Fome
Fome
Kelompok 494
Anggota Kelompok:
Stephanie Indrawati S
G99141007
G99141008
G99141009
G99141010
Okti Rahmawati
G99141011
Kelompok 494
Anggota Kelompok:
Stephanie Indrawati S
G99141007
G99141008
G99141009
G99141010
Okti Rahmawati
G99141011
: Senin
Tanggal
: 23 Maret 2015
Mengetahui,
Pembimbing FOME IKM/FK UNS
Pembimbing FOME
UPTD Puskesmas Gambirsari
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas
limpahan berkat dan kasih karunia-Nya yang selalu diberikan kepada penulis
sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di UPTD Puskesmas
Gambirsari, serta dapat menyelesaikan laporan kelompok kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)-Kedokteran Pencegahan dengan judul
Kegiatan Family Oriented Medical Education (FOME) di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta.
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh
kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UNS.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR., FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. dr. Arsita Eka Prasetyawati, M.Kes, selaku pembimbing FOME IKM/FK
UNS.
4. drg. Erwin Windrawati, selaku Kepala Puskesmas Gambirsari.
5. dr. Bayu Sarwa Edhi, selaku pembimbing FOME di UPTD Puskesmas
Gambirsari Kota Surakarta.
6. Seluruh staf di UPTS Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta dan seluruh staf
bagian IKM-Kedokteran Pencegahan FK UNS.
7. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Surakarta, Maret 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..
KATA PENGANTAR ..
5
6
7
B. ANAMNESIS
14
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG .
16
E.
16
F.
RESUME 16
18
A. FUNGSI HOLISTIK
18
B. FUNGSI FISIOLOGIS
20
C. FUNGSI PATOLOGIS
23
D. FUNGSI KETURUNAN ..
24
E.
25
F.
26
26
30
A. DIAGNOSTIK HOLISTIK .
30
B. PEMBAHASAN
31
37
41
A. SIMPULAN ..
41
B. SARAN .
42
REFERENSI ....
43
LAMPIRAN .....
44
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA DAN ASPEK PERSONAL
A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama kepala keluarga
: Tn. S
Alamat
Bentuk Keluarga
: Extended Family
Nama
Tn. S
Ny. T
Ny. S
Tn. D
Ny. E
Tn. S
Ny. S
An. S
Kedudukan
Kepala
keluarga
Ibu
L/
P
L
Umur
64 th
Pendidikan
Tidak
sekolah
Tidak
58 th
35 th
SMP
Anak kedua
28 th
SMP
Anak ketiga
Menantu
24 th
SMA
30 th
SMP
26 th
SMP
Anak
pertama
pertama
Menantu
kedua
Cucu
P
2 th
pertama
An. A Cucu kedua P
6 bln
Sumber: Data Primer, Maret 2015
Pekerjaan
Buruh
Pasien
klinik
Ya
Keterangan
Pasien
rutin
kontrol
DM
ke puskesmas
Buruh
Tidak
Buruh
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Buruh
Tidak
sekolah
Buruh
pabrik
Buruh
Buruh
pabrik
Kesimpulan:
Keluarga Tn. S termasuk ke dalam extended family yang terdiri atas 9 orang.
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. SS (64 tahun), Ny. T (58 tahun), Ny. S (35
tahun) beserta suami Tn. S (30 tahun) dan anaknya An. S (2 tahun), Tn. D (28
tahun) beserta istri Ny. S (26 tahun) dan anaknya An. A (6 bulan), serta Ny. E
(24 tahun) yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tn. S dan Ny. T tidak
mengenyam pendidikan sekolah, namun ketiga anaknya mampu mengenyam
pendidikan hingga SMP. Hampir seluruh keluarga Tn. S bekerja sebagai buruh
petik cabai yang pekerjaannya dapat dilakukan di rumah.
B. IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL
1. Alasan Berobat
Pasien datang berobat pertama kali ke puskesmas untuk kontrol gula
darahnya setelah pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena gula
darahnya yang tinggi hingga pasien tidak sadar.
2. Persepsi Pasien tentang Penyakitnya
Pasien mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit diabetes mellitus.
Pasien juga sudah mulai mengurangi makanan dengan kandungan gula
yang tinggi dan rutin meminum obat yang diberikan. Pasien juga sudah
rajin berolahraga dengan cara berjalan kaki setiap pagi di sekitar
rumahnya. Namun pasien masih belum memahami komplikasi apa saja
yang ditimbulkan oleh penyakitnya tersebut. Keluarga pasien juga terkesan
cuek dan tidak terlalu peduli dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
3. Harapan Pasien
Pasien berharap agar penyakitnya tidak bertambah parah dan tidak
mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
4. Kekhawatiran Pasien
Pasien tidak merasa khawatir dengan penyakit yang dideritanya. Pasien
juga tidak merasa khawatir apabila penyakit tersebut nantinya dapat
diturunkan ke anak-anaknya.
BAB II
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
: Tn. S
: 64 tahun
: Gambirsari RT 03/RW 24 Kadipiro, Surakarta
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Status
Tanggal Pemeriksaan
: Laki laki
: Islam
: Buruh
: Menikah
: 9 Maret, 12 Maret, dan 13 Maret 2015
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
: Tidak sadar
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 7 tahun yang lalu, pasien didiagnosis menderita sakit
gula setelah dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadarkan diri.
Keluarga mengatakan bahwa pasien tiba-tiba ditemukan sudah dalam
kondisi tidak sadar pada saat akan tidur. Pasien tidak mengeluhkan apapun
sebelumnya. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien tidak pernah
mengalami hal ini sebelumnya.
Pada saat di RSUD Dr. Moewardi, hasil pemeriksaan darah pasien
menunjukkan bahwa gula darah pasien 384 mg/dl. Pasien kemudian
didiagnosis menderita Diabetes Mellitus dan diberikan pengobatan
Metformin. Pasien juga mendapat pengobatan amlodipin saat dirawat di
RSUD Dr. Moewardi. Namun, saat dikonfirmasi mengenai tekanan
darahnya, pasien mengaku tidak pernah memiliki tekanan darah tinggi.
Pasien mengaku bahwa kondisinya saat ini sudah membaik dan
lebih segar. Namun pasien mengaku masih sering pusing berputar dan
nggliyeng. Keluhannya ini dirasakan hilang timbul sejak pasien
didiagnosis menderita penyakit Diabetes Mellitus. Keluhannya ini
biasanya muncul tiba-tiba dan biasanya keluhannya ini dirasakan saat
pasien beraktivitas. Untuk mengurangi keluhannya ini, pasien biasanya
beristirahat dari aktivitasnya serta pasien mengaku tidak mengkonsumsi
obat atau makanan tertentu untuk mengurangi keluhannya tersebut.
Pasien juga mengaku sering merasa lemas. Keluhannya ini
dirasakan di seluruh tubuh yang biasanya dirasakan tiba-tiba. Keluhannya
ini berkurang saat pasien beristirahat, namun akan bertambah berat saat
pasien tetap melanjutkan aktivitasnya. Pasien juga mengaku belum
mengkonsumsi obat apapun untuk mengurangi keluhannya tersebut.
: disangkal
: disangkal
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien istirahat cukup setiap harinya sekitar 8 jam sehari. Pasien biasanya
mandi 1-2 kali sehari, dan gosok gigi dua kali sehari.
a. Riwayat olahraga
: setiap pagi pasien berjalan kaki
mengelilingi kompleks rumahnya sebanyak 4x putaran
b. Riwayat merokok
: (-)
c. Riwayat alkohol
: (+) sejak pasien berusia 16 tahun
d. Riwayat pekerjaan
: pasien bekerja sebagai buruh petik
cabai yang pekerjaannya dapat dilakukan di rumah pasien.
6. Riwayat Sosial Ekonomi
10
7. Riwayat Gizi
Pasien makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup. Pasien
mengkonsumsi nasi, kuah sayur dan lauk pauk, seperti tahu dan tempe.
Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi sayuran hijau dan hanya
mengkonsumsi kuah sayur tersebut. Pasien mengaku sudah mengurangi
konsumsi nasi dan mulai mengurangi konsumsi minuman manis. Pasien
juga mengaku mulai mengurangi kebiasaannya mengkonsumsi cemilan
dan gorengan di sela-sela jam makan.
8. Anamnesis Sistem
Keluhan utama
a. Kulit
: pusing
: Kuning (-), kering (-), pucat (-), menebal (-),
gatal (-), bercak-bercak kuning (-), luka (-),
tampak beberapa tato di kedua lengan dan
b. Kepala
dada pasien
: Nyeri kepala (-), nggliyer (+), kepala terasa
berat (-), berkunang-kunang (-), rambut
c. Mata
d. Hidung
merah (-/-)
: Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir
atau air berlebihan (-), gatal (-)
11
e. Telinga
f. Mulut
g. Leher
h. Tenggorokan
berbicara (-)
: Leher kaku (-)
: Rasa kering dan gatal (-), nyeri telan (-),
i. Sistem respirasi
(-),
n. Ekstremitas
12
Superior
Inferior
o. Neuropsikiatri
13
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening)
tidak membesar
12. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)
a. Cor
1) Inspeksi
Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi
Ictus kordis tidak kuat angkat, letak SIC V LMCS
3) Perkusi
Batas kiri atas
: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Batas kanan atas
: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Batas kiri bawah
: SIC V Linea Mid Clavicularis Sinistra
Batas kanan bawah
: SIC IV Para Sternalis Dextra
Batas jantung tidak melebar
4) Auskultasi
BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (-)
b. Pulmo
1) Inspeksi
: pengembangan dada kanan=dada kiri
2) Palpasi
: fremitus raba kanan=kiri
3) Perkusi
: sonor/sonor
4) Auskultasi
: suara dasar vesikuler, ronkhi basah
kasar (-/-), wheezing (-/-)
13. Abdomen
a. Inspeksi
Dinding perut lebih tinggi dari dinding dada, venektasi (-)
b. Perkusi
Timpani seluruh lapang perut
c. Auskultasi
Bising usus (+) normal
d. Palpasi
Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
14. Ekstremitas
Atas
: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)
Bawah : Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pasien pernah mondok di RSUD Dr. Moewardi dan dilakukan
pemeriksaan darah, namun hasil pemeriksaan darahnya sudah hilang. Hasil
14
gula darah pasien saat dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 12 Maret
2015 adalah 184 mg/dl.
E. PENGOBATAN YANG SUDAH DIDAPATKAN
Pasien mendapatkan obat metformin dan amlodipin sejak 7 tahun yang
lalu saat pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi. Saat ini pengobatan yang
sedang digunakan pasien adalah metformin 2 x 1, captopril 3 x 1, dan
Paracetamol prn
F. RESUME
Pasien didiagnosis menderita penyakit Diabetes Mellitus sejak 7 tahun
yang lalu setelah pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadarkan
diri. Saat ini pasien mengaku kondisinya sudah membaik dan badannya sudah
menjadi lebih segar. Namun pasien masih sering mengeluhkan pusing berputar
dan badan lemas. Keluhannya ini dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul. Pasien
juga belum mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya ini. Dalam
waktu 1 bulan terakhir, pandangan pasien menjadi kabur yang munculnya
hilang timbul dan tidak diketahui penyebabnya. Dari hasil pemeriksaan fisik
yang dilakukan, didapatkan pusing dan nggliyer (+), pandangan kabur (+/+),
tekanan darah: 130/80 mmHg, BMI: 27.34 kg/m2, gula darah sewaktu: 184
mg/dl. Pengobatan terakhir yang didapatkan oleh pasien dari Puskesmas
Gambirsari adalah Metformin 2 x 1, captopril 3 x 1, dan Paracetamol prn
15
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA
FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. S termasuk ke dalam bentuk extended family yang terdiri
dari pasien sendiri yaitu Tn. S (64 tahun), istrinya Ny. T (58 th), anaknya Ny.
S (35 tahun), Tn. D (28tahun), Nn. E (24 tahun), menantunya Ny. S
(26tahun), Tn. S (30 tahun) dan cucunya An. D (2tahun), An A (6 bulan).
Semuanya tinggal bersama serumah. Pada keluarga pasien didapatkan adanya
riwayat penyakit kronis yaitu kakak kedua Tn. S yang menderita DM, dan
kakak ketiganya yang menderita Stroke.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan
antar
anggota
keluarga
terjalin
dengan
baik.
memberikan
dukungan
terhadap
16
kesehatan
pasien
seperti
17
masih sangat kurang, jika sakit tidak mau pergi ke dokter atau ke
Puskesmas dan hanya membeli obat di warung saja.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Tn. S belum begitu faham tentang penyakit DM, dan menganggap
sakitnya adalah GulaKering sehingga tidak berbahaya dan tidak
berisiko menimbulkan luka ulkus diabetikum yang tidak kunjung sembuhs
epertipada GulaBasah. Dengan sakitnya ini, pasien rutin berobat
dengan harapan tetap sehat dan tidak masuk rumah sakit lagi. Komunikasi
pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik dan lancar. Apabila
ada masalah pasien sering berdiskusi bersama istri dan anggota keluarga
yang lainnya.
FUNGSI FISIOLOGIS
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
1. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
18
Skoring :
Hampir selalu/sering
: 2 poin
8 10 : baik
Kadang kadang
: 1 poin
5- 7
: sedang
: 0 poin
1 -4
: buruk
19
Ny
S
10
10
10
GROWTH
Dalam keluarga ini dukungan antar anggota keluarga cukup kuat.
Misalnya pada saat anak pertama Ny. S ingin keluar dari pekerjaannya di pabrik
roti dan membuat bisnis sendiri agar lebih banyak waktu untuk mengasuh
anaknya yang masih balita, keluarganya mendukung penuh pilihan Ny. S.
4.
AFFECTION
Hubungan kasih sayang dan interaksinya antar anggota keluarga terlihat
sangat baik. Setiap anggota bisa mengekspresikan kasih sayang dan emosinya
tanpa perlu disembunyikan atau ditutupi. Tn. S dan Ny. T sangat menunjukkan
kasih sayangnya kepada anak-anak, menantu dan cucunya.
5.
RESOLVE
Pasien dan keluarga merasa puas dengan kebersamaan yang dihabiskan
bersama. Keluarga ini setiap harinya selalu memiliki waktu kebersamaan yang
berkualitas.
Secara keseluruhan skor rerata dari APGAR keluarga Tn. S adalah 9,3
20
C. FUNGSI PATOLOGIS
Untuk menilai fungsi patologis digunakan SCREEM, antara lain :
Tabel 3.2.SCREEM
SUMBER
PATOLOGI
KET
Social
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara dan tetangga. Keluarga aktif
berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat misalnya
mengikuti arisan, kegiatan PKK, dan pertemuan
RT/RW.
Cultural Tn. S bersuku Jawa dan masih menjalankan tradisitradisi Jawa seperti masyarakat pada umumnya.
Religion Keluarga Tn. S beragama Islam. Pemahaman dalam
beragama kurang begitu baik. Pasien kurang taat
+
menjalankan kewajiban agama seperti shalat wajib,
puasa, zakat dan pengajian.
Economy Keluarga ini tergolong ke dalam ekonomi menengah ke
+
bawah, dimana pendapatan keluarga dari hasil buruh
memetik cabai Ny T Rp 40.000,00/ hari yang
digunakan untuk makan sehari-hari, untuk kegiatan
bersosial di masyarakat, dan ditabung.
Educatio Tn. S dan Ny. T tidak pernah bersekolah. Sedangkan
+
n
anaknya Ny. S dan Tn. D lulus SMP, dan Nn. E lulus
SMA.
Medical Keluarga Tn. S kurang memperhatikan kondisi
+
21
22
Keterangan :
E. Alamat lengkap
F. Bentuk Keluarga
: Extended Family
: Laki-laki
: Perempuan
G.
: Pasien
H. Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. S
: Tinggal serumah
I.
J.
23
K.
24
L. Kesimpulan :
M. Pada keluarga pasien didapatkan adanya riwayat penyakit kronis
yaitu kakak kedua Tn. S yang menderita DM, dan kakak ketiganya yang
menderita Stroke.
N.
E. POLA INTERAKSI KELUARGA
O.
Tn. S
Ny. S
Ny. S
Ny. E
Keterangan :
: Hubungan kurang
: Hubungan baik
Tn. D
X.
Y.
Z.
AA.
F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
AB.
1.
Pengetahuan
AC.
2.
Sikap
AE.
dideritanya cukup baik dengan selalu menciptakan lingkungan yang baik dan
mencegah timbulnya serangan pada pasien seperti control dan minum obat
teratur serta menghindari aktivitas fisik yang berat.
AF.3.
Tindakan
AG.
Kesimpulan:
Pasien dan keluarga pasien belum memiliki pengetahuan dan
G.
KESEHATAN
AL.
1.
Lingkungan
26
AM.
Rumah terdiri dari 4 kamar tidur, ruang keluarga, ruang parkir, sumur dan
dapur serta kamar mandi dan WC. Empat kamar tidur yang ada masingmasing berukuran kurang lebih 2,5 x 2 meter, sehingga cukup sempit dengan
posisi kasur di bawah tanpa menggunakan tempat tidur. Kamar mandi
terletak di bagian paling depan rumah kondisinya cukup licin lantainya. Di
samping kamar mandi terdapat dapur dan sumur yang menjadi satu dengan
posisi kompor berada tepat di samping sumur, dan lantainya basah. Sekat di
rumah terbuat dari tembok. Dinding rumah terbuat dari tembok. Lantai sudah
dipasang keramik. Atap rumah tidak ditutupi oleh plafon, sehingga langsung
terlihat genteng. Ventilasi rumah terdiri dari dua buah jendela di dinding teras
depan rumah, cahaya matahari yang masuk sudah cukup sehingga rumahnya
dapat terang tanpa menyalakan lampu di siang hari. Saat malam hari,
pencahayaan bersumber dari lampu. Terdapat teras rumah berukuran 3 x 7
meter di depan rumah yang biasa digunakan untuk memetik cabai. Secara
keseluruhan kebersihan rumah Tn. S masih kurang.
AN.
2.
Ekonomi
AO.
Ny. T yang bekerja sebagai buruh pemetik cabai di rumahnya. Pasien dan
keluarga yang lain dan anak perempuannya kadang membantu untuk
menyelesaikan pekerjaan memetik cabai milik pabrik saos. Dari memetik
cabai, rata-rata jumlah penghasilan Ny. T setiap harinya Rp 40.000,00.
Jika bias bekerja sampingan dengan menjual bunga kering dan
mengantarkan pengunjung makam, maka bisa mendapatkan penghasilan
tambahan. Uang tersebut Rp 20.000,00 digunakan untuk makan sekeluarga
dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan bersosial di lingkungan
masyarakat serta ditabung. Keluarga makan tiga kali sehari dengan nasi,
sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu, telur.
AP.3.
Pelayanan Kesehatan
AQ.
menjadi anggota BPJS. Tn. S rajin memeriksakan diri dan kontrol teratur
27
baik. Jarak rumah pasien dengan puskesmas terdekat sekitar 1,5 kilometer
sehingga pasien bisa naik sepeda ketika berobat ke Puskesmas.
AS.
4.
Keturunan
AT.
pasien.
AU.
AV.Kesimpulan :
AW.
keluarga Tn. S adalah masalah ekonomi serta kondisi rumah yang kurang
memadai.
AX.
AY.Lingkungan Indoor
AZ.
Rumah terdiri dari 4 kamar tidur, ruang keluarga, ruang parkir, sumur dan
dapur serta kamar mandi dan WC. Empat kamar tidur yang ada masingmasing berukuran kurang lebih 2,5 x 2 meter, sehingga cukup sempit dengan
posisi kasur di bawah tanpa menggunakan tempat tidur. Kamar mandi
terletak di bagian paling depan rumah kondisinya cukup licin lantainya. Di
samping kamar mandi terdapat dapur dan sumur yang menjadi satu dengan
posisi kompor berada tepat di samping sumur, dan lantainya basah. Sekat di
rumah terbuat dari tembok. Dinding rumah terbuat dari tembok. Lantai sudah
dipasang keramik. Atap rumah tidak ditutupi oleh plafon, sehingga langsung
terlihat genteng. Ventilasi rumah terdiri dari dua buah jendela di dinding teras
depan rumah, cahaya matahari yang masuk sudah cukup sehingga rumahnya
dapat terang tanpa menyalakan lampu di siang hari. Saat malam hari,
pencahayaan bersumber dari lampu. Terdapat teras rumah berukuran 3 x 7
28
meter di depan rumah yang biasa digunakan untuk memetik cabai. Secara
keseluruhan kebersihan rumah Tn. S masih kurang.
BA.
BB.
BC.
BD.
BE.
BF.
BG.
BH.
BI.
BJ.
BK.
29
BL.
BM.
BN.
BO.
Lingkungan Outdoor
BP.Rumah Tn. S terletak di gang sempit berjarak 20 meter dari makam.
Rumah Tn. S bergandengan dengan rumah tetangga pada sisi kanan, kiri, dan
belakang. Di depan rumah tidak didapatkan tanah terbuka ataupun tanaman sama
sekali.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
30
BZ.
BY. BAB IV
DIAGNOSTIK HOLISTIK PASIEN DAN PEMBAHASAN
CA.
CB.
CC.
A.
DIAGNOSTIK HOLISTIK
1.
Aspek Personal
a. Persepsi Pasien tentang Penyakitnya
CD.
Pasien mengetahui bahwa
dirinya
menderita
31
selalu takut bila berobat ke dokter atau Puskesmas. Selama ini pasien
berobat dengan menggunakan fasilitas kesehatan BPJS.
CO.
CP.4.
Faktor Eksternal
CQ. a.
Sosial ekonomi
CR.
Pasien tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah.
Interaksi sosial pasien dengan masyarakat cukup baik, dan pasien
cukup aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di
masyarakat.
CS. b.
Lingkungan
CT.Lingkungan di dalam rumah pasien kurang memadai dan terlalu
padat. Lingkungan sekitar pasien secara umum masih kurang bersih
dan tidak tertata dengan baik.
CU.
5. Derajat Fungsional
CV. Derajat 2: sakit ringan, keterbatasan aktivitas minimal
CW.
B. PEMBAHASAN
CX. Pasien Tn. S, berusia 64 tahun memiliki keluarga yang berbentuk
extended family. Keluarga pasien terdiri atas 9 orang yaitu Tn. S yang
merupakan kepala keluarga, lalu istrinya Ny. T (58 tahun), 3 orang anaknya
(Ny. S, Tn. D dan Ny. E), 2 orang menantunya (Tn. S dan Ny. S) serta 2 orang
cucunya yang masih balita (An. S dan An. A) yang tinggal bersama dalam
satu rumah. Extended family (keluarga besar) adalah keluarga inti yang terdiri
atas suami, istri dan anak kandung ditambah keluarga yang lain (karena
hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk
keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta
keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families) (Sudiharto, 2007).
CY. Kurang lebih 7 tahun yang lalu, pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.
Moewardi karena tidak sadar. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata
didapatkan kadar gula darah pasien 384 mg/dl. Pasien lalu didiagnosis
Diabetes Mellitus tipe II. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis
kelainan metabolik, ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan
oleh karena adanya defek pada sekresi insulin, defek kerja insulin atau
32
b.
Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
(Waspandji, 2009; Guntur, 2006).
CZ. Jika terdapat gejala khas dan pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu
33
34
makannya supaya lebih sehat dan terhindar dari peningkatan kadar gula
darahnya. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20% (Perkeni, 2011). Pasien juga sudah
melakukan olahraga rutin berupa jalan-jalan pagi sebanyak 4x putaran
keliling rumahnya. Latihan jasmani yang dianjurkan pada pasien DM
dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang
35
Metformin
(biguanid)
merupakan
penghambat
College
of
Endocrinology
(AACE/ACE)
36
37
DR.
DS.
TAHAP V
PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
DT.
DU.
DV.
DW.
DX. W
aktu
EF.
9
Maret
2015
EG.
EH. 1
4.00
EO. 1
2 Maret
2015
DY.
Keluhan
Pasien
EI.
Pasien
menjelaskan
bahwa
dirinya
menderita
penyakit
diabetes
mellitus dan
mengaku
rutin berobat
dan sudah
mengubah
pola hidup.
ER.
Keadaan
umum baik
Nama
: Tn. S
Diagnosis : Diabetes Melitus tipe 2
DZ.
Vital Sign
EJ.
-
ET.
TD:
EU.
EA.
P EB.
emeriksaan Fisik
Diagnosa
EK.
FE.
BB = 70
kg, TB = 160 cm,
IMT = 27,34 kg/m2.
EL.
EC.
Tatalaksa
na Komprehensif
EM.
FG.
Diabetes
mellitus
FI.
Promotif :
1. Pemahaman mengenai
penyakit gula
38
ED.
Planning
EE.
EN.
Melakukan
kunjungan
kedua pada
tanggal 12
Maret 2015
pukul 14.30
WIB, dan
kunjungan
ketiga pada
tanggal l3
Maret pukul
13.00
1. Dapat melakukan
pengumpulan data
dari pasien dan
keluarganya
2. Dapat melakukan
anamnesis,
pemeriksaan fisik
kepada pasien
1. Terapi gula
darah
FS.
1. Mampu
mengontrol kadar
gula darah
arget
EP.
EQ. (
14.30
WIB)
dan terlihat
lebih segar.
Namun,
kadang
masih terasa
ngliyeng,
pusing
berputar, dan
lemas di
seluruh
tubuh, 1
bulan
terakhir
penglihatan
pasien
sedikit
terganggu
ES.
130/80
mmHg
EV.
EW.
Nadi:
a.
EX.
84 x/menit
(reguler, isi
cukup,
simetris)
EY.
EZ.
Pernafasan:
1.
FA.
20 x/menit
FB.
FC.
Suhu: 360C
per axiler.
FD.
2.
tipe 2
FH.
FJ.
FT.
2. Asupan makanan harus
2. Kontrol
tetap dijaga dan rutin
rutin ke
berjalan kaki pada pagi
Puskesmas
hari.
3. Pemeriksaan
FK.
gula darah
FL.
Preventif :
minimal
FM.
I
sebulan
dentifikasi dan kontrol gula
sekali
darah. Pasien diedukasi
4. Edukasi
supaya mengartur pola makan
pada
dengan mengurangi makanan
kunjungan
manis-manis dan
selanjutnya
memperbanyak kegiatan
mengenai
olahraga minimal seminggu
cara
3x dengan durasi 30 menit.
mengontrol
Pasien juga sebaiknya
guladarah
istirahat yang cukup, tidak
terlalu kelelahan. Pasien juga
sebaiknya terhindar dari luka
ataupun jatuh dengan
mengunakan alas kaki.
FN.
FO.
Kuratif :
1. Metformin 2 x 1
sebagai obat gula
2. Captopril 3 x 1 sebagai
pengontrol tensi
39
FU.
2. Meminimalkan
gelaja komplikasi
gula
3. Meminimalkan
penggunaan rokok
4. Mampu
mengontrol pola
hidup orang sakit
gula
5. Aktivitas seharihari normal,
termasuk latihan
fisik
FV.
(-/-)
3. Paracetamol prn
3.
FW. 1
3 Maret
2015
FX.
FY.
(
13.00
WIB)
FZ.
K
eadaan
umum baik,
tidak ada
keluhan saat
pemeriksaan
GA.
GB.
TD:
GC.
130/70
mmHg
GD.
GE.
Nadi:
GF.
b.
88 x/menit
(reguler, isi
cukup,
simetris),
GG.
GH.
Pernafasan:
GI.
4.
16 x/menit,
GJ.
GK.
Suhu:
36,50C per
GN.
BB = 70
kg, TB = 160 cm,
IMT = 27,34 kg/m2.
Status gizi baik
(normoweight).
GO.
GP.
Status Lokalis :
- Thoraks :
Normochest, simetris,
pernapasan
thoracoabdominal,
retraksi (-), spider
nevi (-), pulsasi
infrastenalis (-), sela
iga melebar (-)
Cor : Ictus cordis
tampak, kuat angkat,
letak SIC IV LMCS.
Batas jantung tidak
melebar, BJ I dan BJ
II intensitas normal,
FP.
FQ.
R
ehabilitatif :
FR.
A
erobik dan peregangan
GU.
Promotif : 1.
1. Edukasi kepada pasien dan
keluarganya mengenai cara 2.
penatalaksanaan gula darah
di rumah, mulai dari
3.
mengenal keadaan gula
darah tinggi maupun
rendah, penatalaksanaan
awal, dan kapan pasien
harus pergi ke rumah
4.
sakit/IGD
2. Mendorong anggota
keluarga yang ditemui
untuk memberi dukungan
moril kepada pasien dalam
menjalani pengobatan dan
membantu tugas pasien di
rumah selama pasien sakit
GV.
GW.
Preventif :
GX.
E
dukasi kepada pasien untuk
GS.
Diabetes
mellitus
tipe 2
GT.
40
Terapi gula
1. Kadar gula darah
darah
senormal mungkin
Kontrol rutin 2. Keterbatasan
kePuskesmas
aktivitas fisik
Pemeriksaan
minimal
gula darah
3. Meniadakan
minimal
kunjungan ke
sebulan
gawat darurat
sekali
HD.
Edukasi pada
kunjungan
selanjutnya
mengenai
cara
mengontrol
guladarah
axiler.
GL.
5.
GM.
GDS : 184
HE.
HF. Dokter Pembimbing : dr. Bayu Sarwa Edh
HG.
41
HH.
HI.
HJ.
42
HK.
A. SIMPULAN
1. Keluarga pasien Tn. S termasuk keluarga yang berbentuk extended
family. Keluarga pasien terdiri atas 9 orang yaitu Tn. S yang
merupakan kepala keluarga, lalu istrinya Ny. T (58 tahun), 3 orang
anaknya (Ny. S, Tn. D dan Ny. E), 2 orang menantunya (Tn. S dan Ny.
S) serta 2 orang cucunya yang masih balita (An. S dan An. A) yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
2. Tn. S terdiagnosis diabetes mellitus kurang lebih sejak 7 tahun yang
lalu. Saat pertama kali terdiagnosis pasien dibawa ke RS Dr. Moewardi
karena tidak sadarkan diri. Saat ini keluhan sudah dirasakan membaik
dan hanya kadang-kadang pasien merasa lemas dan nggliyeng serta
pandangan yang kabur.
3. Persepsi, pemahaman, dan pengetahuan Tn. S dan keluarganya
mengenai diabetes mellitus masih tergolong kurang. Mereka belum
memahami secara benar mengenai diabetes mellitus yang ditunjukkan
dengan adanya anggapan bahwa penyakit Tn. S tergolong gula
kering.
4. Kesadaran akan kesehatan pada keluarga Tn. S masih tergolong
kurang. Hal ini ditunjukkan dari kebiasaan mereka apabila sakit hanya
membeli obat-obatan di warung terdekat dan tidak memeriksakannya
ke puskesmas.
5. Fungsi-fungsi keluarga Tn. S, baik fungsi holistik, fisiologis,
keturunan, pola interaksi keluarga, maupun faktor perilaku tidak ada
masalah. Namun pada fungsi yang patologis dari keluarga Tn. S masih
sangat kurang. Hanya pada aspek sosial dan budaya cukup baik. Untuk
aspek agama, ekonomi, kesehatan dan pendidikan masih kurang.
HM.
HN.
HO.
B. SARAN
43
4.
5.
IG.
IH.
JL.
JM.
JN.
JO.
JP.
JQ.
JR.
JS.
JT.
JU.
JX.
JY. Gambar 3. Pemeriksaan Gula Darah terhadap Tn. S dan keluarga
46
JZ.
KA.
Gambar
Tamu
KB.
47
5.
Ruang
KC.
KD.
Gambar 6. Ruang TV
Gambar 7. Kamar
Gambar 9. Tempat
Tidur
KE.
KF.
KG.
Parkir
KH.
KI.
48
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN.
KO.
KQ.
49
50
Ruang Tengah