Anda di halaman 1dari 23

Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan

Suku Mentawai
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Program Strata 1
Jurusan Sastra China
Oleh
Josi 1100000651
Juliana 1100012903

Fakultas Bahasa dan Budaya


Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2011

Analisis Tradisi Mentato pada Suku Drung dan Suku


Mentawai

Skripsi

Josi
1100000651

Juliana
1100012903

Dosen Pembimbing

Fu Ruo Mei, BA
D3050

Fakultas Bahasa dan Budaya


Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2011

RINGKASAN ISI
Suku Drung adalah salah satu suku di China, terletak di Propinsi
Yunan lembah sungai Jiang, suku Drung mempunyai tradisi yang unik
yaitu para wanita suku Drung mentato wajahnya atau disebut wen
mian. Di Indonesia juga terdapat tradisi mentato tubuh yaitu di Pulau
Mentawai, Sumatera Barat. Tato Mentawai merupakan tato tertua di
Indonesia. Salah satu alasan suku Mentawai mentato tubuhnya adalah
sebagai simbol penghormatan terhadap alam, karena suku Mentawai
hidup berdampingan dengan alam dan hidup mereka bergantung pada
alam.
Alasan diatas membuat penulis ingin mengetahui lebih dalam lagi
apa alasan mereka mentato tubuh mereka, mencari persamaan dan
perbedaan baik sejak kapan dimulai tradisi tersebut, alat yang
digunakan, proses, kegunaan, bentuk tato dari masing-masing suku.
1.

Sejarah Singkat Tato


Tato diperkirakan muncul pertama kali di Mesir pada tahun 4000

SM pada waktu pembangunan The Great Pyramids. Bukti tato Mesir


yang tertua dengan peninggalan mumi Nubbian sehingga para ahli
mengambil kesimpulan bahwa seni dalam membuat tato sudah ada
sejak 12.000 tahun SM.
Menjelang abad 2000SM, seni tato meluas hingga, menjelang
tahun 1000SM keberadaan tato makin meluas, hal ini terjadi karena
adanya difusi kebudayaan akibat migrasi penduduk.

Aliran difusionisme menjelaskan bahwa kebudayaan itu asalnya satu,


kemudian menyebar ke seluruh dunia karena adanya perpindahan
manusia akibat perubahan lingkungan alam.
Difusi tato menyebar ke Timur Tengah, kemudian menyeberang
melalui darat dan laut dataran India, China, Jepang, dan Kepulauan
Pasifik.
Awalnya, teknik dan alat yang digunakan dalam pembuatan tato
masih sangat tradisional yaitu menggunakan arang tempurung yang
dicampur air tebu. Jarum dan pemukul berasal dari batang yang
diruncingkan.
Pada jaman sekarang, mentato tidak lagi menggunakan jarum
yang berasal dari tulang hewan atau batang tumbuhan yang
diruncingkan, namun menggunakan mesin elektrik. Mesin ini ditemukan
pada tahun 1891 di Inggris, zat pewarnanya menggunakan tinta sintetis.

1.2 Fungsi Tato Pada Suku


Dahulu seni mentato sering dipakai oleh suku-suku terasing di
suatu wilayah di dunia dengan fungsi yang hampir sama di berbagai
tempat atau suku yaitu : pertama, tato sebagai simbol prestasi dari hasil
berburu binatang, keberanian, keterampilan, pengobatan. Kedua, tato
merupakan perintah religius kepada masyarakat yang meyakini itu
sebagai perintah dewa atau Tuhan. Ketiga, sebagai bukti ketabahan
dalam melewati masa peralihan dari gadis ke perempuan dewasa,
perempuan dewasa ke ibu, tato juga dianggap mampu mengatasi rasa
sakit dan duka. Keempat, sebagai jimat mujarab, simbol kesuburan dan
kekuatan dalam melawan berbagai penyakit dan kecelakaan.

2.

Tato Suku Dan Tradisi


Kelompok masyarakat yang tinggal di dalam grup mempunyai

pengalaman

hasil

pembelajaran

dan

interaksi

sesama.

Mereka

menggunakan kemampuan untuk mengekspresikan pengalaman mereka,


yaitu membuat seni, lebih tepatnya seni tradisional. Dikatakan seni
tradisional karena mempunyai beberapa karakteristik yaitu mudah,
memiliki dua sisi, silsilah yang aneh dan si pembuat tidak memiliki
pendidikan secara formal. Dapat disimpulkan seni rakyat adalah
keindahan sebuah grup, identitas, dan berharga.
Ciri khas manusia adalah kemampuannya menciptakan simbol
yang mempunyai makna tertentu, maka manusia disebut animal
simbolicum (Earnest Cassiers, 1994). Simbol merupakan salah satu
bahasa nonverbal karena menggunakan lambang berupa benda,
lukisan,binatang, sebagai contoh adalah tato.
Tato adalah salah satu simbol mengekspresikan kebudayaan dan
merupakan seni yang dapat dilihat. Melalui tato, beberapa suku di dunia
dapat mengekspresikan apa yang mereka harapkan dalam hidup. Itu
berarti tato menjadi salah satu alat yang dipergunakan

masyarakat

untuk mengungkapkan suara hati mereka dan menyampaikan ide. Tato


juga dapat menjadi suatu simbol untuk mengidentifikasikan bahasa di
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu karena tato dapat
mengartikan sesuatu. Tato yang terdapat dalam perseorangan maupun
suku-suku tertentu mempunyai makna dan fungsi yang berbeda, simbol
yang digunakan untuk membuat tato biasanya sangat sederhana dan
diambil dari kebudayaan asli mereka.
Fungsi simbol adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan
simbol yang mempunyai makna, manusia dapat berkomunikasi dengan

manusia lain. Simbol digunakan dalam tato biasanya asli dari mana
orang

berasal.

Mereka

tidak

memutuskan

hubungan

dengan

kebudayaan asli mereka.


Fungsi tato antara lain sebagai simbol profesi seseorang
penyembuhan penyakit, penghormatan terhadap roh-roh nenek moyang,
dan bentuk rasa terimakasih terhadap alam. Fungsi ini berkaitan dengan
pandangan hidup mistis pada suku-suku tertentu. Suku di pedalaman
hidup berdampingan dengan alam, hidup mereka bergantung pada alam,
maka hidup mereka terkungkung oleh alam, kondisi yang demikian
membuat mereka berpandangan hidup mistis, yaitu pandangan yang
tunduk kepada kekuatan alam sehingga mereka menyembah alam.
Pada suku primitif, peraturan adat yang harus dilaksanakan pada
saat wanita atau pria sudah memasuki usia akil balik atau remaja adalah
mentato tubuhnya sebagai lambang memasuki gerbang kedewasaan.
Proses penatoan tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang,
melainkan orang yang dipercaya dan ditunjuk oleh kepala suku seperti
dukun adat. Ter Harr mengatakan bahwa hukum adat yang berlaku
hanya dapat diketahui dari penetapan-penetapan petugas hukum
seperti kepala adat, hakim, rapat adat, perangkat desa dan lain
sebagainya. Proses penatoan tubuh pada usia akilbalik dilakukan secara
turun temurun dan menjadi sebuah tradisi. Tradisi adalah kebiasaan,
adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat, informasinya diteruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan.
Tradisi mentato banyak kita temui di berbagai suku di dunia
seperti suku Mentawai Padang , suku Dayak di Kalimantan, suku Drung,
Dai, Li di china, suku Aborigin Australia, motif tato, alat yang digunakan
dalam pembuatan tato, fungsi, makna juga beraneka ragam. Pada

umumnya tradisi mentato antara satu dengan yang lainnya berbeda,


namun memungkinkan adanya kesamaan tradisi dan kebudayaan antara
satu daerah dengan daerah lainnya ini disebabkan karena persebaran
budaya.
Kebanyakan suku di dunia yang mempunyai tradisi mentato
berhubungan dengan kepercayaan masyarakat mengenai animisme dan
totemisme. Simbol-simbol dipercaya memiliki kekuatan supranatural.
Animisme adalah suatu keyakinan bahwa alam semesta dunia kita ini
dan juga benda langit memiliki jiwa abadi. Tato merupakan salah satu
cara untuk menghormati roh roh nenek moyang maupun alam, karena
benda yang ada di alam yang menurut mereka sakral, dilukiskan di atas
kulit tubuh mereka sebagai busana abadi yang dibawa sampai mati.
Sekarang tato hanya merupakan sebuah simbol apresiasi mereka
terhadap seni melukis di atas tubuh. Tradisi mentato bagi masyarakat
yang hidup dipedalaman kini sudah mulai punah seiring perkembangan
jaman. Seperti dikatakan Soepomo bahwa setiap peraturan adalah
adalah timbul berkembang dan selanjutnya lenyap dengan lahirnya
peraturan baru.

3. Suku Drung Dan Suku Mentawai


3.1 Tradisi Tato Suku Drung
Suku Drung terletak di lembah sungai Dulong yang berada di
Provinsi Yunnan Utara jurang sungai Nu. 5.000 meter di atas
permukaan laut timur Gao li gong shan, dibagian Barat dan Selatan
berbatasan dengan Myanmar, daerah otonom Tibet Utara. Suku Drung
memiliki bahasa sendiri, dari bermacam jenis bahasa termasuk SinoTibet dengan Tibet Burma. Profesi menebang dan membakar, pria

memancing dan berburu, wanita kesehariannya memetik. Sebagian


besar suku Drung yang ada di Dulong, membangun desa disepanjang
tepi Sungai Yangtze.
Menurut catatan sejarah dan legenda masyarakat, wanita Suku
Drung memiliki kebiasaan mentato wajah, terlebih mempunyai alasan
sejarah yang spesifik. Hampir dua tiga ratus tahun yang lalu, penghulu
Suku Tibet dan Suku Lizu berusaha memasuki daerah Suku Drung,
terhadap Suku Drung melakukan hal eksploitasi kejam dan tekanan.
Terutama penghulu Chawa Naga Tibet, setiap tahun masyarakat Suku
Drung harus membayar upeti, bahkan mulut, telinga, hidung, rambut
juga dikenakan upeti. Jika tidak mampu membayar, maka penculikan
perempuan dibawa sampai daerah Tibet sebagai budak. Terutama
perempuan Suku Drung yang muda dan cantik, biasanya sering
menghadapi bahaya diculik. Jadi mentato wajah dalam sejarah
penindasan wanita Suku Drung, merupakan salah satu upaya untuk
menyelamatkan diri.

3.1.1 Fungsi Tato Bagi Suku Drung


Alasan wanita suku Drung mentato wajah mereka, secara garis
besar ada 4 anggapan yaitu: (1) wanita mentato mukanya sebagai
penghias, (2) mentato wajah adalah asalnya menyembah dan salah
satunya hasil kegiatan ilmu sihir dukun, (3) tato wajah menandakan
suku atau kelompok bangsa yang berbeda, (4) wanita Suku Drung
mentato wajah dikarenakan untuk menghindari penghulu Chawa Naga
Tibet yang merampas paksa menjadi budak.

3.1.2 Motif Dan Makna Tato Suku Drung


Didaerah Sungai Dulong (Desa Bu Ka Wang),wajah dipenuhi tato,
yaitu batang hidung, kedua pipi, atas dan bawah bibir adalah pola duri,
dibawah wilayah sungai, dipipi bawah dan bibir bawah ditusuk dua tiga
jalur memanjang, seperti kumis laki-laki yang terkulai.

3.1.3 Proses Pembuatan Tato Suku Drung


Letak tato wanita Suku Drung fokus utama terdapat pada
wajah,sehingga sering disebut lukisan wajah atau tato wajah. Pola
umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: daerah tengah sungai Dulong,
dari alis ke hidung dihubungkan dengan menusukkan lima atau enam
pola berbentuk belah ketupat, lalu dipusat mulut, pada kedua sisi
hidung

mulai

menusuk

pola

berlian

kecil,

dilanjutkan

dengan

menusukkan pola belah ketupat kecil di pipi rahang sampai bertemu


membentuk satu lingkaran, membentuk lingkaran garis-garis persegi,
lingkaran garis-garis persegi ditusukkan mendatar, lingkaran garis-garis
persegi di area atas mata ditusukkan garis putus-putus horizontal. Pola
keseluruhan seperti kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya. Daerah
tengah sungai Dulong lebih sederhana, biasanya hanya dirahang bawah
ditato bergaris vertikal dua atau tiga. Bagian lainnya tidak ditato.

3.2 Tradisi Tato Suku Mentawai


Pulau Mentawai terletak di Kepulauan Siberut disebelah Pantai
Barat Pulau Sumatra dimana suku Mentawai mengembangkan bahasa
simbolnya sendiri. Bahasa simbolnya diekspresikan melalui tato. Tato
merupakan busana abadi Suku Mentawai yang dibawa sampai mati.
Tato juga sebuah tahap penyempurnaan jiwa dan raga demi mencapai
kesempurnaan harmony spirit of the forest. Tradisi mentato suku

Mentawai muncul pada zaman logam 1500 SM 500 SM. Mereka


menyebut tato dengan sebutan titi.
Motif pohon sagu pada tubuh Sikerei mempunyai makna. Dalam
Mitologi suku Mentawai

pohon sagu mempunyai makna tersendiri,

mengisahkan tentang seorang pria yang menjelma menjadi pohon sagu.


Pohon sagu sebagai pohon kehidupan sebagai sumber pangan yang
tidak akan pernah habis. Motif pohon sagu ini selalu terdapat pada
tubuh setiap dukun adat (Sikerei).
Tidak hanya Sikerei yang memiliki tato di tubuh, tetapi juga
masyarakatnya, karena masyarakat Mentawai percaya benda-benda
seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh,
karena Masyarakat suku mentawai menganut aliran kepercayaan
Animisme.
Agama Animis Mentawai disebut Jarayak, menggunakan simbol
gambaran sebuah pohon sagu.
Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan
kreativitasnya. Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai,
''Arat Sabulungan''.

3.2.1 Fungsi Tato Bagi Suku Mentawai


Fungsi tato dari suku Mentawai antara lain :
a)

Melambangkan jati diri, status sosial, dan profesi.

b)

Simbol keseimbangan alam

c)

Keindahan

d)

Fungsi mistis berguna untuk mempersatukan roh dan tubuh agar


tidak berjauhan

e)

Mengidentifikasi asal suku seseorang

3.2.2 Motif Dan Makna Tato Suku Mentawai


Motif motif dan design tato Mentawai tidak diciptakan untuk
ditorehkan pada tubuh secara tunggal atau berdiri sendiri, melainkan di

design lengkap untuk seluruh bagian tubuh yaitu dada, punggung, sisi
rusuk, perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher
dan wajah.
Keseluruhan motif dan design terdiri dari garis-garis geometrical
sederhana yang melintang diberbagai bagian tubuh dan berakhir
dengan garis-garis kurva pada kedua belah pipi wajah.
Motif tato suku Mentawai antara lain :
a)

Pohon, gunung, matahari, hewan, batu merupakan wujud


penghormatan suku Mentawai terhadap alam

b)

Babi, rusa, kera, burung, buaya, melambangkan seseorang


pemburu binatang, sesuai dengan hewan apa yang diburu.

c)

Alat perang dan daun beraneka motif merupakan hasil kreatifitas


mereka sendiri.
Elemen utama dari design keseluruhan adalah garis sentral yang

mengarah ke dagu, kemudian ,menuju kebagian atas area rambut


kemaluan, garis ini kadang terputus dan mengarah menuju pundak dan
bahu yang bercabang kebagian tubuh atas lainnya. Terlihat jelas pada
bagian dada yang menyimbolkan bunga pohon sagu.
Elemen garis pada kaki bermakna batang pohon utama, garis
putus putus yang panjang pada lengan turun kebawah menuju
pergelangan tangan melambangkan cabang cabang pohon.

3.2.3 Proses Pembuatan Tato Mentawai


Proses pembuatan tato mentawai melewati proses ritual , dan
memakan waktu yang cukup lama, karena bagian dari kepercayaan Arat

Sabulungan (kepercayaan kepada roh-roh). Sebelum melaksanakan


ritual mentato, dilaksanakan sebuah upacara adat yang disebut Punen
Kepa, yang bertujuan untuk menyingkirkan pengaruh jahat

dan

ancaman akan adanya pertumpahan darah terhadap kampung yang


mereka huni. Acara puncak punen adalah dengan melakukan perjalanan
ke Pulau Siberut sebagai asal orang Mentawai, acara itu disebut
Bulepak, ke sana naik sampan sampai 40 orang, jika sudah kembali
dengan selamat menempuh ombak yang besar dari Siberut dengan
membawa manik-manik khas Siberut, maka semua warga suku sudah
boleh menato diri.
Membuat tato di Mentawai dilakukan tiga tahap. Tahap pertama
pada saat seseorang berusia 11-12 tahun, dilakukan pentatoan di
bagian pangkal lengan. Tahap kedua usia 18-19 tahun dengan menato
bagian paha. Tahap ketiga setelah dewasa.
Anak laki-laki yang menginjak usia 11-12 tahun atau sudah akil
balik dipanggilkan dukun (Sikerei) oleh orangtuanya dan kepala suku
(Rimata), mereka merundingkan waktu pelaksanaan mentato, jika
sudah disepakati

hari dan bulan, baru dipanggilkan si pembuat tato

(Sipatiti), sipatiti harus seorang lelaki dan tidak boleh perempuan.


Prosesi tato dimulai dengan Punen Enegat atau upacara inisiasi
yang dipimpin oleh seorang sikerei, bertempat di Putukurat yaitu
tempat khusus penatoan milik Sipatiti. Tubuh anak laki-laki yang akan
ditato itu mulai digambar dengan lidi, setelah sketsa gambar selesai,
jarum yang terbuat dari kayu kerei ditusuk-tusukan kebagian kulit yang
akan ditato secara berulang-ulang sesuai dengan sketsa, lalu pewarna
akan masuk ke lapisan kulit dan akan terserap permanen di kulit, dan
proses mentato selesai.

10

3.2.4 Alat Dan Bahan Pembuat Tato


Alat dan Bahan yang digunakan berasal dari alam sekitar, jarum
yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang
diruncingkan pada bagian ujungnya. Kayu karai adalah tumbuhan asli
mentawai. Pewarnanya menggunakan campuran arang tempurung
kelapa dan daun pisang.

4.

ANALISIS
Pada bab sebelumnya penulis telah membahas mengenai tato

secara umum, tato suku Drung dan tato Mentawai, dari data yang
didapat penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Perbedaan :
1. Tradisi mentato suku Drung dan suku Mentawai tidak
muncul secara bersamaan, tato Mentawai muncul pada
zaman Logam 1500SM 500SM, sedangkan tato Drung
Muncul pada Dinasti Ming sekitar 350 tahun yang lalu.
2. tato pada suku Drung terletak hanya pada wajah wanita,
sedangkan tato Mentawai di design lengkap untuk seluruh
bagian tubuh, seperti dada, punggung, sisi rusuk, perut,
lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki, leher.
3. Wanita Suku Drung mentato wajah sebagai ungkapan rasa
seni dan untuk kecantikan masyarakat suku Mentawai
mentato tubuh karena kecintaannya terhadap seni yang
indah dan mengidentifikasi dari suku mana mereka berasal.
4. Tato suku Drung disebabkan karena latar belakang suku
tersebut yang mengharuskan mereka mentato wajah agar

11

para wanita suku Drung tidak diculik, diperkosa, dan


dijadikan budak oleh suku luar, namun lama kelamaan
menjadi suatu kebiasaan sebagai kepentingan kecantikan,
suku Mentawai mentato tubuh karena Tato dipergunakan
sebagai penghormatan terhadap alam, nenek moyang,
penolak bala, dan pengusir roh-roh jahat.
5. Motif garis garis yang menyerupai kupu-kupu di wajah
wanita suku Drung tidak memiliki arti yang khusus, motif
pohon sagu, matahari, hewan , batu merupakan wujud
penghormatan masyarakat suku Mentawai terhadap alam.
Motif babi, rusa, kera, burung, buaya melambangkan
hewan apa yang diburu oleh seorang pemburu. Motif tato
alat perang dan daun beraneka motif sebagai hasil
kreatifitas mereka sendiri.
6. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan tato
pada suku Drung yaitu menggunakan jarum yang berasal
dari sebilah bambu yang diruncingkan, pewarna yang
digunakan berasal dari duri, jarum dan benda tajam yang
berasal dari sebilah bambu yang diruncingkan, pewarna
yang digunakan berasal dari cucian panci kayu bakar,
dibalikkan ke dalam api, kayu bakar berupa obor dan
disebut kulit kayu kerang kerangan, korek keluar abu
hitam dari pembakaran, ditambahkan sedikit air untuk
mendamaikan pigmen tato. Jarum yang digunakan pada
suku Mentawai yang berasal dari tulang hewan atau kayu
Karai yang diruncingkan, pewarnanya berasal dari arang
tempurung kelapa dan daun pisang.

12

7. Sebelum proses pentatoan dimulai tidak ada upacara atau


ritual adat yang dilakukan para wanita suku Drung, suku
Mentawai diadakan ritual atau upacara adat Punen Lepa
yang

bertujuan

menyingkirkan

pengaruh

jahat

dan

ancaman akan adanya pertumpahan darah terhadap


kampung yang mereka huni.
8. Proses pembuatan tato pada suku Drung dimulai pada
bagian daerah hulu sungai suku Drung,lebih dari alis ke
hidung ditusuk dihubungkan dengan lima atau enam tato
belah ketupat, kemudian di mulut bagian pusat, mulai dari
kedua sisi hidung, dilanjutkan dengan menusuk belah
ketupat kecil, dua belah pipi bertemu sampai ke rahang,
membentuk satu lingkaran, lingkaran garis-garis persegi
ditusuk vertikal, sisi lingkaran bagian atas sampai mata
ditusuk horinzontal untuk pola titik. Daerah hulu sungai
suku Drung lebih sederhana, umumnya dirahang bawah
ditato dua atau tiga garis-garis vertikal. Bagian lainnya
tidak ditato. Proses pembuatan tato pada suku Mentawai
secara bertahap dimulai dari dada, punggung,sisi rusuk,
perut, lengan tangan, pinggul, pantat, paha, betis, kaki,
leher dan wajah.
9. Pelaku tato suku Drung tidak harus ketua adat dan lelaki
seperti yang ada di suku Mentawai, pelaku tato wanita
suku Drung adalah ibu dari wanita tersebut atau teman.
Persamaan :
1. Cara pentatoan pada tubuh dan wajah pada kedua suku
ini sama yaitu dengan cara memasukan cairan tinta ke
sdalam kulit tubuh dengan menggunakan batang kayu
13

yang diruncingkan dan diketuk-ketukan ke dalam kulit


tubuh sampai pewarna masuk ke dalam kulit.
2. Pada masyarakat suku Drung hanya kaum wanita saja
yang ditato pada bagian wajah dan dilakukan pertama kali
ketika berumur 12- 13 tahun, pada masyarakat Mentawai
baik pria dan wanita boleh mentato pada bagian tubuh
ketika pria sudah menginjak usia 11-12 tahun dan wanita
yang sudah akil balik.

5.

Simpulan
Suku Drung dan suku Mentawai sama-sama memiliki tradisi

mentato. Dapat disimpulkan latar belakang terbentuknya tradisi, fungsi,


motif gambar tato pada kedua suku tersebut tidak sama dan memiliki
arti yang berbeda sesuai dengan cara mereka mengartikannya. Kedua
suku tersebut memiliki persamaan yaitu mempunyai cita rasa seni yang
tinggi yang diungkapkan melalui tato sebagai simbol keindahan.
Sekarang tradisi mentato kedua suku sudah mulai punah. Anak
cucu mereka tidak ada lagi yang mewarisinya, demikian juga di
Mentawai karena sejak tahun 1950, pemerintah melarang suku
Mentawai melanjutkan tradisi mentato ini karena dianggap sebagai
suatu kepercayaan animisme dan mewajibkan masyarakat Mentawai
memilih dan memeluk 5 agama yang ada di Indonesia.

14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI
Nama

: Josi

Tempat/tanggal lahir

: Jakarta, 9 Agustus 1989

Alamat

: Jl. Cipulir Permai Blok y.9

Telepon/HP

: 085692115711

Email

: yoc.yoshi@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
2007 Sekarang

Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Bahasa dan


Budaya Jurusan Sastra China Universitas
Bina Nusantara di Jakarta

2004 2007

Sekolah Menengah Atas Tarsisius II di


Jakarta

2002 - 2004

Sekolah

Lanjutan

Tingkat

Pertama

Tarakanita V di Jakarta
1996 2002

Sekolah Dasar Tarakanita I di Jakarta

15

PENDIDIKAN INFORMAL/PELATIHAN/KURSUS
2007

Mengikuti summer course di Xiamen

2008

Mengikuti kursus Bahasa Perancis di Culture


Centre Francais di Jakarta CCF

2009 sekarang

Mengikuti kursus Bahasa Inggris di English


First di Jakarta

2011 sekarang

Mengikuti kursus Bahasa Inggris di La Rose


Educational

PENGALAMAN KERJA
2007

Mannequin Life Surfer Girl di Senayan City

2009 sekarang

Pengajar privat bahasa Mandarin

16

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI
Nama

: Juliana

Tempat/Tanggal lahir

: Pangkalpinang,8 juli 1989

Alamat

: Jl. Belanak V, Pangkalpinang Bangka

Email

: Juliana_903@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL
2007 -2011

Mahasiswa tingkat akhir Universitas Bina


Nusantara, Jurusan Sastra China

2004 -2007

Lulus SMA Santo Yosef, Pangkalpinang,


Indonesia

2002 -2004

Lulus SMP Santo Paulus 1, Pangkalpinang,


Indonesia

1996 -2002

Lulus SD Santo Paulus 1, Pangkalpinang,


Indonesia

17

PENDIDIKAN INFORMAL/PELATIHAN/KURSUS
2007-2008

mengikuti Kelas Belajar Bahasa Mandarin


Dasar II di BNMC (Bina Nusantara Mandarin
Club)

PENGALAMAN KERJA
2010.12

Sebagai voluntir di acara Asian Social YouthPreneurship Summit

18

Anda mungkin juga menyukai