Anda di halaman 1dari 33

BAYIKU LAHIR KECIL

Lima belas menit yang lalu lahir bayi laki-laki dari ibu G1P1A0. Umur ibu 25 tahun,
kehamilan preterm (28 minggu), ANC (+), Ante Natal Bleeding (-), riwayat trauma selama
kehamilan (-), riwayat penyakit kehamilan (-). Ketuban pecah <6 jam, jumlah cukup,
jernih, berbau khas. Bayi lahir tidak langsung menangis, lahir secara spontan, di kamar
bersalin di RS, ditolong oleh dokter, dengan BBL 1.600 gram. Plasenta lahir spontan,
kotiledon lengkap, infark (-), hematoma (-). Adaptasi dari intrauterine ke ekstrauterine
pada bayi tsb kurang baik sehingga oleh dokter anak dilakukan resusitasi. Setelah resusitasi
didapatkan bayi mengalami asfiksia dengan APGAR score 6-7-8. Bayi dirawat di Bangsal
Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Di ruang perawatan bayi diberi O 2 dan dipasang infuse.
Selama perawatan bayi tetap mendapatkan ASI. Pada saat masuk perawatan bayi belum
dilakukan skor Ballard dan Dubowitz.
Adaptasi pertumbuhan janin intrauterine ke ekstrauterine

Perbedaan Intrauterine Dan Ekstrauterin


lingkungan
fisik
suhu luar
stimulasi
sensoris
gizi

penyediaan
oksigen

Sebelum lahir
Cairan

Setelah lahir
Udara

Pd umumnya tetap

Berubah ubah

Terutama kinestetik/ vibrasi

Bermacam-macam stimuli

Tergantung pada zat2 gizi yang Tergantung pada tersedianya bahan


terdapat dalam darah ibu
makanan dan kemampuan saluran cerna
Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru2 ke pembuluh darah
melalui plasenta
paru2

pengeluaran
Dikeluarkan
ke
sistem Dikeluarkan melalui paru2 , kulit ginjal
hasil
peredaran darah ibu
dan
metabolisme
saluran pencernaan
\sumber : ilmu kebidanan edisi ketiga cetakan keempat oleh Wiknjosastro, DSOG

Perubahan pada Sistem Respirasi


Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3). Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
4). Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1.
2.

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru


Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu
kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru.
Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari

kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama.Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari
paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak
ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi
yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu
sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir
ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan
relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan

peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini
dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara
fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a. sirkulasi darah fetus
1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke
permukaan dalam hepar
b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan
mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke
dalam ventriculus sinistra
d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai
ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal
sebagai arteri hypogastica.
f). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior
dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus
venosus dan membawanya ke atrium dextrum
g). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami
oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc
sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang
ascendensnya

untuk memasok darah

bagi kepala dan

ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan


serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium
dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena

cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam


venriculus dexter
f).

Arteria

pulmonalis : mengalirkan darah campuran

ke paru

paru

yang

nonfungsional,yanghanya memerlukan nutrien sedikit


b. Perubahan pada saat lahir
1). Penghentian pasokan darah dari plasenta
2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3). Penutupan foramen ovale
4). Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus
Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa
menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL
Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan

kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih
terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan
yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL
membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung
banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih
belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi
dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1

KLASIFIKASI KELAHIRAN BAYI ( BESERTA CIRI-CIRINYA)


WHO 1979 membagi umur kehamilan dibagi menjadi 3 kelompok :
o Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap ( kurang dari 259 hari )
o Aterm

mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap ( 259

hari sampai 293 hari )


o posterm : 42 minggu lengkap / lebih ( 294 hari / lebih )
( Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, jakarta)
BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
Definisi
Bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir).
Faktor risiko
a. Faktor ibu
i. Umur
ii. Persalinan kurang bulan/prematur (28 minggu-36 minggu)
iii. Jumlah paritas
iv. Penyakit kehamilan
v. Gizi kurang atau malnutrisi
vi. Trauma
vii. Kelelahan
viii. Merokok
ix. Kehamilan tak diinginkan
x. Obat-obatan yang diminum
xi. Aktivitas
b. Faktor plasenta
i. Penyakit vaskuler
ii. Kehamilan ganda
c. Faktor janin
i. Kelainan bawaan
ii. Infeksi
iii. Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Karena adanya hambatan pertumbuhan dalam kandungan
Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Pengelompokkan BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah )
WHO ( 1961 ) mengganti istilah bayi prematur dengan BBLR karena disadari tidak semua
bayi dengan BB > 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi prematur.


Prematuritas murni
Adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan yang
sesuai
Small for date ( SFD )/ kecil untuk masa kehamilan ( KMK ) adalah bayi

yang berat badannya kurang dari seharusnya kehamilan.


Retardasi pertumbuhan janin intrauterin

Adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan

Light for date sama dengan small for date

Dismaturasi
Adalah

suatu

sindrom

klinik

dimana

terjadi

ketidakseimbangan

antara

pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan, atau bayi2 yang lahir dengan berat
badan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan atau bayi dengan gejala intraurine
malnutrition or wasting
Large for date

Bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya mis : pada DM


( Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC )
Gambaran klinis
1. Berat badan bayi < 2500 gram
2. Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
a. Tulang rawan telingan belum terbentuk
b. Masih terdapat lanugo
c. Refleks masih lemah
3. Tanda bayi KMK (Kecil Masa Kehamilan) cukup bulan atau lebih bulan
a. Tidak dijumpai tanda prematuritas
b. Kulit keriput
c. Kuku lebih panjang
Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Taksiran Maturitas Neonatus
Dengan metode:
1. Menghitung lamanya masa gestasi dengan menggunakan perhitungan hari pertama
haid terakhir (HPHT)
2. Penilaian ukuran antropometrik

o Berat badan lahir (BBL)


o Ukuran

antrometrik

lain

yaitu

crown

heel

length,lingkaran

kepala,diameter oksipito frontal,diameter biparietal dan panjang badan


Y= 11,03 +7,75X
Y = Masa Gestasi
X = Lingkaran kepala.
3. Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui lamanya masa gestasi dengan meneliti
pusat epifisis
4.

Motor Conduction Velocity


Pemeriksaan ini ialah dengan mengukur motor conduction velocity dari nervus
ulnaris.

5.

Pemeriksaan elektroensefalogram.(EEG)

6.

Penelitian karakteristik fisis


Bentuk puting susu,ukuran mamaplantar creases ,rambut kepala,transparansi
kulit, membran pupil,alat kelamin,kuku dan tulang rawan telinga.

7. Penilaian Kriteria neurologis


8. Penilaian menurut dubowitz
Dengan menggabungkan hasil penilaian fisik eksternal dan neurologis.
9. Penilaian masa gestasi berdasarkan 10 kriteria fisik dan neurologis pada bayi baru
lahir,kriteria yang dipakai ialah kriteria morfologik dan neurologis dari penelitian
terdahulu.
Penatalaksanaan
o Mempertahankan suhu tubuh normal
Skin to skin contact
Kangaroo Mother Care
Pemancar panas
Inkubator
Ruangan hangat
o Pemberian vitamin K intramuskuler atau oral
o Nilai segera tanda vital (pernafasan, denyut jantung, warna kulit dan aktivitas).

Kelola sesuai dengan komplikasinya


o Pemberian minum
ASI merupakan pilihan utama, pastikan bayi menerima dalam jumlah cukup.
Berat lahir 1750-2500 gram

Bayi sehat
o Biarkan bayi menyusu semau bayi, anjurkan bayi menyusu lebih sering (misal
setiap 2 ja,) bila perlu
o Bila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan

salah satu alternatif cara pemberian minum


Bayi sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat
o Apabila bayi memerlukan cairan IV:
Berikan minum per oral pada hari kedua / segera setelah bayi stabil.
Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tandatanda siap untuk menyusui.
o Apabila proses menyusui terhalangi, berikan ASI peras melalui pipa lambung
o Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berat bayi 1500-1749 gram

Bayi sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok.
o Apabila dengan cangkir/sendok tidak memungkinkan atau ada risiko dengan
aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapat
minum 160 mL/kgBB/hari tetap masih kelihatan lapar, beri tambahan ASI
o Apabila bayi dapat minum baik dengan menggunakan cangkir/sendok, coba untuk

menyusui
Bayi sakit
o Beri cairan IV
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai pada hari kedua atau segera setelah
bayi stabil dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
o Lanjutkan pemberian minum dengan menggunakan cangkir/sendok apabila
kondisi bayi stabil dan dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah dapat minum baik menggunakan cangkir/sendok, cobalah
untuk menyusu.
Berat bayi 1250-1499 gram

Bayi sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Berikan minum setiap 3 jam. Apabila bayi telah mendapat minum 160
mL/kgBB/hari tetapi masih kelihatan lapar, berikan tambahan ASI
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok. Apabila bayi

telah dapat minum baik, coba untuk menyusu.


Bayi sakit
o Beri cairan IV
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari kedua atau segera setelah
bayi stabil, kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
o Berikan minum setiap 3 jam. Apabila bayi telah mendapat minum 160
mL/kgBB/hari tetapi masih kelihatan lapar, segera beri tambahan ASI
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
o Apabila bayi telah dapat minum dengan baik, coba untuk menyusui.
Berat bayi < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)

Beri hanya cairan IV untuk 48 jam pertama


Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ketiga atau segera
setelah bayi stabil, kurangi jumoah cairan IV secara perlahan

Berikan minum setiap 2 jam. Apabila bayi telah mendapat minum 160

mL/kgBB/hari tetapi masih kelihatan lapar, berikan tambahan ASI.


Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok

d. Suportif
Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang

ASFIKSIA NEONATORUM
Definisi
Kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir
yang ditandai dengan keadaan hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Klasifikasi
a. Asfiksia livida (biru) sianosis (prognosis buruk)
b. Asfikasi palida (putih) tanpa sianosis
Bunga Rampai Obstetri Ginekologi, FK UNDIP
Faktor risiko
1. Faktor ibu
a. Preeklamsia atau eklamsia
b. Perdarahan antepartum abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Partus lama atau partus macet
d. Demam sebelum atau selama persalinan
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
f. Kehamilan lebih bulan (> 42 minggu)
2. Faktor plasenta dan tali pusat
a. Plasenta : hematom, infark
b. Tali pusat : pendek, simpul, prolapsus, lilitan
3. Faktor bayi
a. Bayi kurang bulan/prematur (< 37 minggu)
b. Air ketuban bercampur mekonium
c. Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernafasan
Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Patofisiologi

Awalnya hanya ada sedikit nafas untuk mengembangkan paru. Tapi jika paru
mengembang saat kepala masih ada di jalan lahir atau bila paru tidak mengembang

henti nafas komplet disebut apnea primer


Setelah waktu singkat usaha bernafas otomatis dimulai. Jika paru tidak mengembang

terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernafasan periode apnea terminal


Frekensi jantung menurun selama apnea primer < 100 kali/menit titik aksi

resusitasi. Frekuensi jantung meningkat saat bayi bernafas terengah-engah.


Selama apnea primer tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan katekolamin

dan zat kimia stres lainnya apnea terminal frekuensi jantung menurun tajam
Penumpukan asam laktat dan asam yang diproduksi oleh glikolisis anaerob pada jaringan
yang mengalami hipoksia penurunan pH

Resusitasi Bayi Baru Lahir, Seri Praktik Kebidanan


Gambaran klinis
1.
2.
3.
4.

Bayi tidak bernafas atau nafas megap-megap


Denyut jantung < 100 kali/menit
Kulit sianosis, pucat
Tonus otot menurun

Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah

Pa O2 < 50 mm H20
Pa CO2 > 55 mm H20
pH < 7,3

Penatalaksanaan
1. Resusitasi

langkah awal
1. mencegah kehilangan panas,termasuk menyiapkan tempat yang hangat untuk
melakukan pertolongan
2. memposisikan bayi dengan baik(kepala bayi setengah tengadah /sedikit
ekstensi atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3. bersihkan jalan nafas dengan alat nafas yang tersedia
cara membersihkan jalan nafas:

membersihkan jalan nafas dg ketentuan sbb:


-bila air ketuban jernih(tidak bercampur mekonium),hisap lendir pada
mulut lalu pada hidung
- bila air ketuban bercampur mekonium, mulai penghisapan lendir
setelah kepala lahir(berhenti sebentar untuk menghisap lendir dimulut
dan hidung). Bila bayi menangis, nafas teratur,lakukan asuhan bayi
baru lahir normal. Bila bayi depresi, tidak menangis lakukan upaya
maksimal untuk membersihkan jalan nafas dg membuka mulut lebih
lebar dan menghisap lendir dimulut lebih dalam secara hati2

menilai bayi dg melihat usaha nafas, denyut jantung dan warna


kulitnya
-bila bayi menangis atau sudah bernafas dg teratur, warna kulit
kemerahan lakukan asuhan bayi baru lahir normal
-bila bayi tidak menangis atau megap2, warna kulit biru atau pucat,
denyut jantung <100kali/menit, lanjutkan langkah resusitasi dg
melakukan ventilasi tekanan positif
(selanjutnya lihat langkah resusitasi)

4. keringkan tubuh bayi dengan kain yang kering dan hangat,setelah itu gunakan
dg kain kering dan hangat baru untuk melingkupi tubuh bayi sambil
melakukan rangsangan taktil
5. letakan kembai bayi pada posisi yang benar, kemudian nilai:usaha bernafas,
frekuensi denyut jantung dan warna kulit
cara memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas:
1. posisikan bayi untuk berbaring pada punggungnya miring dg kepala atau
leher sdikit diekstensikan agar jalan nafasnya terbuka dan memudahkan
aliran udara. Hindarkan hiperekstensi kepala, atau menekuk kepala kearah
dada karena kedua perasar(manuver)ini dapat menghalangi jalan nafas
bayi (jika belum dilakukan, klem dan potong tali usar untuk memudahkan
engaturan posisi seperti yang diinginkan )
6. gunakan penghisap lendir De Lee yang telah diproses hingga tahap disinfesi
tingkat tinggi/steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih untuk
penghisap lendir dimulut,kemudian hidung bayi secara halus dan lembut.hisap
mulut terebih dulu untuk memastikan tidak ada sesuatu yang daat teraspirasi

oleh bayi saat hidungnya dihisap. Jangan menghisap jalan nafas dengan kuat
atau terlalu dalam karena hal ini dapat menyebabkan jantung bayi melambat
atau bayi berhenti bernafas. Penghisapan lendir secara hati2 akan
membersihkan cairan dan lendir dari jalan nafas dan dapat merangsang bayi
untuk mulai bernafas
2. Medikamentosa
a. Epinefrin, indikasi:
i. Denyut jantung < 60 kali/menit, setelah 30 detik ventilasi adekuat dan
kompresi dada belum ada respon
ii. Asistolik
iii. Dosis: 0,1-0,3 ml/kgBB secara IV atau ET. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu
b. Volume ekspander, indikasi:
i. Hipovolemia akibat perdarahan atau syok (klinis: pucat, perfusi buruk,
nadi kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat)
ii. Dosis: awal 10 ml/kgBB IV pelan selama 5-10 menit
c. Bikarbonat, indikasi:
i. Asidosis metabolik, diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik
ii. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia
harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah atau kimiawi
iii. Dosis: 1-2 mEq/kgBB atau 2 ml/kgBB
d. Nalokson, indikasi:
i. Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan
ii. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil
iii. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai sebagai
pemakain obat narkotika sebab akan menyebabkan withdrawal tiba-tiba
pada sebagian bayi.
iv. Dosis: 0,1 mg/kgBB dengan IV atau bila perfusi baik diberikan IM atau
3.

SC
Suportif
a. Jaga kehangatan
b. Jaga saluran nafas agar tetap bersih dan terbuka
c. Koreksi gangguan metabolisme (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

Prosedur Tetap Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang
Resusitasi

Mengantipasi bayi lahir dengan depresi/asfiksia


Persiapan alat dan obat
Membersihkan jalan nafas
Menilai bayi
o Usaha bernafas
o Frekuensi denyut jantung
o Warna kulit
Menilai usaha bernafas
o Jika bernafas spontan menilai frekuensi denyut jantung
o Apneu atau susah bernafas lakukan rangsangan taktil

o Tidak terjadi reaksi atas rangsangan taktil pemberian VTP


Menilai frekuensi denyut jantung bayi
o Dinilai apabila pernafasan spontan normal teratur
o Dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut jantung dalam 6 detik
dikalikan 10
o > 100 kali/menit dan bayi bernafas spontan teratur nilai warna kulit
o < 100 kali/menit dan bayi bernafas spontan indikasi VTP
o Detak jantung tidak dapat dideteksi beri epinefrin, VTP dan kompresi dada
Menilai warna kulit
o Jika bayi bernafas spontan dan frekuensi denyut jantung bayi lebih dari 100
kali/menit
o Sianosis sentral oksigen tetap diberikan
o Sianosis perifer oksigen tidak diberikan
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
o Dilakukan dengan sungkup dan balon resusitasi atau dengan sungkup dan
tabung
o Kecepatan ventilasi 40-60 kali/menit
o Tekanan ventilasi untuk nafas pertama 30-40 cm H20, setelah nafas pertama
membutuhkan tekanan 15-20 cm H20
o Jika dengan tindakan tersebut dada bayi masih kurang terkembang intubasi

ET dan ventilasi pipa ET-balon


Menilai frekuensi denyut jantung bayi
o > 100 kali/ menit apabila pernafasan spontan dan adekuat tidak terjadi
VTP
o 60-100 kali/menit memantau frekuensi denyut jantung
o < 60 kali/menit VTP dilanjutkan dan kompresi dada
Memasang kateter orogastrik (8F Semprit 20 mL)
Kompresi dada. Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit adalah 90 kompresi
dada dan ventilasi (3:1). Dengan demikian kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1

detik dan detik untuk ventilasi 1 kali


Berikan obat, jika:
o Frekuensi jantung tetap < 60 kali/menit walaupun dilakukan ventilasi adekuat
dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik
o Frekuensi jantung nol

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal


Skor Ballard
Skor Ballard merupakan penyederhanaan dari Skor Dubowitz dan dapat digunakan pada usia
gestasional bayi antara 35 minggu hingga 42 minggu.
Skor Dubowitz terdiri dari 6 tanda neuromuskuler dan 6 tanda fisik.

Skor Ballard dapat digunakan untuk usia gestasional bayi 20 minggu, pemeriksaannya sama
dengan skor Ballard tapi ditambahkan tentang:
1.
2.
3.
4.
5.

Kelopak mata yang masih menyatu


Payudara yang belum teraba
Kulit yang lengket, mudah robek dan transparan
Tidak ada lanugo
Sudut siku-jendela (fleksi pergelangan tangan) lebih dari sudut 900.

Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1

SCORE APGAR

asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3 )


memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali

karena

selalu disertai asidosis maka perlu diberikan natrium bikarbonat 7,5% dengan dosis
2,4ml/kgbb, diberikan lewat vena umbilikalis

asfiksia ringan sedang ( nilai APGAR 4-6 )


memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal
kembali

bayi normal/ sedikit asfiksia ( nilai APGAR 7-9 )

bayi normal dengan nilai APGAR 10

( RUSTAM MOCHTAR, SINOPSIS OBSTETRI,JILID I,EGC )

vigorous baby APGAR sore 7-10 bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
asfiksia sedang APGAR score 4-6.pada px fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih
dari 100x/mnt, tonus otot kurang baik/baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada
asfiksia berat APGAR score 0-3

AIR KETUBAN
Fungsi Air Ketuban

untuk proteksi janin

mencegah pelekatan janin dengan amnion

agar janin dapat bergerak bebas

regulasi terhadap panas dan perubahan suhu

Sinopsis Obstetri, jilid 1 edisi 2, prof.dr.Rustam Mochtar, 1998

Kondisi normal
Seiring pertambahan usia kehamilan, aktivitas organ tubuh janin mempengaruhi komposisi
cairan ketuban. Jumlah air ketuban tidak terus sama dari minggu ke minggu kehamilan.
Jumlah itu pun akan bertambah atau berkurang sesuai perkembangan kehamilan.
Saat usia kehamilan 25-26 minggu, jumlahnya rata-rata 239 ml. Lalu meningkat jadi + 984
ml pada usia kehamilan 33-34 minggu dan turun jadi 836 ml saat janin siap lahir.

Faktor penyebab cairan ketubah berkurang


1. Proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban sebanyak 20 ml per jam atau
kurang lebih setengah dari jumlah total cairan ketuban per hari. Tetapi, jumlah cairan
yang ditelan ini hampir sebanding dengan produksi urin janin.
2. Ketuban bocor atau pecah.

3. Menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu.


4. Kelainan kongenital (janin) yang berhubungan dengan kelainan sistem saluran kemih,
seperti; ginjal tidak berkembang secara normal, atau terjadi penyumbatan saluran
kemih.
http://www.conectique.com//

PLASENTA
Klasifikasi Plasenta
Menurut bentuknya:
1. plasenta normal
2. plasenta membranosa/tipis
3. plasenta suksenturiata/satu llobus terpisah
4. plasenta spuria
5. plasenta bilobus
6. plasenta 3 lobus

Menurut perlekatan pada dinding rahim:


1. plasent adhesi/melekat
2. plasenta ekreta/lbh melekat
3. plasenta inkreta/sampai otot polos
4. plasenta perkreta/samapi ke serosa
Sinopsis Obstetri, jilid 1 edisi 2, prof.dr.Rustam Mochtar, 1998
Fungsi Plasenta

sbg alat yang memberi makanan pada janin(nutritif)

sbg alat yang mengeluarkan bekas metabolisme ( ekskresi )

sbg alat yang memberi zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)

sbg alat yang membentuk hormon

sbg alat yang menyalurkan pelbagai antibody ke janin

sumber : ilmu kebidanan edisi ketiga cetakan keempat oleh prof.dr.Hanifa Wiknjosastro,
DSOG

ANTENATAL CARE
Definisi ANC
Asuhan antenatal (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Manfaat antenatal care
Seorang individu yang sehat dari seorang ibu yang sehat.
o Bayi lahir sehat artinya tidak mempunyai gejala sisa atau tidak mempunyai
kemungkinan mendapatkan gejala yang penyebabnya dapat dicegah dengan
pengawasan antenatal dan perinatal yang baik.
Sumber: Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. FKUI
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan sebaik-baiknya baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas
sehingga keadaan mereka pospartum sehat dan normal tidak hanya fisik tetapi juga
mental
( Hanifa Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, jakarta)
tujuan umum :
menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat
tujuan khusus :

mengenali dan menangani penyakit2 ang mungkin dijumpai dalam kehamilan,


persalinan, dan nifas

mengenali dan mengobati penyakit2 ynag mungkin diderita sedini mungkin

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak

memberikan nasehat2 tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,


kehamilan, persalinan,nifas dan laktasi

( Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri,jilid I,EGC )

Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
o sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
o 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali
o di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
o KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan
penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.
Tindakan
Anamnesis
o Identitas Pasien
Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada
kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada unsur
penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi. Usia muda
juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya komplikasi
obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan preterm, abortus.
o Keluhan utama
Sadar/tidak akan kemungkinan hamil, apakah semata-mata ingin periksa hamil,
atau ada keluhan / masalah lain yang dirasakan.
o Riwayat kehamilan sekarang / riwayat penyakit sekarang
Ada/tidaknya gejala dan tanda kehamilan. Jika ada amenorea, kapan hari pertama
haid terakhir, siklus haid biasanya berapa hari. Hal ini penting untuk
memperkirakan usia kehamilan menstrual dan memperkirakan saat persalinan
menggunakan Rumus Naegele (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari.
Ditanyakan apakah sudah pernah periksa kehamilan ini sebelumnya atau belum
(jika sudah, berarti ini bukan kunjungan antenatal pertama, namun tetap penting
untuk data dasar inisial pemeriksaan kita). Apakah ada keluhan / masalah dari
sistem organ lain, baik yang berhubungan dengan perubahan fisiologis kehamilan
maupun tidak.
o Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat oleh
kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus), riwayat alergi
makanan / obat tertentu dan sebagainya. Ada/tidaknya riwayat operasi umum /
lainnya maupun operasi kandungan (miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya).
o Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit sistemik, metabolik, cacat bawaan, dan sebagainya.
o Riwayat khusus obstetri ginekologi
Adakah riwayat kehamilan / persalinan / abortus sebelumnya (dinyatakan dengan
kode GxPxAx, gravida / para / abortus), berapa jumlah anak hidup.
Ada/tidaknya masalah2 pada kehamilan / persalinan sebelumnya seperti
prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat. Riwayat
menarche, siklus haid, ada/tidak nyeri haid atau gangguan haid lainnya, riwayat
penyakit kandungan lainnya. Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, ada
masalah/tidak.
o Riwayat sosial / ekonomi
Pekerjaan, kebiasaan, kehidupan sehari-hari.

Pemeriksaan Fisis
o Status generalis / pemeriksaan umum
Penilaian

keadaan

umum,

kesadaran,

komunikasi/kooperasi.
Tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan
< 45 kg atau > 75 kg.
Batas hipertensi pada kehamilan yaitu 140/90 mmHg

(nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi sirkulasi plasenta).


Kepala ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache

nyeri frontal, hypertensive / tension headache nyeri suboksipital


berdenyut).

Mata konjungtiva pucat / tidak, sklera ikterik / tidak.

Mulut / THT ada tanda radang / tidak, lendir,

perdarahan gusi, gigi-geligi.


Paru / jantung / abdomen inspeksi palpasi perkusi

auskultasi umum.

Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis,

varises, simetri (kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk


panggul).
Jika ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus

dimasukkan menjadi masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.


Status obstetricus / pemeriksaan khusus obstetrik

Abdomen
Inspeksi : membesar/tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen
mungkin belum nyata).

Palpasi : tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada kehamilan lebih
besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter, jarak antara fundus
uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di
daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima,
kemudian dijumlah dan dikalikan 4 untuk memperoleh frekuensi satu menit.
Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang ideal adalah denyut jantung janin dihitung
seluruhnya

selama

satu

menit.

Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban / stress pada janin
(fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi beban / stress
pada janin (fetal distress/gawat janin).

Genitalia eksterna
Inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang,luka/perdarahan,
discharge, kelainan lainnya. Labia dipisahkan dengan dua jari pemeriksa untuk
inspeksi lebih jelas

ANTENATAL BLEEDING (ANB)

penyebab antenatal bleeding

kelainan plasenta , umumnya berbahaya

ANB yang bersumber pada kelainan plasenta yang secara klinis tidak terlampau sukar
untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta (abrupsio plasenta)

kelainan serviks , biasanya tidak seberapa berbahaya

biasanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum yang


seksama

belum jelas sumbernya . mungkin disebabkan oleh ruptura sinus marginalis yang
biasanya tanda dan gejalanya tidak seberapa khas.

Mungkin juga karena plasenta letak rendah yang menimbulkan ONB pada akhir
kehamilan atau pada permulaan persalinan

vasa previa baru menimbulkan ANB setelah pemecahan selaput ketuban

klasifikasi klinis ANB dibagi sbb :


a. plasenta previa
adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus shg dapat
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
b.

solusio plasenta
ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.

c.

ANB yang belum jelas sumbernya

Gambaran klinis

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan ketiga atau setelah
kehamilan 28 minggu

ANB tanpa nyeri merupakan tanda khas plasenta previa , disertai tanda2 spt bagian
terbawah janin belum masuk ke dalam PAP(pintu atas panggul) atau kelainan letak janin

Rasa nyeri pada kandungan yang makin lama makin hebat dan berlangsung terus menerus
baru setelah penderita pingsan karena perdarahan retroplasenter yang banyak atau setelah
tampak perdarahan pervaginan .Pada keadaan demikian biasanya janin telah meninggal

ilmu kebidanan edisi ketiga cetakan keempat oleh prof.dr.Hanifa Wiknjosastro, DSOG

HIPOTERMIA

Definisi
Hipotermia pada neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh yang
disebabkan oleh berbagai keadaan, terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan
penurunan suhu ruangan
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Macam
Berdasarkan kejadiannya, hipotermia dibagi atas13:
1. Hipotermia sepintas, yaitu penurunan suhu tubuh 1--2oC sesudah lahir. Suhu tubuh akan
menjadi normal kembali sesudah bayi berumur 4--8 jam, bila suhu lingkungan diatur
sebaik-baiknya. Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR, hipoksia,
resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera
dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir), dan
pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2. Hipotermia akut terjadi bila bayi berada di lingkungan yang dingin selama 6--12 jam.
Terdapat pada bayi dengan BBLR di ruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang
tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan, dan perawat terhadap bayi yang akan
lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan tetapi ternyata hidup dan sebagainya. Gejalanya
ialah lemah, gelisah, pernapasan dan bunyi jantung lambat serta kedua kaki dingin.
Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang suhunya telah
diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan
teliti.
3. Hipotermia sekunder. Penurunan suhu tubuh yang tidak disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dingin, tetapi oleh sebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan
pernapasan dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intra-kranial tranfusi tukar,
penyakit jantung bawaan yang berat, dan bayi dengan BBLR serta hipoglikemia.
Pengobatannya ialah dengan mengobati penyebabnya, misalnya dengan pemberian
antibiotik, larutan glukosa, oksigen, dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi
yang sedang mendapat tranfusi tukar harus dilakukan beberapa kali karena hipotermia
harus diketahui secepatnya. Bila suhu sekitar 32 oC, tranfusi tukar harus dihentikan untuk
sementara waktu sampai suhu tubuh menjadi normal kembali.
4. Cold injury, yaitu hipotermia yang timbul karena terlalu lama dalam ruangan dingin
(lebih dari 12 jam). Gejalanya ialah lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria,

suhu berkisar antara 29,5--35pC, tak banyak bergerak, edema, serta kemerahan pada
tangan, kaki, dan muka seolah-olah bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan
subkutis. Bayi seperti ini sering mengalami komplikasi infeksi, hipoglikemia, dan
perdarahan. Pengobatannya ialah dengan memanaskan secara perlahan-lahan, antibiotik,
pemberian larutan glukosa 10%, dan kortikosteroid.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Etiologi
1. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti lingkungan
dingin, basah, atau bayi yang telanjang, cold linen, selama perjalanan dan beberapa
keadaan seperti mandi, pengambilan sampel darah, pemberian infus, serta pembedahan.
Juga peningkatan aliran udara dan penguapan.
2. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang relatif luas,
kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan tubuh, yaitu dengan
memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang mengakibatkan hilangnya panas
yang lebih besar pada BBLR.
3. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi brown fat, misalnya
bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan
anoksia, intra kranial hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Patofisiologi
Sewaktu kulit bayi menjadi dingin, saraf afferen menyampaikan pada sentral pengatur panas
di hipothalamus. Saraf yang dari hipothalamus sewaktu mencapai brown fat memacu
pelepasan noradrenalin lokal sehingga trigliserida dioksidasi menjadi gliserol dan asam
lemak. Blood gliserol level meningkat, tetapi asam lemak secara lokal dikonsumsi untuk
menghasilkan panas. Daerah brown fat menjadi panas, kemudian didistribusikan ke beberapa
bagian tubuh melalui aliran darah. Ini menunjukkan bahwa bayi akan memerlukan oksigen
tambahan dan glukosa untuk metabolisme yang digunakan untuk menjaga tubuh tetap hangat.
Methabolic thermogenesis yang efektif memerlukan integritas dari sistem syaraf sentral,
kecukupan dari brown fat, dan tersedianya glukosa serta oksigen.
Perubahan fisiologis akibat hipotermia yang terjadi pada sistem syaraf pusat antara lain antara
lain: depresi linier dari metabolisme otak, amnesia, apatis, disartria, pertimbangan yang
terganggu adaptasi yang salah, EEG yang abnormal, depressi kesadaran yang progresif,

dilatasi pupil, dan halusinasi. Dalam keadaan berat dapat terjadi kehilangan autoregulasi otak,
aliran darah otak menurun, koma, refleks okuli yang hilang, dan penurunan yang progressif
dari aktivitas EEG. Pada jantung dapat terjadi takikardi, kemudian bradikardi yang progressif,
kontriksi pembuluh darah, peningkatan cardiac out put, dan tekanan darah. Selanjutnya,
peningkatan aritmia atrium dan ventrikel, perubahan EKG dan sistole yang memanjang;
penurunan tekanan darah yang progressif, denyut jantung, dan cardiac out put disritmia serta
asistole. Pada pernapasan dapat terjadi takipnea, bronkhorea, bronkhospasma, hipoventilasi
konsumsi oksigen yang menurun sampai 50%, kongesti paru dan edema, konsumsi oksigen
yang menurun sampai 75%, dan apnoe. Pada ginjal dan sistem endokrin, dapat terjadi cold
diuresis, peningkatan katekolamin, steroid adrenal, T3 dan T4 dan menggigil; peningkatan
aliran darah ginjal sampai 50%, autoregulasi ginjal yang intak, dan hilangnya aktivitas
insulin. Pada keadaan berat, dapat terjadi oliguri yang berat, poikilotermia, dan penurunan
metabolisma basal sampai 80%. Pada otot syaraf, dapat terjadi penurunan tonus otot sebelum
menggigil, termogenesis, ataksia, hiporefleksia, dan rigiditi. Pada keadaan berat, dapat terjadi
arefleksia daerah perifer.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tergantung pada keparahan dan pengaruh suhu terhadap tubuh. Transient
respirasi distress bisa terlihat pada waktu di kamar bersalin. Stern (1980) memperlihatkan
adanya peningkatan risiko Kern icterus pada bayi kecil yang preterm15.
Jika hipotermia terus berlanjut, apnea, bradikardia, dan sianotik sentralis bisa terjadi. Bayi
hipotermia mula-mula dapat terlihat gelisah, kemudian letargi. Perubahan lainnya yang bisa
terjadi antara lain hipotonia, nangis yang lemah, malas mengisap, distensia atau muntah.
Umumnya, bayi tidak menggigil akibat kedinginan, namun dapat jatuh pada hipotermia yang
lebih berat. Hipotermia kronik dapat menyebabkan berat badan yang menurun3. Pada kasus
yang berat (< 28oC), terlihat pasien pucat atau sianosis, pupil mata dapat dilatasi, otot-otot
kaku, dan denyut nadi bisa rendah, 4--6 kali/menit.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan
Penatalaksanaan
Untuk mencegah komplikasi hipotermia, pemanasan terhadap bayi harus segera dilakukan.
Pemanasan yang terlalu cepat harus dihindarkan, karena dapat menyebabkan apnea.
Penyebab hilangnya panas harus segera dihentikan, suhu harus terus dimonitor, dan

investigasi terhadap penyebab-penyebab patologi atau iatrogenik harus diperiksa. Jika


hipotermianya ringan, dilakukan pemanasan yang perlahan-lahan. Panas yang diberikan lebih
tinggi sedikit dari panas kulit dan perlahan-lahan dinaikkan hingga dicapai suhu yang kirakira sama dengan suhu ruangan yang normal (tabel 2). Suhu kulit, aksila, dan ruangan harus
diukur setiap 30 menit selama masa pemanasan.
Dianjurkan untuk menaikkan panas satu derajat tiap satu jam, kecuali jika berat badan bayi
yang kurang dari 1200 gram, usia kehamilan kurang dari 28 minggu, atau suhunya kurang
dari 32oC, dan bayi dapat dipanaskan lebih perlahan-lahan (rata-rata tidak lebih dari 0,6oC
tiap jam)16.
Peralatan yang dipakai untuk mengatasi hipotermia:
1. Closed incubator. Biasanya digunakan untuk bayi yang mempunyai berat kurang dari
1800 gram. Kerugian pemakaian alat ini adalah kita sulit untuk mengamati dan
melakukan tindakan terhadap bayi. Perubahan suhu yang berhubungan dengan sepsis bisa
kabur karena alat ini. Bayi dikeluarkan dari inkubator bila suhu tubuh dapat bertahan pada
suhu lingkungan lebih dari 30oC (biasanya sewaktu tubuh telah mencapai kira-kira 1800
gram). Inkubator ini biasanya memakai alat-alat berikut:
Pengatur suhu sendiri, yang ditaruh di atas perut bayi. Bila suhu tubuh bayi turun, panas
akan dihasilkan sesuai target dan alat akan mati secara otomatis. Kerugiannya adalah bila
sensornya lepas atau rusak dapat terjadi panas yang berlebihan.
2. Radiant warmer, khusus dipakai pada bayi yang tidak stabil atau yang sedang mengalami
pemeriksaan. Temperatur dapat diatur dengan memakai skin probe atau manual mode.
Pengaturan suhu tubuh pada bayi cukup bulan yang normal (> 2500 gram):
Tempatkan

bayi

di

bawah

pemanas

segera

setelah

bayi

lahir.

Keringkan seluruh tubuh untuk mencegah kehilangan panas dengan cara penguapan.
Tutup kepala dengan cap. Bungkus bayi dengan selimut, masukkan dalam tempat tidur
bayi. Pengaturan suhu tubuh bayi cukup bulan yang sakit: Prosedurnya sama dengan bayi
cukup bulan yang sehat, kecuali radiant warmer-nya dengan pengatur suhu sendiri.
Pengaturan

panas

pada

bayi

prematur

(1000-2500

gr):

Untuk berat bayi 1800-2500 gr, tanpa masalah medis, digunakan tempat tidur bayi, cap,
dan selimut biasanya sudah cukup. Juga dapat digunakan cara skin-to-skin (kangaroo).
Untuk bayi 1000-1800 gr: Untuk bayi yang sehat seharusnya ditempatkan di inkubator
tertutup dengan pengatur suhu sendiri. Sedangkan untuk bayi yang sakit ditempatkan di
bawah radiant warmer dengan pengatur suhu sendiri.
Pengaturan panas terhadap bayi berat badan sangat rendah (<1000 gr)

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan


Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat hipotermia: hipoglikemia karena kekurangan
cadangan glikogen. Asidosis metabolik disebabkan vasokonstriksi perifer dengan
metabolisme anaerobik dan asidosis. Hipoksia dengan kebutuhan oksigen yang meningkat,
gangguan pembekuan, dan perdarahan pulmonal dapat menyertai hipotermia berat. Schok
dengan akibat penurunan tekanan arteri sistemik, penurunan volume plasma, dan penurunan
cardiac output. Apnea dan perdarahan intra ventrikuler.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan

Anda mungkin juga menyukai