WANITA MENOPAUSE
I. PENDAHULUAN
Usia lanjut identik dengan perubahan terutama bagi wanita. Salah satu
perubahan tersebut terjadi pada masa menopause. Mengalami menopause adalah suatu
proses yang harus dilewati, keadaaan ini merupakan proses penuaan yang sangat
alamiah dan normal pada setiap wanita.1
Menopause menghadirkan berbagai macam tanda dan gejala tersendiri. Tanda
dan gejala dapat dilihat dari segi psikologis atau fisiknya. Gejala psikologis yang
ditemukan pada wanita menopause yaitu ingatan menurun, depresi, mudah lelah,
mudah marah dan gelisah. Gejala fisik yang menyertai menopause, meliputi hot
flushes (semburan panas dari dada hingga wajah), night sweat (berkeringat di malam
hari), dryness vaginal (kekeringan vagina), insomnia, inkontinensia urin, lebih gemuk,
dan osteoporosis.1
Berkurangnya hormon estrogen mengakibatkan kaum perempuan memiliki
resiko lebih tinggi terkena osteoporosis terutama pada masa menopause karena
hormon estrogen menurun mengakibatkan kecepatan penurunan masa tulang2
Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi juga
berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang
aktifitas tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan
massa tulang, asupan kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit
diabetes mellitus tipe I dan II. Pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini
sampai usia dewasa muda agar mencapai kondisi puncak massa tulang (peak bone
mass) dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya
serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), berolahraga
secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol1
II. ETIOLOGI
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Dengan
bertambahnya usia, kerapuhan pada tulang dapat dialami oleh setiap orang.4
Beberapa factor penyebab osteoporosis termasuk diantaranya adalah penyakit
endokrin, lama tidak digunakan, status posy menopause dan usis tua, walaupun pada
pada beberapa pasien merupakan kombinasi dari 2 atau 3 faktor. Lebih jauh lagi,
pentingnya factor genetic menjadi focus perhatian kedepannya4
Osteoporosis terjadi akibat ketidakseimbangan antara proses demineralisasi
yang lebih tinggi dan proses mineralisasi tulang. Tulang keropos ini terutama banyak
dialami wanita usia menopause.1
Berkurangnya hormon estrogen mengakibatkan kaum perempuan memiliki
resiko lebih tinggi terkena osteoporosis terutama pada masa menopause karena
hormon estrogen menurun mengakibatkan kecepatan penurunan masa tulang
meningkat hal ini terjadi karena estrogen membantu penyerapan kalsium ke dalam
tulang sehingga ketika kadar estrogen menurun, maka wanita akan mengalami
kehilangan kalsium dari tulang dengan cepat.1
Faktor resiko osteoporosis adalah sebagai berikut:
1.
Faktor genetik
Tes Kepadatan Mineral Tulang (Bone Mineral Density) umumnya berkorelasi
fraktur osteoporosis memiliki BMD yang lebih rendah daripada yang diharapkan
untuk usia mereka. keluarga tingkat pertama (yaitu, ibu, adik) dari wanita dengan
osteoporosis juga cenderung memiliki lebih rendah BMD dibandingkan mereka yang
tidak memiliki riwayat keluarga osteoporosis5
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang.
Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Faktor
genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang
yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan
tulang yang besar.5
2.
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetik.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua
hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat
akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.5
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting
dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan
faktor nutrisi
bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.5
3. Usia
Usia memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya osteoporosis.
Semakin tinggi usia lansia, proporsi osteoporosis juga semakin besar. Secara teori
juga disebutkan bahwa setelah usia 30 tahun, massa tulang yang hilang akan lebih
banyak daripada massa tulang yang dibentuk, sehingga dengan meningkatnya usia,
massa tulang akan semakin berkurang2
Wanita dengan usia lanjut, secara umum memiliki factor resiko terkena
fraktur. Resiko fraktur pada osteoporosis terjadi setiap 7 atau 8 tahun setelah usia 50.
Usia rata-rata untuk patah tulang pinggul adalah 82 tahun. Usia rata-rata patah tulang
belakang diduga terjadi pada wanita 70-an.5
Usia merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk patah tulang, fraktur
terutama pinggul. Berdasarkan BMD akan terjadi resiko patah tulang pinggul yang
meningkat empat kali lipat antara usia 55 dan 85. Namun, peningkatan patah tulang
pinggul beresiko hingga 40 kali lipat lebih dari tiga dekade rentang waktu. Dengan
demikian, dampak bertambahnya usia jauh lebih besar, atau setidaknya 10 kali lipat
lebih besar, daripada dampak dari BMD menurun.5
4.
Kalsium
Faktor makanan memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang
sangat pentingPada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya
akanterganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin
yang bertambah. Hasil akhir kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif.6
Kalsium erat hubungannya dengan kesehatan tulang, karena berfungsi sebagai
pembentuk tulang. Kalsium merupakan komponen utama dari tulang, maka dalam
pencegahan terjadinya osteoporosis dan penyakit-penyakit tulang yang lain sangat
penting artinya. Penyerapan kalsium yang rendah akan mengakibatkan berkurangnya
massa tulang, sehingga bagi penderita osteoporosis perlu menjaga keseimbangan
kalsium. Pada tubuh manusia 90% kalsium disimpan dalam tulang dan gigi, sisanya
tersebar di dalam darah serta jaringan lunak.6
5.
Estrogen
Wanita memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk terjadi osteoporosis
Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
normal. Individu
kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme
yang jelas belum diketahui dengan pasti .6
III. EPIDEMIOLOGI
Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi usia
lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini akan
bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup mencapai 70
tahun. Menurut data statistik Itali tahun 2004 lebih dari 44 juta orang Amerika
mengalami osteopenia dan osteoporosis. Di Indonesia 19,7% dari jumlah lansia atau
sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis. Prevalensi wanita yang
menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24%
sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62%.3
Osteoporosis tidak hanya berhubungan dengan menopause tetapi juga
berhubungan dengan faktor-faktor lain seperti merokok, postur tubuh kecil, kurang
aktifitas tubuh, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan
massa tulang, asupan kalsium yang rendah, konsumsi kafein, alkohol, penyakit
diabetes mellitus tipe I dan II. Pencegahan osteoporosis harus dilakukan sejak dini
sampai usia dewasa muda agar mencapai kondisi puncak massa tulang (peak bone
mass) dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya
serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium per hari), berolahraga
secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol Berdasarkan
permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang hubungan riwayat keluarga,
aktifitas fisik, status gizi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan berkalsium tinggi
dengan kepadatan tulang pada wanita postmenopause3
Jenis-jenis osteoporosis:
Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada
wanita paska menopause (post menopause osteoporosis) serta juga pada pria berusia
Osteoporosis Sekunder
Dikatakan osteoporosis sekunder bila terjadi akibat faktor-faktor yang
sebenarnya bisa dihindari atau diubah. Osteoporosis ini disebabkan oleh berbagai hal
antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D,
gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.4
Pola makan yang tidak sehat, misalnya kurang konsumsi vitamin D yang
sangat penting bagi pembentukan tulang dan jarang terkena sinar matahari. Aktifitas
fisik yang kurang atau kurang olahraga. Konsumsi alkohol, sebab alkohol dapat
menghambat kalsium akibat terjadinya gangguan pada usus halus.Hal itu tentu sangat
mempengaruhi kekuatan tulang. Kebiasaan merokok, sebab nikotin dalam rokok bisa
mengurangi jatah kalsium yang diserap tulang. Selain itu, nikotin membuat kadar dan
aktivitas hormone estrogen dalam tubuh berkurang, sehingga susunan sel tulang tidak
kuat dalam menghadapi proses pelapukan.Konsumsi kafein sebab, kafein dapat
mengganggu penyerapan kalsium.Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi
seseorang terkena osteoporosis atau tidak. Lingkungan yang lebih sedikit
mengonsumsi kalsium, akan memperbesar peluang terjadinya osteoporosis.
Penggunaan obat yang mengandung steroid, seperti pada penderita asma dan batu
ginjal juga berisiko tinggi menyebabkan osteoporosis karena steroid dapat
menghambat penyerapan kalsium. Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai
antiperadangan juga menyebabkan osteoporosis karena menghambat pembentukan
tulang.4
IV. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas membuat terowongan ke
dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas,sedangkan remodeling tulang
trabekular terjadi di permukaan trabekular. Padakerangka manusia, setiap saat sekitar
5% tulang mengalami remodeling olehsekitar 2 juta unit remodeling tulang.
Kecepatan pembaruan untuk tulangadalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak
dan 20% per tahun untuktulang trabekular.7
sehingga insidens fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal meningkat.
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow
stromal cells dan sel-sel mononuklear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF- yang berperan
meningkatkan kerja osteoklas, dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat
menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas
osteoklas meningkat. Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat
menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga
osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan
peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume
plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar
kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks.
Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi,
sehingga terjadi relatif asidosis respiratorik.7
Pada osteoporosis sekunder yang berkaitan dengan usia, terjadi penurunan
massa tulang yang cepat dan menyebabkan kerusakan mikroarsitektur tulang,
terutama pada tulang trabekular. Progresifitas resorpsi tulang merupakan kondisi
normal dalam proses penuaan. Perkembangan resorpsi tulang lebih cepat pada tulang
trabekular dibanding tulang kortikal.Progresifitas resorpsi pada usia tua juga
diperburuk dengan penurunan fungsi organ tubuh, termasuk penurunan absorbsi
kalsium di usus, meningkatnya hormon paratiroid dalam serum, dan menurunnya laju
aktivasi vitamin D yang lazim terjadi seiring proses penuaan.7
9
V. DIAGNOSIS
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang
dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Tujuan dari tindakan
anamnesis ini adalah untuk mengetahui keluhan yang dialami pasien, serta
faktor-faktor pencetus yang mengakibatkan keluhan tersebut terjadi.8
Terdapat dua jenis anamnesis yaitu autoanamnesis yang ditanyakan
langsung kepada pasien serta alo-anamnesis yaitu anamnesis yang ditanyakan
kepada anggota keluarga atau orang terdekat.8
Yang lazim ditanyakan pada anamnesis adalah identitas (nama, umur,
jenis kelamin, alamat, pendidikan atau pekerjaan, agama dan suku bangsa),
riwayat penyakit sekarang yaitu yang membawa pasien untuk berobat,
riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. 8
Anamnesis
memegang
peranan
penting
pada
evaluasi
klien
osteoporosis. Factor lain yang perlu diperhatikan adalah status haid, fraktur
pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang
tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat dan
vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan
merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus
ditanyakan adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan
insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia menarke dan menopause,
penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita
osteoporosis juga perlu dipertanyakan.8
Selain itu, yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas sehari-hari.Pola
aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga, pengisian waktu
luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan
yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian
10
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu tahap pemeriksaan awal yang
dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Hal ini dilakukan dengan tujuan
mengetahui keadaan fisik pasien secara umum, guna menegakan diagnosis
awal penyakit yang diderita.8,9
Cara pemeriksaan fisik pada orang yang sudah lanjut usia sama seperti
pada orang dewasa pada umumnya yaitu dengan melakukan inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Pada inspeksi umum, dilihat apakah ada perubahan
secara umum atau tidak lalu periksa juga keadaan umum pasien. Setelah itu
melakukan palpasi dengan melakukan perabaan dengan telapak tangan dan
jari-jari tangan. Langkah selanjutnya adalah perkusi yaitu dengan mengetuk
pada beberapa bagian organ untuk melihat apakah terdapat perbdeaan suara
atau tidak. Yang terakhir adalah pemeriksaan auskultasi yaitu mendengarkan
dengan stetoskop. Selain melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diatas,
juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital untuk mengetahui apakah ada
peningkatan atau penurunan pada tekanan darah pasien.8,9
Bila kita menemukan tanda-tanda dari osteoporosis, sebaiknya pada
pemeriksaan fisik yang tepat dilakukan adalah B6, yaitu :8,9
1. B1 (breathing )
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. B2 (blood)
11
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing,
adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
3. B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
4. B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan.
5. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji
juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses.
6. B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis
sering
menunjukkan
kifosis
(penyakit
kelainan
pada
tulang
Pemeriksaan penunjang5,7
Bila dari hasil pemeriksaan fisik, kita mendapatkan tanda-tanda
osteoporosis yang harus dilakukan selanjutnya adalah meminta pasien untuk
menjalani pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan penunjang bertujuan agar
diagnosis pembanding dapat dihapuskan sehingga pasien mendapatkan
perawatan yang tepat dari hasil diagnosis yang tepat pula.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien
yang terdapat tanda-tanda osteoporosis adalah:
12
1.
densitas atau kepadatan mineral dalam tulang dengan sinar X khusus, CT Scan
atau ultrasonografi. Informasi ini menunjukkan kepadatan tulang saat
pemeriksaan dilakukan. BMD tidak dapat memprediksi densitas tulang pada
masa yang akan datang.
Populasi yang perlu pengukuran BMD:
osteoporotis
Pria dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi
Dari hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD
termasuk normal, tetapi tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun.
Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam osteopenia. Dapat dilakukan
monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan
lanjut untuk osteoporosis sekunder, yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes kondisi spesifik. Dari hasil pengukuran
Osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat dilakukan dengan
Biphosphonate.
2.
reformasi
tulang,
sehingga
memberikan
informasi
mengenai
13
timbulnya
osteoporosis.
6. Menopause yang cepat (premature menopause).
7. Amenorrhoea sekunder > 1 tahun.
8. Kelainan yang menyebabkan osteoporosis seperti:
- Anorexia nervosa
- Malabsorpsi
- Primary hyperparathyroid
- Post-transplantasi
- Penyakit ginjal kronis
- Hyperthyroid
- Immobilisasi yang lama
- Cushing syndrom
9. Berkurangnya tinggi badan, atau tampak kiphosis
5.
CTx (C-Telopeptide)
CTx (C-Telopeptide) untuk menilai resorpsi atau pembongkaran tulang
14
VIII. PENATALAKSAAN
MENTOSA)
Tujuan pengobatan adalah mempertahankan atau meningkatkan massa tulang,
mengontrol nyeri dan atau memperlambat penyakit yang mendasarinya.
1. Terapi Non Farmakologi3,4,6,7
a. Nutrisi
Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang cukup dan
pemeliharaan berat badan yang ideal. Diet kalsium penting untuk memelihara densitas
tulang. Nutrisi tersebut dapat berupa vitamin D yang bisa didapatkan dari brokoli,
kacang-kacangan, ikan teri, ikan salmon, susu, kuning telur, hati dan sardine serta
paparan sinar matahari.
b. Olahraga
Olahraga seperti berjalan, jogging, menari dan panjat tebing dapat bermanfaat dalam
mencegah kerapuhan dan fraktur tulang.Hal tersebut dapat memelihara kekuatan
tulang. Prinsip latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan pembebanan,
gerakan dinamis dan ritmis, serta latihan daya tahan. Senam osteoporosis untuk
mencegah dan mengobati terjadinya pengeroposan tulang.
2. Terapi Farmakologi
Obat yang digunakan dalam terapi osteoporosis, yaitu :
a. Kalsium
Kalsium berfungsi sebagai integritas sistem saraf dan otot, untuk kontraktilitas
jantung normal dan koagulasi darah.Kalsium berfungsi sebagai kofaktor enzim dan
mempengaruhi aktivitas sekresi kelenjar endokrin dan eksokrin.
15
Absorpsi kalsium dari saluran pencernaan dengan difusi pasif dan transpor
aktif.Kalsium harus dalam bentuk larut dan terionisasi agar bisa diabsorpsi.Vitamin D
diperlukan untuk absorpsi kalsium dan meningkatkan mekanisme absorpsi.
Kalsium secara cepat didistribusikan ke jaringan skelet. Kalsium menembus
plasenta dan mencapai kosentrasi yang lebih tinggi pada darah fetah dibanding darah
ibu. Kalsium juga didistribusikan dalam susu.
Kalsium
dieksresikan
melalui
feses,
urin
dan
keringat.
Kalsium
menjadi
oleh
enzim
mikrosomal
hati
menjadi
25-hidroksi-vitamin
16
17
g. Fitoestrogen
Isoflavonoid (protein kedelai) dan lignan (flaxseed) merupakan bentuk estrogen
dimana efeknya terhadap tulang dapat disebabkan aktivitas agonis reseptor estrogen
tulang atau efek terhadap osteoblas dan osteoklas.beberapa studi isoflavon
menggunakan dosis yang lebih besar dilaporkan dapat menurunkan penanda resorpsi
tulang dan sedikit meningkatkan densitas.
h. Testosteron
Penurunan konsentrasi testosteron tampak pada penyakit gonad, gangguan
pencernaan dan terapi glukokortikoid.Terapi testosteron ini dapat meningkatkan BMD
dan mengurangi hilangnya massa tulang pada pasien osteoporosis laki-laki.
i. Teriparatide
Terapi anabolik ini hanya untuk terapi menjaga dan memelihara bentuk
tulang.Teriparatide merupakan produk rekombinan yang mewakili 34 asam amino
pertama dalam PTH manusia. Teriparatide meningkatkan formasi tulang, perubahan
bentuk tulang dan jumlah osteoblast beserta aktivitasnya sehingga massa tulang akan
meningkat. Teriparatide disarankan oleh FDA kepada wanita postmenopouse dan lakilaki yang memiliki resiko tinggi terjadi fraktur.Efikasi dari teriparatide ini dapat
meningkatkan BMD.PTH analog sangat penting dalam pengelolaan pasien
osteoporosis yang memiliki risiko tinggi patah tulang karena PTH merangsang
pembentukan tulang baru. Kontraindikasi teriparatide ini yaitu pada pasien
hiperkalsemia, penyakit metabolik tulang lainnya dan kanker otot.
j. Diuretik Tiazid
Diuretik tiazid meningkatkan reabsorbsi kalsium.Pasien yang mengkonsumsi
diuretik tiazid memiliki massa tulang lebih besar dan fraktur yang lebih sedikit.
Diuretik tiazid ini diberikan ketika pasien osteoporosis dengan glukokortikoid yang
lebih besar dari 300mg dari jumlah kalsium yang dikeluarkan dalam urin selama lebih
dari 24 jam.3,4,6,7
VIII. PROGNOSIS
18
dirasakan
oleh
wanita
pasca
menopause
disebabkan
menurunnya
hormon
dan
peningkatan
osteoklas
osteoporosis.Osteoporosis menyebabkan
sehingga
mempercepat
terjadinya
hanya dengan trauma yang minimal tulang akan mudah patah.Maka dari itu, sejak dini
mulailah merawat tulang tubuh dengan berolahraga, mengontrol pola makanan,
asupan gizi dan vitamin
20