Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang
sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi
(fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan
kosmos.Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam
semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering
disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar",
karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis
sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang
molekul dan zat kimia yang dibentuknya. Teori fisika banyak dinyatakan dalam notasi
matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika
yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Sehingga, Fisika juga berkaitan erat dengan
matematika. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan
pemerian dunia material, sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang
tak selalu berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak
jelas. Ada wilayah luas penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika, yakni fisika
matematis, yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika. Budaya
penelitian fisika berbeda dengan ilmu lainnya karena adanya pemisahan teori dan
eksperimen.

Sejak

abad

kedua

puluh,

kebanyakan

fisikawan

perseorangan

mengkhususkan diri meneliti dalam fisika teoretis atau fisika eksperimental saja, dan
pada abad kedua puluh, sedikit saja yang berhasil dalam kedua bidang tersebut.
Sebaliknya, hampir semua teoris dalam biologi dan kimia juga merupakan
eksperimentalis yang sukses.

Bab 2

PEMBAHASAN
A. SUMBANGAN JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU FISIKA
Jepang adalah salah satu negera paling maju yang ada di Asia. Baik dari segi
teknologi, pendidikan, kesehatan, maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Fisika.
Di bawah ini adalah beberapa dari Ilmuwan Jepang yang telah menyumbangkan ilmu
yang mereka punya terhadap perkembangan ilmu Fisika Dunia.
1.

Hideki Yukawa (1907-1981)


Hideki Yukawa adalah ahli fisika Jepang, penemu teori meson. Ia meramalkan
adanya meson (1935). Dua belas tahu kemudian (1947) Powell, ahli fisika Inggris,
menemukan meson. Jadi ramalan Yukawa benar. Oleh karena itu, pada tahun 1949
Yukawa mendapatkan hadiah nobel untuk fisika. Ia berhasil membuktikan kemampuan
orang-orang Asia untuk menyumbangkan kepintarannya dalam riset fisika internasional
setelah C.V Raman (peraih nobel fisika dari India).
Yukawa lahir di Tokyo pada tanggal 23 Januari 1907. Sebagai anak ketiga dari
Takuji Ogawa seorang profesor geologi di Kyoto Imperial University (sekarang
Universitas Kyoto).
Pada tahun 1932 Chadwik, ahli fisika dari Inggris, menemukan neutron. Pada
waktu itu para ahli hanya mengenal 4 partikel subatom, yaitu proton, neutron, elektron,
dan foton. Saat ini para ahli atom sudah menemukan kira-kira 200 partikel subatom.
Sesudah proton dan neutron ditemukan, Yukawa mulai bertanya pada diri sendiri, apa
yang menyebabkan proton dan neutron tidak berantakan? Tentu ada sejenis lem atau
jarum yang mengikat atau menjahit proton dan neutron. Maka Yukawa mulai menyusun
teorinya.
Pada 1935, ketika ia berumur 27 tahun, Yukawa mempublikasikan tulisan dengan
judul On the Interaction of Elementary Particles I. Dalam publikasinya itu, ia
mengajukan suatu teori baru tentang gaya nuklir dan meramalkan adanya partikel. Massa
partikel itu harus diantara massa elektron dan proton, atau kira-kira 200-300 kali massa
elektron. Yang kemudian dinamakan meson (kata Yunani yang berarti tengah).
Menurutnya, sama seperti gaya elektromagnetik yang dibawa oleh foton, gaya nuklir
dibawa oleh meson.
Setelah ditemukannya salah satu jenis meson oleh fisikawan Amerika pada tahun
1937, Yukawa lebih semangat lagi untuk mengkonsentrasikan risetnya pada
pengembangan teori meson ini.
Pada tahun 1912 Victor Hess, ahli fisika Austria, menemukan sinar kosmik. Sinar
ini berasal dari angkasa luar dan kemudian diketahui terdiri dari proton, elektron, neutron,
positron, dan foton. Pada tahun 1947 Powell, ahli fisika Inggris, ternyata menemukan
meson dalam sinar kosmik. Ternyata meson mempunyai energi yang luar biasa. Meson

dapat bergerak hampir secepat cahaya (299.792 kilometer per detik) dan dapat menembus
apa saja. Meson dapat menembus atom, inti atom, air, atau tanah setebal 700 meter,
bahkan timbal setebal beberapa meter.
Partikel yang diramalkan oleh Yukawa ini semula akan dinamakan Yukonuntuk
menghormatinya, namun akhirnya orang memilih nama meson. Partikel itu sekarang ini
terkenal dengan namapi-meson atau pion. Partikel ini mempunyai massa 270 kali massa
elektron. Di dalam inti atom, neutron, dan proton dengan cepat sekali saling menukarkan
pion ini. Neutron dan proton terus-menerus menyerap dan melepaskan pion. Beberapa
pion saja seperti jarum yang cepat sekali menjahit proton dan neutron hingga mereka
terpadu kuat sekali.
Penemuan partikel pi-meson pada tahun 1947 membuat nama Yukawa semakin
melejit. Penemuan ini semakin meyakinkan orang bahwa teori Yukawa tentang gaya
nuklir berada pada jalur yang tepat. Atas prediksinya tentang keberadaan meson yang
kemudian terbukti secara empiris inilah, Hideki Yukawa kemudian dikukuhkan sebagai
fisikawan
besar
dengan
penganugerahan
hadiah
Nobel
fisika dari Swedish Academy of Science di Stockholm, Swiss
Disamping Nobel, penghargaan yang pernah diterimanya antara lain dari
Universitas Paris, the Royal Society of Edinburgh, the Indian Academy of Sciences, the
International Academy of Philosophy and Sciences, dan the Pontificia Academia
Scientiarum. Dari negerinya sendiri, ia juga dianugerahi bintang jasa.
Walaupun sibuk sebagai peneliti, Yukawa juga menyempatkan diri untuk aktif
dalam kegiatan-kegiatan sosial. Pada bulan juli 1981, kira-kira empat bulan sebelum ia
meninggal dunia, Yukawa bersama-sama dengan sekelompok ilmuwan membuat
pernyataan melarang penggunaan senjata nuklir. Ia meninggal pada 8 September 1981.
2.
Makoto Kobayashi
Lahir di Nagoya, Jepang pada tanggal 7 April 1944. Seperti berada di tengah-tengah
Perang Dunia Kedua, Ia dievakuasi ke Desa Kawagoe Prefektur Mie tahun berikutnya
untuk melarikan diri dari pemboman udara atas Nagoya. Segera setelah perang berakhir,
ayahnya meninggal. Saat Ia hanya dua tahun pada waktu itu, Ia tidak punya memori
tentang dirinya. Ayahnya, Hisashi, adalah seorang dokter. Pada akhir karirnya, ia
menjabat sebagai direktur pusat kesehatan masyarakat utama di Nagoya.
Ia pergi ke sekolah dasar dan menengah di sekolah umum biasa. Tidak ada yang
sangat unik yang terjadi selama tahun-tahun sekolah. Di sekolah tinggi, Ia
membaca Evolusi Fisika oleh Albert Einstein dan Leopold Infeld. Buku itu memicu
minatnya dalam fisika.
Ia memasuki Departemen Fisika Universitas Nagoya.
Sebagai mahasiswa pascasarjana, Ia mulai penelitiannya di fisika partikel sebagai
anggota laboratorium Prof Sakata itu. Sebuah suasana yang bebas berlimpah di
laboratorium; diperlakukan tidak memihak, para mahasiswa pascasarjana diizinkan untuk
berpartisipasi dalam diskusi di antara para peneliti. Ia percaya bahwa saya belajar banyak
dari pengalaman itu.
Sayangnya, Prof Sakata meninggal sewaktu Ia masih seorang mahasiswa
pascasarjana. Selama hari-hari mahasiswa pascasarjananya, Ia terlibat dalam banyak

diskusi dengan Prof Yoshio Ohnuki. Ia juga bertemu Toshihide Maskawa di Nagoya
University. Ia mulai melakukan penelitian bersama dengan Maskawa setelah memasuki
sekolah pascasarjana. Tema penelitian mereka pada waktu itu adalah pada simetri kiral.
Mereka mencoba mendekati subjek dari perspektif model quark.
Pada Maret 1972, Ia menerima gelar doktoralnya dalam fisika dari Universitas
Nagoya. Pada saat itu, tidak mudah bagi peneliti pasca-doktoral untuk mencari posisi.
Untungnya, bagaimanapun, Ia dipekerjakan sebagai asosiasi penelitian di Departemen
Fisika Universitas Kyoto. Ia pindah ke Kyoto pada bulan April. Ia kembali penelitian
bersama dengan Maskawa, yang telah ditransfer ke Universitas Kyoto sedikit sebelum
dia. Mereka bekerja pada CP pelanggaran, penelitian yang mereka buat kemudian
mendapat Hadiah Nobel. Melibatkan satu sama lain dalam diskusi, mereka maju
penelitian mereka dengan cepat, menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat.
Pada akhir Agustus, mereka telah selesai menulis kertas kita.
Dengan penemuan J / -partikel pada 1974, ada, seperti di negara-negara lain, cukup
keributan di Jepang. Banyak teori yang berani untuk karakter J / -partikel, pada
akhirnya, bagaimanapun, itu bertekad untuk menjadi charmonium, yang merupakan
negara terikat quark c dan anti-partikel. Sebelum itu, sedikit quark keempat diperoleh
oleh Kiyoshi Niu dalam eksperimennya mengekspos ruang emulsi sinar kosmik. Dalam
hubungan ini, beberapa kelompok Jepang, termasuk tambang, sedang menyelidiki sebuah
model empat quark tetapi tidak mampu memprediksi seumur hidup panjang negara
charmonium.
Pada tahun 1975, tau lepton ditemukan. Karena ini menunjukkan adanya quark
generasi ketiga, mereka mengusulkan model enam quark yang kemudian mulai menarik
perhatian.
Meskipun Ia tidak memberikan kontribusi langsung kepada pengembangan model
quark enam, dia tidak menulis kertas dengan Katsuhiko Sato yang agak terkait. Mereka
mencoba untuk menjelaskan keterbatasan pada massa dan seumur hidup neutrino dalam
menggunakan argumen kosmologis saat pencampuran rasa yang sama ada dalam sektor
leptonic.
Selama periode itu, KEK (Laboratorium Nasional untuk Fisika Energi Tinggi,
sekarang High Energy Accelerator Research Organization) telah memulai operasi
sinkrotron akselerator proton nya, dan diskusi sedang berlangsung pada perencanaan
proyek Tristan berikut. Hubungan pertamanya dengan KEK adalah partisipasi dalam
diskusi ini. Ia kemudian dipekerjakan sebagai seorang profesor di Divisi Teori KEK dan
pindah ke Tsukuba pada tahun 1979. Pada saat itu, Divisi Teori dipimpin oleh Hirotaka
Sugawara. Motohiko Yoshimura datang ke Divisi sekitar waktu yang sama Ia lakukan.
Tahun itu, Ia menerima Nishina Memorial Prize.
Setelah tiba di KEK, ia terlibat dalam penyusunan proposal untuk proyek Tristan. Ini
pada awalnya dimaksudkan untuk menjadi sebuah elektron-positron collider-proton.
Namun, yang disetujui untuk konstruksi pada tahun 1981 adalah elektron-positron
collider. Operasi dimulai pada tahun 1987. Dengan impian mereka untuk menemukan
quark terpenuhi.

Selama periode itu, ia menghabiskan tiga bulan di CERN (Organisasi Eropa untuk
Riset Nuklir) dari November 1982. Sementara ia berada di sana, partikel W ditemukan.
Itu adalah pengalaman yang sangat menyenangkan baginya. Namun, sebelum
kedatangannya di CERN, JJ Sakurai meninggal saat bekerja di sana sebagai seorang
peneliti mengunjungi. Pada tahun 1985, ia dianugerahi Hadiah JJ Sakurai, dilembagakan
pada tahun itu oleh American Physical Society. Pada tahun yang sama ia menerima Japan
Academy Prize.
Pada tahun 1989, saya diangkat menjadi kepala KEK Fisika Divisi II, di mana
saya menerima tanggung jawab untuk sebuah kelompok penelitian eksperimental. Kami
mengatur tentang sungguh-sungguh untuk mempersiapkan rencana untuk akselerator
pasca-Tristan: Ini akan menjadi akselerator B-pabrik dibangun di dalam terowongan
Tristan dan dioperasikan dengan tujuan untuk membuktikan pelanggaran CP dalam
sistem B-meson. Konstruksi disetujui dan dimulai pada tahun 1994. Percobaan
menggunakan B-pabrik dimulai pada tahun 1999, dan hasil awal yang diperoleh pada
tahun 2000. .
Ia pensiun dari jabatan KEK ketika sebagai direktur Institut berakhir pada tahun
2006. Sementara itu, ia diundang untuk menjadi IIAS (International Institute for
Advanced Studies) Fellow. Dalam kapasitas itu, ia melakukan perjalanan pada
kesempatan ke daerah Kansai untuk mengadakan diskusi dan menulis makalah dengan
Taichiro Kugo, dengan siapa ia telah melakukan penelitian bersama di masa lalu.
Pada bulan Oktober 2007, ia menjadi direktur eksekutif JSPS, di mana ia menikmati
banyak kesempatan untuk bertemu peneliti dari spektrum yang luas bidang.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia menerima penghargaan Merit Pribadi Budaya
pada tahun 2001 dan Orde penghargaan Kebudayaan pada tahun 2008, baik dari
pemerintah Jepang, dan Energi Tinggi Fisika Partikel Prize pada 2007 dari Physical
Society Eropa.
3.

Dosa-itiro Tomonaga
Fisikawan Jepang Tomonaga Sin-itiro (1906-1979) adalah yang terbaik dikenal untuk
kontribusi fundamental untuk elektrodinamika kuantum.
Putra tertua dari seorang filsuf dan universitas profesor, Tomonaga Sin-itiro lahir
pada tanggal 31 Maret 1906, di Tokyo. Setelah mendapatkan gelar dari Universitas Kyoto
pada tahun 1929, ia menghabiskan 3 tahun sebagai mahasiswa penelitian di laboratorium
Kajuro Tomaki di universitas dan kemudian menjadi mahasiswa riset di bawah Yoshio
Nishina dalam Ilmu Research Institute di Tokyo. Tomonaga tinggal di sana sampai 1940,
dengan pengecualian beberapa waktu yang dihabiskan pada tahun 1939 di Universitas
Leipzig dengan Werner Heisenberg.
Selama tahun-tahun perang, sementara bekerja di isolasi lengkap dari fisikawan
lain, Tomonaga membuat kontribusi untuk elektrodinamika kuantum yang ia berbagi
hadiah Nobel tahun 1965 dengan Julian Schwinger dari Harvard University dan Richard
Feynman dari California Institute of Technology. Pencapaian ini fisikawan harus
dipahami dalam konteks perkembangan umum fisika sejak 1925-1926, ketika mekanika
kuantum ditemukan dan dijabarkan oleh Heisenberg, Erwin Schrdinger, Paul Dirac,

Max Born, dan lain-lain. Meskipun teori elegan telah dikembangkan secara khusus untuk
memahami struktur atom, ia segera umum oleh Heisenberg, Wolfgang Pauli, Dirac, dan
Enrico Fermi untuk menyertakan penjelasan tentang proses radiasi dan proses, seperti
efek Compton, yang melibatkan interaksi radiasi dan materi. Teori yang dihasilkan elektrodinamika kuantum - setujukualitatif dengan percobaan tetapi menolak untuk
menghasilkan kesepakatan yang tepat.Kebanyakan fisikawan tahun 1930-an mengambil
ini berarti bahwa ada sesuatu yang secara fundamental salah dengan teori. "Tomonaga,
Schwinger, dan Feynman," tulis FJ Dyson diScience (1965), "diselamatkan teori tanpa
membuat inovasi radikal kemenangan mereka adalah kemenangan konservasi.. Mereka
terus dasar fisik teori [postulation elektron hanya , positron, dan foton] persis seperti itu
telah ditetapkan oleh AM Dirac, dan hanya mengubah suprastruktur matematika. Dengan
polishing dan pemurnian dengan keterampilan hebat matematika formalisme, mereka
mampu menunjukkan bahwa teori sebenarnya tidak memberikan prediksi bermakna untuk
semua diamati jumlah. "
Hal yang luar biasa, seperti Dyson menunjukkan, adalah bahwa, meskipun
eksperimen tertentu telah memainkan peran menentukan dalam Schwinger dan berpikir
Feynman, Tomonaga telah mencapai wawasan dasarnya identik atas dasar pertimbangan
teoritis saja. Dia telah diterbitkan dalam bahasa Jepang kesimpulan tersebut pada tahun
1943, namun surat-suratnya tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sampai tahun
1948 - sampai Schwinger dan Feynman telah mampu mengarahkan upaya mereka jauh
dari perang-terkait penelitian independen dan telah mencapai hasil yang sama pada
dasarnya.
Setelah perang Tomonaga banyak menerima gelar kehormatan untuk karyanya.
Selain Hadiah Nobel 1965, ia menerima Japan Academy Prize pada tahun 1948, Orde
Kebudayaan (Jepang) pada tahun 1952, dan Medali Lomonosov dari Uni Soviet pada
tahun 1964. Dia adalah profesor fisika di Universitas Tokyo Pendidikan 1949-1969, dan
menjabat sebagai presiden lembaga dari tahun 1956 sampai 1962. Pada tahun 1963, ia
menjadi direktur universitas Institut Penelitian Optical. Dia juga ketua Dewan Sains
Jepang 1963-1969. Dia pensiun dari Universitas Tokyo pada tahun 1969 Pendidikan, dan
menjabat sebagai Profesor Emeritus sampai kematiannya di Tokyo pada tanggal 8 Juli
1979.
4.

Leo Esaki
Lahir di kota Osaka, Jepang, Esaki lulus dalam fisika di Universitas Tokyo pada
tahun 1947, memperoleh gelar doktor di sana pada tahun 1959. Doktornya bekerja ada di
fisika semikonduktor, dan pada tahun 1958 ia melaporkan efek yang dikenal sebagai
'tunneling', yang telah diamati pada p-n sempit persimpangan germanium yang berat
diolah dengan kotoran. Fenomena tunneling adalah efek mekanik kuantum di mana
elektron dapatmenembus penghalang potensial melalui wilayah sempit padat, di mana
teori
klasik
memprediksi
tidak
bisa
lulus
Esaki dengan cepat melihat kemungkinan penerapan efek terowongan, dan pada
tahun 1960 dilaporkan pembangunan perangkat dengan sifat diodelike - terowongan

(atau Esaki) dioda. Dengan potensi bias negatif, dioda bertindak sebagai sirkuit pendek,
sementara di bawah kondisi tertentu bias maju itu dapat memiliki resistensi efektif negatif
(penurunan arus dengan tegangan meningkat). Karakteristik penting dari dioda
terowongan adalah kecepatan yang sangat cepat operasi, ukuran kecil fisik, dan konsumsi
daya yang rendah. Ini telah menemukan aplikasi dalam berbagai bidang elektronik,
terutama di komputer, perangkat microwave, dan di mana suara elektronik yang rendah
diperlukan. Esaki berbagi Hadiah Nobel untuk fisika pada tahun 1973 dengan
BrianJosephson dan Ivar Giaever .
Esaki bekerja untuk komputer perusahaan International Business Machines di
Thomas J. Watson Research Center, Yorktown Heights, New York, sampai tahun 1992,
ketika dia kembali ke Jepang untuk menjadi presiden Universitas Tsukuba, Ibaraki.
5. Hantaro Nagaoka
Nagaoka menerima gelar sarjananya dalam fisika dari Universitas Tokyo pada tahun
1887, kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana di Jepang. Antara 1892 dan 1896,
Nagaoka belajar di luar negeri di Wina, Berlin, dan Munich, di mana ia sangat terpesona
oleh Ludwig Boltzmann's saja di Teori kinetik gas dan Maxwell yang bekerja pada
stabilitas cincin Saturnus, dua pengaruh yang akan mengarah pada pengembangan (yang
salah) model Saturnus. Tahun 1903 mengusulkan model atom yang berisi nukelus kecil
dikelilingi oleh cincin elektron (saturnus). Model ini ditemukan pada tahun 1911 oleh
Ernest Rutherford (Cavendish di Calmbridge, Inggris).
Dari tahun 1901 sampai 1925, Nagaoka menjabat sebagai seorang profesor fisika di
Universitas Tokyo, di mana murid-muridnya antara lain Kotaro Honda dan pemenang
hadiah nobel pada 1949 Hideki Yukawa.
6. Yoshio Nishina
Fisikawan Jepang ini merupakan salah seorang rekan Niels Bohr, dan rekan
dekat Albert Einstein. Nishina adalah seorang ilmuwan kelas dunia dengan kualitas
kepemimpinan yang sangat baik bahkan untuk menghormati namanya maka sebuah kawah
di bulan diberi nama Nishina.
Nishina melakukan riset bersama Niels Bohr di Kopenhagen pada tahun 1921 dan pada
tahun 1928 ia menulis sebuah makalah tentang inkoheren atau hamburan Compton
dengan Oskar Klein di Kopenhagen, dari sinilah muncul rumus Klein-Nishina berasal. Pada
tahun yang sama ia kembali ke Jepang, dan mengundang beberapa sarjana Barat ke Jepang
termasuk Heisenberg, Dirac danBohr untuk merangsang fisikawan Jepang mempelajari
fisika kuantum. Pada 1946 ia dianugerahi Order of Culture oleh Kaisar Jepang.

7. Kosiba Masatoshi
Lahir 19 September 1926 di Toyohashi, Prefektur Aichi adalah fisikawanJepang yang
memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 2002 bersama dengan Raymond
Davis, Jr dan Riccardo Giacconi.
Masatoshi

lulus

pendidikan sarjananya.

dari Universitas
Pada 1955,

ia

Tokyo pada 1951 dan

melanjutkan

riset

di

menerima Ph.D. dalam fisika dari Universitas

Rochester, New York City.


Dari 1955 sampai 1958, ia mengadakan riset di Jurusan Fisika di Universitas
Chicago sebagai Kolega Riset. Pada 1958 sampai 1963 Dr. Koshiba kembali ke Universitas
Tokyo sebagai Lektor Kepala di Institut Studi Nuklir. Juga, selama masa ini,
dari 1959 sampai 1962, selama meninggalkan Universitas Tokyo, ia adalah Kolega Riset
Senior dengan jabatan kehormatan Lektor Kepala dan Direktur Pelaksana Laboratorium
Fisika Energi Tinggi dan Radiasi Kosmik diUniversitas Chicago.
Dr. Koshiba telah memainkan peranan utama dalam eksperimen fisika sinar kosmik,
khususnya Kamiokande, sebuah detektor di Jepang yang dapat dengan tepat mencatat waktu
kedatangan, energi,

dan

arah neutrino yang

masuk,

dan

Super-Kamiokande,

sebagaimana percobaan dalam fisika energi tinggi menggunakan penabrak positronelektron dengan energi tertinggi.

8. Makoto Kobayashi, Toshihide Maskawa, dan Yoichiro Nambu


Tiga ilmuwan peneliti tersebut diberi anugerah nobel atas karya mereka yang
fundamental di bidang fisika partikel. Karya tersebut memperbaiki pemahaman mengenai
materi di alam semesta yaitu penjelasan mengenai anomali dalam konsep pembentukan
materi di alam semesta pada saat dentuman besar 14 milyar tahun lalu.
Yoichiro Nambu diberi penghargaan atas hasil penelitiannya tahun 1960 mengenai
mekanisme embiasan simetri secara spontan. Penemuanya menjadi landasan bagi model
standar fisika yang merupakan sebuah teori yang menjelaskan keberadaan partikel elementer
serta tiga dari empat gaya yang ada di alam semesta.

Kobayashi dan Maskawa melakukan penelitian berdasarkan teori pembiasan simetri


secara spontan hingga dapat menjelaskan keberadaan partikel
9. Yoshio Nishina
Fisikawan jepang ini merupakan salah seorang rekan Niels Bohr,dan rekan Einsten.
Nishina adalah seorang ilmuwan kelas dunia dengan kualitas kepemimpinan yang baik
bahkan untuk menghormati namanya maka sebuah kawah di bulan diberi nama Nishina.
Nishina melakukan riset bersama niels bohr di kopenhagen pada tahun 1921 dan pada
tahun 1928 Ia menulis sebuah makalah tentanh inkoheren atau hamburan Compton dengan
Oskar Klein di koprnhagen , dari sinilah muncul rumus Klein-Nishina berasal. Pada tahun
yang sama ia kembali ke Jepang, dan mengundang beberapa sarjana Barat ke Jepang
termasuk Heisenberg, Dirac dab Bohr untuk merangsan fisikawan Jepang mempelajari fisika
kuantum. Pada tahun 1946 dia dianugerahi Order of Culture oleh Kaisar Jepang.
B.

SUMBANGAN INDONESIA TERHADAP PERKEMBANGAN ILMU FISIKA


Para ilmuwan sebagai elemen bangsa India tidak kalah dalam bersaing
dengan para ilmuwan yang berasal dari benua Eropa maupun Amerika.
Mereka telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam ilmu sains
khususnya Fisika. Berikut adalah beberapa profil ilmuwan tersebut.

1. Prof. Achmad Baiquni, M.Sc., Ph.D.


Sejak kecil, ia sudah memperoleh pendidikan agama. Pada usia kanak-kanak, ahli fisika
atom ini sudah mampu membaca juz ke-30 (juz terakhir Al Quran yang memuat sejumlah
surah pendek), sebelum saya bisa nembaca huruf Latin, katanya. Dan seperti kebiasaan
anak-anak santri, ia pun masuk madrasah: belajar agama pada sore hari, setelah paginya
bersekolah sekolah dasar. Malahan, ia melanjutkan menuntut ilmu agama di madrasah tinggi
Mambaul Ulum, madrasah yang didirikan Paku Buwono X. Di situ Baiquni sekelas dengan
Munawir Sjadzali, mantan Menteri Agama. Lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam UI di Bandung, 1952. Kemudian mengajar di UGM Yogyakarta. Menikah
dengan Sri Hartati, pasangan ini dikaruniai 6 orang anak, 5 putra dan 1 putri.
Penelitian
Pada tahun 1950, ilmu fisika atom masih menjadi monopoli Amerika Serikat yang lima
tahun sebelumnya menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Baru pada tahun 1954, Presiden
Eisenhower mengizinkan fisika atom diajarkan secara terbuka di perguruan tinggi. Baiquni
tahun ltu memang sedang memperdalam ilmu fisikanya di Amerika Serikat. Terbukanya

bidang baru itu tak dilewatkan begitu saja. Di universitas inilah, pada 1964, ia meraih
Ph.D.-nya. Sekembalinya ke tanah air Achmad Baiquni kembali mengajar di UGM
Yogyakarta.
Beliau juga menulis beberapa buku, tapi yang saya tahu hanya ini ALQURAN ILMU
PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI. Inti dari buku ini adalah pendapat penulis sebagai
seorang Muslim sekaligus seorang Ilmuwan Indonesia, bahwa Al Quran tidak akan berubah
sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat berubah temuannya dari masa
kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai akibat makin
canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan pendapat
bahwa mempercayai kebenaran Al Quran adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila
sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Quran, ada dua kemungkinan
penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang
berkaitan sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang
bersangkutan kurang benar.
2.

Prof Tjia May On

Tjia May On merupakan salah satu dari enam ilmuwan Indonesia yang masuk daftar Wise
Index of Leading Scientists and Engineer, pada tahun 2008. Daftar tersebut dikeluarkan
oleh Comstech(Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation), lembaga
yang bertujuan meningkatkan promosi serta kerja sama sains dan teknologi di antara negara
negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Tjia menyelesaikan studi sebagai sarjana fisika pada 1962 di ITB. Setahun kemudian ia
memasuki studi fisika partikel di Northwestern University, AS hingga PhD tahun 1969
dengan tesis Saturation of A Chiral Charge Current Commutator. Kemudian pada tahun
1966, risetnya bersama fisikawan CH Albright dan LS Liu masuk Physical Review
Letters dengan judul Quark Model Approach in the Semileptonic Reaction.
Pada awal 1960 an, para sarjana fisika di Indonesia baru mempelajari partikel kuantum dan
kosmologi relativistik. Dua bidang itu yang mengubah pandangan dunia secara radikal
revolusioner awal abad 20 tentang alam semesta dan asal usulnya. Sepuluh tahun
kemudian tercatat hanya lima nama yang punya otoritas bicara tentang kuantum dan
relativitas yaitu: Ahmad Baiquni, Muhammad Barmawi, Tjia May On, Pantur Silaban,

Mereka angkatan pertama yang jumlah penerusnya relatif sedikit dibanding bidang fisika
terapan.
Pria kelahiran Probolinggo, 25 Desember 1934 ini juga sempat ikut riset di International
Center of Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan fisikawan asal Pakistan
peraih hadiah Nobel, Abdus Salam. Saat itulah, dia meninggalkan fisika partikel dan
memasuki riset polimer, optik nonlinier, dan superkonduktor yang menghantarkan namanya
di kancah internasional.
Dalam 33 tahun penelitiannya, ia telah menerbitkan dua buku teks, 24 penelitian kolaboratif
internasional, 86 jurnal ilmiah internasional, 44 presentasi simposium internasional, 44
publikasi jurnal nasional, dan 77 presentasi ilmiah nasional. Karya karyanya ini, sebagian
dipublikasikan di jurnal internasional Physical Review, Nuclear Physics, Physica
C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering, dan Journal
of Non linear Optical Physics.
3.

Pantur Silaban

Hukum Snellius mengenai pembiasan itu merupakan pintu masuk bagi Pantur Silaban
mencintai fisika. Karena tak ada jawaban jitu dari sang guru, ia pun bernazar akan
menggeledah rahasia alam melalui studi fisika di kemudian hari.
Dalam perjalanan ruang-waktu, minat Pantur melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
setelah lulus SMA ikut pula bergerak. Selain mendalami fisika, ia berhasrat pula
mempelajari teologi. Meninggalkan Sumatera selepas sekolah lanjutan atas, pria kelahiran
Sidikalang, 11 November 1937 itu mampir di Jakarta membekali diri mengikuti ujian
saringan masuk sekolah tinggi teologi.
Orangtua Pantur, pasangan Israel Silaban dan Regina br. Lumbantoruan, adalah pedagang
yang berhasil. Pendek cerita, keluarga ini tergolong berada di lingkungan Sidikalang dan
sekitarnya. Dalam tempo enam setengah tahun, waktu optimal pada zaman itu
merampungkan kuliah tingkat sarjana, Pantur lulus pada tahun 1964 dan berhak
menyandang gelar doktorandus dalam fisika. Ia langsung diterima sebagai anggota staf
pengajar Fisika ITB. Selama kuliah kecenderungannya pada bidang tertentu dalam fisika
mulai terbentuk. Pantur amat menggandrungi matematika murni dan mata kuliah yang
tergolong dalam kelompok fisika teori, seperti mekanika klasik lanjut, teori medan
elektromagnetik, mekanika kuantum, dan teori relativitas Einstein. Maka, ketika datang

kesempatan studi lanjut di Amerika Serikat pada tahun 1967, tujuannya sudah jelas. I go
there just for the General Relativity Theory, no other things, katanya. Itu yang ada di
benak saya waktu itu. Pantur diterima di sekolah itu. Tentang pentingnya kedudukan
sekolah gravitasi Universitas Syracuse itu, Dr. Clifford M. Will dari Universitas
Washington di St. Louis seperti dikutip The New York Times (23 Oktober 2002) ketika
menurunkan obituari atas Peter G. Bergmann menulis sebagai berikut: Pada masa-masa
akhir 1940an Syracuse adalah tempat yang tepat untuk bekerja dalam Relativitas Umum
karena tak ada tempat lain di dunia yang melakukannya.
Pantur merupakan fisikawan Indonesia yang berguru langsung kepada murid dan kolega
Einstein dalam Relativitas Umum. Ia merupakan satu dari 32 mahasiswa dari seluruh
dunia yang mempelajari Relativitas Umum di Syracuse dengan Bergmann sebagai
pembimbing atau ko-pembimbing dalam kurun tahun 1947-1982. Tak salah kalau orang
menyebutnya sebagai cucu murid Einstein.Adapun pembimbing utamanya lebih muda
dari Bergmann, tapi juga raksasa dalam Relativitas Umum. Dialah Joshua N. Goldberg.
Nama-nama itu terasa Yahudi. Universitas Syracuse memang didominasi oleh orangorang Yahudi, baik dosen maupun mahasiswanya. Sekali waktu dalam sebuah kuliah,
Pantur menggambarkan almamaternya itu dengan lelucon segar yang tentu saja
didasarkan pada fakta: Hanya ada dua jenis manusia yang diterima di Syracuse. Yang
pertama Yahudi, yang kedua adalah orang pintar. You tahu, saya bukan Yahudi.
Alih-alih berkeras mendapatkan kuantum gravitasi, akhirnya Pantur mengikuti saran
Goldberg, mengalihkan topik untuk disertasinya: mengamputasi prinsip Relativitas
Umum dengan menggunakan Grup Poincare untuk menemukan kuantitas fisis yang kekal
dalam radiasi gravitasi. Temuan ini mengukuhkan keberpihakannya kepada Dentuman
Besar (Big Bang) sebagai model pembentukan Alam Semesta ketimbang model-model
lain.
Pekerjaan itu selesai pada tahun 1971 dan mengukuhkan Pantur Silaban sebagai Ph.D.
dengan disertasi berjudul Null Tetrad Formulation of the Equations of Motion in General
Relativity. Setahun setelah menyelesaikan disertasinya, Pantur kembali di Bandung pada
tahun 1972 dan mengajar di Jurusan Fisika ITB. Orang pertama Indonesia yang mendapat
doktor dalam Relativitas Umum itu adalah orang Sumatera pertamatidak sekadar orang
Batak pertamayang mendapat Ph.D. dalam fisika. Sebuah risetnya setelah disertasi ini
dimuat di Journal of General Relativity and Gravitation..

4.

Hans Wospakrik

Hans Jacobus Wospakrik (lahir di Serui, Papua, 10 September1951 meninggal


di Jakarta, 11 Januari2005 pada umur 53 tahun) adalah seorang fisikawanIndonesia yang
merupakan dosenfisikateoritik di Institut Teknologi Bandung.
Ia memberi sumbangan berarti kepada komunitas fisika dunia berupa metodemetode matematika guna memahami fenomena fisika dalam partikel elementer dan
Relativitas Umum Einstein. Hasil-hasil penelitiannya ini dipublikasikannya di jurnaljurnal internasional terkemuka, seperti Physical Review D, Journal of Mathematical
Physics, Modern Physics Letters A, dan International Journal of Modern Physics A . Ia
meninggal pada 11 Januari 2005 akibat leukimia.

Riwayat pendidikan
Tahun 1971 Hans masuk ITB dengan mengambil jurusan Teknik Pertambangan, yang
tidak diminatinya sehingga pindah pada tahun berikutnya ke jurusan Fisika.
Tahun 1976 ia menyelesaikan pendidikan sarjananya. Pada akhir tahun 1970an, ia pergi
ke Belanda dalam rangka melanjutkan studi pascasarjana di bidang fisika teoritik.
Semenjak tahun 1999 Hans pergi ke Universitas Durham, Inggris. Tapi baru
tahun 2002 ia mengambil program doktor di universitas yang sama. Awal tahun 1980an,
sembari melanjutkan studi pascasarjananya, Hans pernah mengadakan riset bersama
Martinus JG Veltman (tahun 1999, Veltman meraih Nobel Fisika), di Utrecht, Belanda,
dan di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat (AS).

Dari Atomos Hingga Quark


Dari Atomos Hingga Quark adalah sebuah buku hasil karya Hans yang menceritakan
mengenai pencarian manusia sepanjang sejarah mengenai penyusun terkecil dari materimateri alam ini. Berawal dari Yunani di mana para filsuf saat itu berfilsafat mengenai
penyusun terkecil setiap materi, Jazirah Arab yang disinggung oleh Hans sebagai
pemegang obor pengetahuan berikutnya setelah Yunani,ilmu alkemi, reaksi nuklir yang

menceritakan pada kita tentang keberadaan atom, proton dan neutron, sampai temuan
saat ini mengenai satuan materi yang lebih kecil, yaitu quark .
5.

Terry Mart

Riset fisika, apalagi fisika dasar, selama ini dianggap tidak memiliki prospek ekonomis
yang baik bagi penelitinya. Karena salah satu alasan itulah, hingga kini hanya segelintir
orang yang tetap menekuni ilmu rumit ini. Di antara mereka yang langka dan mampu
mematahkan anggapan itu adalah Terry Mart, Ilmuwan Fisika Nuklir dan Partikel tingkat
dunia.
Menekuni bidang Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis sejak 20 tahun lalu, Terry kini
menjadi orang yang kaya ilmu dan dipandang oleh komunitas ilmuwan fisika di tingkat
dunia. Kekayaannya itu terlihat pada makalahnya yang terbit di jurnal dan prosiding
internasional, jumlahnya mencapai sekitar 100 makalah.
Dari paper internasional, yang dihasilkan rata-rata dua kali setahun, ia mendapat insentif
dari Universitas Indonesia Rp 10 juta per makalah. Belum lagi tawaran dana penelitian
dan penggunaan fasilitas riset dari perguruan tinggi asing.
Bila ditanya apa kiatnya bisa seproduktif itu? Kuncinya adalah kreativitas dan perhatian
sepenuh hati pada ilmu yang ditekuni. Bila tiap hari kita memikirkannya, setiap kali pula
muncul ide untuk mengembangkannya, ujar Terry.
Di ruang kerjanya yang berukuran 4 x 3 meter ada seperangkat komputer yang bekerja 24
jam, melakukan komputasi ribuan data eksperimen yang kemudian dicocokkan dengan
model yang dikembangkannya. Dengan menggunakan satu komputer, waktu yang
diperlukan untuk memproses data mencapai 3 hingga 11 hari. Karena itu, ia bercita-cita
memiliki 50 komputer yang bekerja paralel untuk mempercepat proses tersebut dan
dengan jumlah data input yang jauh lebih besar.
Prinsip tiada hari tanpa meneliti diterapkan bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan
juga mahasiswa dan peneliti lain di kelompok Peminatan Fisika Nuklir & Partikel UI
yang dipimpinnya sejak tahun 1998.

Dengan begitu dapat tumbuh budaya riset, yaitu seorang dosen dan mahasiswa merasa
malu dan ketinggalan jika tidak ikut melakukan penelitian. Saat ini di Jurusan Fisika
sudah mulai mengarah ke situ, urainya.
Namun bagi Terry, suasana kampus di Indonesia memang belum kondusif untuk kegiatan
riset karena rendahnya proses kreatif, sikap santai, bahkan cenderung malas yang melekat
di sebagian masyarakat kampus. Inilah yang menyebabkan terjadinya scientific
decomposition atau pembusukan ilmiah.
Karena itu, secara periodik Terry harus menyetrum kembali semangatnya dengan
mengadakan penelitian di luar negeri. Ini dijalaninya selama tiga bulan setiap dua tahun.
Bila ingin maju, peneliti ilmu dasar memang harus keluar dan bersaing dengan peneliti
dunia lainnya. Jangan hanya bermain di tingkat nasional, ujar salah satu pendiri Grup
Fisika Teoritik di Indonesia pada tahun 2004 ini.
Baginya tidak sulit mendapat dukungan dana dari universitas terkemuka yang membuka
peluang baginya melakukan kerja sama riset di luar negeri. Paling tidak ada lima
universitas dari empat negara maju yang menerimanya sebagai peneliti tamu dan
menanggung semua biaya riset dan perjalanan.
Meski penelitiannya kerap dilakukan di luar negeri, Terry sangat mencintai Indonesia
sehingga tidak tebersit sedikit pun untuk hijrah ke negeri orang. Justru hasil penelitian di
luar negeri menjadi oleh-oleh untuk diteliti lebih lanjut para mahasiswanya menjadi
bahan tesis.
Terry Mart lahir di Palembang 3 Maret 1965. Ia mengenyam pendidikan S1 di Universitas
Indonesia lulus dengan cum laude pada 1988 dan mengambil S3 di Universitat Mainz,
Jerman dan lulus cum laude pada 1996.
Pengalaman kerja Terry antara lain menjadi pengajar fisika di UI (1990-sekarang),
Asisten peneliti Universitat Mainz (1996), Ketua Peminatan Fisika Nuklir & Partikel UI
(1998-sekarang), Sekretaris program Studi Ekstensi Fisika UI (2002-2009), Peneneliti
tamu di George Washington University, AS; Okayama University of Science, Jepang;
Tohoku University, Jepang; Universitat Mainz, Jerman; Univeristy of Stellenbosch,
Afrika Selatan.

Dalam berorganisasi, Terry menjadi Anggota Dewan Pendidikan Tinggi Indonesia (2009sekarang), Anggota Komite Pengarah Internasional IUPAP & Asia Pacific Few-Body
Conference (2005-sekarang), Anggota Komite Seleksi Bersama Lembaga Pertukaran
Akademik Jerman/DAAD (1998-sekarang), serta Editor dan Referee pada beberapa jurnal
nasional dan internasional (2005-sekarang).
Selain itu, Terry pernah menerima penghargaan berupa Mahasiswa Teladan FMIPA UI
(1987), Penghargaan publikasi internasional UI (1998-2010), Habibie Award (2001),
Dosen berprestasi III UI (2004), Satyalancana Karya Satya 10 tahun (2007), Leading
Scientist dari COMSTECH/Organisasi Konferensi Islam (2008), Ganesa Widya Jasa
Adiutama ITB (2009), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa dari Departemen
Pendidikan Nasional (2009), dan Excellent Researcher dari SEA EU NET (2009).
6. Jony Setiawan
Dr. Johny Setiawan adalah astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute
for Astronomy (MPIA), Jerman. Bersama timnya, Dr. Johny Setiawan, menemukan 10
planet di tata surya hydrae. Yang membuat bangga, beliau adalah satu-satunya ilmuwan
non Jerman sekaligus sebagai ketua tim proyek tersebut.
Di Jerman, Dr. Johny Setiawan sangat mudah dikenali. WNI yang sudah 17 tahun tinggal
di Jerman itu selalu tampil plontos, bercelana pendek, dan kaus tanpa lengan. Walaupun
beliau adalah astronom dan penemu lebih dari sepuluh planet baru namun penampilannya
begitu sederhana.
Meski telah 17 tahun merantau ke negeri Jerman, Johny masih fasih berbahasa indonesia.
Bukan hanya itu. Pria yang lahir di Jakarta 16 agustus 1974 (35 tahun) tersebut mengaku
selain bahasa indonesia, beliau telah menguasai empat bahasa dengan lancar, yakni
Inggris, Spanyol, Prancis, dan Jerman. Masa kecil beliau dihabiskan di jakarta, lebih
tepatnya di daerah Bintaro.
Johny menamatkan S-1 dan S-3-nya di Freiburg, Jerman, dan tercatat sebagai lulusan
termuda di Albert-Ludwigs-Universitat, Freiburg, Jerman. Di universitas yang sama,
Johny meraih gelar s-3 dan menjadi ilmuwan postdoctoral di departemen planet dan
formasi bintang Max Planck Institute for Astronomy (mpia).

Awal ketertarikan Johny pada astronomi dan bercita-cita menjadi astronom adalah ketika
ayahnya mulai sering mengajaknya ke atap rumah untuk melihat bintang-bintang tiap
petang. saat itu di Jakarta masih bisa lihat bintang tiap malam karena langitnya masih
bersih, tidak seperti sekarang, jelasnya. Kebiasaan inilah yang membangkitkan minatnya
akan ilmu astronomi. waktu itu ayah saya sering bercerita yang aneh-aneh tentang
bintang-bintang tersebut. Dia juga memberi nama aneh-aneh pula. Setelah saya dewasa,
saya baru tahu bahwa apa yang dibicarakan ayah dulu salah semua,
Meski mengidamkan profesi astronom, beliau mengakui sejak kecil justru tidak terlalu
suka dengan pelajaran fisika yang menjadi elemen penting dalam ilmu tersebut. Menurut
dia, banyak pertanyaan di fisika yang aneh-aneh dan cenderung tidak perlu, maka itu
Johny Setiawan malah lebih tertarik dengan pelajaran sejarah.
Sejak mengamati bintang-bintang di jagat raya, beliau telah menemukan lebih dari 10
planet. Lima di antaranya sudah dipublikasikan, sementara yang lain dalam tahap
penelitian. Planet-planet tersebut di antaranya adalah planet yang dinamai hd 47536c, hd
110014b, dan hd 110014c, akan dipublikasikan tahun depan dalam jurnal astronomi.
Namun, dari sekian banyak temuannya, yang paling berkesan adalah planet tw hydrae b.
Pasalnya, itu satu-satunya planet temuannya yang tidak menggunakan angka-angka
seperti yang lain. Planet itu adalah planet termuda yang beliay temukan. Planet ini juga
dalam kontroversi karena masih banyak yang belum percaya karena pembuktian adanya
planet ini kan secara tidak langsung. Selain itu, penemuan planet ekstrasolarnya (planet
di luar sistem tata surya) dipublikasikan dalam majalah nature pada 4 Januari 2008.
Sebelumnya tim astronom dari mpia yang diketuainya berhasil menemukan sistem
extrasolar termuda plus dengan metode variasi kecepatan radialnya. Temuan bintang
muda dan pleanetnya menjadi begitu penting. Kenapa? Karena dari situ kita bisa tahu
awal mula tata surya dan pembentukan planet-planet yang mengitarinya. Pencarian planet
pada bintang muda menjadi penting karena tidak lepas dari masalah aktivitas bintang,
karena bintang di usia yang masih muda permukaannya masih tidak stabil.

7. .

Haryo Sumowidagdo

Bagi anda yang pernah membaca novel Dan Brown, berjudul Angel and Demon, pasti tak
asing lagi dengan CERN (Conseil Europene pour la Recherche Nuclaire) atau European
Organization for Nuclear Research. Sebuah komplek laboratorium percepatan partikel
terbesar di dunia yang terletak di perbatasan antara Perancis dan Swiss, persis di sebelah
barat Jenewa, yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para peminat ilmu fisika
Namun, siapa nyana ternyata ada orang Indonesia di antara ribuan ilmuwan itu. Salah
satunya adalah Haryo Sumowidagdo. Lelaki yang menggondol Ph.D dari Florida State
University dan S1 dan S2 di Universitas Indonesia

Aktivitas di CERN
Ada tiga kegiatan utamanya di CERN, yaitu sebagai teknisi, pembimbing, dan fisikawan.
Sebagai teknisi, ia menulis program kendali dan kontrol untuk alat
eksperimennya.Sebagai pembimbing, ia membimbing dan menjadi tempat bertanya para
mahasiswa program doktoral. Interaksinya dengan mahasiswa terjadi dua arah, karena ia
juga kadang bertanya kepada mereka.
Sebagai fisikawan, Haryo menganalisis data untuk melakukan pengukuran besaran fisika
atau mencari penemuan baru dalam bidang fisika. Kemudian tentunya menulis karangan
ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah.
Ada kegiatan keempat yang belum banyak ia lakukan, yakni mempopulerkan iptek
kepada masyarakat luas. Di CERN, kendala utama bagi Harya adalah belum fasih
berbahasa Prancis. Saat ini Haryo terlibat proyek Large Hadron Collider (LHC) secara
tidak langsung. Ia menjadi anggota Compact Muon Solenois (CMS), sebuah eksperimen
fisika partikel yang terletak di LHC. LHC sendiri merupakan bagian dari CERN.
LHC merupakan sebuah akselerator/pemercepat zarah. Akselerator adalah sebuah mesin
yang bisa mempercepat sesuatu. Mirip dengan pedal gas di sebuah mobil yang bisa
menaikkan kecepatan mobil dari diam ke kecepatan tinggi. Zarah (diadaptasi dari bahasa
Arab) adalah sesuatu yang sangat kecil, tidak kasat mata, namun merupakan bahan baku
yang menyusun semua benda yang kita lihat di sekitar kita. Di dalam LHC, zarah-zarah
dipercepat sampai mendekati kecepatan cahaya. Zarah-zarah yang berkecepatan tinggi ini
kemudian saling ditubrukkan. Dalam tubrukan tersebut bisa tercipta zarah-zarah lain yang
kemudian dilihat oleh alat-alat eksperimen fisika partikel.

LHC merupakan sebuah terowongan di bawah tanah yang membentuk lintasan lingkaran
dengan diameter delapan kilometer. Bandara Soekarno-Hatta bisa diletakkan di dalam
lingkaran LHC. Letak LHC adalah dekat kota Jenewa di Swiss.
Cita-cita Sewaktu Kecil

Profesinya saat ini sebenarnya tidak sesuai dengan cita-citanya sejak kecil. Sewaktu
Haryo masih SD, ia sebenarnya ingin menjadi petani dan ingin masuk IPB. Alasannya
karena ia terkesan dengan cerita Rumah Kecil (Little House) karangan Laura Ingalls
Wilder yang menceritakan betapa petani bisa menjadi orang yang makmur, mandiri, dan
hidup dari usaha dan tanahnya sendiri. Ketika di SMP kemudian berubah, ingin menjadi
sarjana teknik komputer.
Terakhir ketika SMA, barulah Haryo mulai suka kepada fisika dengan serius. Di kelas III
SMA, ia melamar untuk program penerimaan mahasiswa tanpa tes di Universitas
Indonesia (UI). Ia memilih Fisika dan diterima. Ketika di Fisika UI, ia bertemu dengan
mendiang Prof. Darmadi Kusno dan Dr. Terry Mart. Mereka berdua memberikan
pengaruh besar padanya sehingga Haryo akhirnya mantap dengan cita-cita untuk menjadi
fisikawan. Selain Haryo, ada juga orang Indonesia lain yang tergabung di CERN, yaitu
Rahmat dari University of Mississipi dan Romulus Godang dari University of South
Alabama. Mereka berdua merupakan anggota CMS, sehingga mereka juga terlibat
dengan CERN.
Awalnya Bergabung di CERN

Awal cerita Haryo bergabung di CERN dimulai dari sebuah artikel di Kompas tanggal 8
Juni 1994 yang berjudul Seorang Fisikawan Indonesia Terlibat Penemuan Top Quark.
Artikel itu menceritakan tentang kisah seorang alumni Fisika UI yang tengah menempuh
studi doktoral di Amerika Serikat (AS) dan bekerja di Fermilab (sebuah laboratorium
fisika seperti CERN yang terletak dekat Chicago, Amerika Serikat). Alumni tersebut
terlibat dalam eksperimen fisika partikel yang menemukan top quark, salah satu partikel
elementer. Penemuan top quark merupakan salah satu penemuan sangat penting dalam
bidang fisika, setara dengan penemuan-penemuan penting lain yang sudah dianugrahi
Hadiah Nobel Fisika. Meski kemudian Haryo menyelesaikan sarjana fisika dengan topik
skripsi fisika partikel teoretik, kesan yang ditinggalkan artikel itu sangat dalam.
8.

Nelson Tansu

Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977.
Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily
Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah
pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman. Abang
Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu,
adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang
berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1
Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohns Scholarships untuk
kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas WisconsinMadison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis
TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat
summa cum laude. Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat
banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat.
Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar
doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.
Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor
nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003
Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.
Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari
berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika
masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer
engineering, Lehigh University.
Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh
University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset
maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah
internasional. Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar,
konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti
Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak
paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS,

yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power


semiconductor lasers.
Nelson adalah pemuda mandiri. Semangatnya tinggi, tekun, visioner, dan selalu mematok
standar tertinggi dalam kiprah riset dan dunia akademisinya. Orang tua Nelson hanya
membiayai hingga tingkat S-1. Selebihnya ia sendiri yang membiayainya melalui
beasiswa yang didapatkan.
Bahkan, di AS yang negeri supermaju pun reputasi Nelson bukan fenomena umum.
Bayangkan, pada usia semuda itu, dia menyandang status guru besar. Sehari-hari dia
mengajar program master, doktor, dan bahkan post doctoral. Yang prestisius bagi seorang
ilmuwan, ada tiga riset Nelson yang dipatenkan di AS. Kemudian, dua buku teksnya
untuk mahasiswa S-1 dalam proses penerbitan.
Nelson jadi profesor muda di Lehigh University sejak awal 2003. Untuk bidang teknik
dan fisika, universitas itu termasuk unggulan dan papan atas di kawasan East Coast,
Negeri Paman Sam. Untuk menjadi profesor di Lehigh, Nelson terlebih dahulu
menyisihkan 300 doktor yang resume (CV)-nya juga hebat-hebat.

BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Lensa Net

Anda mungkin juga menyukai