Anda di halaman 1dari 18

Journal of Cancer Therapy, 2016, 7, 573-585

Published Online August 2016 in SciRes.


http://www.scirp.org/journal/jct
http://dx.doi.org/10.4236/jct.2016.78060

Faktor-faktor yang
Dipertimbangkan dalam Desain
Uji Klinis pada Menajemen
Glioblastoma
Adela Wu1*, Michael Lim2
1

Johns Hopkins University School of


Medicine, Baltimore, USA
2
Department of Neurosurgery, Johns Hopkins Hospital, Johns Hopkins
University School of Medicine,
Baltimore, USA

Received 27 April 2016; accepted 7 August 2016;


published 10 August 2016
Copyright 2016 by authors and Scientific
Research Publishing Inc.
This work is licensed under the Creative Commons Attribution
International License (CC BY).
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/

Abstrak
Glioblastoma (GBM) adalah tumor ganas otak primer yang paling umum
dijumpai pada orang dewasa dan memiliki prognosis yang buruk meskipun
di dengan tatalaksana standar. tatalaksana utama GBM mengandalkan
reseksi bedah maksimal, kemoterapi dan radiasi. Immunoterapi kanker
telah membuat kemajuan besar sejak munculnya anti-PD-1, anti-CTLA-4,
dan inhibitor lainnya pada sistem imun. Dengan kemajuan terapi baru ini,
berbagai uji klinis untuk pasien telah dilakukan. Tujuan penting dari uji
klinis kedepannya adalah agar dapat mengidentifikasi pasien yang tepat
untuk optimalkan respon terapi dan meminimalkan toksisitas. Ulasan ini
juga menjelaskan pertimbangan dalam merancang uji klinis GBM di masa
depan, tidak hanya untuk imunoterapi tetapi juga untuk modalitas
tatalaksana lainnya yang menjanjikan. Kami akan membahas faktor-faktor,
seperti
pseudoprogresi,
genetik
dan
sirkulasi
biomarker,
dan
mikroorganisme komensal pada pasien dalam pengaturan desain uji klinis.

Kata Kunci
Kanker, Manajemen Glioblastoma, respon terapi, Prognosis,
Pseudoprogresi, Biomarker, Mikrobiom, Imunoterapi, Kemoterapi

1.

Pendahuluan

Glioblastoma (GBM) adalah kanker otak primer yang paling umum


dijumpai (80%) dengan angka mortalitas yang tinggi dengan lama bertahan
hidup sekitar 12 - 15 bulan [1] [2]. Menurut National Cancer Institute, 2-3
orang per 100.000 didiagnosis GBM setiap tahun. Mayoritas kasus GBM
muncul secara periodik, dari banyak kombinasi dan berbagai mutasi, seperti
di p53, vascular endothelial growth factor (VEGF), dan EGFR [2]. tatalaksana
standar yang paling mutakhir termasuk reseksi bedah, radiasi, dan
kemoterapi dengan temozolomide [3].
Namun, GBM dikenal rekuren dan resisten terhadap pengobatan,
karena sifatnya yang infiltratif, heterogenitas komposisi tumor dan berbagai
subpopulasi sel induk kanker (CSC) serta keadaan imunosupresi dan
kelelahan sel T pada kanker [4] [5] patogenesis GBM sendiri scara kritis
melibatkan pertumbuhan dan proliferasi dari subset khusus dari CSC
pluripotent, yang bertindak sebagai sel penginisiasi tumor dan
mengembangkan angiogenesis untuk tumor [2]. Selain itu, lingkungan
tumor pada GBM meliputi berbagai karakteristik imunosupresif. Peningkatan
jumlah sitokin imunosupresif, seperti IL-6 dan IL-10, serta peningkatan rasio
sel T regulator yang berlawanan dengan sel T efektor adalah contoh
bagaimana lingkungan tumor GBM membungkam respon kekebalan tubuh
[6]. Dalam beberapa tahun terakhir, blokade penghalang sistem imun telah
berkembang sebagai terapi onkologi dengan cepat untuk mengatasi
resistensi pada terapi standar GBM. Contoh obat penghalang sistem imun
inhibitor termasuk anti-Programmed Death 1 (anti-PD-1) dan anti-cytotoxic T
lymphocyte antigen 4 (anti-CTLA-4) dengan banyak obat dalam tiap
golongan [7].
Sejalan dengan berkembangnya terapi GBM, cara pemantauan
prognosis dan khususnya respon terapi juga harus berkembang. Khususnya
imunoterapi dapat dimodulasi dengan berbagai siklus faktor dan molekul,
seperti enzim kolesterol esterifikasi yang baru-baru ini dipelajari dan bahkan
mikroorganisme usus [8] [9]. Pemantauan respon pengobatan GBM dari
waktu ke waktu masih menjadi topik yang sangat dibutuhkan dalam
penelitian mengenai GBM dan manajemen kanker untuk menarik
kesimpulan tentang uji klinis, prognosis kemampuan bertahan pasien. Terapi
anti-angiogenik pada GBM telah diikuti dengan analisis proteomik protein
tertentu yang terlibat dalam jalur metabolisme yang diketahui, apoptosis,
dan angiogenesis [10] metode pemantauan lainnya termasuk dengan
memanfaatkan magnetic resonance imaging (MRI) dan fluoresensi
pencitraan molekuler [11 ] [12]. Namun, menggambarkan perkembangan
penyakit yang sebenarnya dengan respon pengobatan melalui pemantauan
pencitraan kadang-kadang tidak pasti karena fenomena seperti
pseudoprogresi pada MRI. Selain itu, untuk mencapai kesimpulan akhir, uji
klinis harus mempertimbangkan metode untuk mengikuti prognosis pasien
dan respon terapi, seperti melalui perubahan ekspresi genetik atau melalui
biomarker seluler seperti ctDNA. Dalam konteks parameter pasien secara
individual, respon terapi untuk imunoterapi kanker yang dimanipulasi oleh
mikroorganisme usus adalah poin penting lainnya yang harus dieksplorasi

lebih lanjut. Oleh karena itu, ulasan ini berusaha untuk menyoroti faktorfaktor penting yang berbeda, seperti aspek radiologi dan biologis pada
seleksi pasien, prognosis, dan efikasi respon terapi, perlu dipertimbangkan
dalam merancang uji klinis untuk imunoterapi GBM dan terapi kanker.

2. Diskusi
2.1. Seleksi Pasien
Menurut situs ClinicalTrials.gov, lebih dari 200.000 uji klinis yang sedang
berjalan di 193 negara, dimana 80% dari penelitian tersebut melibatkan obat,
bedah, perilaku, atau intervensi instrumental dalam sebuah proses penyakit [13].
Aspek yang signifikan dalam merancang uji klinis berorientasi pada subjek yang
berpotensi bernilai prognostik dan karakteristik pasien pada respon terapi terhadap
intervensi [14].
Selain faktor tradisional seperti usia, status kinerja, dan jumlah tumor
direseksi, aspek seperti status MGMT, status IDH, dan limfopenia mungkin
memainkan peran penting dalam uji klinis masa depan.
Dalam manajemen GBM, Diketahui bahwa methylation of O6-methylguanineDNA methyltransferase (MGMT) promoter memprediksi respon terapi yang lebih
baik pada kemoterapi temozolomide serta mencerminkan prognosis yang lebih
tepat [15] - [18]. Susunan spesifik tumor juga dapat menginformasikan jenis obat
yang diberikan selama uji klinis. Dalam kelompok beranggotakan 10 pasien yang
sudah menjalani operasi dan kemoradiasi, keputusan untuk menambahkan
imunoterapi, bevacizumab dan erlotinib, didasarkan pada ekspresi epidermal
growth-factor (EGFRvIII) dan methylated MGMT promoter dalam sampel tumor GBM
[19 ]. Sejak studi ini melibatkan methylated MGMT promoter dan manajemen GBM,
kelangsungan hidup meningkat berkisar hingga 18 - 21 bulan, sehingga diperlukan
uji klinis yang menggabungkan follow up pasien dalam periode yang cukup
panjang. [20] [21].

Namun, tidak semua tumor GBM berisi methylated MGMT promoters,


mulai dari 28,7% menjadi 50,6% dari seluruh tumor, sehingga dengan
bersandarkan pada uji klinis dengan satu marker saja ini tidak tepat [22]
[23]. Beberapa peneliti bahkan mendesak praktisi untuk memikirkan
kembali standar resep temozolomide untuk semua pasien GBM yang dalam
pandangan penelitian tidak menunjukkan manfaat tambahan pada populasi
pasien tertentu, seperti orang tua dengan promotor MGMT unmethylated
[24].
Juga akan bermanfaat untuk memeriksa seleksi pasien berdasarkan
mutasi somatik dari isositrat dehidrogenase (IDH), yang sering terlihat pada
tumor glial. Menurut uji klinis yang membandingkan kemoradioterapi dan
radiasi di 291 pasien, 74% dari pasien memiliki status IDH-mutasi positif,
yang berkorelasi secara keseluruhan dengan kelangsungan hidup . rata-rata
kelangsungan hidup tidak terpengaruh oleh kemoradioterapi pada mereka
yang tanpa mutasi IDH [98].
Parameter lain yang menarik yang muncul dalam uji klinis onkologi
adalah treatment-related lymphopenia (TRL), tercermin dari jumlah limfosit
pada pasien yang menjalani kemoterapi dan / atau radiasi. Sebagai contoh,

dalam sebuah studi pada pasien dengan adenokarsinoma pankreas, total


limfosit yang lebih rendah setelah dilakukan terapi adjuvant kemoterapiradiasi dikaitkan dengan rata-rata kelangsungan hidup lebih rendah (14 vs
20 bulan, p = 0,48) [99]. Demikian juga, untuk glioma ganas, non-small cell
lung cancer, serta kanker pankreas yang tidak dioperasi, pasien dengan TRL
rendah menunjukkan periode kelangsungan hidup yang lebih rendah dari
penyakit mereka [100]. Secara khusus, jumlah sel CD4 + T menurun
sementara jumlah sel CD8 + T tetap stabil pada TRL saat diperiksa pada uji
klinis glioma [101]. Khususnya untuk uji klinis mendatang yang melibatkan
immunotherapy, menggabungkan limfopenia sebagai penanda perubahan
imunologi yang dihasilkan dari pengobatan yang efektif akan menjadi faktor
penting untuk dipertimbangkan.
2.2. Monitoring perkembangan penyakit ketika uji klinis

Penting untuk memantau perkembangan penyakit selama uji klinis


sebelum mempertimbangkan dampak keseluruhan dari terapi tertentu pada
kelangsungan hidup pasien. Namun, penelitian klinis GBM, Khususnya yang
menggunakan imunoterapi sebagai intervensi, memiliki kekurangan dalam
penilaian imunologi [25] Oleh karena itu, protokol follow up jangka panjang
untuk uji klinis GBM ini umumnya melibatkan magnetic resonance imaging
(MRI) untuk memonitor status penyakit selain penilaian klinis dan fungsional
[26] [27].
2.3. Pseudoprogresi
Pseudoprogresi (PSP) adalah fenomena radiologi dari peningkatan
yang nyata pada ukuran tumor pada pencitraan dengan kontras karena
pengobatan dan tidak adanya pertumbuhan tumor, yang pertama kali
dilaporkan pada tahun 1979 [28] [29]. Tidak ada gejala neurologis yang
menyertai dalam kasus pseudoprogresi. edema vasogenik di bantalan tumor
glioma dan permeabilitas abnormal sekitarnya pembuluh darah
berkontribusi memberikan gambaran pseudoprogresi [28]. Terapi radiasi
menyebabkan cedera endotel pada pembuluh darah serta vasodilatasi dan
gangguan inflamasi dari blood-brain barrier [30]. Beberapa pencitraan
jaringan lunak otak dapat mengacaukan mekanisme sebenarnya yang
mendasari peningkatan kontras yang muncul dari pencitraan radiologis.
Pseudoprogresi dikaitkan dengan tingkat kemampuan bertahan hidup yang
lebih tinggi pada pasien glioma dan benar-benar bisa mencerminkan khasiat
intervensi radiochemotherapy [31] [32]. Oleh karena itu, memeriksa
mekanisme dan kegunaan modalitas pencitraan yang berbeda-beda dalam
uji klinis di masa depan untuk GBM dan imunoterapi sangat penting.
Ada beberapa pedoman yang menjelaskan kriteria respon glioma
terhadap pengobatan. Kriteria respon ini sering disebut dalam uji klinis
manajemen glioma. The Macdonald kriteria, yang diterbitkan pada tahun
1990, menggunakan daerah tumor yang meningkatkan, secara radiologi
ditentukan melalui CT scan atau MRI, sebagai respon pengobatan pada
tumor primer [33]. Peningkatan yang signifikan minimal 25% dari lesi
dengan pencitraan kontras diusulkan sebagai penanda perkembangan
tumor. Kelemahan utama dari metode yang hanya mengandalkan pada
kriteria Macdonald dan faktor yang paling signifikan dari daerah tumor pada
pencitraan dengan kontras dalam menentukan perkembangan penyakit dan
manajemen berikutnya adalah tidak spesifiknya peningkatan kontras
radiologi. Sebaliknya peningkatan pada pencitraan juga bisa dilihat setiap
kali kontras menembus blood-brain barrier, yang biasanya terjadi setelah

radiasi, kemoterapi dan imunoterapi yang digunakan dalam manajemen


GBM. Banyaknya keterbatasan dari kriteria Macdonald juga muncul akibat
variabilitas antar pengamat dan tidak ada pedoman penilaian pada tumor
multifokal, tumor yang tidak porsinya meningkat, atau tumor dengan batas
yang tidak teratur [34]. The Response As- sessment in Neuro-oncology
(RANO) Working Group mengusulkan pembaruan standarisasi kriteria respon
terapi pada uji klinis tumor otak pada tahun 2012 [34]. Rekomendasi Rano
termasuk pencitraan dalam waktu 72 jam setelah operasi untuk
menentukan luasnya reseksi pada tumor yang meningkat dengan kontras,
pencitraan penyebaran tumor untuk mengenali komponen tumor yang tidak
meningkat dan daerah yang mengalami iskemia, dan evaluasi
perkembangan penyakit dan penilaian berdasarkan volume sisa tumor.
Setelah mengikuti terapi standar radiokemoterapi untuk manajemen
GBM, 20-40% dari pasien mengalami peningkatan ukuran tumor pada MRI
pertama post terapi, dimana setengahnya adalah karena fenomena
pseudoprogresi [102]. Imunoterapi digunakan untuk mengobati GBM,
seperti pemberian sel T rekayasa pada tikus, mengakibatkan peningkatan
pada T1 gadolinium (dengan kontras) dan hiperintensitas pada T2 24 jam
setelah terapi, yang dilakukan 2 - 3 hari sesudahnya [35]. Bahkan,
pemberian sitokin proinflamasi mengakibatkan peningkatan kontras yang
berlangsung hingga 3 bulan pasca perawatan [34]. Dua pasien menjalani
operasi, radiasi, kemoterapi serta imunoterapi toksin IL-4 pada bantalan
tumor, dan tindak lanjut MRI mereka juga menunjukkan peningkatan
kontras. Namun, untuk menentukan apakah peningkatan itu karena
perkembangan tumor atau pseudoprogression, para peneliti menggunakan
magnetic resonance spektroskopi imaging (MRSI) untuk menguji aktivitas
metabolik dari jaringan digambarkan, yang menyimpulkan bahwa MRSI bisa
menjadi alat yang berguna dalam membedakan pseudoprogresi intralesi
berikut immunoterapi [103]. Tentu saja karena imunoterapi baru diuji dalam
uji klinis, penting untuk mengantisipasi dan menilai pseudoprogresi.. Hal ini
mungkin lebih mirip pseudoprogression, yang dimediasi oleh proses
inflamasi, tampil tetu lebih sering muncul pasca immunoterapi, sehingga
memerlukan pilihan bijaksana untuk pemilihan modalitas pencitraan [104].
MRI dengan gadolinium post terapi tidak dapat membedakan secara
efektif antara pseudoprogresi terkait pengobatan atau tumor awal dan
perkembangan penyakit yang menyertai setelah radiasi, kemoterapi atau
imunoterapi [36] [37]. Beberapa metode pencitraan baru dan alternatif
untuk menentukan kejadian pseudoprogresi telah diusulkan termasuk MRI
dinamis serta pencitraan PET yang dimodifikasi dengan memperhatikan
bagaimana cara terbaik untuk menggambarkan perubahan vaskuler yang
terjadi di otak dan tumor jaringan akibat kemoterapi dan radiasi yang bisa
mengakibatkan PSP (Tabel 1). peningkatan kontras pada T1 MRI Dinamis
mengakibatkan nilai perfusi volumetrik volume plasma (Vp) menjadi lebih
rendah serta volume plasma dan nilai-nilai konstan kebocoran berdasarkan
waktu (Ktrans) menjadi lebih rendah terkait dengan PSP [30]. MRI Dinamis
yang mengalami peningkatan kontras dengan molekul ferumoxytol
digunakan dalam penelitian dari 56 pasien GBM yang menerima kemoterapi
dan radiasi. Nilai-nilai volume darah otak relatif (rCBV) dikumpulkan, dengan
1,75 rCBV ditetapkan sebagai batas nilai minimal untuk menentukan PSP
[32].
Sebuah pengamatan umum di seluruh kelompok menggambarkan
insiden yang lebih tinggi dari pseudoprogresi yang dicatat pada pasien
glioma dengan methylation of MGMT-promoter [37]. Satu kelompok

menemukan bahwa 31% dari pasien dengan methylated GBM yang


menunjukkan pseudoprogresi, berbeda dengan pasien non-methylated
tumor yang hanya 5% [29]. Faktanya, terdapat probabilitas yang tinggi dari
pseudoprogresi sebesar 91,3% pada tumor dengan methylated MGMT
glioma dibandingkan dengan probabilitas 59% dari perkembangan awal
tumor pada mereka dengan unmethylated MGMT promotor [38].
Pseudoprogression sendiri tampaknya berkorelasi dan lebih umum pada
pasien yang memiliki methylated MGMT promotor (91% vs 41%
unmethylated), yang mungkin menunjukkan kemanjuran kemoradioterapi
pada penurunan massa tumor glioma [39]. Perbedaan tingkat
pseudoprogresi berdasarkan metilasi promotor MGMT ini dapat berkorelasi
dengan keberhasilan pengobatan untuk mengurangi massa tumor, sehingga
menjadikan MGMT-promoter methylationi sebagai faktor kunci dalam
merancang uji klinis berdasarkan komposisi tumor dan juga biomarker
lainnya.
2.4. Memprediksi respon pengobatan dan tingkat survival
berdasarkan Uji Klinik
Standar baku untuk mengukur efektivitas pengobatan dalam uji klinis
adalah melalui overall survival (OS). OS sebagai titik data objektif, tetapi
hambatan dalam menggunakan OS sebagai ukuran yaitu kebutuhan untuk
percobaan acak dengan jumlah sampel yang banyak dan periode follow-up
yang panjang [102].
Dalam uji coba kanker, OS dan PFS memerlukan periode tindak lanjut
yang terlalu lama untuk menjadi layak secara klinis. Sebagai alternatif yaitu
dengan memeriksa data survival pada titik waktu yang telah ditentukan,
seperti enam bulan setelah intervensi. Tujuan utama uji klinis Tahap II dalam
manajemen GBM adalah progression-free survival (PFS-6) pada 6 bulan yang
signifikan secara statistik [40] - [42]. Tujuan selanjutnya adalah untuk dapat
mencakup farmakokinetik dan respon tumor terhadap terapi [40] [41]. PFS,
harus didasarkan pada pencitraan atau penilaian klinis dari praktisi,
misalnya dengan MRI, mengacu ke titik awal, hasil terpotong dari OS
digunakan sebagai titik akhir primer, bisa dibilang menjadi titik akhir yang
kurang bermanfaat secara klinis. Sebuah kelompok telah mengusulkan
alternatif untuk PFS dan OS dengan menggabungkan dua parameter
menjadi titik akhir klinis yang terpisah yang akan mempertahankan data
yang cepat berubah dan pemantauan perkembangan penyakit dimana PFS
dibandingkan dengan signifikansi klinis dari OS [43]. Khususnya pada uji
klinis yang melibatkan immunoterapi, ada sejumlah orang yang bertahan
dalam jangka waktu yang panjang dengan tren hidup yang melebihi riwayat
data dari percobaan yang melibatkan radiokemoterapi [105]. Oleh karena
itu, dalam mengevaluasi data klinis tentang kesintasan, akan lebih berguna
untuk menggunakan area-dibawah-kurva sebagai parameter.
Ulasan ini menguraikan beberapa penanda biologis dan genetik yang
dapat dimanfaatkan dalam rangka memperoleh data yang berarti pada
berbagai kesimpulan dan prognosis pasien dari uji klinis pada GBM dan
menajemen kanker dengan imunoterapi dan rejimen lain.

Table 1. Menunjukkan referensi yang dikutip untuk setiap kategori dari alternatif metode pencitraan dan gambaran
perkembangan penyakit dan pseudoprogresi.
Alternatif post MRI dengan gadolinium untuk membedakan progresi yang sebenarnya dengan PsP
Metode

Jumlah referensi

2.5. Perubahan dalam ekspresi genetik sebagai marker


prognosis GBM
Penelitian mengenai penanda untuk prognosis kanker meliputi
berbagai perubahan dalam ekspresi genetik, seperti urutan methylated
MGMT promoter, yang memprediksi prognosis pasien yang lebih baik dalam
terapi. Mutasi isocitrate dehidrogenase (IDH1 dan IDH2), yang dapat dilihat
pada lebih dari 90% sampel tumor GBM, dapat memprediksi overall survival
lebih baik serta progression-free survival lebih baik pada pasien GBM
menurut meta-analisis terbaru [44] - [46]. Namun, hubungan antara mutasi
IDH dan kelangsungan hidup jangka panjang tidak pasti dan secara statistik
tidak signifikan untuk beberapa pasien; 5,9% dari pasien yang bertahan
dalam jangka panjang (> 3 tahun survival) memiliki mutasi IDH dimana
1,16% dari pasien yang tidak bertahan dalam jangka panjang juga memiliki
mutasi (p = 0,144) [47]. Mutasi pada promoter TERT, yang merupakan
mutasi GBM yang paling umum, dalam hubungannya dengan mutasi IDH
dan amplifikasi EGFR , berkorelasi dengan prognosis yang lebih buruk dan
kelangsungan hidup lebih pendek [48]. Namun, penelitian lain menunjukkan
sebaliknya, di mana mutasi promoter TERT dan EGFR amplifikasi
menunjukkan hasil yang lebih baik [49]
Mutasi pada keluarga APOBEC dari deaminases sitosin antivirus DNA
telah menjadi populer untuk diteliti sebagai biomarker tumor dan prognosis
akhir yang baik. APOBEC3G secara spesifik telah ditemukan sangat
meningkat pada sel T dalam derajat tinggi pada neoplasma ovarium serosa
dan juga dikaitkan dengan prognosis pasien yang lebih baik [50]. Yang
mendasari hipotesis adalah korelasi bahwa infiltrasi sel T yang
menguntungkan untuk mengurangi beban tumor. Namun, peningkatan
kadar APOBEC3B terdapat juga dan menunjukkan prognosis buruk pada
kanker lain, seperti kanker payudara atau kanker ovarium [51]. Menariknya,
mereka yang membawa penghapusan dari APOBEC3B memiliki tumor yang
hipermutasi dan bisa memiliki respon yang lebih baik untuk immunoterapi
karena aktivasi sistem kekebalan tubuh [51]. Sayangnya, belum ada
penelitian mengenai peran APOBEC sebagai biomarker dalam GBM .
Berbagai jenis mutasi juga dapat mempengaruhi respon imun dan khasiat
pengobatan GBM. Pada kelompok pasien dengan metastasis kanker
gastrointestinal, ditemukan bahwa 9 dari 10 pasien memiliki epitop

imunogenik yang unik pada setiap pasien dan sel-sel CD4 + dan CD8 + T
pasien menjadi target yang spesifik, berpotensi membuka jalan untuk terapi
personal di masa depan [106]. Sebuah studi terpisah memeriksa beban
mutasi somatik, yang ditentukan dengan mengikuti whole-exome
sequencing, pada tumor dari pasien yang memiliki manfaat klinis jangka
panjang serta pasien yang memiliki manfaat klinis yang lebih rendah dari
imunoterapi [107]. Mutasi somatik menimbulkan neoantigens, yang
merupakan set khusus yang memberikan keberhasilan yang lebih besar dari
blokade CTLA-4. Dengan demikian, memanfaatkan alat penyusun dan
analisis genetik dari sampel tumor untuk menentukan tipe tertentu dari
mutasi bisa menerjemahkan ke efikasi pengobatan yang berbeda beda pada
manajemen GBM. Selanjutnya, memahami jenis mutasi merupakan aspek
yang harus dipertimbangkan untuk uji klinis GBM.
2.6. Peran marker yang beredar di sirkulasi
Dengan kemajuan di bidang serum proteomik, kandidat kuat lainnya yang
muncul kuat untuk biomarker keganasan yaitu circulating tumor cells (CTCs) dan
cell-free circulating tumor DNA (ctDNA). ctDNA dilepaskan ke dalam aliran darah
setelah tumor primer dan metastasisnya mengalami apoptosis atau nekrosis, dan
CTC menjadi bagian dari sirkulasi mengikuti pertumbuhan dan pergerakan sel-sel
kanker yang berpotensi bermetastati. Banyak kanker, termasuk kanker lambung,
kanker prostat, kanker payudara, dan kanker kerongkongan, menunjukkan
peningkatan ctDNA dalam serum pasien '[52] - [55]. Oleh karena itu dimungkinkan
juga
untuk
menggunakan
ctDNA
sebagai
metode
untuk
mengikuti
perkembanganbeberapa kanker dari waktu ke waktu , seperti non-small cell lung
cancer (NSLC), untuk melihat komposisi ctDNA yang diisolasi dari pasien.
Hal ini dimungkinkan untuk juga menggunakan ctDNA sebagai metode untuk
mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu beberapa lignancies ma-, seperti
kanker paru-paru bukan sel kecil (NSLC), untuk komposisi ctDNA yang diisolasi dari
serum pasien yang mengandung mutasi EGFR, KRAS, PIK3CA, dan TP53, yang juga
ditemukan dalam DNA dari jaringan tumor primer, dengan kecocokan 76% [56]
(Tabel 2). Dawson et al. juga menunjukkan bahwa ctDNA memiliki potensi besar
sebagai biomarker untuk memantau kanker payudara metastatik. Hampir 97%
dari pasien dengan mutasi genetik somatik pada tumor mereka juga memiliki
terdeteksi ctDNA, dimana ctDNA berkorelasi lebih erat dengan massa tumor yang
sebenarnya daripada marker yang lebih tua, penanda tumor seperti CA 15-3 [57].
Beberapa kelompok telah menunjukkan bahwa level ctDNA sesuai dengan
perkembangan penyakit, diukur dengan gejala klinis serta bukti radiografi. Korelasi
antara biomarker serum ctDNA dan adanya perkembangan pada pasien kanker
yang telah menjalani kemoterapi atau imunoterapi [58] [59]. Untuk beberapa
pasien, peningkatan ctDNA dapat menunjukkan perkembangan penyakit sampai 29 bulan lebih awal dari bukti pertama oleh pencitraan [57] ctDNA dan CTCs,
keduanya dapat juga dikaitkan dengan prognosis dan kemungkinan prognosis
yang lebih buruk [60] [61]. Dalam beberapa kanker, yaitu melanoma uveal
metastasik, ctDNA tampaknya menjadi penanda prognostik yang lebih baik
daripada tingkat CTCs untuk mengukur prognosis [61]. Namun, hubungan positif
antara tingkat ctDNA dan prognosis yang buruk tidak sepenuhnya pasti. Sebuah
studi pada pasien kanker payudara dengan mutasi TP53 pada tumor mereka tidak
menunjukkan korelasi yang jelas antara ctDNA dan prognosis [62].

2.7. Mengukur
biomarker
seluler
untuk
prognosis GBM
Khususnya pada Glioblastoma (GBM) telah dilakukan penyelidikan yang baik
dalam hal hubungan antara biomarker dengan pengukuran dari beban penyakit
dan prognosis. ctDNA tampaknya berguna dalam mengikuti pola mutasi dari
glioblastoma dan glioma[63]. Dalam studi lain, studi lebih lanjut dari pasien GBM
'plasma yield microRNAs juga signifikan dalam mengukur prognosis dan beban

tumor. 24 microRNAs secara signifikan terkait dengan kelangsungan hidup,


sementara 11 microRNAs telah didiagnostik dan dinyatakan dalam serum pasien
GBM '[64]. Selain itu, tingginya tingkat FGL2 mRNA menyebabkan bukti
kelangsungan hidup secara keseluruhan lebih rendah, mungkin melalui promosi
imunosupresi di lingkungan mikro tumor GBM[65]. Peningkatan circulating
endothelial cells (CECs), yang merupakan penanda kerusakan endotel, telah
dikaitkan dengan prognosis buruk pada NSCLC, sedangkan pada kanker lainnya,
korelasi itu terbalik [66]. pada GBM, level CEC meningkat secara nyata ketika ada
respon yang buruk terhadap pengobatan oleh pan-VEGF receptor tyrosine kinase
inhibitor [67]. ekspresi yang berlebihan dari protein ribosom , RPS11 dan RPS20,
juga berkorelasi dengan prognosis buruk pada pasien GBM [68]. Jumlah dan rasio
sel T juga merupakan hal yang menarik. Sedangkan rasio sel CD4 + T sel T
regulator rendah di GBM yang berulang, ketika rasio yang sama seperti
CD8+/regulatory T cell meningkat, hal ini berkorelasi langsung memperbaiki
pengukuran angka kelangsungan hidup [69]. Namun, jumlah sel T regulator sendiri
tidak menunjukkan hubungan dengan kelangsungan hidup pada GBM primer[70].
2.8. Biomarker respon terapi pada GBM dan kanker
lainnya
Poin-poin lain yang bermanfaat dari identifikasi dan investigasi dari
biomarker yang cocok dan handal akan berhubungan dengan respon pengobatan
dan efikasi terapi. Dawson et al. menunjukkan kualitas dari ctDNA pada kanker
payudara metastatik; tingkat ctDNA adalah penanda pertama yang menunjukkan
respon pengobatan pada 53% subjek penelitian [57]. Sebuah grup yang mengikuti
pasien dengan melanoma metastatik menemukan bahwa tingkat ctDNA yang
rendah mengindikasikan respon pengobatan yang lebih baik dan progression-free
survival (PFS) [71]. Dari catatan, dalam studi tersebut, pasien yang menerima
MAPK inhibitor menunjukkan penurunan kadar ctDNA, dimana imunoterapi tidak
menimbulkan respon pengobatan yang sama [71]. Mengacaukan hubungan antara
ctDNA dan respon pengobatan adalah efek dari kemoterapi pada sel kanker. Hal ini
secara teori terjadi karena jumlah methylated ctDNA pertama meningkat pada
pasien yang merespon baik terhadap kemoterapi dan kemudian kadarnya menurun
setelah massa tumor menyusut pada pasien kemosensitif [72].
Ada berbagai biomarker lainnya yang berpotensi mencerminkan respon
pengobatan pada berbagai kanker [73] - [76]. Khususnya pada GBM, sebuah
kelompok menemukan bahwa fosforilasi dua faktor transkripsi, STAT-1 dan STAT-5,
dapat menggambarkan respon terhadap imunoterapi dan vaksin sel dendritik [77].
Kelangsungan hidup dua tahun terakhir terlihat pada pasien yang menunjukkan
rasio pstat-5 lebih besar tetapi rasio pstat-1 yang lebih rendah. Level exosomal
plasma dan ekspresi mRNA adalah biomarker lain untuk mengukur respon
pengobatan pada GBM ke berdasarkan vaksin sel dendritik. Protein exosomal dan
komponen fraksi mRNA, seperti IL-8 dan TGF-beta, secara positif menunjukkan
respon imun terhadap vaksin [78]. miRNA juga dapat memprediksi respon
temozolomide dalam mengobati GBM [79] Kembali ke diskusi tentang perubahan
ekspresi genetik, tampak bahwa amplifikasi EGFR dan ekspresi yang berlebih
menyebabkan menunjukka respon terapi yang lebih baik pada temozolomide [80].
Menemukan biomarker untuk memantau efektivitas imunoterapi pada
perkembangan penyakit GBM akan sangat berguna, tetapi sejauh ini, tampaknya
hanya mengikuti titer antibodi, dimana titer meningkat seiring dengan durasi terapi
yang lebih besar dan lebih lama akan sangat bermakna. Peneliti sedang memeriksa
apakah level sitokin meningkat bersamaan dengan pemberian vaksin sel dendritik
atau personalized peptide yang tidak bermakna signifikan secara statistik [81].

Secara keseluruhan, dimana teknik penelitian terus berkembang, ada


banyak biomarkeryang dapat digunakan seperti yang baru-baru ini
dipelajari yaitu biomarker di sirkulasi dan dan perubahan genetik yang bisa
menggambarkan tren di berbagai jenis kanker. Untuk GBM secara khusus,
banyak perhatian difokuskan kepada MGMT promoter methylation serta

hasil mutasinya, seperti IDH1 dan IDH2, dalam memprediksi prognosis dan
memantau perkembangan penyakit. Mengingat variasi molekul dan
komponen yang berbeda-beda dalam plasma pasien, termasuk miRNA,
protein ribosom, dan DNA tumor di sirkulasi, namun tetap masih ada ruang
lebih untuk penyelidikan dengan harapan menggabungkan beberapa
biomarker yang secara konsisten lebih handal pada uji klinis GBM.
2.9. Mikroorganisme usus dan terapi kanker
Faktor potensial lain yang perlu dipertimbangkan dalam uji klinis mengenai
imunoterapi pada GBM di masa depan adalah peran dan pengaruh
mikroorganisme usus, aspek yang benar-benar terpisah pada pusat onkoterapi
pada pasien. Kolonisasi mikroorganisme tertentu pada usus, seperti Bacteroides
fragilis, dan komponen mereka, bakteri polisakarida (PSA) mengarah ke
pengembangan dan pematangan dari sistem imun, termasuk pembentukan
keseimbangan sel Th1 / Th2 pada host [82]. Pada tingkat yang lebih spesifik,
bakteri komensal, termasuk Bacteroides thetaiotaomicron, dapat juga merupakan
terget respon imun terhadap bakteri positif Gram tertentu dengan menginduksi
sel-sel endotel usus (IECs) untuk melepaskan protein antimikroba [83].
Mengingat sifat dari lingkungan mikro pada kanker dan supresi terhadap sistem
kekebalan tubuh, memanfaatkan aspek imunomodulator dari mikroorganisme komensal
usus tampaknya menjadi langkah besar berikutnya dalam penyelidikan immunoonkologi.
Pertama, pemberian imunoterapi mengubah komposisi mikroorganime usus. Ketika pasien
dengan melanoma stadium lanjut diberi dosis ipilimumab, yang merupakan CTLA-4
inhibitor, menyebabkan fluktuasi kadar antibodi terhadap flora usus mereka [84], sehingga
efek samping yang merugikan, seperti diare dan radang usus yang berbeda proses dari
penyakit inflamasi usus . Vetizou et al kemudian menunjukkan bahwa mikroorganisme usus
sangat penting untuk efek anti-karsinogenik dari ipilimumab dalam sarkoma pada tikus ,
melanoma serta kanker usus besar [85]. Secara khusus, kehadiran B. fragilis, B.
thetaiotaomicron, dan Burkholderiales yang diinduksi oleh respons imun TH1 di kelenjar
getah bening, pematangan ditingkatkan dalam tumor, dan secara keseluruhan merangsang
respon sistem imun terhadap sel tumor. pada organisme tertentu, Bifidobacterium, yang
ditemukan terkait dengan sistem imun antitumor dalam melanoma pada tikus dibentuk
pada hewan genetik yang sama dari dua fasilitas yang berbeda (JAX dan TAC). Bahkan,
premberian Bifidobacterium secara oral sendiri memiliki efek antitumor yang sebanding
sebagai pemberian anti-PD-L1 [86]. transplantasi tinja antara tikus TAC dan JAX , usus yang
yang mengandung bakteri komensal berpartisipasi dalam kekebalan antitumor,
mengakibatkan pertumbuhan tumor tidak hanya lebih lambat, tetapi juga meningkatkan
derajat infiltrasi sel T tumor spesifik dan respon sebagai anti-PD-L1 blokade.
Ketika investigasi lainnya masih berlangsung, imunoterapi pada kanker dapat sangat
ditingkatkan dengan memperhatikan mikroorganisme komensal usus tertentu yang dapat
berkontribusi memiliki efek anti tumor. Uji klinis di masa depan bisa menjadi lebih patientcentric, dengan lebih banyak waktu dan pemahaman tentang bagaimana mikroorganisme
usus memainkan peran penting dalam respon imunoterapi.

3. Kesimpulan
Penelitian dan pengembangan terapi baru dan lebih efektif pada GBM terus berkembang. Uji klinis GBM
harus mengikuti kemajuan ini juga dan menggabungkan berbagai aspek berbeda dari setiap pasien untuk
merumuskan kesimpulan primer dalam mengatasi individualisasi pasien GBM dan sifat unik dari neoplasma GBM.
Dalam berbagai kanker, telah ditunjukkan bahwa pseudoprogression pada pencitraan dan banyak biomarker
memiliki potensi yang memungkinkan dokter dan ilmuwan untuk memantau prognosis pasien onkologi dan menilai
respon berbagai jenis terapi. Selain itu, mikroorganisme usus tampaknya memiliki potensi yang menarik dalam
memodifikasi dan meningkatkan efikasi terapi kanker, termasuk pada immunoterapeutik sendiri. Pertimbangan dari
semua parameter secara bersama-sama adalah cara ampuh untuk mengembangkan pengobatan yang lebih efektif

lanjut pada GBM dan kanker kedepannya . Misalnya, Linhares et al. menemukan bahwa kriteria Rano yang
diperbarui menjelaskan pseudoprogression dalam istilah yang lebih dapat diprediksi dalam kelompok studi mereka
dan menyarankan bahwa radiologi, tidak hanya biologis, biomarker dapat diidentifikasi di masa depan untuk
mengikuti perkembangan penyakit dan kemanjuran pengobatan [87]. Banyak nuansa yang tersisa untuk diperiksa
pada poin prognostik dan aspek respon pengobatan sebagai berlaku untuk semua kanker yang berbeda-beda, yang
sebelumnya sudah dipelajari atau belum. Khususnya manajemen GBM, menjadi menarik karena karena penyakit ini
merusak dan menghancurkan, dan uji klinis di masa depan harus bisa mendapatkan keuntungan dari studi MGMT
methylation, PSP pada pencitraan, biomarker yang beredar di sirkulasi dan mutasi genetik,dan mikroorganisme
pada setiap pasien, hasil klinis, dan respon pengobatan.

References
[1]

[2]

Malhotra, K., Shamkant, B.N., Chau, D.H., et al. (2016) Constraint Based Temporal Event Sequence
Mining for Glioblastoma Survival Prediction. Journal of Biomedical Informatics, 61, 267-275.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jbi.2016.03.020
Aliferis, C. and Trafalis, D.T. (2015) Glioblastoma Multiforme: Pathogenesis and Treatment. Pharmacology
& Thera- peutics, 152, 63-82. http://dx.doi.org/10.1016/j.pharmthera.2015.05.005
[3]
Stupp, R., Hegi, M.E., Gilbert, M.R. and Chakravarti, A. (2007) Chemoradiotherapy in Malignant
Glioma: Standard of Care and Future Directions. Journal of Clinical Oncology, 25, 4127-4136.
http://dx.doi.org/10.1200/JCO.2007.11.8554

[4]

Fouse, S.D., Nakamura, J.L., James, C.D., et al. (2014) Response of Primary Glioblastoma Cells to Therapy
Is Patient Specific and Independent of Cancer Stem Cell Phenotype. Neuro-Oncology, 16, 361-371.
http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/not223

[5]

Wherry, E.J. and Kurachi, M. (2015) Molecular and Cellular Insights into T Cell Exhaustion. Nature
Reviews Immu- nology, 15, 486-499. http://dx.doi.org/10.1038/nri3862

[6]

Razavi, S.M., Lee, K.E., Jin, B.E., Aujla, P.S., Gholamin, S. and Li, G. (2016) Immune Evasion Strategies
of Gliob- lastoma. Frontiers in Surgery, 3, 11. http://dx.doi.org/10.3389/fsurg.2016.00011

[7]

Topalian, S.L., Drake, C.G. and Pardoll, D.M. (2015) Immune Checkpoint Blockade: A Common
Denominator Ap- proach to Cancer Therapy. Cancer Cell, 27, 450-461.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ccell.2015.03.001

[8]

Yang, W., Bai, Y., Xiong, Y., et al. (2016) Potentiating the Antitumor Response of CD8+ T Cells by
Modulating Cho- lesterol Metabolism. Nature, 531, 651-655. http://dx.doi.org/10.1038/nature17412

[9]
Snyder, A., Pamer, E. and Wolchok, J. (2015) Could Microbial Therapy Boost Cancer Immunotherapy?
Science, 350,
1031-1032. http://dx.doi.org/10.1126/science.aad7706
[10] Demeure, K., Fack, F., Duriez, E., et al. (2016) Targeted Proteomics to Assess the Response to AntiAngiogenic Treatment in Human Glioblastoma (GBM). Molecular & Cellular Proteomics, 15, 481-492.
http://dx.doi.org/10.1074/mcp.M115.052423
[11] Gzell, C.E., Wheeler, H.R., McCloud, P., Kastelan, M. and Back, M. (2016) Small Increases in Enhancement
on MRI May Predict Survival Post Radiotherapy in Patients with Glioblastoma. Journal of Neuro-Oncology,
128, 67-74.
[12] Li, Y., Du, Y., Liu, X., et al. (2015) Monitoring Tumor Targeting and Treatment Effects of IRDye 800CW and
GX1- Conjugated Polylactic Acid Nanoparticles Encapsulating Endostar on Glioma by Optical Molecular
Imaging. Molecu- lar Imaging, 14, 356-365.
[13] ClinicalTrials.gov, U.S. National Institutes of Health,
Feb 2016.
[14] Boessen, R., Heerspink, H.J.L., De Zeeuw, D., et al. (2014) Improving Clinical Trial Efficiency by
Biomarker-Guided
Patient Selection. Trials, 15, 103. http://dx.doi.org/10.1186/1745-6215-15-103
[15] Barault, L., Amatu, A., Bleeker, F.E., et al. (2015) Digital PCR Quantification of MGMT Methylation Refines
Predic- tion of Clinical Benefit from Alkylating Agents in Glioblastoma and Metastatic Colorectal Cancer.
Annals of Oncology,
26, 1994-1999. http://dx.doi.org/10.1093/annonc/mdv272

A. Wu, M. Lim
[16] Brigliadori, G., Foca, F., DallAgata, M., et al. (2016) Defining the Cutoff Value of MGMT Gene Promoter Methylation and Its Predictive Capacity in Glioblastoma. Journal of Neuro-Oncology, 128, 333-339.
http://dx.doi.org/10.1007/s11060-016-2116-y
[17] Hegi, M.E., et al. (2005) MGMT Gene Silencing and Benefit from Temozolomide in Glioblastoma. The New England
Journal of Medicine, 352, 997-1003. http://dx.doi.org/10.1056/NEJMoa043331
6

[18] Silber, J.R., Bobola, M.S., Blank, A. and Chamberlain, M.C. (2012) O -Methylguanine-DNA Methyltransferase in
Glioma Therapy: Promise and Problems. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)Reviews on Cancer, 1826, 71-82.
http://dx.doi.org/10.1016/j.bbcan.2011.12.004
[19] DAlessandris, Q.G., Montano, N., Cenci, T., et al. (2013) Targeted Therapy with Bevacizumab and Erlotinib Tailored
to the Molecular Profile of Patients with Recurrent Glioblastoma. Preliminary Experience. Acta Neurochirurgica
(Wien), 155, 33-40. http://dx.doi.org/10.1007/s00701-012-1536-5
[20] Hegi, M.E., Diserens, A.C., Godard, S., et al. (2004) Clinical Trial Substantiates the Predictive Value of O-6-Methylguanine-DNA Methyltransferase Promoter Methylation in Glioblastoma Patients Treated with Temozolomide. Clincal
Cancer Research, 10, 1871-1874. http://dx.doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-03-0384
[21] Gutenberg, A., Bock, H.C., Bruck, W., et al. (2013) MGMT Promoter Methylation Status and Prognosis of Patients
with Primary or Recurrent Glioblastoma Treated with Carmustine Wafers. British Journal of Neurosurgery, 27, 772778. http://dx.doi.org/10.3109/02688697.2013.791664
[22] Mellai, M., Caldera, V., Annovazzi, L., et al. (2009) MGMT Promoter Hypermethylation in a Series of 104 Glioblastomas. Cancer Genomics Proteomics, 6, 219-227.
[23] Minniti, G., Salvati, M., Arcella, A., et al. (2011) Correlation between O6-Methylguanine-DNA Methyltransferase and
Survival in Elderly Patients with Glioblastoma Treated with Radiotherapy plus Concomitant and Adjuvant Temozolomide. Journal of Neuro-Oncology, 102, 311-316. http://dx.doi.org/10.1007/s11060-010-0324-4
[24] Hegi, M.E. and Stupp, R. (2015) Withholding Temozolomide in Glioblastoma Patients with Unmethylated MGMT
PromoterStill a Dilemma? Neuro-Oncology, 17, 1425-1427. http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/nov198
[25] Parney, I.F., Chang, L.J., Farr-Jones, M.A., Hao, C.H., Smylie, M. and Petruk, K.C. (2006) Technical Hurdles in a Pilot Clinical Trial of Combined B7-2 and GM-CSF Immunogene Therapy for Glioblastomas and Melanomas. Journal of
Neuro-Oncology, 78, 71-80. http://dx.doi.org/10.1007/s11060-005-9058-0
[26] Shah, A., Bregy, A., Heros, D.O., Komotar, R.J. and Goldberg, J. (2013) Dendritic Cell Vaccine for Recurrent HighGrade Gliomas in Pediatric and Adult Subjects: Clinical Trial Protocol. Neurosurgery, 73, 863-867.
http://dx.doi.org/10.1227/NEU.0000000000000107
[27] Ardon, H., Van Gool, S.W., Verschuere, T., et al. (2012) Integration of Autologous Dendritic Cell-Based Immunotherapy in the Standard of Care Treatment for Patients with Newly Diagnosed Glioblastoma: Results of the HGG-2006
Phase I/II Trial. Cancer Immunology, Immunotherapy, 61, 2033-2044. http://dx.doi.org/10.1007/s00262-012-1261-1
[28] Ceschin, R., Kurland, B.F., Abberbock, S.R., Ellingson, B.M., Okada, H., et al. (2015) Parametric Response Mapping
of Apparent Diffusion Coefficient as an Imaging Biomarker to Distinguish Pseudoprogression from True Tumor Progression in Peptide-Based Vaccine Therapy for Pediatric Diffuse Intrinsic Pontine Glioma. American Journal of Neuroradiology, 36, 2170-2176. http://dx.doi.org/10.3174/ajnr.A4428
[29] Kebir, S., Fimmers, R., Galldiks, N., Schfer, N., Mack, F., et al. (2015) Late Pseudoprogression in Glioblastoma: Di18
agnostic Value of Dynamic O-(2-[ F]fluoroethyl)-L-Tyrosine PET. Clinical Cancer Research, 22, 2190-2196.
[30] Thomas, A.A., Arevalo-Perez, J., Kaley, T., Lyo, J., Peck, K.K., et al. (2015) Dynamic Contrast Enhanced T1 MRI
Perfusion Differentiates Pseudoprogression from Recurrent Glioblastoma. Journal of Neuro-Oncology, 125, 183-190.
http://dx.doi.org/10.1007/s11060-015-1893-z
[31] Gahramanov, S., Varallyay, C., Tyson, R.M., Lacy, C., Fu, R., et al. (2014) Diagnosis of Pseudoprogression Using
MRI Perfusion in Patients with Glioblastoma Multiforme May Predict Improved Survival. CNS Oncology, 3, 389-400.
http://dx.doi.org/10.2217/cns.14.42
[32] Nasseri, M., Gahramanov, S., Netto, J.P., Fu, R., Muldoon, L.L., et al. (2014) Evaluation of Pseudoprogression in Patients with Glioblastoma Multiforme Using Dynamic Magnetic Resonance Imaging with Ferumoxytol Calls RANO
Criteria into Question. Neuro-Oncology, 16, 1146-1154. http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/not328
[33] Macdonald, D.R., Cascino, T.L., Schold Jr., S.C. and Cairncross, J.G. (1990) Response Criteria for Phase II Studies of
Supratentorial Malignant Glioma. Journal of Clinical Oncology, 8, 1277-1280.
[34] Vogelbaum, M.A., Jost, S., Aghi, M.K., Heimberger, A.B., et al. (2012) Application of Novel Response/Progression
Measures for Surgically Delivered Therapies for Gliomas: Response Assessment in Neuro-Oncology (RANO) Working Group. Neurosurgery, 70, 234-243; discussion 243-244.
[35] Lazovic, J., Jensen, M.C., Ferkassian, E., et al. (2008) Imaging Immune Response in Vivo: Cytolytic Action of Genetically Altered T Cells Directed to Glioblastoma Multiforme. Clinical Cancer Research, 14, 3832-3839.

A. Wu, M. Lim
http://dx.doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-07-5067
[36] Cohen, J.V., Alomari, A.K., Vortmeyer, A.O., Jilaveanu, L.B., Goldberg, S.B., et al. (2016) Melanoma Brain Metastasis Pseudoprogression after Pembrolizumab Treatment. Cancer Immunology Research, 4, 179-182.
http://dx.doi.org/10.1158/2326-6066.CIR-15-0160
[37] Fabi, A., Russillo, M., Metro, G., Vidiri, A., Di Giovanni, S. and Cognetti, F. (2009) Pseudoprogression and MGMT
Status in Glioblastoma Patients: Implications in Clinical Practice. Anticancer Research, 29, 2607-2610.
[38] Hygino da Cruz, L.C., Rodriguez, I., Domingues, R.C., Gasparetto, E.L. and Sorensen, A.G. (2011) Pseudoprogression
and Pseudoresponse: Imaging Challenges in the Assessment of Posttreatment Glioma. American Journal of Neuroradiology, 32, 1978-1985. http://dx.doi.org/10.3174/ajnr.A2397
[39] Brandes, A.A., Fransceschi, E., Tosoni, A., et al. (2008) MGMT Promoter Methylation Status Can Predict the Incidence and Outcome of Pseudoprogression after Concomitant Radiochemotherapy in Newly Diagnosed Glioblastoma
Patients. Journal of Clinical Oncology, 26, 2192-2197. http://dx.doi.org/10.1200/JCO.2007.14.8163
[40] Reardon, D.A., Nabors, L.B., Mason, W.P., et al. (2015) Phase I/Randomized Phase II Study of Afatinib, an Irreversible ErbB Family Blocker, with or without Protracted Temozolomide in Adults with Recurrent Glioblastoma. NeuroOncology, 17, 430-439.
[41] Chauffert, B., Feuvret, L., Bonnetain, F., et al. (2014) Randomized Phase II Trial of Irinotecan and Bevacizumab as
Neo-Adjuvant and Adjuvant to Temozolomide-Based Chemoradiation Compared with Temozolomide-Chemoradiation
for Unresectable Glioblastoma: Final Results of the TEMAVIR Study from ANOCEF. Annals of Oncology, 25, 14421447. http://dx.doi.org/10.1093/annonc/mdu148
[42] Han, S.J., Rolston, J.D., Molinaro, A.M., et al. (2014) Phase II Trial of 7 Days on/7 Days off Temozolomide for Recurrent High-Grade Glioma. Neuro-Oncology, 16, 1255-1262. http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/nou044
[43] Trippa, L., Wen, P.Y., Parmigiani, G., Berry, D.A. and Alexander, B.M. (2015) Combining Progression-Free Survival
and Overall Survival as a Novel Composite Endpoint for Glioblastoma Trials. Neuro-Oncology, 17, 1106-1113.
http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/nou345
[44] Karsy, M., Neil, J.A., Guan, J., et al. (2015) A Practical Review of Prognostic Correlations of Molecular Biomarkers in
Glioblastoma. Neurosurgical Focus, 38, E4. http://dx.doi.org/10.3171/2015.1.FOCUS14755
[45] Chen, J.R., Yao, Y., Xu, H.Z. and Qin, Z.-Y. (2016) Isocitrate Dehydrogenase (IDH)1/2 Mutations as Prognostic
Markers in Patients with Glioblastomas. Medicine (Baltimore), 95, e2583.
http://dx.doi.org/10.1097/MD.0000000000002583
[46] Montgomery, R.M., Queiroz, L.S. and Rogerio, F. (2015) EGFR, p53, IDH-1, and MDM2 Immunohistochemical
Analysis in Glioblastoma: Therapeutic and Prognostic Correlation. Arquivos de Neuro-Psiquiatria, 73, 561-568.
http://dx.doi.org/10.1590/0004-282X20150059
[47] Amelot, A., De Cremoux, P., Quillien, V., et al. (2015) IDH-Mutation Is a Weak Predictor of Long-Term Survival in
Glioblastoma Patients. PLoS ONE, 10, e0130596. http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0130596
[48] Labussiere, M., Boisselier, B., Mokhtari, K., et al. (2014) Combined Analysis of TERT, EGFR, and IDH Status Defines Distinct Prognostic Glioblastoma Classes. Neurology, 83, 1200-1206.
http://dx.doi.org/10.1212/WNL.0000000000000814
[49] Nencha, U., Rahimian, A., Giry, M., et al. (2016) TERT Promoter Mutations and rs2853669 Polymorphism: Prognostic Impact and Interactions with Common Alterations in Glioblastoma. Journal of Neuro-Oncology, 126, 441-446.
http://dx.doi.org/10.1007/s11060-015-1999-3
[50] Leonard, B., Starrett, G.J., Maurer, M.J., et al. (2016) APOBEC3G Expression Correlates with T Cell Infiltration and
Improved Clinical Outcomes in High-Grade Serous Ovarian Carcinoma. Clinical Cancer Research. (Epub Ahead of
Print) http://dx.doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-15-2910
[51] Cescon, D.W., Haibe-Kains, B. and Mak, T.W. (2015) APOBEC3B Expression in Breast Cancer Reflects Cellular Proliferation, while a Deletion Polymorphism Is Associated with Immune Activation. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 112, 2841-2846. http://dx.doi.org/10.1073/pnas.1424869112
[52] Hamakawa, T., Kukita, Y., Kurokawa, Y., et al. (2015) Monitoring Gastric Cancer Progression with Circulating Tumour DNA. British Journal of Cancer, 112, 352-356. http://dx.doi.org/10.1038/bjc.2014.609
[53] Schwarzenbach, H., Alix-Panabieres, C., Muller, I., et al. (2009) Cell-Free Tumor DNA in Blood Plasma as a Marker
for Circulating Tumor Cells in Prostate Cancer. Clinical Cancer Research, 15, 1032-1038.
http://dx.doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-08-1910
[54] Schwarzenbach, H., Muller, V., Milde-Langosch, K., Steinbach, B. and Pantel, K. (2011) Evaluation of Cell-Free Tumor DNA and RNA in Patients with Breast Cancer and Benign Breast Disease. Molecular BioSystems, 7, 2848-2854.
http://dx.doi.org/10.1039/c1mb05197k

A. Wu, M. Lim
[55] Luo, H., Li, H., Wu, H., et al. (2016) Noninvasive Diagnosis and Monitoring of Mutations by Deep Sequencing of Circulating
Tumor DNA in Esophageal Squamous Cell Carcinoma. Biochemical and Biophysical Research Communi- cations, 471, 596602. http://dx.doi.org/10.1016/j.bbrc.2016.02.011
[56] Xu, S., Lou, F., Wu, Y., et al. (2016) Circulating Tumor DNA Identified by Targeted Sequencing in Advanced-Stage
Non-Small Cell Lung Cancer Patients. Cancer Letters, 370, 324-331. http://dx.doi.org/10.1016/j.canlet.2015.11.005
[57] Dawson, S.J., Tsui, D.W., Murtaza, M., et al. (2013) Analysis of Circulating Tumor DNA to Monitor Metastatic Breast
Cancer. The New England Journal of Medicine, 368, 1199-1209. http://dx.doi.org/10.1056/NEJMoa1213261
[58] Lipson, E.J., Velculescu, V.E., Pritchard, T.S., et al. (2014) Circulating Tumor DNA Analysis as a Real-Time Method for
Monitoring Tumor Burden in Melanoma Patients Undergoing Treatment with Immune Checkpoint Blockade. Journal for
ImmunoTherapy of Cancer, 2, 42. http://dx.doi.org/10.1186/s40425-014-0042-0
[59] Tie, J., Kinde, I., Wang, Y., et al. (2015) Circulating Tumor DNA as an Early Marker of Therapeutic Response in Pa- tients
with Metastatic Colorectal Cancer. Annals of Oncology, 26, 1715-1722.
http://dx.doi.org/10.1093/annonc/mdv177
[60] Ocana, A., Diez-Gonzalez, L., Garcia-Olmo, D.C., et al. (2016) Circulating DNA and Survival in Solid Tumors. Can- cer
Epidemiology, Biomarkers & Prevention, 25, 399-406. http://dx.doi.org/10.1158/1055-9965.EPI-15-0893
[61] Bidard, F.C., Madic, J., Mariani, P., et al. (2014) Detection Rate and Prognostic Value of Circulating Tumor Cells and
Circulating Tumor DNA in Metastatic Uveal Melanoma. International Journal of Cancer, 134, 1207-1213.
http://dx.doi.org/10.1002/ijc.28436
[62] Madic, J., Kiialainen, A., Bidard, F.C., et al. (2015) Circulating Tumor DNA and Circulating Tumor Cells in Metastat- ic Triple
Negative Breast Cancer Patients. International Journal of Cancer, 136, 2158-2165. http://dx.doi.org/10.1002/ijc.29265
[63] Westphal, M. and Lamszus, K. (2015) Circulating Biomarkers for Gliomas. Nature Reviews Neurology, 11, 556-566.
http://dx.doi.org/10.1038/nrneurol.2015.171
[64] Herman, A., Gruden, K., Blejec, A., et al. (2015) Analysis of Glioblastoma Patients Plasma Revealed the Presence of
MicroRNAs with a Prognostic Impact on Survival and Those of Viral Origin. PLoS ONE, 10, e0125791.
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0125791
[65] Yan, J., Kong, L.Y., Hu, J., et al. (2015) FGL2 as a Multimodality Regulator of Tumor-Mediated Immune Suppression and
Therapeutic Target in Gliomas. JNCI Journal of the National Cancer Institute, 107, djv137.
http://dx.doi.org/10.1093/jnci/djv137
[66] Erdbruegger, U., Dhaygude, A., Haubiz, M. and Woywodt, A. (2010) Circulating Endothelial Cells: Markers and Me- diators
of Vascular Damage. Current Stem Cell Research & Therapy, 5, 294-302. http://dx.doi.org/10.2174/157488810793351721
[67] Batchelor, T.T., Sorensen, A.G., di Tomaso, E., et al. (2007) AZD2171, a Pan-VEGF Receptor Tyrosine Kinase Inhi- bitor,
Normalizes Tumor Vasculature and Alleviates Edema in Glioblastoma Patients. Cancer Cell, 11, 83-95.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ccr.2006.11.021
[68] Yong, W.H., Shabihkhani, M., Telesca, D., et al. (2015) Ribosomal Proteins RPS11 and RPS20, Two Stress-Response Markers
of Glioblastoma Stem Cells, Are Novel Predictors of Poor Prognosis in Glioblastoma Patients. PLoS ONE, 10, e0141334.
http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0141334
[69] Sayour, E.J., McLendon, P., McLendon, R., et al. (2015) Increased Proportion of FoxP3+ Regulatory T Cells in Tumor
Infiltrating Lymphocytes Is Associated with Tumor Recurrence and Reduced Survival in Patients in GBM. Cancer Immunology,
Immunotherapy, 64, 419-427. http://dx.doi.org/10.1007/s00262-014-1651-7
[70] Thomas, A.A., Fisher, J.L., Rahme, G.J., et al. (2015) Regulatory T Cells Are Not a Strong Predictor of Survival for
Patients with GBM. Neuro-Oncology, 17, 801-809. http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/nou363
[71] Gray, E.S., Rizos, H., Reid, A.L., et al. (2015) Circulating Tumor DNA to Monitor Treatment Response and Detect
Acquired Resistance in Patients with Metastatic Melanoma. Oncotarget, 6, 42008-42018.
[72] Warton, K., Mahon, K.L. and Samimi, G. (2016) Methylated Circulating Tumor DNA in Blood: Power in Cancer
Prognosis and Response. Endocrine-Related Cancer, 23, R157-R171. http://dx.doi.org/10.1530/ERC-15-0369
[73] Shah, K., Boghozian, R.A., Kartsonaki, C., et al. (2016) YH2AX Expression in Cytological Specimens as a Biomarker of
Response to Radiotherapy in Solid Malignancies. Diagnostic Cytopathology, 44, 141-146. http://dx.doi.org/10.1002/dc.23396
[74] Hooper, C.E., Lyburn, I.D., Searle, J., et al. (2015) The South West Area Mesothelioma and Pemetrexed Trial: A Mul- ticenter
Prospective Observational Study Evaluating Novel Markers of Chemotherapy Response and Prognostication. British Journal of
Cancer, 112, 1175-1182. http://dx.doi.org/10.1038/bjc.2015.62
[75] Mitchell, P.J., Welton, J., Staffurth, J., et al. (2009) Can Urinary Exosomes Act as Treatment Response Markers in
Prostate Cancer? Journal of Translational Medicine, 7, 4. http://dx.doi.org/10.1186/1479-5876-7-4

A. Wu, M. Lim
[76] Harder, J., Kummer, O., Olschewski, M., Otto, F., Blum, H.E. and Opitz, O. (2007) Prognostic Relevance of Carbohydrate Antigen 19-9 Levels in Patients with Advanced Biliary Tract Cancer. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention, 16, 2097-2100. http://dx.doi.org/10.1158/1055-9965.EPI-07-0155
[77] Everson, R.G., Jin, R.M., Wang, X., et al. (2014) Cytokine Responsiveness of CD8+ T Cells Is a Reproducible Biomarker for the Clinical Efficacy of Dendritic Cell Vaccination in Glioblastoma Patients. Journal for ImmunoTherapy of
Cancer, 2, 10. http://dx.doi.org/10.1186/2051-1426-2-10
[78] Muller, L., Muller-Haegele, S., Mitsuhashi, M., et al. (2015) Exosomes Isolated from Plasma of Glioma Patients
Enrolled in a Vaccination Trial Reflect Antitumor Immune Activity and Might Predict Survival. OncoImmunology, 4,
e1008347. http://dx.doi.org/10.1080/2162402X.2015.1008347
[79] Chen, H.Y., Li, X.Y., Li, W.B. and Zheng, H.Y. (2015) MiR-130a Can Predict Response to Temozolomide in Patients
with Glioblastoma Multiforme, Independently of O6-Methylguanine-DNA Methyltransferance. Journal of Translational Medicine, 13, 69. http://dx.doi.org/10.1186/s12967-015-0435-y
[80] Comimelli, M., Grisanti, S., Mazzoleni, S., et al. (2015) EGFR Amplified and Overexpressing Glioblastomas and Associations with Better Response to Adjuvant Metronomic Temozolomide. JNCI Journal of the National Cancer Institute, 107, djv041.
[81] Lamano, J.B., Ampie, L., Choy, W., et al. (2016) Immunomonitoring in Glioma Immunotherapy: Current Status and
Future Perspectives. Journal of Neuro-Oncology, 127, 1-13. http://dx.doi.org/10.1007/s11060-015-2018-4
[82] Mazmanian, S.K., Round, J.L. and Kasper, D.L. (2008) A Microbial Symbiosis Factor Prevents Intestinal Inflammatory Disease. Nature, 453, 620-625. http://dx.doi.org/10.1038/nature07008
[83] Cash, H.L. (2006) Symbiotic Bacteria Direct Expression of an Intestinal Bactericidal Lectin. Science, 313, 1126-1130.
http://dx.doi.org/10.1126/science.1127119
[84] Berman, D., Parker, S.M., Siegel, J., Chasalow, S.D., Weber, J., et al. (2010) Blockade of Cytotoxic T-Lymphocyte
Antigen-4 by Ipilimumab Results in Dysregulation of Gastrointestinal Immunity in Patients with Advanced Melanoma.
Cancer Immunity, 10, 11.
[85] Vetizou, M., Pitt, J.M., Daillere, R., et al. (2015) Anticancer Immunotherapy by CTLA-4 Blockade Relies on the Gut
Microbiota. Science, 350, 1079-1084. http://dx.doi.org/10.1126/science.aad1329
[86] Sivan, A., Corrales, L., Hubert, N., Williams, J.B., Aquino-Michaels, K., et al. (2015) Commensal Bifidobacterium
Promotes Antitumor Immunity and Facilitates Anti-PD-L1 Efficacy. Science, 350, 1084-1089.
http://dx.doi.org/10.1126/science.aac4255
[87] Linhares, P., Carvalho, B., Figueiredo, R., Reis, R.M. and Vaz, R. (2013) Early Pseudoprogression Following Chemoradiotherapy in Glioblastoma Patients: The Value of RANO Evaluation. Journal of Oncology, 2013, Article ID:
690585. http://dx.doi.org/10.1155/2013/690585
[88] Bulik, M., Kazda, T., Slampa, P. and Jancalek, R. (2015) The Diagnostic Ability of Follow-Up Imaging Biomarkers
after Treatment of Glioblastoma in the Temozolomide Era: Implications from Proton MR Spectoscopy and Apparent
Diffusion Coefficient Mapping. BioMed Research International, 2015, Article ID: 641023.
http://dx.doi.org/10.1155/2015/641023
[89] Kelm, Z.S., Korfiatis, P.D., Lingineni, R.K., et al. (2015) Variability and Accuracy of Different Software Packages for
Dynamic Susceptibility Contrast Magnetic Resonance Imaging for Distinguishing Glioblastoma Progression from
Pseudoprogression. Journal of Medical Imaging, 2, 026001. http://dx.doi.org/10.1117/1.JMI.2.2.026001
[90] Galldiks, N., Dunkl, V., Stoffels, G., et al. (2015) Diagnosis of Pseudoprogression in Patients with Glioblastoma Using
O-(2-[18F]fluoroethyl)-L-tyrosine PET. European Journal of Nuclear Medicine and Molecular Imaging, 42, 685-695.
http://dx.doi.org/10.1007/s00259-014-2959-4
[91] Cha, J., Kim, S.T., Kim, H.J., et al. (2014) Differentiation of Tumor Progression from Pseudoprogression in Patients
with Posttreatment Glioblastoma Using Multiparametric Histogram Analysis. American Journal of Neuroradiology, 35,
1309-1317. http://dx.doi.org/10.3174/ajnr.A3876
[92] Park, J.E., Kim, H.S., Goh, M.J., Kim, S.J. and Kim, J.H. (2015) Pseudoprogression in Patients with Glioblastoma:
Assessment by Using Volume-Weighted Voxel-Based Multiparametric Clustering of MR Imaging Data in an Independent Test Set. Radiology, 275, 792-802. http://dx.doi.org/10.1148/radiol.14141414
[93] Suh, C.H., Kim, H.S., Choi, Y.J., Kim, N. and Kim, S.J. (2013) Prediction of Pseudoprogression in Patients with
Glioblastomas Using the Initial and Final Area under the Curves Ratio Derived from Dynamic Contrast-Enhanced T1Weighted Perfusion MR Imaging. American Journal of Neuroradiology, 34, 2278-2286.
http://dx.doi.org/10.3174/ajnr.A3634
[94] Song, Y.S., Choi, S.H., Park, C.K., et al. (2013) True Progression versus Pseudoprogression in the Treatment of
Glioblastomas: A Comparison Study of Normalized Cerebral Blood Volume and Apparent Diffusion Coefficient by
Histogram Analysis. Korean Journal of Radiology, 14, 662-672. http://dx.doi.org/10.3348/kjr.2013.14.4.662

A. Wu, M. Lim

[95] Gahramanov, S., Muldoon, L.L., Varallyay, C.G., et al. (2013) Pseudoprogression of Glioblastoma after Chemo- and
Radiation Therapy: Diagnosis by Using Dynamic Susceptibility-Weighted Contrast-Enhanced Perfusion MR Imaging with
Ferumoxytol versus Gadoteridol and Correlation with Survival. Radiology, 266, 842-852.
http://dx.doi.org/10.1148/radiol.12111472
[96] Chu, H.H., Choi, S.H., Ryoo, I., et al. (2013) Differentiation of True Progression from Pseudoprogression in Glioblas- toma
Treated with Radiation Therapy and Concomitant Temozolomide: Comparison Study of Standard and High-b- Value DiffusionWeighted Imaging. Radiology, 269, 831-840. http://dx.doi.org/10.1148/radiol.13122024
[97] Laymon, C.M., Oborski, M.J., Lee, V.K., et al. (2012) Combined Imaging Biomarkers for Therapy Evaluation in Glioblastoma
Multiforme: Correlating Sodium MRI and F-18 FLT PET on a Voxel-Wise Basis. Magnetic Resonance Imaging, 30, 1268-1278.
http://dx.doi.org/10.1016/j.mri.2012.05.011
[98] Cairncross, J.G., Wang, M., Jenkins, R.B., et al. (2014) Benefit from Procarbazine, Lomustine, and Vincristine in Oligodendroglial Tumors Is Associated with Mutation of IDH. Journal of Clinical Oncology, 32, 783-790.
http://dx.doi.org/10.1200/JCO.2013.49.3726
[99] Balmanoukian, A., Ye, X., Herman, J., Laheru, D. and Grossman, S.A. (2012) The Association between Treatment- Related
Lymphopenia and Survival in Newly Diagnosed Patients with Resected Adenocarcinoma of the Pancreas. Cancer Investigation,
30, 571-576. http://dx.doi.org/10.3109/07357907.2012.700987
[100] Grossman, S.A., Ellsworth, S., Campian, J., et al. (2015) Survival in Patients with Severe Lymphopenia Following
Treatment with Radiation and Chemotherapy for Newly Diagnosed Solid Tumors. Journal of the National Compre- hensive
Cancer Network, 13, 1225-1231.
+

[101] Ellsworth, S., Balmanoukian, A., Kos, F., et al. (2014) Sustained CD4 T Cell-Driven Lymphopenia without a Compensatory IL-7/IL-15 Response among High-Grade Glioma Patients Treated with Radiation and Temozolomide. OncoImmunology, 3, e27357. http://dx.doi.org/10.4161/onci.27357
[102] Wen, P.Y., Cloughesy, T.F., Ellingson, B.M., et al. (2014) Report of the Jumpstarting Brain Tumor Drug Development
Coalition and FDA Clinical Trials Neuroimaging Endpoint Workshop. Neuro-Oncology, 16, 36-47.
http://dx.doi.org/10.1093/neuonc/nou226
[103] Floeth, F.W., Wittsack, H.J., Engelbrecht, V. and Weber, F. (2002) Comparative Follow-Up of Enhancement Pheno- mena
with MRI and Proton MR Spectroscopic Imaging after Intralesional Immunotherapy in GlioblastomaReport of Two
Exceptional Cases. Zentralbl Neurochir, 63, 23-28. http://dx.doi.org/10.1055/s-2002-31579
[104] Yang, I., Huh, N.G., Smith, Z.A., et al. (2010) Distinguishing Glioma Recurrence from Treatment Effect after Radiochemotherapy and Immunotherapy. Neurosurgery Clinics of North America, 21, 181-186.
http://dx.doi.org/10.1016/j.nec.2009.08.003
131

[105] Reardon, D.A., Akabani, G., Coleman, R.E., et al. (2002) Phase II Trial of murine I-Labeled Antitenascin Monoc- lonal
Antibody 81C6 Administered into Surgically Created Resection Cavities of Patients with Newly Diagnosed Ma- lignant
Gliomas. Journal of Clinical Oncology, 20, 1389-1397. http://dx.doi.org/10.1200/JCO.20.5.1389
[106] Tran, E., Ahmadzadeh, M., Lu, Y.C., et al. (2015) Immunogenicity of Somatic Mutations in Human Gastrointestinal
Cancers. Science, 350, 1387-1390. http://dx.doi.org/10.1126/science.aad1253
[107] Chan, T.A., Wolchok, J.D. and Snyder, A. (2015) Genetic Basis for Clinical Response to CTLA-4 Blockade in Mela- noma.
The New England Journal of Medicine, 373, 1984. http://dx.doi.org/10.1056/NEJMc1508163

Submit or recommend next manuscript to SCIRP and we will provide best service for you:
Accepting pre-submission inquiries through Email, Facebook, LinkedIn, Twitter, etc. A wide
selection of journals (inclusive of 9 subjects, more than 200 journals) Providing 24-hour highquality service
User-friendly online submission system
Fair and swift peer-review system
Efficient typesetting and proofreading procedure
Display of the result of downloads and visits, as well as the number of cited articles
Maximum dissemination of your research work

Submit your manuscript at: http://papersubmission.scirp.org/

Anda mungkin juga menyukai