Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISA DATA
4.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi dari
semua variabel diukur dalam penelitian ini baik variabel dependen maupun
independen. Dalam analisis ini variabel yang diukur yaitu: usia balita, jenis
kelamin balita, IMT balita, dan kejadian ISPA.
4.1.1

Gambaran Usia Balita


Gambaran usia balita di wilayah kerja Puskesmas Baloi Permai
Kota Batam Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2016
Usia
Frekuensi
Persentase (%)
21
22.8
0-12 bulan
26
28.3
13-24 bulan
25-36 bulan
14
15.2
37-48 bulan

21

22.8

49-60 bulan
Total (N)

10
92

10.9
100.0

Dalam penelitian ini didapatkan jumlah balita dengan usia 0-12


bulan sebanyak 21 orang (22.8%), usia 13-24 bulan sebanyak 26 orang
(28.3%), usia 25-36 bulan sebanyak 14 orang (15.2%), usia 37-48 bulan
sebanyak 21 orang (22.8%), dan usia 49-60 bulan sebanyak 10 orang
(10.9%). Tabel 4.1 menyajikan distribusi usia balita seperti yang tertera di
atas.

30

31

4.1.2

Gambaran Jenis Kelamin Balita


Gambaran jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Baloi Permai
Kota Batam Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelaminpada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun
2016
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
45
48.9
Perempuan
47
51.1
Total (N)
92
100.0

Jenis kelamin balita dalam penelitian ini didapatkan jumlah balita


laki-laki sebanyak 45 orang (48.19%), dan jumlah balita perempuan
sebanyak 47 orang (51.1%).Pada tabel 4.2 menyajikan distribusi jenis
kelaminbalita seperti yang tertera di atas.

4.1.3

Gambaran Status Gizi Balita


Gambaran status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Baloi
Permai Kota Batam Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2016
Status Gizi
Frekuensi
Persentase (%)
Sangat Kurus (<-3SD)
0
0
Kurus (-3SD sampai <-2SD)
0
0
Normal (-2SD sampai 2SD)

92

100

Gemuk (>2SD)
Total (N)

0
92

0
100.0

32

Status gizi balita dalam penelitian ini didapatkan semua balita


memiliki status gizi normal (BB/PB berada di -2SD sampai 2SD) yaitu
sebanyak 92 balita (100%). Pada tabel 4.3 menyajikan distribusi status gizi
balita seperti yang tertera di atas.

4.1.4

Gambaran Paparan Asap Rokok


Gambaran paparan asap rokok pada balitadi wilayah kerja
Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paparan Asap Rokok
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam
Tahun 2016
Paparan Asap Rokok
Terpapar Asap Rokok
Tidak Terpapar Asap Rokok
Total

Frekuensi
57
35
92

Persentase (%)
62.0
38.0
100.0

Paparan asap rokok pada balita dalam penelitian ini didapatkan


jumlah balita yang terpapar asap rokok di dalam rumah sebanyak 57 orang
(62.0%) dan jumlah balita yang tidak terpapar asap rokok di dalam rumah
sebanyak

35

orang

(38.0%).

Berdasarkan

hasil

data

kuesioner,

menggambarkan pilihan jawaban pertanyaan kuesioner nomor 1 dan 2

33

merupakan jawaban terbanyak, yaitu 69 responden menjawab ya. Pada


tabel 4.4 menyajikan distribusi responden berdasarkan paparan asap rokok
seperti yang tertera di atas.

4.1.5

Gambaran Kejadian ISPA


Gambaran kejadian ISPA pada balitadi wilayah kerja Puskesmas
Baloi Permai Kota Batam Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun 2016
Kejadian ISPA
Frekuensi
Persentase (%)
ISPA
60
65.2
Tidak ISPA
32
34.8
Total
92
100.0
Kejadian ISPA pada balita dalam penelitian ini didapatkan jumlah
balita yang mengalami kejadian ISPA sebanyak 60 orang (65.2%) dan
jumlah balita yang tidak mengalami kejadian ISPA sebanyak 32 orang
(34.8%). Pada tabel 4.5 menyajikan distribusi responden berdasarkan
kejadian ISPA seperti yang tertera di atas.

4.2 Analisis Bivariat


Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen, yaitu antara kejadian ISPA dengan anggota
keluarga yang merokok didalam rumah.

34

Hubungan kejadian ISPA dengan anggota keluarga yang merokokdi dalam


rumah pada balita di wilayah kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam Tahun
2016dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6
Hubungan kejadian ISPA dengan anggota keluarga yang merokok
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Baloi Permai Kota Batam
Tahun 2016
ISPA
Paparan Asap Rokok
Terpapar asap rokok
Tidak Terpapar Asap
Rokok
Total

ISPA
N
44

%
77.2

Total

Tidak
ISPA
n
%
13 22.8

57

100

pValue

0.02
16
60

45.7
65.2

19
32

54.3
34.8

35
92

100
100

Pada penelitian ini hasil analisis hubungan kejadian ISPA dengan


paparan asap rokok adalah dari 57balita yang terpapar asap rokok dari
anggota keluarganya, 44 balita (77.2%) mengalami ISPA dan sebanyak
16balita (45.7%) tidak mengalami ISPA. Dari 35 balita yang tidak terpapar
asap rokok, 16 orang (45.7%) mengalami ISPA dan sebanyak 19 orang
(54.3%) tidak mengalami ISPA. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,02,
berarti p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
kejadian ISPA dengan paparan asap rokok. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.6 di atas.

35

Anda mungkin juga menyukai