Anda di halaman 1dari 3

Andre Graff

Andre Graff adalah seorang yang lahir dan besar di Prancis. Dia merupakan seorang pilot
balon udara yang sekaligus menjadi emandu wisata bagi para turis yang ingin menikmati
keindahan alam Prancis serta beberapa daerah di dekat Pegunungan lpen. Ketika erkunjung
ke Indonesia (Bali) untuk pertama kali pada tahun 1990 dan datang lagi pada tahun 2004,
Andre Graff mulai tidak dapat membohongi dirinya sendiri kalau dia sudah jatuh cinta pada
negeri ini.
Di tahun 2005, Andre Graff memutuskan untuk menetap di Kampung Adar Ledetadu dan
membantu warga sekitar untuk membuatkan sumur karena di daerah tersebut memang sulit
untuk mendapatkan air bersih. Dari tahun 2005-2007, Andre Graff bersama penduduk sekitar
telah berhasil membuat lebih dari 25 sumur yang diperuntukkan bagi 3 desa.Dia juga
mengajarkan tentang segala hal kepada penduduk sekitar.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Arcandra Tahar
Warga Negara Mana Arcandra?
Pemerintahan Joko Widodo lagi-lagi tersandung masalah administrasi. Celakanya, masalah
administrasi kali ini harus dianggap serius dan tak boleh diperlakukan sepele. Sebab, ini
menyangkut status kewarganegaraan seseorang.
Tak tanggung-tanggung, status kewarganegaraan yang tengah menjadi sorotan menimpa salah
satu pembantu presiden di kabinet. Dia adalah Arcandra Tahar, Menteri ESDM yang baru saja
dilantik dalam perombakan Kabinet Kerja pada 27 Juli lalu.
Informasi mengenai kewarganegaraan Arcandra bermula dari pesan berantai yang
berseliweran di media sosial. Arcandra yang merupakan putra asli Minang, Sumatera Barat,
dikabarkan telah menjadi warga negara Amerika Serikat melalui proses naturalisasi pada
Maret 2012. Dalam informasi belum terkonfirmasi tersebut, kewarganegaraan Arcandra
ditandai dengan diambilnya oath of allegiance atau sumpah setia yang bersangkutan kepada
negara Amerika Serikat.

Lantaran Indonesia belum mengakui dwikewarganegaraan, otomatis secara hukum Arcandra


sudah resmi kehilangan status WNI-nya. Namun, sebulan sebelum resmi menjadi warga
negara AS, tepatnya Februari 2012, Arcandra disebutkan mengurus paspor RI kepada KJRI
Houston dengan masa berlaku selama 5 tahun. Artinya, paspor Indonesia milik Arcandra
masih berlaku setidaknya sampai tahun depan.
Kendati masih memegang paspor Indonesia, tapi berdasarkan UU Nomor 12/2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia Pasal 23 yang berbunyi Warga Negara Indonesia
kehilangan kewarganegaraannya jika
yang bersangkutan: a. memperoleh memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya
sendiri; b. tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;...h. mempunyai paspor atau surat yang bersifat
paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang
masih berlaku dari negara lain atas namanya;..., maka otomatis Arcandra sudah bukanlah
WNI lagi.
Semula, banyak orang menilai informasi kewarganegaraan Arcandra hanyalah serangan
politik yang dilakukan orang-orang yang tidak suka dia menjadi orang nomor satu di
Kementerian ESDM. Kita tahu, kementerian ini adalah salah satu kementerian strategis yang
mengatur hajat hidup orang banyak di bidang energi dan mineral. Sayangnya, tidak ada satu
pun klarifikasi dari pemerintah dan juga Arcandra yang tegas-tegas menyatakan kabar
kewarganegaraan AS sang menteri adalah informasi salah dan tidak benar.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno hanya menerangkan bahwa Paspor Indonesia Arcandra
masa berlakunya baru habis tahun depan. Tentu ini hal yang tidak salah apabila mengacu
pada informasi di atas. Pertanyaan dasarnya, sebenarnya saat ini Arcandra warga negara
mana? Pratikno pun hanya menjawab pemerintah belum bisa melakukan klarifikasi ke
otoritas terkait.
Ditanya perihal yang sama, Arcandra juga hanya menjawab wajahnya adalah wajah
Indonesia, wajah Minang asli. Tidak ada kata-kata sederhana yang dengan tegas menyatakan
dia bukan warga negara Amerika Serikat.

Beda lagi mantan Kepala Badan Intelijen Negara yang kini menjadi pengamat terorisme dan
intelijen AM Hendropriyono. Jenderal purnawirawan berusia 71 tahun ini membabi buta
membela Arcandra melalui kultwit-nya. Setelah memuji Arcandra dengan segala prestasi dan
kegeniusannya, Hendropriyono dengan lantang menyatakan bahwa mempunyai
dwikewarganegaraan bukanlah tindak pidana.
Kita memang bangga dengan prestasi dan kegeniusan anak negeri. Tidak ada yang
menyangsikan kapasitas Arcandra. Hanya saja, kini Arcandra adalah pejabat negara. Tentu
ada aturan untuk menjadi pejabat negara dan selama melaksanakan tugas jabatannya tersebut.
Dalam UU Nomor 39/2008 tentang Kementerian Negara jelas disebutkan dalam Pasal 22 ayat
2 bahwa Untuk dapat diangkat menjadi Menteri, seseorang harus memenuhi persyaratan: a.
warga negara Indonesia.
Kita tentu tidak ingin undang-undang yang menjadi aturan dan panduan mutlak bagi setiap
warga negara dalam bernegara, bisa dilabrak dengan retorika-retorika yang mengedepankan
emosional belaka. Kalau negara dikelola dengan cara-cara seperti ini, ya sudah, kita hapus
saja semua undang-undang. Biarkan negara berjalan berdasarkan penjelasan-penjelasan
subjektif saat sebuah kasus diributkan publik. Mau kita hidup dalam negara dengan prinsip
seperti itu? Tentu tidak, bukan?
Karena itu, pemerintah harus segera menyelesaikan masalah ini. Dulu, Jokowi pernah
tergelincir kontroversi pengesahan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2015
tentang Tunjangan Uang Muka Kendaraan Bermotor Perorangan Pejabat Negara. Saat itu,
Jokowi meneken saja aturan tentang uang muka (DP) mobil pejabat yang naik dari Rp 70 juta
menjadi Rp 210 juta. Kalimat I don't read what I sign-nya Jokowi pun mendunia. Bangsa kita
malu karena Presiden dinilai tak teliti dalam menandatangani aturan yang dibuatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai