Anda di halaman 1dari 4

Tambahan metode

1. Metode satu sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang terdiri dari
persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukan ke dalam 1
(satu) sampul tertutup kepada ULP/ Pejabat Pengadaan. Metode satu sampul
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana, dengan standar harga yang
telah ditetapkan Pemerintah, atau pekerjaan yang spesifikasi teknis atau
volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan, dimana
evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh penawaran harga.
2. Metode dua sampul adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan
sampul II dimasukkan ke dalam 1 (satu) sampul (sampul penutup) dan
disampaikan kepada ULP. Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Jasa
konsultansi dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga.
3. Metode dua tahap adalah penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan
administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga
penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaiannya
dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.

Ini gambaran !!

inisiatif pekerjaan tambah/kurang dapat bersumber dari KPA, Konsultan Pengawas atau
pengelola teknis PU dalam rangka memenuhi kebutuhan pengguna barang yang belum
terakomodasi dalam dokumen perencanaan atau lebih meningkatkan fungsi dari konstruksi
bangunan.
Perintah perubahan pekerjaan atau pekerjaan tambah kurang tersebut dibuat oleh Pengguna
Barang/Jasa atau KPA/PPK secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa ditindaklanjuti dengan
negosiasi teknis dan harga dengan tetap mengacu ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Kontrak/Surat Perjanjian.
Mempertimbangkan secara teknis pekerjaan yang bersifat fisik
(Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Gedung) dikuasai oleh Konsultan Pengawas atau
Pengelola Teknis Pekerjaan Umum, maka sebelum Pengguna Barang/Jasa atau KPA/PPK
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa, perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

1. Pekerjaan tambah pada dasarnya tidak diperkenankan jika prestasi/kurve


penyelesaian pekerjaan minus. Oleh karena itu KPA/PPK terlebih dahulu harus
2.

melihat kondisi terakhir prestasi penyelesaian pekerjaan, jika prestasinya minus


kepada Penyedia Barang/Jasa tidak dapat dipertimbangkan mendapatkan
pekerjaan tambah kurang, namun jika plus dapat diberikan pekerjaan tambah
kurang;

3. Berdasarkan laporan bulanan Konsultan Pengawas dan Notulen Rapat Koordinasi


(Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/Pengelola Teknis PU, Pengguna
Barang/Jasa, Penyedia Barang/Jasa dan KPA/PPK), yang telah menyepakati perlu
adanya pekerjaan tambah/kurang, KPA/PPK bersurat kepada Penyedia Barang/
Jasa untuk menyampaikan Surat Penawaran Harga dilampiri gambar perubahan
dan perhitungan teknis lainnya. Satuan harga atau perhitungan yang dipergunakan
harus didasarkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak sebelumnya, jika
terdapat material baru harus didukung dengan referensi harga.
4. PPK dibantu Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/ Pengelola Teknis PU
melakukan penilaian, klarifikasi, negosiasi (segi teknis termasuk gambar
perubahan, spesifikasi, harga dan lain-lain) terhadap Surat Penawaran yang telah
disampaikan oleh Penyedia Barang/Jasa;
5. Jika proses penilaian dari segi teknis dan biaya telah selesai dilaksanakan dan
harga yang ditawarkan sesuai satuan harga kontrak lama atau menguntungkan

negara serta nilainya tidak melebihi 10% dari harga kontrak semula, maka
dibuatkan Berita Acara Penilaian Teknis dan Biaya yang ditandatangani bersama
oleh PPK, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas/ Pengelola Teknis PU
6. Berdasarkan berita acara penilaian teknis dan biaya tersebut PPK membuat
addendum kontrak pekerjaan tambah/kurang.
7. Konsultan Perencana berkewajiban membuat/gambar perubahan (advice drawing)
dan menyampaikan kepada KPA/PPK sebagai dokumen yang tidak terpisahkan
dari Kontrak dan Gambar awal.

Pengadaan Jasa Manajemen (Konstruksi/Konsultansi Konstruksi)


Dalam kegiatan pembangunan gedung atau rehabilitasi/renovasi gedung (kecuali renovasi
ringan), terdapat beberapa kegiatan pemilihan penyedia barang/jasa seperti pengadaan Jasa
Konsultan Perencanaan, Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi/Pengawas, Jasa Konsultan
Pengawas, Pelaksana Konstruksi.
Perbedaan dari Jasa Manajemen Konstruksi dengan Jasa Konsultan Pengawas adalah dari jenis
pekerjaan konstruksi yang akan dilaksanakan. Untuk Manajamen Konstruksi adalah pekerjaan
yang cukup kompleks minimal berlantai IV, atau bangunan dengan luas total diatas 5000 M2,
bangunan khusus atau yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana maupun lebih dari
satu pekerjaan pemborongan atau pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan lebih dari satu tahun,
sedangkan Jasa Konsultan Pengawas adalah untuk pekerjaan pembangunan gedung yang
sederhana.
Dari sisi pelaksanaan tugas manajeman konstruksi sudah mulai bekerja/membantu KPA/PPK
diawal kegiatan seperti menyusun kerangka acuan kerja dan membantu dalam proses pelelangan
sampai dengan pengawasan konstruksi fisik/serah terima pekerjaan kedua, sedangkan untuk jasa
konsultan pengawas hanya membantu dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik sampai
dengan serah terima pekerjaan kedua dan tidak turut membantu proses pelelangan.
Dengan perbedaan tersebut maka untuk pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks proses
penunjukan jasa konsultansi Manajemen Konstruksi dilakukan lebih awal, sedangkan untuk
pekerjaan sederhana penunjukan pengawas bersamaan dengan proses pelelangan konstruksi.
Perbedaan lainnya dalam proses pengadaan barang/jasa konstruksi dibanding pengadaan
barang/jasa lainya adalah penunjukan Panitia Lelang diharapkan dapat mengikutsertakan unsur
teknis (Kementerian PU) sebagai panitia lelang. Disamping itu perlu menunjuk Pengelola Teknis
Kementerian PU untuk membantu dari segi teknis bangunan dan administrasi pelaporannya.
Sesuai dengan Keputusan Menkimpraswil No.332/KPTS/M2002 Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara fungsi pengelola teknis adalah membantu Pejabat Pembuat
Komitmen/Pimpro dalam mengelola kegiatan teknis proyek selama pembangunan bangunan
gedung negara pada setiap tahap baik di tingkat program maupun tingkat operasional.
Penunjukan tenaga pengelola tenis dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Dinas PU Prov/Kab/Kota terkait.

Sebelum melaksanakan proses penunjukan kepada Perencana, Pengawas atau pelaksana


konstruksi pengelola teknis Kementerian PU membantu Pejabat Pembuat Komitmen untuk
melakukan perhitungan alokasi dana untuk masingmasing Perencana, Pengawas, Pelaksana
Konstruksi dan Pengelola Kegiatan (pemegang mata anggaran dan pengelola teknis) dengan
memperhatikan pagu dana yang tersedia dalam DIPA. Sebagai contoh untuk pembangunan
Gedung.
Sebagai acuan biaya alokasi dana untuk konsultansi perencana, pengawas, dan pengelola
proyek/kegiatan adalah Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tanggal 27
Desember 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

Anda mungkin juga menyukai