Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Malam dalam kedokteran gigi digunakan untuk pencatatan cetakan rahang tidak bergigi, malam

mempunyai sifat fisis yang berbeda sesuai dengan tujuan dankegunaannya. Malam
merupakan bahan termoplastik yang terdiri dari bahan organik dan alami yang berasal dari
mineral, hewan (serangga), dan tumbuhan. Contoh wax yang berasal dari mineral ialah
paraffin wax dan microcristalin wax, sedangkan malamyang berasal dari serangga ialah beeswax,
dan malam yang berasal dari tumbuhan ialah c a r n a u b a w a x d a n c a n d e l i l a w a x .
P e m b u a t a n w a x d a p a t d i l a k u k a n d e n g a n c a r a pengambilan lemak hewan
atau nabati dan basa kuat. Malam atau wax atau lilin dipergunakan sejak pertama kali di dunia
Kedokteran Gigi sekitar abad 18, untuk tujuan pencatatan cetakan rahang yang tidak bergigi.
Pada hakikatnya malam atau wax / liliin merupakan salah satu bahan yang
memegang peranan penting di dalam ilmu bidang Kedokteran Gigi. Meskipun telah
ditemukan bahan baru yang lainnya, malam masih digunakan dalam jumlah yang besar
untuk keperluan klinik dan pekerjaan laboratorium. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintetis. Karena penggunaan malam
dalam kedokteran gigi ini maka perlu untuk mengetahui segala aspek dalam malam atu
wax terutama sifat sifatnya sehingga akan memudahkan dalam memanipulasi, dan
menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal. Dan untuk lebih memahaminya maka perlu
dilakukan suatu percobaan yangakan memperlihatkan cara manipulasi malam yang benar serta
pengaruh sifat sifatnya terhadap hasil manipulasi.

Pada

perkembangan

selanjutnya,

malam

dental

sebagian

besar digunakan

dalam proses laboratorium, meskipun masih ada sebagian dari malam dental yang digunakan
langsung pada rongga mulut penderita misalnya malam onlay untuk mencetak
atau mengecek hasil dari preparasi sebuah gigi.

1.2 Rumusan Masalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fungsi Malam Gigi


Komponen Malam Gigi
Sifat Malam Gigi
Malam Gigi
Polimer dan Polimerisasi
Mekanisme Polimerisasi

1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

untuk mengetahui Fungsi Malam Gigi


untuk mengetahui komponen malam gigi
untuk mengetahui dan memahami sifat malam gigi
untuk mengetahui dan memahami malam gigi
untuk mengetahui dan memahami polimer dan polimerisasi
untuk mengetahui mekanisme polimerisasi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga / didapatkan dari tumbuhtumbuhan. Wax dental adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami seperti
lilin, damar, zat pewarna dan bahan tambahan lainnya. Digunakan dalam bidang
kedokteran gigi untuk membuat cetakan, membuat konstruksi gigi palsu non logam, membuat
catatan tentang hubungan rahang, sebagai bahan penolong kerja laboratorium. (Dorland, 2002)
Pembuatan berbagai alat gigi sering membutuhkan bahan malam
y a n g mempunyai sifat-sifat fisis berlainan untuk tujuan-tujuan tertentu.Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut malam gigi biasanya dicampur dari bahan alami dan sintesis. (E.C. Combe, 1992)
Berdasarkan sumbernya wax terdiri dari dua macam, yaitu wax alami dan wax sintetik.
1.Wax Alami
a. Animal Waxes
Contohnya yaitu pada bee wax yang merupakan hasil sekresi abdominal
darilebah

jenis

Apis

mellifera.

Warna

wax

tergantung

pada

jenis

bunga.

Komponennya berupa palmitat, palmitoleate, hidroksipalmitat, dan oleate ester dengan


rantai panjang alkohol.Digunakan sebagai bahan modeling dan memiliki titik leleh 62-65C.
b.Vegetal Waxes
Contohnya pada jenis carnauba wax dan candelila wax.Pada carnauba wax juga dikenal sebagai
queen of waxes. Merupakan hasil sekretdari daun pohon palem ( Copernicia prunifera cerifera),
tiap 100 gr untuk satu pohondalam satu tahun. Komposisinya terdiri dari fatty ester (80-85%),
free alcohol (10-15%), asam (3-6%), dan hidrokarbon (1-3%). Untuk candelila wax merupakan hasil
ekstraksi dari tumbuhan Euphorbia ceriferadan Euphorbia antisyphilitica (Euphorbiaceae). Cara
ekstraksinya dengan merebus tanaman tersebut untuk memisahkan wax dan material
tanaman.
Komposisinya berupa hidrokarbon (sekitar 50% dari C29-C33), ester (28-29%),
alkohol, asamlemak bebas (7-9%), dan resin (12-14% triterpenoid ester). Titik leleh candelila wax berada
dalam rentang 66-71C.
c. Mineral Waxes
Contohnya

pada

parafin

yang

merupakan

hasil

dari

petroleum

yang

mengalami pemanasan tinggi (penyulingan minyak tanah). Komposisinya berupa campuran


3

kompleks hidrokarbon sari metan, dengan sejumlah kecil fase


a m o r f a t a u mikrokristalin).
2.Wax Sintetik
Seperti wax alami yang serba guna, wax sintetik bisa tahan pada perubahan
padakualitas dan ketersediaan. Terbuat dari etil glikol diester atau triester dengan
rantai panjang asam lemah (C18-C36).Titik lelehnya dalam rentang 60-75C.
Konstitusi dasar malam yang dipergunakan untuk keperluan kedokteran gigi berasaldari tiga sumber utama:
1 . M i n e r a l
2 . S e r a n g g a
3.Tumbuhan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Fungsi Malam Gigi
4

Malam gigi (dental wax) pada mulanya digunakan di kedokteran gigi sejak awal abad
18 sebagai bahan cetak. Dalam perkembangan selanjutnya, malam digunakan untuk berbagai
prosedur klims dan laboratoris. Sebagai contoh, untuk membuat pola malam gigi tiruan cekat
(wax pattern), mereposisi gigi tiruan sebagian yang patah (sticky wax), dan membatasi
cetakan sebelum diisi gips (boxingin wax).
3.2 Komponen Malam Gigi
Malam adalah bahan termoplastis, berbentuk padat pada suhu kamar tetapi meleleh
tanpa mengalami dekomposisi dan membentuk cairan kental pada suhu yang lebih tinggi.
Malam yang berasal dari alam (natural waxes) ataupun sintetis (synthetic waxes) memiliki
sifat fisis dan kimawi yang berbeda-beda. Perlu dilakukan pencampuran beberapa jenis
malam untuk mendapatkan malam gigi dengan sifat yang sesuai dengan kebutuhan. Malam
gigi biasanya terdiri dari dua atau lebih komponen, dapat berupa malam alami atau sintetis,
resin, minyak (oils), lemak (fats), dan pigmen. Komponen utama malam gigi berupa malam
alami atau sintetis (Tabel I). Dahulu, malam dikiasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu :
mineral, turnbuhan, insekta, dan binatang. Kiasifikasi yang lebih baik wialah berdasarkan
komposisi kimiawinya. Dua kelompok utama bahan organik yang terkandung dalam malam
adalah hidrokarbon dan ester. Malam terdiri dan kombiriasi bahan organik yang kompleks
dan mempunyai berat molekul yang tinggi. Komposisi setiap jenis malam sangat bervariasi,
tergantung sumbernya dan saat pengambilannya.

1. Malam alami
a. Parafin (Paraffin)
Asal

: fraksi petroleum (minyak bumi) dengan suhu tinggi.

Komposisi

: hidrokarbon jenuh rantai lurus , mengandung 26 - 30 atom karbon (C).

Titik lebur

: 40 - 71 C. Akan meningkat bila berat molekul (BM) bertambah dan akan


menurun bila mengandung minyak. Parafin kedokteran gigi mengandung
minyak 0,5%.

Sifat

: Beberapa hidrokarbon mengalami perubahan kristal saat pendinginan.


Bentuk kristal berubah dan jarum ke plat pada suhu 5 - 8 C di bawah titik
lebur. Selama pemadatan dan

pendinginan terjadi kontraksi volumetrik 11-15%.


b. Mikrokristalin (Microcrystalline)
Asal

: fraksi petroleum

Komposisi

: Hidrokarbon rantai bercabang, dengan atom karbon 41 - 50.


6

Titik lebur

: 60-91C.

Sifat

: Hampir sama dengan parafin, tetapi lebih tough (tegar) dan fleksibel.
Perubahan volume selama pengerasan lebih kecil daripada parafin. Memiliki
afinitas terhadap minyak. Kekerasan dan kelekatannya dapat diubah dengan
menambahkan minyak.

c. Ceresin
Asal

: Destilasi petroleum alami yang dimumikan

Komposisi

: Hidrokarbon rantai lurus dan bercabang.

Sifat

: Memiliki BM dan kekerasan yang lebih tinggi dan yang tidak dimurnikan.

Fungsi

: Meningkatkan titik lebur parafin.

d. Carnauba & Komposisi Titik lebur


Komposisi

: Campuran ester rantai lurus, alkohol, asam dan hidrokarbon

Titik lebur

: Carnauba 84 -91 C Ouricury 79- 84C

Sifat

: keras, getas, dan titik lebur tinggi.

Fungsi

: Memiliki kualitas yang baik dalam meningkatkan titik lebur dan kekerasan
parafin. Carnauba lebih efektif daripada ouricury.

Contoh

: parafin bila ditambah 10% carnauba wax maka titik leburnya akan
meningkat dari 20 ke 46C.

e. Candelilla Komposisi
Komposisi

: 40-60% hidrokarbon parafin yang mengandung 29-33 atom C, alkohol, asam,


ester, dan lactones.

Titik lebur

: 68-75C

Fungsi

: Mengeraskan parafin. Tidak efektif untuk meningkatkan titik lebur parafin.

f. Japan wax & Cocoa butter


Bukan malam asli tetapi terutama berupa lemak.
Komposisi

: Japan wax terdiri dan glisenda asam palmitat dan stearat, asam dengan BM
tinggi. Cocoa butter berupa lemak yang terdiri dan gliserida asam stearat,
palmitat, oleat, dan laurat dan asam lemak rendah lainnya.

Sifat

: Japan wax bersifat tough, malleable, dan lekat. Titik lebur 51C. Cocoa
butter bersifat getas pada suhu kamar.

Fungsi

: Japan wax bila dicampur parafin akan memperbaiki tackiness dan


emulsifying ability. Cocoa butter untuk proteksi terhadap dehidrasi janngan
lunak. proteksi temporer semen ionomer kaca dan kelembaban selama
pengerasan dan kekeningan setelah mengeras.

g. Beeswax
Malam insekta yang terutama digunakan di kedokteran gigi.
Komposisi

: Campuran ester kompleks, terutama mengandung mirisil palmitat,

hidrokarbon jenuh dan tak jenuh, serta asam organik dengan BM tinggi.
Titik lebur

: 63 -70 C

Sifat

: Getas pada suhu kamar, plastis pada suhu tubuh.

Fungsi

: memodifikasi sifat parafin, komponen utama sticky wax.

2. Malam Sintetis
Banyak digunakan di kedokteran gigi, tetapi malam alami masih menupakan komponen
utama. Malam sintetis berupa bahan organik kompleks dengan komposisi kimiawi yang
berfariasi. Meski secara kimiawi berbeda dengan malam alami, sifat fisisnya seperti malam
alami. Kemurnian malam sintetis Iebih tinggi dari malam alami.
CONTOH :
1. Polietilena
2. Polioksietilena glikol
3. Hidrokarbon halogenasi
4. Hidrogenasi
5. Ester hasil reaksi asam dan fatty alcohol
3.3 Sifat Malam
1. Rentang lebur (melting range)
Malam kedokteran gigi lebih cenderung mempunyai melting range danpada melting point
karena malam tersebut terdiri dan molekul yang sama tetapi berat molekulnya berbeda, atau
beberapa tipe molekul yang berbeda dan masing-masing memiliki variasi berat molekul.
Sebagai contoh titik lebur parafin 44 - 62 C, titik lebur carnauba wax 50 - 90 C. Campuran
parafin 75% dan carnauba 25% memiliki titik lebur yang berbeda.
8

2. Suhu transisi padat-padat (solid-solid transition temperature)


Bila malam dipanaskan hingga di bawah titik lebur, terjadi transisi padatpadat yaitu
perubahan struktur kristal lattice yang stabil (biasanya orthorombik) menjadi heksagonal.
Pada keadaan tersebut malam dapat dimampulasi tanpa menyerpih, robek atau stress. Transisi
padat-padat ini juga menentukan sifat fisis dan kesesuaian malam untuk berbagai prosedur
klinis dan laboratoris. Malam yang harus tetap kaku bila ada dalam mulut, hams memiliki
suhu transisi padatpadat di atas 37C.
3. Ekspansi termis (thermal expansion)
Seperti bahan lain, malam akan mengembang/ekspansi bila suhu meningkat dan akan
mengkerut/ kontraksi bila suhunya menurun. Koefisien ekspansi termis malam lebih besar
danpada bahan lain di kedokteran gigi. Sifat ekspansi termis linier bahan malam dapat
dijelaskan berdasarkan kekuatan ikatan valensi sekunder dan titik transisi. Malam yang
berasal dari mineral
umumnya mempunyai koefisien ekspansi lebih besar dan malam tumbuhan. Malam mineral
ikatan valensi sekundemya lemah, bila suhu meningkat terjadi pergerakan yang lebih besar
pada komponennya, maka ekspansi termalnya lebih besar. Ekspansi tennis mi berpengaruh
terhadap ketepatan restorasi yang dibuat. Sebagai contoh, malam dengan koeisien ekspansi
tennis 350 x 10 / C bila didinginkan dan suhu 37 ke suhu 20 derajat celcius akan mengalami
pengkerutan linier sebesar hampir 0,6%.
4. Kekuatan mekanis
Modulus elastisitas, limit proporsional, dan kekuatan kompresi malam lebih rendah daripada
bahan lain. Sifat mekanis tersebut sangat dipengaruhi oleh suhu.
5. Daya alir (flow)
Bila malam diberi beban pada waktu tertentu, akan terjadi deformasi atau perubahan bentuk.
Deformasi plastis dan prosentase daya alimya tergantung temperatur. Di bawah suhu transisi,
daya alirnnya rendah. Daya alir im penting untuk malam inlay yang polanya dikerjakan
secara direct. Pada suhu 5 derajat di atas suhu mulut, daya alirnya harus besar, tetapi pada
suhu mulut /37 derajat harus tidak ada daya alirnya.
6. Stres internal (Internal stress)
9

Stres internal sering juga disebut residual stress. Malam memiliki konduktivitas panas
rendah, sehingga sukar mencapai pemanasan yang merata. Bila malam dicetak atau dibentuk
tanpa pemanasan yang cukup di atas suhu transisi padat-padat, maka akan terjadi stress dalam
bahan. Bila malam dipanaskan, terjadi pelepasan stress dan mengakibatkan distorsi.
3.4 Malam Gigi

Malam pola digunakan untuk membuat model restorasi gigi dengan bentuk dan ukuran yang
ditentukan, kemudian dibuat cetakan dan corlcasting dengan bahan aloi emas, aloi mkel
kromium, atau resin. Malam pemrosesan terutama digunakan sebagai alat tambahan pada
pembuatan alat restorasi gigi, baik di klinik maupun laboratorium. Malam sebagai bahan
cetak sekarang digunakan secara terbatas untuk mencetak rahang yang tidak bergigi dan
undercut, umumnya dikombinasikan dengan bahan cetak lain seperti zink oksida eugenol.
B. Malam Pola
1. Inlay pattern wax
Guna

: malam pola untuk restorasi gigi inlay, mahkota dan jembatan.

Komposisi

: Komponen utamanya adalah parafin, mikrokristalin, ceresin, carnauba,


candelilla, dan beeswax.

Contoh

: parafin 60%, carnauba 25%, ceresin 10%, beeswax 5%.

Jenis

: hard, medium/regular, dan soft, menunjukkan daya alirnya. Daya alir dapat
dikurangi dengan menambahkan carnauba atau parafin dengan titik lebur
tinggi. Daya alir dapat juga diatur dengan menambahkan 1% resin.

Sediaan

: warna biru tua, hijau, dan ungu sehingga kontras dengan warna gigi. Bentuk
batang/tongkat panjang 7,5 cm dan diameter 0,64 cm. Ada juga bentuk pelet
dan konus.

Sifat

: akurasi dan kualitas casting sangat tergantung pada akurasi dan detil pola
malam, dengan demikian malam perlu memiliki sifat-sifat fisis yang penting.
Spesifikasi ANSI/ADA no. 4 untuk inlay direct dan indirect. Malam bila
10

dipanaskan akan mencair dan menguap, diharapkan tidak ada sisa, sehingga
akan menghasilkan casting yang sempurna. Residu maksimum malam inlay
adalah 0,10%. Ekspansi termal limer maksimal pada suhu 25 -30 C adalah
0,2% dan suhu 25-37 adalah 0,6%. Inlay pattern bertendensi mengalami warp
atau distorsi. Malam inlay terdiri dan 2 tipe, Tipe I Hard untuk direct technic,
dan Tipe II yang lebih lunak untuk indirect technic.
2. Casting wax
Fungsi

: pola kerangka logam gigi tiruan.

Komposisi

: komposisi yang tepat tidak diketahui, tetapi hampir sama dengan inlay wax.

Sediaan

: berbentuk lembaran (tebal 0,32 - 0,4 mm), bentuk jadi, dan gumpalan (bulk).

Sifat

: lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu 40 - 45 C. Agak lengket dan


terfiksasi pada model keija gips. Mencetak dengan akurat permukaan yang
dilekatinya. Tidak getas waktu didinginkan. Menguap pada suhu 500C dan
tidak meninggalkan lapisan kecuali karbon.

3. Baseplate war
Fungsi

: (1) menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi tiruan lengkap,
dan (2) malam pola plat dasar gigi tiruan lengkap dan sebagian, serta alat
orthodonsi.

Komposisi

: Terdiri dan 70 - 80% parafin I ceresin.

Contoh

: Ceresin 80%, Beeswax 12%, Carnauba wax 2,5%, Resin 3%, dan
Mikrokristalin 2,5%.

Sediaan

: Bentuk lembaran berukuran 7,6 x 15 x 1,3 cm, wama merah atau merah
muda. Ada 3 tipe, tipe I (lunak), tipe II (sedang), dan tipe III (keras).

Sifat

: Syarat yang harus dipenuhi baseplate wax.

a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40C lebih kecil dari 0,8%.
b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.
c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat di jan.
d. Mudah diukir pada suhu 23C.
e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).
f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.
g. Tidak mewamai gigi.

11

C. Malam untuk Pemrosesan


1. Boxing wax
Fungsi

: boxing ( memberi batas) cetakan pada waktu diisi gips.

Sediaan

: batang atau strip berwama hitam atau hijau.

2. Carding wax
Fungsi

: melekatkan gigi artifisial pada plat display.

3. Utility wax
Fungsi

: dilekatkan pada sendok cetak untuk memperbaiki kontur.

Komposisi

: Beeswax, petrolatum dan malam lunak lain.

Sediaan

: bentuk batang atau lembaran berwama merah ma atau oranye.

4. Sticky wax
Fungsi

: Menyambung melekatkan patahan protesa gigi resin (reparasi) dan logam


(soldering).

Komposisi

: Rosin, beeswax, pewarna, dan resin alami.

Sediaan

: warna gelap atau terang.

Sifat

: Pada suhu kamar bersifat getas, kuat dan tidak Iengket. Bila dicairkan
bersifat Iengket dan melekat kuat pada permukaan bahan. Residu < 0,2%.
Pengkerutan < 0,5% dari suhu 43 ke 28C. Daya alir pada suhu 30C
maksimum 5%, dan pada suhu 43C minimum 90%.

D. Malam untuk Cetak


1. Corrective impression wax
Fungsi

: wax veneer pada cetakan untuk mendapatkan detil jaringan lunak.

Komposisi

: malam hidrokarbon (parafin, ceresin, dan beeswax) dan partikel logam.

Sifat

: Daya alir 100% pada suhu 37C. Distorsi waktu dikeluarkan dari mulut.

2. Bite registration wax


Fungsi

: mendapatkan artikulasi akurat dan rahang atas dan bawah.

Komposisi

: dibuat dari casting wax sheet atau hard base plate wax. Terdiri dari beeswax

atau malam hidrokarbon (parafin & ceresin). Beberapa malam jenis ini mengandung
aluminium dan copper.
Sifat

: Daya alir pada suhu 37C adalah 2,5% -22%. Distorsi waktu dikeluarkan dari

mulut.
12

E. Cara Pelunakan Malam Gigi


Malam gigi dapat dilunakkan dengan 3 cara, yaitu dry heat, waterbath, dan di atas api.
1. Dry heat
Alat yang digunakan adalah oven atau annealer. Malam dimasukkan ke dalam alat dengan
temperatur tertentu hingga malam menjadi lunak sesuai yang diinginkan. Cara ini
menyebabkan pelunakan malam yang merata sehingga memberikan hasil yang terbaik.
2. Waterbath
Alat yang digunakan adalah waterbath yang telah diisi air dengan temperatur tertentu. Malam
dimasukkan ke dalam waterbath hingga lunak sesuai yang diinginkan. Cara ini memiliki 3
kelemahan. Pertama, akan terbentuk titik-titik air di permukaan malam, sehingga bila malam
dipanaskan kembali akan terjadi percikan air tersebut. Kedua, Akan terbentuk lapisan malam
saat dilakukan pemolesan. Ketiga, Dapat terjadi distorsi model malam karena adanya
perubahan temperatur.
3. Di Atas Api
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus. Malam diletakkan pada udara panas di atas nyala
api hingga berkilat (shiny) kemudian dijauhkan. Perlakuan tersebut diulang-ulang untuk
bagian demi bagian malam hingga hangatnya merata dan malam menjadi lunak secara
keseluruhan. Pelunakan malam dengan cara mi sulit menghasilkan malam yang pelunakannya
merata.
3.5 Pengertian Polimer dan Polimerisasi
Polimer adalah suatu rantai molekul yang panjang, yang tersusun dan banyak unit
atau monomer yang berulang. Proses terbentuknya monomer menjadi rantai panjang polimer
adalah melalui suatu reaksi kimiawi yang disebut polimerisasi. Pada reaksi polimerisasi
molekul dengan berat molekul yang kecil, bersama-sama akan membentuk suatu molekul
barn dengan berat molekul yang jauh lebih besar. Monomer itu sendiri berarti unit yang
paling kecil yang menyusun suatu rantai polimer. Sebagai contoh, di kedokteran gigi salah
satu polimer yang banyak digunakan adalah resin akrilik atau disebut juga polimetil
metakrilat (PMMA). Melalui reaksi polimerisasi bahan tersebut awalnya tersusun dan
monomer metil metakrilat yang berat molekulnya kecil.

13

ASAL POLIMER
a. Didapatkan di alam : protein, misal poliamida, polipeptida asam nukleat, misal DNA dan
RNA polisakhanida, misal agar, alginate poli isoprene, misal karet
b. Didapatkan sebagai hasil produksi pabrik atau laboratorium melalui suatu reaksi kimia:
misal resin akrilik.
MEKANISME POLIMERISASI
a. Kondensasi: Yaitu suatu reaksi kimia terbentuknya molekul kecil menjadi molekul yang
lebih besar. Pada akhir polimerisasi akan terthpat hasil samping, misal air.
b. Adisi: Yaitu suatu reaksi kimia terbentuknya molekul kecil menjadi molekul yang lebih
besa. Pada akhir polimensasi tidak terdapat hasil samping. Pada cara polimensasi im akan
terbentuk radikal bebas, sehingga mekanisme polimensasi adisi sering pula disebut dengan
polimerisasi adisi radikal bebas.

14

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Wax adalah bahan lentur yang dikumpulkan oleh serangga / didapatkan dari tumbuhtumbuhan. Wax dental adalah campuran dua atau lebih bahan sintetis dan alami seperti
lilin, damar, zat pewarna dan bahan tambahan lainnya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KenethJ. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC)MACAMWAXALAMI
Combe, EC. 1992 Sari Dental Material. Penerjemah : Slamet Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka

16

Anda mungkin juga menyukai