Pasien
Nama

: By. K

Umur

: 3 hari

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Nama Ayah

: Tn. W

Nama Ibu

: Ny. N

Alamat

: Dusun Kiyangan Desa Karangwuni

Pemeriksaan 1

: 3 Januari 2015

Pemeriksaan 2

: 9 Januari 2015

Keluhan Utama

: Bayi kuning

Riwayat Penyakit Sekarang


Bayi mengalami kulit kuning sejak usia 2 hari pasca dilahirkan. Kuning di bagian kepala,
leher dan dada. Saat ini bayi diberikan ASI langsung dari payudara ibunya, namun
produksi ASI masih sedikit dan pemberian ASI hanya berkisar 3-4 x sehari durasi
singkat. BAK 2-3 kali sehari, sedikit, BAB 1 kali sehari. BBL 2500 gram, panjang badan
48 cm.
Riwayat Kehamilan dan Prenatal
3

Pemeriksaan rutin

: Bidan

Frekuensi

: Trimester I

: 1x/ bulan

Trimester II : 2x/ bulan


Trimester III : 3x/ bulan
Tidak ada keluhan selama kehamilan. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan :
vitamin dan pil penambah darah dari bidan.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di praktek bidan, lahir spontan, langsung menangis kuat, gerak aktif, usia
kehamilan 40 minggu, berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 48 cm.
Riwayat Imunisasi
Status Imunisasi
Jenis
Hepatitis

0
0 bulan

II

III

IV

B
Polio
BCG
DPT
Campak
Pemeriksaan Fisis
KU

: kompos mentis, gizi kesan cukup

VS

: HR : 140x/menit, regular, isi tegangan cukup, simetris


RR : 28x/menit, tipe thorakoabdominal
t: 36,2C (per axiller)

Kulit

: warna kuning saat penekanan pada kepala, leher dan dada sawo matang,
kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)

Kepala

: mesocephal, UUB datar, rambut hitam tidak mudah rontok dan sukar dicabut.

Mata

: reflek cahaya (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), konjunctiva anemis (-/-),


sklera ikterik (-/-), mata cekung (+/+)

Hidung

: nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: sekret (-/-)

Mulut

: sianosis (-), mukosa basah (+),

Leher

: trachea di tengah, KGB tidak membesar

Thorax

: normochest, retraksi (-)

Pulmo

: I = pengembangan dada kanan sama dengan kiri


P = fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
4

P = sonor/sonor
A = SDV (+/+), ST (-/-)
Cor

: I = ictus cordis tidak tampak


P = ictus cordis tidak kuat angkat
P = batas jantung kesan tidak melebar
A = BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Abdomen

: I = dinding perut sejajar dinding dada


A = bising usus (+) normal
P = timpani
P = supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali
cepat

Urogenital

: OUE hiperemis (-)

Anorektal

: anus (+)

Ekstremitas: akral dingin

edema

CRT < 2 detik

ADP teraba kuat

Daftar Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Bayi ikterik kramer 1-2


Asupan ASI kurang
BAK sedikit
BAB sedikit
Produksi ASI kurang

Materi Edukasi
- Penjelasan kepada ibu tentang kondisi bayinya yang mengalami ikterik
kemungkinan bersifat fisiologis karena baru muncul pada usia 2 hari
- Penatalaksanaan meliputi pemberian ASI yang adekuat, di jemur di bawah sinar
matahari pagi, pemantauan frekuensi dan banyaknya BAK dan BAB, pengenalan
tanda-tanda kegawatan yang mungkin terjadi
- Edukasi kepada ibu mengenai pentingnya pemberian ASI dan menolak pemberian
susu formula pada bayi kurang dari 6 bulan
- Edukasi cara menyusui yang benar lewat payudara maupun botol dot
- Edukasi menjaga higienitas ibu dan bayi
E. Monitoring dan Evaluasi
Setelah kunjungan pertama, kami melakukan kunjungan kedua saat bayi berusia 10
hari untuk monitoring perkembangan dan perbaikan. Ibu mengaku sudah melakukan apa
yang diedukasikan kepadanya. Saat ini bayi dalam kondisi kuning pada kulit sudah
5

menghilang, sklera tidak ikterik, frekuensi menyusu tiap 2 jam baik lewat payudara
maupun botol, BAK hampir setiap jam, BAB 3-4x sehari, gerak aktif, namun tali pusat
belum lepas. Namun ibu terkadang masih memberikan susu formula di waktu malam
dengan alasan lebih ringkas.
Dari hasil tersebut didapatkan bahwa ibu telah menerima dan mempraktekan dengan
baik hal-hal penting yang sudah diberitahu sebelumnya sehingga kondisi bayi saat ini
sudah jauh lebih baik. Namun ibu lebih ditekankan lagi untuk tidak memberikan susu
formula pada bayi menyangkut sistem pencernaan bayi yang belum siap menerima
kandungan susu formula. Ibu juga diedukasi tentang perawatan tali pusat agar cepat lepas
dan tidak terjadi infeksi. Diharapkan setelah kunjungan ini, ibu dan anggota keluarga
lainnya lebih memperhatikan dan menerima serta melakukan apa yang sudah diinfokan
oleh petugas kesehatan. Diperlukan kunjungan rutin berikutnya untuk melihat
perkembangan kondisi ibu dan bayi.
F. Tinjauan Pustaka
1. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana
hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 6 (enam) bulan
tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. ASI dalam jumlah
cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi
bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan
utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna, dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.

ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat
untuk:
-

Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan


asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
6

Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.

Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,


magnesium.

ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, lisozim, komplemen C 3 dan C4,
antistafiloccocus, lactobacillus, bifidus, lactoferin.

ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada


bayi.

Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:

Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan kehidupan


kepada bayinya.

Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,
bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.

Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil

Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.

Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)

Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

3. Produksi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung jaringan, debris, dan residu material yang terdapat dalam
alveoli dan duktus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan
anak.

Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.

Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,


7

lebih kuning dibandingkan ASI matur.

Merupakan suatu laksantif yang ideal untuk membersihkan mekoneum usus


bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.

Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi


berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah kasein
sedang pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI matur yang dapat


memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI


matur.

Total energi kolostrum lebih rendah dibandingkan ASI matur yaitu 58


kalori/100 ml.

Vitamin larut lemak lebih tinggi, sedangkan vitamin larut dalam air dapat
lebih tinggi atau lebih rendah.

Bila dipanaskan menggumpal, ASI matur tidak.

Lebih alkalis dibandingkan ASI matur.

Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin di bandingkan


ASI matur.

Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi


menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.

Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI matur.

Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI matur baru akan terjadi pada minggu ke-3 sampai
ke-5.

Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat


semakin tinggi.

Volume semakin meningkat.

c. Air Susu Matur


8

ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
minggu ke-3 sampai ke-5 ASI komposisinya baru konstan.

Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya
yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap


diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang
sesuai untu bayi.

Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung kasein,


riboflavin dan karoten.

Tidak menggumpal bila dipanaskan.

Volume: 300 850 ml/24 jam

Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:


-

Antibodi terhadap bakteri dan virus.

Sel (fagosit, granulosit, makrofag, limfosit T)

Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)

Faktor resisten terhadap stafilokokus.

Komplemen ( C3 dan C4)

4. Volume Produksi ASI


Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu
kedua.14 Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 6 bulan
pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan
gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak
saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang
9

dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya


berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada
beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang
bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak
tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari
penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume
air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat
kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya
memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua,
dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat
ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak
memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak
akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama
menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi
konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya.
Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan
akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di
daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan
marasmus pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan klor
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan
bayi.

Tabel 2. Komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi utuk setiap 100 ml

10

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang


diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat
diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi
penyakit polio jarang terjadi pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena
sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam
susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang
terlarut lemak.
5. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan


11

ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.

Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu,


apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil.

Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester


kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.

Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu


diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara


menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan
bayi pada payudara ibu.

Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari


agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak


dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.

Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.

Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang


keberhasilan menyusui.

Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada


permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
12

Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman


dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP


ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

Tabel 3. Pola Pemberian ASI/MP-ASI menurut golongan umur


Golongan Umur
(Bulan)

ASI

Pola Pemberian ASI / MP-ASI


MP ASI
Makanan
Makanan
Makanan
Lumat

Lembik

Keluarga

0-6
6-9
9-12
12-24
2. Ikterus Neonatorum
a. Pengertian
Ikterus adalah pewarnaan kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang
disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Ikterus pada bayi baru lahir pada minggu
pertama terjadi pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Hal ini adalah
keadaan yang fisiologis. Walaupun demikian, sebagian bayi akan mengalami ikterus
yang berat sehingga memerlukan pemeriksaan dan tata laksana yang benar untuk
mencegah kesakitan dan kematian.
b. Metabolisme bilirubin
Penumpukan bilirubin merupakan penyebab terjadinya kuning pada bayi baru
lahir. Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah (SDM). Hemoglobin (Hb) yang
berada di dalam SDM akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan
menghasilkan 34 mg bilirubin. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut
dalam lemak dan akan diangkut ke hati terikat oleh albumin. Di dalam hati bilirubin
dikonyugasi oleh enzim glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut dalam
air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu di dalam dan di luar hati ke
usus. Di dalam usus bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan
sebagai sterkobilin bersama bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus,
bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air
susu ibu (ASI), yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap
kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan diikat oleh

13

albumin dan kembali ke dalam hati. Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik
(rantai usus-hati).
c. Ikterus pada neonatus
Peningkatan bilirubin pada neonatus sering terjadi akibat :
Selama masa janin, bilirubin diekskresi (dikeluarkan) melalui plasenta ibu,
sedangkan setelah lahir harus diekskresi oleh bayi sendiri dan memerlukan

waktu adaptasi selama kurang lebih satu minggu


Jumlah sel darah merah lebih banyak pada neonatus
Lama hidup sel darah merah pada neonatus lebih singkat dibanding lama hidup

sel darah merah pada usia yang lebih tua


Jumlah albumin untuk mengikat bilirubin pada bayi prematur (bayi kurang
bulan) atau bayi yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterin (dalam

kandungan) sedikit.
Uptake (ambilan) dan konyugasi (pengikatan) bilirubin oleh hati belum

sempurna, terutama pada bayi prematur


Sirkulasi enterohepatik meningkat
d. Bahaya penumpukan bilirubin
Bilirubin indirek yang larut dalam lemak bila menembus sawar darah otak akan
terikat oleh sel otak yang terdiri terutama dari lemak. Sel otak dapat menjadi rusak,
bayi kejang, menderita kernikterus, bahkan menyebabkan kematian. Bila kernikterus
dapat dilalui, bayi dapat tumbuh tapi tidak berkembang. Selain bahaya tersebut,
bilirubin direk yang bertumpuk di hati akan merusak sel hati menyebabkan sirosis
hepatik (pengerutan hati).
Hiperbilirubinemia (kadar bilirubin tinggi) pada bayi kurang bulan lebih sering
terjadi, lebih cepat terlihat, dan berlangsung lebih lama. Kadar bilirubin di dalam darah
bayi kurang bulan juga lebih tinggi dibanding bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan
oleh sel hati yang masih imatur (belum matang), uptake dan konyugasi bilirubin lambat
dan sirkulasi enterohepatik yang meningkat.
e. Ikterus dan pemberian ASI
Ikterus yang berhubungan dengan pemberian ASI disebabkan oleh peningkatan
bilirubin indirek. Ada 2 jenis ikterus yang berhubungan dengan pemberian ASI, yaitu
(1) Jenis pertama: ikterus yang timbul dini (hari kedua atau ketiga) dan disebabkan oleh
asupan makanan yang kurang karena produksi ASI masih kurang pada hari pertama dan
(2) Jenis kedua: ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama, bersifat familial
disebabkan oleh zat yang ada di dalam ASI.
f. Ikterus dini
Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami ikterus. Ikterus ini
disebabkan oleh produksi ASI yang belum banyak pada hari hari pertama. Bayi
14

mengalami kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang sudah mencapai
usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan melalui anus bersama makanan.
Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah menjadi bilirubin indirek yang akan diserap
kembali ke dalam darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih atau air gula.
Untuk mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai berikut :
bayi dalam waktu 30 menit diletakkan ke dada ibunya selama 30-60 menit
posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium
dengan segera. Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera
dikeluarkan, bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan

kadar bilirubin dalam darah.


bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali sehari.
jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI keluar

karena akan mengurangi asupan susu.


monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat buang air kecil bayi paling

kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari.
g. Ikterus karena ASI
Iketrus karena ASI pertama kali didiskripsikan pada tahun 1963. Karakteristik
ikterus karena ASI adalah kadar bilirubin indirek yang masih meningkat setelah 4-7
hari pertama, berlangsung lebih lama dari ikerus fisiologis yaitu sampai 3-12 minggu
dan tidak ada penyebab lainnya yang dapat menyebabkan ikterus. Ikterus karena ASI
berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul
ikterus pada setiap bayi yang disusukannya. Selain itu, ikterus karena ASI juga
bergantung kepada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek (misalnya bayi
prematur akan lebih besar kemungkinan terjadi ikterus).
Penyebab ikterus karena ASI belum jelas tetapi ada beberapa faktor yang
diperkirakan memegang peran, yaitu :
terdapat hasil metabolisme hormon progesteron yaitu pregnane3- 20 betadiol

di dalam ASI yang menghambat uridine diphosphoglucoronic acid (UDPGA)


peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang nonesterified yang

menghambat fungsi glukoronid transferase di hati


peningkatan sirkulasi enterohepatik karena adanya peningkatan aktivitas

glukoronidase di dalam ASI saat berada dalam usus bayi.


defek pada aktivitas uridine diphosphate-glucoronyl transferase (UGT1A1) pada

bayi homozigot atau heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.


h. Diagnosis ikterus karena ASI
15

Semua penyebab ikterus harus disingkirkan. Orangtua dapat ditanyakan apakah


anak sebelumnya juga mengalami ikterus. Sekitar 70% bayi baru lahir yang saudara
sebelumnya mengalami ikterus karena ASI akan mengalami ikterus pula.
Beratnya ikterus bergantung pada kematangan hati untuk mengkonyugasi
kelebihan bilirubin indirek ini. Untuk kepastian diagnosis apalagi bila kadar bilirubin
telah mencapai di atas 16 mg/dl selama lebih dari 24 jam adalah dengan memeriksa
kadar bilirubin 2 jam setelah menyusu dan kemudian menghentikan pemberian ASI
selama 12 jam (tentu bayi mendapat cairan dan kalori dari makanan lain berupa ASI
dari donor atau

pengganti ASI dan ibu tetap diperah agar produksi ASI tidak

berkurang). Setelah 12 jam kadar bilirubin diperiksa ulang, bila penurunannya lebih
dari 2 mg/dl maka diagnosis dapat dipastikan.
Bila kadar bilirubin telah mencapai < 15 mg/dl, maka ASI dapat diberikan
kembali. Kadar bilirubin diperiksa ulang untuk melihat apakah ada peningkatan
kembali.
Pada sebagian besar kasus penghentian ASI untuk beberapa lama akan memberi
kesempatan hati mengkonyugasi bilirubin indirek yang berlebihan tersebut, sehingga
apabila ASI diberikan kembali kenaikannya tidak akan banyak dan kemudian berangsur
menurun. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian pemberian ASI
dilanjutkan sampai 18-24 jam dengan mengukur kadar bilirubin setiap 6 jam. Apabila
kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian pemberian ASI selama 24 jam
maka jelas penyebabnya bukan karena ASI. ASI boleh diberikan kembali sambil
mencari penyebab ikterus lainnya.
i. Tata laksana
Pada hiperbilirubinemia, bayi harus tetap diberikan ASI dan jangan diganti
dengan air putih atau air gula karena protein susu akan melapisi mukosa usus dan
menurunkan penyerapan kembali bilirubin yang tidak terkonyugasi. Pada keadaan
tertentu bayi perlu diberikan terapi sinar. Transfusi tukar jarang dilakukan pada ikterus
dini atau ikterus karena ASI. Indikasi terapi sinar dan transfusi tukar sesuai dengan tata
laksana hiperbilirubinemia.
Yang perlu diperhatikan pada bayi yang mendapat terapi sinar adalah sedapat
mungkin ibu tetap menyusui atau memberikan ASI yang diperah dengan menggunakan
cangkir supaya bayi tetap terbangun dan tidak tidur terus. Bila gagal menggunakan
cangkir, maka dapat diberikan dengan pipa orogastrik atau nasogastrik, tetapi harus
segera dicabut sehingga tidak mengganggu refleks isapnya. Kegiatan menyusui harus
sering (1-2 jam sekali) untuk mencegah dehidrasi, kecuali pada bayi kuning yang tidur
16

terus, dapat diberikan ASI tiap 3 jam sekali. Jika ASI tidak cukup maka lebih baik
diberikan ASI dan PASI bersama daripada hanya PASI saja.
Ikterus dini yang menetap lebih dari 2 minggu ditemukan pada lebih dari 30%
bayi, sehingga memerlukan tata laksana sebagai berikut :
jika pemeriksaan fisik, urin dan feses normal hanya diperlukan observasi saja.
dilakukan skrining hipotiroid
jika menetap sampai 3 minggu, periksa kadar bilirubin urin, bilirubin direk dan
total.
j. Manajemen dan penyimpanan ASI
Pada ikterus dini dan ikterus karena ASI diperlukan manajemen ASI yang benar.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa diberikan apa-apa selain ASI. Pemberian
ASI eksklusif akan berhasil bila terdapat perlekatan yang erat. Bayi disusui segera
setelah lahir, sering menyusui dan memerah ASI.
Perlekatan yang baik bila sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, mulut
bayi terbuka lebar, dan bibir bawah terputar ke bawah. Pada ikterus karena ASI yang
terpaksa harus menghentikan ASI untuk sementara, sebaiknya diberikan pengganti
ASI dengan tidak menggunakan dot, tapi menggunakan sendok kecil atau cangkir. ASI
harus sering diperah dan disimpan dengan tepat terutama pada ibu yang bekerja.
Berikut adalah cara menyimpan ASI yang diperah:

ASI yang telah diperah dan belum diberikan dalam waktu 30 menit, sebaiknya

disimpan dalam lemari es.


ASI dapat disimpan selama 2 jam dalam lemari es dengan menggunakan

kontainer yang bersih, misalnya plastik


ASI yang diperah harus tetap dingin terutama selama dibawa transportasi.
ASI yang tidak digunakan selama 48 jam, sebaiknya didinginkan di freezer dan

dapat disimpan selama 3 bulan.


Sebaiknya diberi label tanggal pada ASI yang diperah, sehingga bila akan

digunakan, ASI yang awal disimpan yang digunakan.


Jangan memanaskan ASI dengan direbus, cukup direndam dalam air hangat.
Juga jangan mencairkan ASI beku langsung dengan pemanasan, pindahkan
dahulu ke lemari es pendingin agar mencair baru dihangatkan
Dengan manajemen ASI yang benar diharapkan bayi dapat diberikan ASI secara

eksklusif sekalipun mengalami ikterus.

17

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui Sejak Lahir sampai Enam
Bulan hanya ASI saja. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga.
Jakarta.
Utami, R. 2002. ASI Eksklusif: Tinjauan dari Aspek Medis. Jakarta : Konas XII Persagi.
Ida Poernomo SS, Rulina S, Sientje M, Sri Durjati B, Wirastari M. 2003. Manajemen
Laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. 2011.
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014. Available
at: http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/terbitan/rencana-aksi-pembinaan-gizimasyarakat-rapgm-tahun-2010-2014?wpmp_tp=2
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Pedoman Pemberian MP-ASI. Jakarta.
Winarno FG. 1998. Gizi dan Makanan bagi Bayi dan Anak Sapihan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Manajemen Laktasi. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013. Air Susu Ibu dan Ikterus. http://idai.or.id/publicarticles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-ikterus.html.

18

Lampiran

19

Anda mungkin juga menyukai