Anda di halaman 1dari 3

Dokter Gigi Forensik dan Proses Peradilan Perdata

Sebagian besar proses peradilan di Amerika berdasarkan konsep hukum yang dikenal dengan hukum
gugatan. Terdapat beberapa cabang lain dari hukum perdata yang meliputi kontrak, properti, surat
wasiat, perceraian dan hak asuh. Gugatan didefinisikan sebagai sebuah kesalahan hukum. Biasanya,
sebuah kesalahan hukum hanya dianggap sebagai masalah perdata saja. Namun terkadang sebuah
gugatan, seperti penganiayaan, serangan, pelecehan, dll dapat menjadi masalah kriminal. Sebagai
tambahan pada sebuah gugatan, terdapat juga gugatan yang disebabkan karena kelalaian, contohnya
adalah injury accidental. Tidak seperti sistem peradilan pidana, dimana dakwaan yang dibawa
berdasarkan pelanggaran hukuman pidana, dalam sistem peradilan perdata, kleim gugatan dibuat
berdasarkan injury atau kerugian yang timbul. Berdasarkan tuduhan cedera atau kerugian ini, gugatan
dibuat untuk kerugian-kerugian yang timbul. Solusi dalam mengatasi kerugian tersebut biasanya
berupa materi, tidak seperti sistem peradilan kriminal, dimana hidup atau kebebasan dipertaruhkan.
Hanya beberapa jenis kerugian tertentu saja yang dapat diatasi dengan sistem peradilan perdata.
Kerugian yang dapat diatasi meliputi kehilangan keuntungan, biaya pengobatan yang wajar, dan rasa
sakit dan penderitaan, biaya pengobatan dan dalam beberapa kasus kerugian lainnya.
Dokter gigi dapat terlibat di hampir sebagian besar jenis peradilan perdata. Namun, sebegai pelayan
kesehatan yang profesional, dokter gigi lebih sering terlibat dalam dua jenis proses peradilan perdata,
yaitu standar perawatan (malpraktik) dan injury personal. Dokter gigi dapat terlibat dalam dua jenis
peradilan tersebut dalam banyak carakadang sebagai seorang dokter gigi yang tertuduh melakukan
malpraktik atau sebagai saksi ahli yang bersaksi atas nama penggugat atau tergugat/terdakwa sesama
dokter gigi. Seorang dokter gigi juga dapat dipanggil untuk bersaksi sebagai dokter yang merawat
pasien yang sudah dirawat oleh dokter gigi yang melakukan malpraktik (seseorang yan merawat pasen
setelah dugaan malpraktik terjadi kepada pasien tersebut) atau bahkan sebagai dokter gigi yang
merawat pasien sebelum terjadi kasus malpraktik. Pada situasi tersebut, seorang dokter gigi berperan
sebagai ahli, yang dari pendapatnya dapat diminta.
Proses Peradilan Perdata
Sebagai terdakwa dalam kasus peradilan perdata, proses peradilan selalu diawali dengan surat
panggilan. Ini memberikan pemberitahuan terhadap terdakwa bahwa gugatan telah diajukan. Jawaban
hukum untuk gugatan atau kleim harus diajukan tepat waktu ke pengadilan atau akan terjadi default
judgement yang dikeluarkan oleh pengadilan untuk mendukung penggugat. Oleh karena itu, dokter
gigi harus segera memberitahukan pemegang asuransinya kapanpun tuduhan atau gugatan diterima.
Biasanya panggilan akan dijawab dalam bentuk tertulis dan jawabannya akan memicu 3 aksi dari
pihak lawan: (1) pemberhentian gugatan, (2) penyelesaian gugatan, (3) inisiasi pertemuan. Jika dua
aksi pertama terjadi, maka proses peradilan ini telah selesai.

Namun, jika gugatan tidak dihentikan atau tidak diselesaikan, maka tahap pengumpulan bukti gugatan
harus dimulai, dan proses ini dinamakan proses penemuan. Seorang ahli di pihak penggugat biasanya
telah terlibat di awal untuk pengajuan gugatan, untuk menentukan apakah gugatan harus diajukan
atau tidak. Namun, seorang ahli di pihak tergugat biasanya tidak terlibat sampai setelah kasus
diajukan dan pengumpulan bukti dilakukan. Proses pengumpulan bukti memungkinkan bukti-bukti
yang relevan untuk dikumpulkan oleh kedua belah pihak. Proses ini, diawasi oleh pengadilan dan
dimaksudkan untuk menghilangkan kejutan-kejutan dalam pengadilan. Dengan berbagi informasi
dengan kedua belah pihak, penyelesaian gugatan diharapkan dapat terjadi sebelum sidang. Penemuan
bukti terjadi dengan cara subpoena, interogasi dan deposisi. Seorang saksi ahli harus mempersiapkan
untuk memberikan pernyataan dan masalah terkait dengan pehatian-perhatian yang detil seolah-olah
mempersiapkan untuk memberikan saksi di ruang sidang.
Interogasi adalah seperangkat formal pertanyaan tertulis yang ditanyakan oleh satu pihak ke pihak
lainnya. Kedua belah pihak diizinkan untuk mengajukan pertanyaan ke pihak lain. Ini akan
mengklarifikasi bukti-bukti dan membantu menentukan apa yang akan disajikan saat sidang.
Pemberiaan pernyataan (deposisi) merupakan proses formal untuk mendapatkan bukti-bukti potensial
dibawah sumpah. Informasi ini direkam untuk selanjutnya digunakan dalam sidang. Terdapat dua tipe
deposisi untuk mendapatkan informasi: deposisi penemuan dan deposisi pembuktian. Deposisi
penemuan dimaksudkan untuk menemukan bukti yang dapat digunakan pada saat sidang. Sementara
deposisi pembuktian adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan sebagai testimony pada
saat sidang. Ini dilakukan jika saksi ahli tidak dapat hadir saat sidang dan biasanya direkam untuk
dipresentasikan pada hakim.
Subpoena merupakan perintah tertulis yang dikeluarkan oleh pengadilan yuridiksi yang memaksa
seseorag untuk datang pada waktu dan tempat tertentu. Sebagi tambahan, terdapat juga subpoena yang
memaksa seseorang untuk membawa barang-barang tertentu dengannya ketika dia datang untuk
menjawab sebuah subpoena. Jenis subpoena ini dinamakan subpoena duces tecum.
Jika penyelesaian tidak tercapai pada saat proses penemuan disimpulkan, maka sidang terjadi untuk
menentukan hasil dari kasus tersebut. Bukti-bukti yang membebani tergugat ditempatkan oleh
penggugat di dalam gugatan perdata. Tidak seperti sidang kriminal, dimana bukti-bukti yang
membebani tersebut merupakan bukti yang diluar keraguan, bukti-bukti pada pengadilan perdata
merupakan bukti yang lebih dominan. Umumnya dikatakan, bahwa bukti tersebut lebih mungkin
daripada atau sedikit lebih besar dari 50%. Lalu putusan dibacakan oleh hakim dalam kasus
pengadilan perdata yang bisa saja menolak penggugat ataupun menyetujui penggugat. Jika hakim
menolak penggugat maka, tidak ada ganti rugi dan masalah dapat diselesaikan. Namun jika hakim
mengabulkan gugatan penggugat, maka hakim harus memutuskan berapa banyak ganti rugi yang
harus diberikan tergugat ke penggugat.

Keputusan tentang seberapa banyak ganti rugi yang diberikan untuk penghargaan kepada penggugat
dalam kasus pengadilan perdata ditentukan oleh beberapa faktor. Di negara-negara tertentu hakim
harus memutuskan apakah penggugat melakukan sesuatu untuk berkontribusi terhadap injurynya
sendiri. Jika jawabananya adalah tidak, maka penggugatdapat dihargai 100% dari ganti rugi yang
dihitung, namun jika jawaban ya, maka hakim harus menentukan seberapa besar penggugat
berkontribusi terhadap injurynya sendiri dengan cara mengurangi jumlah kelalaian iruna dari 100%.
Ganti rugi yang dihargai oleh hakim berdasarkan tiga faktor, yaitu (1) kehilangan keuntungan, (2)
biaya medis yang wajar, (3) rasa sakit dan penderitaan.

Anda mungkin juga menyukai